Anda di halaman 1dari 63

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
akhir praktikum Analisis Aspek Biologi (Pertumbuhan, Reproduksi dan Ciri
Morfologi) Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) salah satu syarat untuk memenuhi
tugas laporan akhir praktikum mata kuliah Biologi Perikanan semester genap dan
juga sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu perikanan.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada kedua orang tua
penyusun, dan rekan-rekan kelas atas doa, bimbingan, dukungan baik moril
maupun materil selama penyusunan laporan ini. Penyusun juga ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam membantu kelancaran penyusunan laporan ini.
Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dibalas
secara berlimpah oleh Allah SWT, dan semoga kita semua berada dalam rahmat
dan lindungan-Nya. Amin.

Jatinangor, April 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Bab Halaman

DAFTAR TABEL......................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................v

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................1

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nilem...............................................................................3
2.1.1 Morfologi Ikan Nilem..........................................................3
2.1.2 Klasifikasi Ikan Nilem.........................................................5
2.1.3 Aspek Biologi Ikan Nilem...................................................5
2.1.3.1 Hubungan Panjang Berat pada Ikan...................................5
2.1.3.2 Tingkat Kematangan Gonad..............................................8
2.1.3.3 Indeks Kematangan Gonad..............................................10
2.1.3.4 Rasio Jenis Kelamin.........................................................12
2.1.3.5 Fekundtias........................................................................13
2.3 Pertumbuhan Ikan.................................................................15
2.3.1 Pertumbuhan Alometrik......................................................16
2.3.2 Pertumbuhan Isometrik.......................................................16

III METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat................................................................17
3.2. Alat dan Bahan.....................................................................17
3.2.1. Alat.....................................................................................17
3.2.2. Bahan..................................................................................17
3.3. Prosedur Kerja......................................................................18

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Data Hasil Pengukuran.........................................................18
4.2. Pembahasan..........................................................................37

V KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan..........................................................................45
6.2 Saran.....................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA.................................................................46
LAMPIRAN................................................................................47

ii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Pertumbuhan Panjang dan Rasio Kelammin Ikan 1.............. 19
2 Pertumbuhan Panjang dan Rasio Kelammin Ikan 2.................. 19
3 Data Reproduksi Kelompok Ikan 1...........................................
...............................................................................................19
4 Data Reproduksi Kelompok Ikan 2...........................................
...............................................................................................20
5 Data Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan 1 Kelas................
...............................................................................................20
6 Interval SL dan Rasio Kelamin Ikan Nilem..............................
...............................................................................................23
7 Data Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan 1 Kelas................ 24
8 Interval SL dan Rasio Kelamin Ikan Nilem.............................. 25
9 Hasil Regresi Pertumbuhan Ikan Nilem 1................................. 28
10 Hasil Regresi Pertumbuhan Ikan Nilem 2................................. 30
11 Hasil Reproduksi Bagian 1 Ikan Nilem 1 Kelas....................... 32
12 Hasil Reproduksi Bagian 1 Ikan Nilem 1 Kelas....................... 32
13 Persentase Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nilem................. 33
14 Hasil Reproduksi Bagian 1 Ikan Nilem 2 Kelas....................... 34
15 Hasil Reproduksi Bagian 2 Ikan Nilem 1 Kelas....................... 34
16 Persentase Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nilem................. 35
17 Data Food and Feeding Habits Ikan Nilem 1............................ 36
18 Data Food and Feeding Habits Ikan Nilem 2............................ 37

iii
iv

DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1 Ikan Nilem............................................................................... 3
2 Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan Nilem................... 6
3 Grafik Regresi Hubungan Panjang dan Berat pada Ikan......... 8
4 Pembagian Gonad untuk Menghitung Fekunditas.................. 14
5 Grafik Rasio Kelamin Ikan Nilem 1....................................... 23
6 Diagram Persentase Rasio Kelamin Ikan Nilem 1.................. 24
7 Grafik Rasio Kelamin Ikan Nilem 2....................................... 27
8 Diagram Persentase Rasio Kelamin Ikan Nilem 2.................. 28
9 Grafik Regresi Pertumbuhan Ikan Nilem 1............................. 29
10 Grafik Regresi Pertumbuhan Ikan Nilem 2............................. 31
11 Grafik Persentase Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nilem 1 33
12 Grafik Persentase Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nilem 2 35
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Lampiran 1.................................................................... 48
2 Lampiran 2.................................................................... 49

