BAB Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum............................................................................. 2
1.3 Manfaat Praktikum........................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Lalawak.....................................................................
2.1.1 Klasifikasi Ikan Lalawak...............................................................
2.1.2 Morfologi Ikan Lalawak................................................................
2.1.3 Habitat Ikan Lalawak.....................................................................
2.1.4 Pertumbuhan Ikan Lalawak...........................................................
2.1.5 Reproduksi Ikan Lalawak..............................................................
2.1.6 Kebiasaan Makan Ikan Lalawak....................................................
2.2 Biologi Ikan Tambakan.................................................................
2.2.1 Klasifikasi Ikan Tambakan............................................................
2.2.2 Morfologi Ikan Tambakan.............................................................
2.2.3 Habitat Ikan Tambakan..................................................................
2.2.4 Pertumbuhan Ikan Tambakan........................................................
2.2.5 Reproduksi Ikan Tambakan...........................................................
2.2.6 Kebiasaan Makan Ikan Tambakan.................................................
2.3 Biologi Ikan Komet.......................................................................
2.3.1 Klasifikasi Ikan Komet..................................................................
2.3.2 Morfologi Ikan Komet...................................................................
2.3.3 Habitat Ikan Komet........................................................................
2.3.4 Pertumbuhan Ikan Komet..............................................................
2.3.5 Reproduksi Ikan Komet.................................................................
2.3.6 Kebiasaan Makan Ikan Komet.......................................................
2.4 Pertumbuhan..................................................................................
2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan..........................
2.4.2 Pola Pertumbuhan..........................................................................
2.4.3 Faktor Kondisi...............................................................................
2.5 Reproduksi.....................................................................................
2.5.1 Rasio Kelamin................................................................................
2.5.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)..............................................
2.5.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG).................................................
2.5.4 Hepato Somatik Indeks (HSI)........................................................
2.5.5 Fekunditas......................................................................................
2.5.6 Diameter Telur...............................................................................
2.5.7 Tingkat Kematangan Telur (TKT).................................................
2.6 Kebiasaan Makan...........................................................................
2.6.1 Indeks Bagian Terbesar.................................................................
2.6.2 Indeks Ivlev....................................................................................
2.6.3 Tingkat Trofik................................................................................
Latar Belakang
Ikan komet (Carassius auratus) termasuk ikan hias yang banyak memiliki
penggemar. Ikan komet merupakan ikan yang mudah dipelihara baik itu di kolam
maupun akuarium. Ikan komet termasuk ikan yang sulit ditangani saat pemijahan
karena ikan ini termasuk ikan hias air tawar yang tidak memelihara telurnya. Telur
yang dikeluarkan oleh induk diletakkan pada substrat. Ada banyak jenis tanaman air
yang dapat dipakai sebagai substrat. Salah satunya dengan pemberian kayu apu
(Pistia stratiotes). Ikan komet merupakan salah satu ikan hias yang banyak digemari
oleh masyarakat Indonesia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Ikan komet berkembang biak dengan bertelur dimana masa kawinnya pada
daerah tropis pada saat awal musim hujan. Pada saat musim hujan banyaknya daratan
yang terendam air sehingga ikan komet lebih dapat terangsang karena bau khas dari
dalam tanah kering yang terkena air akan keluar saat itu. Ikan komet betina biasanya
bertelur didekat tumbuhan di dalam air dangkal yang tertembus sinar matahari, telur–
telur tersebut kemudian menempel pada akar tanaman air yang lembut (Anonim
2011).
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar.
Menjelang memijah, induk-induk ikan komet aktif mencari tempat yang rimbun,
seperti tanaman air seperti eceng gondok atau rerumputan yang menutupi permukaan
air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur
sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan. Sifat telur ikan Komet
adalah menempel pada substrat. Telur ikan Komet berbentuk bulat, berwarna bening,
berdiameter 1,5 - 1,8 mm, dan berbobot 0,17 - 0,20 mg. Ukuran telur bervariasi,
tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam
telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. (Gusrina 2008).
Antara 2 - 3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi
larva. Larva ikan Komet mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif
besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis
dalam waktu 2 - 4 hari. Larva ikan Komet bersifat menempel dan bergerak vertikal.
Ukuran larva antara 0,5-0,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah
menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari.
Proses reproduksi pada sebagian besar ikan hias, pada umumnya berlangsung
melalui pembuahan telur yang terjadi di luar tubuh ikan. Dalam hal ini, ikan jantan
dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan
mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu
sperma dan telur ini bercampur di dalam air. Cara reproduksi demikian dikenal
sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh induk ikan
(Goernaso 2005).