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biologi Perikanan merupakan studi ilmu mengenai ikan yang mempelajari
dinamika siklus hidup, populasi ikan mulai dari telur hingga dewasa, reproduksi,
makanan dan cara makan. Terkadang biologi perikanan sering dikaitkan dengan
biologi ikan namun sebenarnya biologi perikanan sudah mencakup biologi ikan
dengan penekanan terhadap spesies penting sebagai sumberdaya. Dalam
mempelajari biologi perikanan, harus dipahami dan memperhatikan berbagai
aspek biologi ikan terlebih dahulu seperti berbagai populasi dan faktor yang
mengontrolnya, kecepatan pertumbuhan dan waktu mencapai ukuran rata-rata dari
berbagai macam ikan, fekunditas atau jumlah telur yang dihasilkan dan pola
reproduksi, kecepatan survival dan mortalitas pada tahap – tahap siklus hidup dan
berbagai interaksi terhadap spesies lain.
Ikan memiliki tingkat kematangan gonad (TKG), yaitu tahap tertentu
perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah. Tingkat kematangan
gonad tertinggi akan didapatkan pada saat pemijahan akan tiba. Tingkat
kematangan gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu indeks
kematangan gonad (IKG) atau disebut juga indeks gonad somatik (Elvyra 2004).
Tingkat kematangan gonad akan mempengaruhi fekunditas ikan. Fekunditas
sendiri adalah jumlah telur yang sudah matang dan siap untuk dipijahkan.
Fekunditas pun erat kaitannya dengan panjang dan berat. Fekunditas dipengaruhi
juga oleh jenis makanan yang dimakan. Ketersediaan makanan merupakan faktor
yang menentukan dinamika populasi, pertumbuhan, reproduksi dan kondisi ikan
dalam suatu perairan.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ikan.
2. Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad ikan betutu.

1
2

3. Untuk mengetahui indeks kematangan gonad ikan betutu.


4. Untuk mengetahui HSI ikan betutu.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pertumbuhan ikan baik panjang dan berat
2. Mengetahui hubungan panjang berat
3. Mengetahui tingkat kematangan gonad
4. Mengetahui ciri-ciri ikan yang akan memijah dan setelah memijah.
5. Mengetahui indeks kematangan gonad dari suatu spesies ikan.
6. Mengetahui letak inti telur pada ikan betina yang akan memijah
7. Mengetahui diameter telur
8. Mengetahui jenis gigi pada ikan
9. Mengetahui jenis sisik ikan
10. Mengukur mulut ikan
11. Menghitung sirip ikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nilem


2.1.1 Morfologi Ikan Nilem
Ikan nilem atau Silver Shark minnow  Familia Cyprinidae, Genus
Osteochilus, Species Osteochilus hasselti mempunyai ciri morfologi  antara lain
bentuk tubuh hampir serupa dengan ikan mas. Bedanya, kepala ikan nilem relatif
lebih kecil. Pada sudut-sudut mulutnya, terdapat dua pasang sungut peraba. Warna
tubuhnya hijau abu-abu. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 12-18 jari-
jari lunak. Sirip ekor berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur disokong oleh 3
jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan 8
jari-jari lunak. Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari
lunak. Jumlah sisik pada gurat sisi ada 33-36 keping. Dekat sudut rahang atas ada
2 pasang sungut peraba

Gambar 1. Ikan Nilem


(sumber : google.com)
Sistem pencernaan pada ikan di mulai dari oesophagus yang sangat
pendek, karena hampir ronga mulut langsung menuju ke lambung atau
intestine ventriculus melengkung seperti huruf U, dan dibedakan menjadi
2 yaitu pars cardiaca yang lebar dan pars pylorica yang sempit. Pada
bangsa ikan sangat berliku dan hampir memenuhi rongga perut, dan
bermuara ke anus. Hepar terdiri atas dua lobi, vesca fellea dari hepar
menuju ductus hepaicus kemudian bersatu dengan ductus cyticus menjadi
ductus choledocus yang bermuara ke duodenum. Adapun yang

3
4

dihubungkan dengan peritoneum ke tundus ventriculli. Osteochilus


hasselti mempunyai hati dan pankreas yang sulit dibedakan sehingga
disebut hepatopankreas (Radiopoetro 1988).Ginjal yang gilik yang terletak
antara vesica pneumatica dengan tulang vertebrae. Cairan yang
mengandung sisa-sisa persenyawaan nitrogen dan hidrogen diambil dari
darah dalam ginjal akan ditampung ke dalam vesica urinaria melalui ureter
(Jasin 1989).
Sistem pernapasan dilakukan oleh insang yang terdapat dalam 4
pasang kantong insang yang terletak disebelah pharynk di bawah
operculum. Waktu bernapas operculum menutup lelekat pada dinding
tubuh, arcus branchialis mengembang ke arah lateral. Air masuk melalui
mulut kemudian kelep mulut menutup, sedangkan arcus branchialis
berkontraksi, dengan demikian operculum terangkat terbuka. Air mengalir
keluar filamen sehingga darah mengambil oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida (Jasin 1989).
Menurut Djuhanda (1982), lengkung insang pada ikan nilem
berupa tulang rawan yang sedikit membulat dan merupakan tempat
melekatnya filamen-filamen insang. Arteri branchialis dan arteri
epibranchialis terdapat pada lengkung insang di bagian basal pada kedua
filamen insang pada bagian basalnya. Tapis insang berupa sepasang
deretan batang-batang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melejat
pada bagian depan dari lengkung insang. Ikan nilem memiliki gelembung
renang untuk menjaga keseimbangan di dalam air.
Sirip adalah suatu perluasan integument (pembungkus tubuh) yang
tipis yang disokong oleh jari-jari sirip. Fungsi sirip adalah untuk
mempertahankan kesetimbangan dalam air dan untuk berenang. Sirip-sirip
pada ikan umumnya ada yang berpasangan dan ada yang tidak. Sirip
punggung (dorsal fin), sirip ekor(caudal fin), dan sirip dubur (anal fin)
disebut sirip tunggal atau sirip tidak berpasangan. Sirip dada (pectoral fin)
dan sirip perut (abdominal fin) disebut sirip berpasangan (Jasin
1989). Ikan jantan dan ikan betina dapat dibedakan dengan cara memijit
5

bagian perut ke arah anus. Ikan jantan akan mengeluarkan cairan putih
susu dari lubang genitalnya. Induk betina yang sudah matang telurnya
dicirikan dengan perut yang relatif besar dan lunak bila diraba
(Sumantadinata 1981).
Ikan ini terdapat di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, Malaysia,
dan Thailand. Pada umumnya, ikan nilem dapat dipelihara pada daerah
dengan ketinggian sekitar 150-800 m dpl.

2.1.2 Klasifikasi Ikan Nilem


Klasifikasi ikan Nilem (Osteochilus hasselti), menurut Saanin (1987)
adalah:
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Pisces
Subclassis : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Cyprinoidae
Familia : Cyprinidae
Sub familia : Cyprininae
Genus : Ostechilus
Spesies : Osteochilus hasselti

2.1.3 Aspek Biologi Ikan Nilem


Pengelolaan sumberdaya perikanan untuk menjaga kelestariannya
tidak hanya terpusat pada aspek produksi ikannya, melainkan juga pada
aspek biologi ikan dan faktor lingkungan hidup ikan.

a. Hubungan Berat Panjang


Berdasarkan hasil analisis hubungan panjang berat didapatkan nilai a
sebesar 0,0000296 dan nilai b sebesar 2,8392. Nilai b yang diperoleh kurang dari
3, menunjukkan bahwa pertambahan panjang lebih cepat daripada bertambahan
beratnya yaitu termasuk pertumbuhan allometrik negatif. Menurut Effendie
(2002), menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan panjang dan berat ikan dapat
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain
keturunan dan jenis kelamin yang membawa sifat genetik masing – masing dari
alam yang sulit untuk dikontrol. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi
6

pertumbuhan antara lain yaitu suhu, salinitas, makanan, dan pencemaran yang
secara tidak langsung akan mengakibatkan menurunnya kualitas air.

Persamaan hubungan panjang dan berat ikan Nilem adala sebagai berikut :

Gambar 2. Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan Nilem


(sumber : google.com)

Berdasarkan perhitungan panjang dan berat ikan Nilem dapat diketahui


faktor kondisinya yaitu sebesar 1,144 maka keadaan ikan kurang pipih atau kurus.
Hasil yang sama juga didapatkan oleh Sanjaya (2012), di perairan Rawa Pening
nilai Kn pada bulan Mei 1,037, Juni 1,039 dan Juli 1,046. Nilai Kn berkisar antara
1 – 3 maka keadaan ikan kurus. Harga Faktor kondisi tergantung pada jumlah
kepadatan populasi, tingkat kematangan gonad, makanan, jenis kelamin dan umur
ikan (Effendie 2002).
Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan
panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat
ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Hubungan yang terdapat pada
ikan tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda.
Analisa hubungan panjang-berat ini dapat mengestimasi faktor kondisi
atau sering disebut index of plumpness, yang merupakan salah satu hal penting
dalam pertumbuhan untuk membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan relatif
7

populasi ikan atau individu tertentu (Everhart dan Youngs 1981 dalam Effendi
2002).
Analisis panjang dan berat bertujuan untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan di alam. Rumus hubungan antara panjang total ikan
dengan beratnya adalah persamaan eksponensial sebagai berikut (Effendie
1979) :
W= a Lb
Keterangan : W adalah berat total ikan (g), L adalah panjang total ikan (mm), a
dan b adalah konstanta hasil regresi (diperoleh dengan uji statistik regresi).
Rumus umum hubungan panjang-berat, apabila di transformasikan
ke dalam logaritma, akan menjadi persamaan: log W = log a + b log L,
yaitu persamaan linier atau persamaan garis lurus sebagai berikut :

log a=∑ log W × ∑ (log L)2 −∑ log L× ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿¿ ¿ ¿ ¿


b ¿ ∑ log W −¿ ¿ ¿
Hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b (Effendi 1997) :
 Bila b=3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan
panjang seimbang dengan pertambahan berat).
 Bila b ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik, dimana ;
- Bila b > 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif yaitu
pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang,
menunjukkan keadaan ikan tersebut montok.
- Bila b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif yaitu
pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat,
menunjukkan keadaan ikan yang kurus.
Hasil plot data panjang dan berat ikan dalam suatu gambar, maka
akan didapatkan grafik hubungan sebagai berikut :
8

Log (Berat)

Log (Panjang)

Gambar 3. Grafik Regresi Hubungan Panjang dan Berat pada Ikan


(Sumber : Effendi 1997)
Nilai praktis yang didapat dari perhitungan panjang dan berat ialah
kita dapat menduga berat dari panjang ikan atau sebaliknya. Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan digolongkan menjadi dua bagian besar yaitu
faktor dalam dan luar. Faktor dalam umumnya sukar dikontrol, antara lain
keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama
mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan, suhu perairan dan faktor-
faktor kimia perairan, antara lain oksigen, karbondioksida, hidorgen
sulfida, keasaman dan alkalinitas (Effendie 2002).