25%
20% 16%
15%
10%
5% 2% 2% 2% 4%
0%
40 51 62 73 84 95 10
6
30- 41- 52- 63- 74- 85- 96-
Panjang (mm)
Distribusi Bobot Ikan Komet
35% 33%
30%
25%
25%
20%
Persentase (%)
20%
15%
10% 9%
7%
5% 4%
2%
0%
2.55-4.29 4.3-6.04 6.05-7.79 7.8-9.54 9.55- 11.3- 13.05-
11.29 13.04 14.79
Bobot (g)
Berdasarkan grafik distribusi panjang ikan komet, dapat dilihat bahwa pada
grafik tersebut, interval yang memiliki persentase tertinggi berada pada interval 74-84
mm dengan nilai sebesar 38% dan jumlah ikan sebanyak 21 ekor. Sedangkan interval
yang memiliki persentase terendah berada pada interval 30-40 mm, interval 41-51
mm, dan interval 52-62 mm dengan nilai sebesar 2% dan jumlah ikan dari ketiga
interval tersebut sebanyak 1 ekor. Panjang minimum pada ikan komet yang diteliti
yaitu 30 mm, sedangkan panjang maksimum yaitu 100 mm. Partical Fish Keeping
(2013) menyatakan panjang maksimum ikan komet bias mencapai 300 mm.
Berikut adalah grafik regresi hubungan panjang dan bobot ikan komet:
1.40
1.20
1.00
f(x) = 0.993575375060394 x − 1.03144471551762
log bobot (log W)
0.80 R² = 0.309315538635641
0.60
0.40
0.20
0.00
1.40 1.50 1.60 1.70 1.80 1.90 2.00 2.10
log panjang (log L)
Faktor Kondisi
Berikut adalah grafik faktor kondisi ikan komet:
1.800
1.600 1.496 1.526
1.408 1.458
1.400 1.340
1.238
1.200 1.075
Faktor Kondisi
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
30-40 41-51 52-62 63-73 74-84 85-95 96-106
Panjang (mm)
24%
Jantan ( ♂)
Betina ( ♀)
76%
Gambar 15. Rasio Kelamin Ikan Komet
7
6
6
5
5
jumlah Ikan (ekor)
4 44
4
33
3
22 2 2
2
1 1 111
1
0
2.55-4.29 4.3-6.04 6.05-7.79 7.8-9.54 9.55-11.29 11.3-13.04 13.05-
14.79
Bobot (g)
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
Grafik diatas menunjukkan bahwa ikan komet jantan yang diamati rata-rata
berada pada TKG II, yang tertinggi yaitu pada ikan komet jantan yang memiliki
interval bobot antara 4.3 – 6.04 gram dengan jumlah 6 ekor pada TKG II, dan diikuti
dengan ikan komet jantan yang memiliki interval bobot antara 6.05 – 7.79 gram
dengan jumlah 5 ekor pada TKG II, kemudian yang memiliki interval bobot antara
7.8 – 9.54 gram dengan jumlah 4 ekor pada TKG I dan TKG II, serta 3 ekor di TKG
III dan TKG IV. Selanjutnya di interval 2.55 – 4.29 gram dengan jumlah 2 ekor di
TKG I dan TKG II. Sedangkan, untuk sisanya yaitu ikan komet jantan berada pada
interval bobot antara 9.55 – 11.29 gram pada TKG II, TKG III dan TKG IV masing-
masing berjumlah 1 ekor.
Pada pembahasan faktor kondisi ikan komet dapat dilihat bahwa ikan komet
yang diamati memiliki faktor kondisi dengan grafik yang naik atu meningkat, hal ini
berarti ikan komet yang diamati sedang menuju masa pemijahan dan jika dilihat pada
distribusi TKG ikan komet jantan, menunjukan bahwa secara keseluruhan ikan komet
jantan yang diamati berada pada TKG dua yaitu kondisi dimana ikan belum siap
memijah tapi sedang menuju masa pemijahan.