b. Tingkat dan Indeks Kematangan Gonad Ikan Nilem


Pengamatan tingkat kematangan gonad dilakukan dengan
menggunakan metode Kesteven (Bagenal dan Barum 1968) dalam
Effendie (2002). Selama penelitian TKG ikan jantan tertinggi diperoleh
pada TKG IV (perkembangan II), yaitu sebesar 32,53 %. Sedangkan pada
ikan betina TKG tertinggi diperoleh pada TKG V (Bunting) dengan
persentase 61,36%.
Penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2012), di Rawa Pening
dibulan Mei – Juli diperoleh dominasi ikan Nilem yang memiliki TKG IV
(Perkembangan II). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ikan Nilem
memijah hampir sepanjang tahun dan pada puncaknya di akhir musim
penghujan. Hal ini diperkuat Ghufran (2010), di perairan bebas ikan Nilem
mulai memijah pada akhir musim penghujan di daerahyang berpasir dan
berair jernih serta agak dangkal. Dalam upaya pemanfaatan sumberdaya
9

ikan secara berkelanjutan perlu adanya peraturan mengenai zona


penangkapan ikan Nilem, sehingga nelayan tetap dapat melakukan
penangkapan namun tempat – tempat dimana ikan Nilem sedang memijah
dapat terlindungi dari upaya penangkapan dan dapat memijah sebelum
tertangkap oleh nelayan.
Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari
reproduksi ikan sebelum terjadinya pemijahan. Proses sebelum pemijahan
ini, mengakibatkan sebagian besar hasil metabolisme dalam tubuh
dipergunakan untuk perkembangan gonad. Pertambahan berat gonad akan
diikuti dengan semakin bertambah besar ukuran panjang, termasuk
diameter telurnya. Berat gonad akan mencapai maksimum pada saat ikan
akan berpijah, kemudian berat gonad akan menurun dengan cepat selama
pemijahan berlangsung sampai selesai (Kordi 2010).
Peningkatan ukuran gonad atau perkembangan ovarium disebabkan
oleh perkembangan stadia oosit, pada saat ini terjadi perubahan morfologi
yang mencirikan tahap stadianya. Pertambahan berat gonad pada ikan
betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pertambahan pada jantan
sebesar 5-10%. Pencatatan perubahan kematangan gonad dapat digunakan
untuk mengetahui apabila ikan akan memijah, baru memijah atau sudah
selesai memijah. Ukuran ikan pada saat pertama kali gonadnya matang,
ada hubungan dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang
mempengaruhinya (Effendi 2002).
Menurut Kesteven dalam (Effendi 1997) membagi tingkat
kematangan gonad dalam beberapa tahap yaitu:
1. Dara. Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung,
testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai abu-abu. Telur
tidak terlihat dengan mata biasa.
2. Dara Berkembang. Testis dan ovarium jernih, abu-abu merah.
Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur
satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.
10

3. Perkembangan I. Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna


kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira
setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih.
4. Perkembangan II. Testis berwarna putih kemerah-merahan, tidak ada
sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-
merahan. Telur dapat dibedakan dengan jelas, bentuknya bulat telur.
Ovarium mengisis kira-kira dua pertiga ruang bawah.
5. Bunting. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis berwarna putih,
keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat,
beberapa dari telur ini jernih dan masak.
6. Mijah. Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan di perut.
Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat
telur tinggal dalam ovarium.
7. Mijah/Salin. Gonad belum kosong sama sekali, tidak ada telur yang bulat
telur.
8. Salin. Testis dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur
sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
9. Pulih Salin. Testis dan ovarium berwarna jernih, abu-abu merah.

c. Indeks Kematangan Gonad (IKG)


Indeks Kematangan Gonad (IKG) diketahui untuk melihat perubahan yang
terjadi didalam gonad secara kuantitaf. Dari hasil perhitungan IKG pada ikan
Nilem betina diperoleh IKG tertinggi pada Ikan Nilem betina sebesar 45,32%
dengan panjang 145 mm dan berat 33,3 gr dan IKG terkecil sebesar 2,35% dengan
panjang 110 mm dan berat 20,4 gr. Sedangkan IKG tertinggi pada ikan Nilem
jantan sebesar 23,07% dengan panjang 133 mm dan berat 26,1 gr. IKG terendah
pada ikan Nilem jantan sebesar 0,64% dengan panjang 123 mm dan berat 32,6 gr.
Hal ini sesuai dengan Effendie (2002), yang menyatakan bahwa Indeks
Kematangan Gonad Ikan Nilem Betina lebih besar dibandingkan IKG ikan Nilem
Jantan. Nilai IKG ikan Nilem yang tinggi menunjukkan bahwa ukuran gonad ikan
Nilem besar, mengakibatkan ikan Nilem ditangkap tidak hanya untuk diambil
11

dagingnya saja, namun ikan Nilem yang dicari adalah ikan Nilem yang matang
gonad untuk dimanfaatkan telurnya. Menurut Subagia et al. (2006), Ikan Nilem
saat ini dieksploitasi tidak hanya untuk dikonsumsi dagingnya saja tetapi juga
telurnya.
Telurnya sangat digemari masyarakat karena rasanya lezat dan dapat
diekspor sebagai pengganti kapiar. Jika hal ini terjadi terus menerus maka dapat
mengancam stok ikan Nilem di alam karena ikan yang siap memijah tertangkap
dan tidak memiliki kesempatan untuk melahirkan keturunannya. Oleh karena itu
kebutuhan akan telur ikan Nilem dapat ditanggulangi dengan melakukan budidaya
sehingga stok di alam tetap terjaga.
Indeks Kematangan Gonad atau disebut juga Maturity atau
Gonado Somatic Index merupakan suatu indeks yang menyatakan
perubahan yang terjadi dalam gonad secara kuantitatif. Indeks
Kematangan Gonad merupakan suatu nilai dalam persen sebagai hasil
perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad
dikalikan 100%, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bg
IKG= ×100 %
Bw−Bg
Dimana :
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bg = Berat Gonad (gram)
Bw = Berat Tubuh (gram)
Indeks Kematangan Gonad dapat digunakan sebagai tanda utama untuk
membedakan kematangan gonad berdasarkan berat gonad. Perbedaan nilai IKG
dapat disebabkan perubahan tingkat metabolisme pada suhu yang berbeda.
Dimana perbedaan suhu akan mempengaruhi tingkat metabolisme suatu
organisme budidaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa tingkat metabolisme
berhubungan dengan suhu air, sehingga tingkat metabolisme akan mengalami
perubahan jika dipelihara pada suhu yang berbeda.
Ikan yang mempunyai berat tubuh lebih berat maka akan memiliki berat
gonad yang jauh lebih berat, hal ini berkaitan langsung dengan ukuran telur yang
12

dihasilkan. Menurut Effendie (1997), umumnya sudah dapat diduga bahwa


semakin meningkat tingkat kematangan, garis tengah telur yang ada dalam
ovarium semakin besar pula.
Ikan betina memiliki nilai IKG lebih besar dibandingkan dengan ikan
jantan. Indeks Kematangan Gonad (IKG) dihubungkan dengan  Tingkat
Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi
kematangan gonad. Dengan merperbandingkan demikian akan tampak hubungan
antara perkembangan di dalam dan di luar gonad, atau nilai-nilai morfologi yang
kuantitatif. Bergantung pada macam dan pola pemijahannya, maka akan
didapatkan nilai indeks yang sangat bervariasi setiap saat (Effendie 2002).

d. Rasio Jenis Kelamin Ikan Nilem


Perbandingan rasio kelamin berguna untuk melihat keseimbangan
ikan jantan dan betina di alam. Hasil rasio kelamin ikan Nilem selama
penelitian didapatkan jumlah ikan Nilem betina lebih banyak
dibandingkan jumlah ikan Nilem Jantan yaitu 1 : 1,29. Menurut Kiat
(2004) dalam Haryono (2006), dikatakan bahwa rasio jenis kelamin ikan
tambra dan jenis ikan air tawar lainnya selalu berubah tergantung populasi
dan kondisi perairan yang ada. Dengan demikian informasi mengenai rasio
jenis kelamin dapat berubah tergantung situasi di perairan itu sendiri.
Menurut Sadhotomo dan Potier (1991) dalam Saputra (2009), di Perairan
perbandingan jenis kelamin ikan diharapkan seimbang, bahkan diharapkan
jumlah ikan betina lebih banyak daripada jantan sehingga populasinya
dapat dipertahankan walaupun ada kematian alami dan penangkapan.
Rasio kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan jantan dengan
jumlah ikan betina dalam suatu populasi dimana perbandingan 1:1 yaitu
50% jantan dan 50% betina merupakan kondisi ideal untuk
mempertahankan spesies. Kenyataanya di alam perbandingan rasio
kelamin tidaklah mutlak, hal ini dipengaruhi oleh pola distribusi yang
13

disebabkan oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi, dan


keseimbangan rantai makanan (Effendie 2002).
Penyimpangan dari kondisi ideal tersebut disebabkan oleh faktor
tingkah laku ikan itu sendiri, perbedaan laju mortalitas dan
pertumbuhannya. Keseimbangan rasio kelamin dapat berubah menjelang
pemijahan. Ketika melakukan ruaya pemijahan, populasi ikan didominasi
oleh ikan jantan, kemudian menjelang pemijahan populasi ikan jantan dan
betina dalam kondisi yang seimbang, lalu didominasi oleh ikan betina.
Ikan jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan sifat seksual primer
dan sekunder. Sifat seksual primer ditandai dengan ovarium dan
pembuluhnya (ikan betina) dan testis dengan pembuluhnya (ikan betina)
yang hanya dapat dilihat dengan melakukan pembedahan. Sifat seksual
sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan
jantan dan betina. Sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua yaitu
bersifat sementara (hanya muncul pada musim pemijahan saja) dan
bersifat permanen (tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim
pemijahan) (Effendie 2002).