Ciri induk jantan yang matang gonad seperti pada sirip dada terdapat bintik-
bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar. Induk yang telah matang jika
diurut pelan ke arah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih sedangkan
untuk induk betina pada sirip dada terdapat bintik-bintik dan jika diraba terasa halus
(Christian et al. 2014)
2.5
1.5
1 1 1 1 1
1
0.5
0
2.55-4.29 4.3-6.04 6.05-7.79 7.8-9.54 9.55- 11.3- 13.05-
11.29 13.04 14.79
Bobot (g)
40.00%
IKG (%)
30.00% ( ♂)
( ♀)
20.00% 11.48% 16.64%
10.44%
10.00% 4.45% 4.35%
3.58%
0.00%
I II III IV V
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
1.60% 1.50%
1.40%
1.20%
1.00%
HSI (%)
0.80%
0.60%
0.40%
0.23% 0.20%
0.20%
0.00%
1 2 3
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Fekunditas
Berdasarkan hasil data angkatan 2018, fekunditas ikan komet tertinggi yaitu
berada pada TKG IV sebesar 13.904 dan fekunditas ikan komet terendah juga berada
pada TKG III sebesar 807. Nilai rata-rata fekunditas pada ikan komet sebesar 4.018
butir. Fujaya (2001) mengatakan bahwa fekunditas pada setiap individu betina
tergantung pada umur, ukuran, spesies, dan kondisi lingkungan (ketersediaan
makanan, suhu air, dan musim). Selanjutnya, menurut Djuhanda (1981) menyatakan
bahwa besar kecilnya fekunditas dipengaruhi oleh makanan, ukuran ikan, dan kondisi
lingkungan, serta dapat juga dipengaruhi oleh diameter telur.
Diameter Telur
140
120 114.5
100 92.4
Diameter (Mikro Meter)
80.7
80
60
40
20
0
Telur Kecil Telur Sedang Telur Besar
Diameter telur merupakan garis tengah atau ukuran panjang suatu telur yang
diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Besar kecilnya diameter telur
berkaitan dengan kualitas telur.. Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa
diameter telur besar sebesar 114.5 µm, untuk telur sedang berdiameter 92.4 µm, dan
untuk telur kecil berdiameter 80.7 µm. Diameter telur ikan komet siap pijah yaitu
sebesar 0,92 ± 0,05 μm. Indikator ikan siap pijah didasarkan pada kondisi posisi telur
fase GVBD (Germinal Vesicle Breakdown) (Arfah et al. 2013). Ukuran diameter
telur dipakai untuk menentukan kualitas kuning telur. Telur yang berukuran besar
akan menghasilkan larva yang berukuran lebih besar dari telur yang berukuran kecil.
Perkembangan diameter telur semakin meningkat dengan meningkatnya kematangan
gonad (Effendie 2002).
40
35 34
30
25
Jumlah Telur
20
15 15
10
5 6
0
Inti di Tengah Inti di Kutub Inti Melebur
50% 48%
40%
30%
20% 19%
IP (%)
20%
10% 6%
4% 3%
0% 0% 0% 0%
0%
on on tio
n
nt
s os us ca ct
a m sh
kt kt c a th rit us se or Fi
n n a Pl n t ol W
pl
a l a Fr B e De M In
to oop al
y Z im
Ph
An
Jenis Pakan
Gambar x. Indeks Bagian Terbesar Ikan Komet
Indeks Propenderan (IP) adalah indeks makanan yang dipakai untuk menilai
status makanan yang dimakan oleh ikan. Effendie (2002) menyatakan untuk
menentukan kebiasaan makanan pada ikan, maka urutan makanan dapat dibedakan
manjadi tiga kategori yaitu makanan dengan nilai IP > 40% dikategorikan sebagai
makanan utama, nilai IP antara 4% hingga 40% dikategorikan sebagai makanan
tambahan, dan nilai IP < 4% dikategorikan sebagai makanan pelengkap.
Dapat dilihat pada grafik diatas, bahwa ikan komet yang diamati memakan
detritus sebesar 48%, hal tersebut dapat menunjukkan bahwa detritus merupakan
pakan utama bagi ikan komet yang diamati. Kemudian, diikuti oleh Fitoplankton
sebesar 20% dan plants atau tumbuhan sebesar 19% sebagai pakan sampingan. Serta,
untuk makanan pelengkap yaitu Zooplankton sebesar 6%, Animal Fraction sebesar
4%, dan Benthos sebesar 3%. Ikan komet di alam merupakan ikan omnivora yaitu
ikan pemakan segalanya seperti krustasea kecil, tumbuhan, serangga kecil, dan
detritus. Dalam budidaya ikan komet pakan yang biasa diberikan adalah pelet untuk
ikan hias (Lingga dan Heru 2003).
Tingkat Trofik
Tingkat trofik dan kebiasaan makanan ikan menunjukkan interaksi antara ikan
dan lingkungannya, seperti mangsa, pemangsa, persaingan dan tingkatan trofik
melalui rantai makanannya. Tingkat trofik dengan nilai 2 yaitu untuk ikan herbivora,
tingkat 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivora, dan tingkat trofik 3 untuk ikan yang
bersifat karnivora (Nugraha 2011).