d. Fekunditas
Perhitungan fekunditas dilakukan pada ikan Nilem yang memiliki TKG
III, IV dan V. Berdasarkan sampel 44 ekor ikan Nilem diperoleh hasil fekunditas
tertinggi sebanyak 156.695 butir dengan panjang 250 mm dan berat 244,1 gr.
Sedangkan hasil fekunditas terendah sebanyak 2.966 butir dengan panjang 127
mm dan berat 21,3 gr.Menurut Moyle (2004) dalam Bakhris (2008), mengatakan
bahwa rata – rata fekunditas pada ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungannya.
Beberapa faktor yang berperan terhadap jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan
betina yaitu fertilitas, frekuensi pemijahan, perlindungan induk, ukuran telur,
kondisi lingkungan dan kepadatan populasi.
Metode perhitungan fekunditas dapat dilakukan dengan cara
berikut :
a. Cara Menjumlah Langsung
14

Cara ini merupakan cara yang paling baik dan tepat hasilnya. Caranya
menghitung telur satu per satu dari telur yang ada. Namun cara ini hanya untuk
ikan yang relatif menghasilkan telur sedikit seperti ikan yang melahirkan, ikan
yang menjaga keturunannya dengan baik dan ikan-ikan berukuran kecil. Apabila
ikan yang mempunyai telur banyak sekali, metode ini tidak efisien karena terlalu
banyak menghabiskan waktu.
b. Cara volumetrik
1. Menghitung volume gonad keseluruhan (dapat dilakukan dengan
memasukannya pada gelas ukur berisi air, dan menghitung selisih volume
awal air saja dan volume akhir, yaitu air dan gonad). (V)
2. Membagi kedua gonad dalam 3 bagian (anterior A, tengah T, dan
posterior, P) Menghitung volume ke-3 bagian gonad tersebut di setiap
gonad (jadi ada 6 bagian). (seperti pada cara yang pertama). (v)
3. Menghitung telur pada 6 bagian telur tersebut secara manual. (x)
4. Menghitung fekuinditas dengan memasukannya pada rumus. (X)

Gambar 4. Pembagian Gonad untuk Menghitung Fekunditas


Sehingga, untuk mencari nilai fekunditas, dapat dirumuskan
sebagai berikut :
X :  x = V : v
Keterangan :
X/F = Jumlah telur yang akan dicari
x = Jumlah telur dari sebagian gonad
V = Volume seluruh gonad
v = Volume sebagian gonad contoh
15

c. Cara gravimetrik
Perhitungan fekunditas telur dengan metode gravimetrik dilakukan
dengan cara mengukur berat seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik
pemindahan air. Selajutnya telur diambil sebagian kecil diukur beratnya
dan jumlah telur dihitung. Dengan bantuan rumus berikut ini :
G
F= ×n
g
Keterangan:
F = fekunditas jumlah total telur dalam gonad
G = bobot gonad setiap ekor ikan
g = bobot sebagian gonad (gonad contoh)
n = jumlah telur dari (gonad contoh)
Fekunditas mempunyai hubungan atau keterpautan dengan umur,
panjang, atau bobot tubuh dan spesies ikan. Nikolsky (1963) menyatakan
bahwa pada umumnya fekunditas meningkat dengan meningkatnya ukuran
ikan betina. Semakin banyak makanan maka pertumbuhan ikan semakin
cepat dan fekunditasnya semakin besar.

2.2 Pertumbuhan pada Ikan


Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang dan berat dalam
periode waktu. Pertumbuhan populasi dapat didefinisikan sebagai
peningkatan biomassa suatu populasi yang dipengaruhi oleh banyaknya
faktor yang berasal dari luar maupun dalam (Effendie 2002).
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda,
yaitu: temperatur, kulitas air, kualitas dan ketersediaan makanan, ukuran
ikan dan jenis kelamin, jumlah ikan, dan kematangan gonad dari ikan
tersebut. Ikan akan mengalami penurunan pertumbuhan saat pertama kali
matang gonad karena sebagian makanan untuk pertumbuhan digunakan
untuk perkembangan gonad (Effendie 2002).
Pendugaan suatu pertumbuhan dapat menggunakan dua model,
yaitu model yang berhubungan dengan bobot dan model yang
berhubungan dengan panjang. Analisis pola pertumbuhan menggunakan
16

data panjang-bobot. Persamaan hubungan panjang-bobot ikan


dimanfaatkan untuk berat ikan melalui panjangnya dan menjelaskan sifat
pertumbuhannya. Bobot dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang.
Dengan kata lain, hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk menduga bobot
melalui panjang (Effendie 2002).
Pola pertumbuhan di bagi menjadi dua, yaitu petumbuhan isometrik
dan pertumbuhan alometrik.

2.3.1 Pertumbuhan Allometrik


Pertumbuhan allometrik adalah pertumbuhan yang tidak seimbang
dan dapat bersifat sementara, misalnya perubahan yang berhubungan
dengan kematangan gonad pada ikan (Effendie 2002). Pertumbuhan
allometrik dibagi lagi menjadi dua, yaitu pertumbuhan allometrik positif
(apabila nilai b > 3) dan pertumbuhan allometrik negatif (apabila nilai b <
3). Pertumbuhan allometrik positif terjadi saat pertambahan berat lebih
dominan daripada pertumbuhan panjang. Pertumbuhan allometrik negatif
terjadi ketika pertambahan panjang lebih dominan dari pada perubahan
berat.

2.2.2 Pertumbuhan Isometrik


Pertumbuhan isometrik dimaksudkan sebagai perubahan yang
bersifat seimbang terus dalam tubuh suatu organisme. Menurut Effendie
(2002), pertumbuhan isometrik dimaksudkan sebagai perubahan yang
bersifat seimbang terus dalam tubuh suatu organisme.
Perubahan perbandingan tubuh merupakan salah satu perhatian
dari para ahli perikanan yang mencoba mencari stok yang sama spesiesnya
atau dari spesies yang hampir bersamaan. Pemisahan yang dilakukan
adalah dari setiap perbedaan karena pertumbuhan sebagai akibat dari
lingkungan atau karena keturunan, dengan membandingkan contoh yang
diambil dari daerah yang berbeda, tetapi mempunyai ukuran sama.
17
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum analisis aspek biologi (pertumbuhan, reproduksi, dan kebiasaan
makan) ikan nilem ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 21 April 2015,
dimulai puku 12.30 WIB. Tempat yang digunakan yaitu Ruang Laboratorium
Fisiologi Hewan Air FPIK Unpad.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah
1. Penggaris : untuk mengukur TL dan SL ikan
2. Timbangan : untuk menimbang berat hati dan gonad ikan
3. Cawan Petri : untuk mnganalisis kandungan pakan di mikroskop
4. Sonde : untuk mematikan ikan
5. Gunting : untuk membedah ikan
6. Pinset : alat bantu pembedahan ikan
7. Mikroskop :alat untuk meneliti kandungan pakan dengan perbesaran
tertentu.
8. Hand Counter : alat untuk menghitung jumlah telur

3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah
1. Ikan Nilem sebagai ikan yang digunakan untuk praktikum/ penelitian
2. Aquades, berfungsi sebagai larutan pengencer dan larutan volumetrik
3. Larutan Sera, untuk mengetahui posisi inti telur pada oosit
4. Larutan Acetocarmine, untuk mengidentifikasi gonad ikan

18
19

3.3 Prosedur Kerja

Ikan diambil, kemudian dimatikan dengan penusuk pada bagian depan


kepala ikan

Bobot ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan

Panjang ikan diukur Total Length (TL), Standart Length (SL)


menggunakan penggaris

Dihitung pola pertumbuhan berdasarkan teknik Lagler (1961)

Ikan dibedah dimulai dari bagian urogenital melingkar menuju rongga


perut dengan menggunakan gunting

Gonad ikan diambil kemudian diamati dan diukur panjang dan beratnya

Dihitung IKG dan HSI berdasarkan rumus

Ambil usus dan amati isi usus dengan cara di striping

Identifikasi spesies yang terdapat pada usus tersebut dengan menggunakan mikroskop
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok
Kelompok :6
Hari/Tanggal : Selasa, 21 April 2015
Spesies ikan : Ikan Nilem
Asal ikan : Waduk Cirata
Tabel 1. Data Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok Pada Ikan 1
Pertumbuhan Kelamin
Jenis Ikan
Panjang (mm) Berat
Jantan Betina
SL FL TL (gram)
Ikan Betutu
110 120 130 29,46 - √

Tabel 2. Data Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok Pada Ikan 2


Pertumbuhan Kelamin
Jenis Ikan
Panjang (mm) Berat
Jantan Betina
SL FL TL (gram)
Ikan Betutu
110 120 130 23,01 - √

4.1.2 Hasil Pengamatan Reproduksi Kelompok


Tabel 3. Data Reproduksi Kelompok Ikan 1
Diameter
TKG Bg (g) IKG (%) Bht (g) HSI (%) Fekunditas
Telur (µm)
Bunting 4,45 17,79 0,15 2,30 770 56

Perhitungan IKG dan HSI data Kelompok :


1. Perhitungan IKG
Bg
IKG= ×100 %
Bt −Bg
4,45
IKG= × 100 %
29,46−4,45
IKG=17.79 %
2. Perhitungan HSI
Bht
HSI = ×100 %
Bt −Bht

20
21

0,15
HSI = × 100 %
29,46−0,15
HSI =0,51 %

3. Perhitungan Fekunditas
V .x
X=
v
5 . 462
X=
3
X =770

Tabel 4. Data Reproduksi Kelompok Ikan 2


Diameter
TKG Bg (g) IKG (%) Bht (g) HSI (%) Fekunditas
Telur (µm)
Perkembangan I 1,14 5,21 0,10 0,43 - 50

Perhitungan IKG dan HSI data Kelompok :


4. Perhitungan IKG
1,14
IKG= ×100 %
23,01−1,14
IKG=5,21 %
5. Perhitungan HSI
Bht
HSI = ×100 %
Bt −Bht
0,10
HSI = ×100 %
23,01−0,10

4.1.3 Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelas


Tabel 5. Data Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Nilem 1 Kelas

Pertumbuhan Kelamin Rasio


Kel
Nama Kelami
- Panjang (mm) Janta Betin
Praktikan Berat n
n a
SL FL TL  
Dini Maliha
Rayana
1 105 120 135 24,93 1 0
Adli M.
 
Rury Ratnafuri
Fahri . F
2 105 115 130 30,18 0 1
Risa M
22

Pertumbuhan Kelamin Rasio


Kel
Nama Kelami
- Panjang (mm) Janta Betin
Praktikan Berat n
n a
SL FL TL  
M. Musa DZ
Dita Tania
3 Windi A. 177 189 217 33,21 0 1
Rizal Firdaus
Aisyah Dwi
4 Syarifudin 100 110 130 20,6 0 1
Fathin A.
Dhita Hapsari
5 Syifa Zahidah 100 120 140 28,62 0 1
Dicky D.
Riana Faosa
6 Hilman H. 110 120 130 29,46 0 1
Ardiansyah
Zahra Imma R.
7 Dyah Hafizha 112 123 145 33,36 0 1
Bagus Renaldo
Rahmahwati
R.
8 M. Aulia R. S. 100 110 125 21,02 0 1
M. Galdio N.
A.
Ali Aji Adi N.
9 M. Rakhman 97 110 127 20,65 0 1
Ruth Maria
Hanna
Maryam
10 Bayu . R 115 130 145 37,92 0 1
M. Ryan K.
Choki S. D.
Ayu
11 Mardhiana 107 120 138 30,84 0 1
Deni
Sihabudin
Aisyah A. M.
12 M. Salsabil 105 120 135 25,8 1 0
Fachri A. M.
Resna Ajeng
A.
13 Raden 115 135 145 34,36 0 1
Rahmadi
Christoper R.
23

Pertumbuhan Kelamin Rasio


Kel
Nama Kelami
- Panjang (mm) Janta Betin
Praktikan Berat n
n a
SL FL TL  
Kalysta F.
Jumaidi
14 Effendi 98 111 128 24,26 0 1
Yuki Aditya
R.
Dwi Muthiah
15 Fadhillah A. 108 123 145 32,6 0 1
Agung Fuadi
Kartika Irta D.
Rosa H.
16 97 107 125 24,94 0 1
Taufik Ikhsan
Ruth Mawar
Gilang T.
18 Geugeuh G. 110 122 145 33,13 0 1
Dina Arifiah
Kelana Putra
19 Takbir S. 100 112 127 24,34 0 1
Silmi Fitriani
Sona Y. D.
20 Reyhan Alif 105 125 140 24,12 0 1
Eva Amalia
Shafwan Hariz
21 Fahira Nur A. 100 112 125 24,41 0 1
Chervin

Pengelompokan Data Panjang (Standard Length) Ikan Betutu Hasil Pecobaan


Pengelompokan data dilakukan dengan metode statistika menggunakan
distribusi frekuensi. Rumus yang dapat digunakan untuk mengelompokan data
menggunakan tabel distribusi frekuensi adalah rumus Sturge. Jumlah kelas
interval dapat dihitung dengan rumus berikut :

K = 1 + 3,3 Log n
Dimana :
K = Jumlah Kelas Interval
n = Jumlah Data observasi
log = Logaritma
24

Dari data tersebut maka dapat dihitung jumlah kelas dari 42 data tersebut
adalah:
K = 1 + 3,3 Log n
K = 1 + 3,3 Log 21
K = 5,356
K≈6
Kemudian, untuk menghitung panjang kelas dari 42 data tersebut,
digunakan rumus :
Data terbesar−Data terkecil
Panjang Kelas=
Jumlah kelas
177−97
Panjang Kelas=
6
Panjang Kelas=13,33
Jadi, panjang kelas yang didapatkan adalah 14

Tabel 6. Interval SL dan Rasio Kelamin Ikan Nilem


Kelas Interval Jumlah Jantan Betina
1 96,5 – 110,5 17 2 15
2 110,5 – 124,5 3 0 3
3 124,5 - 138,5 0 0 0
4 138,5 - 152,5 0 0 0
5 152,5 - 166,5 0 0 0
6 166,5 - 180,5 1 0 1
    21 2 19

Menggunakan tabel interval SL dan Rasio Kelamin diatas, maka dapat dibuat
grafik histogram sebagai berikut :
16
12
8
4 Jantan
0 Betina

Gambar 5. Grafik Rasio Kelamin Ikan Nilem 1


25

Persentase Rasio Kelamin Ikan Nilem :


2
Jantan= × 100 %=9,5 %
21
19
Betina= ×100 %=90,5 %
21

Rasio Kelamin
Jantan
10%

Betina
90%

Gambar 6. Diagram Rasio Kelamin Ikan Nilem 1

Tabel 7. Data Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Nilem 2 Kelas


Pertumbuhan Kelamin Rasio
Kel Nama Janta Betin Kelami
Panjang (mm) Berat
- Praktikan n a n
SL FL TL  
Dini Maliha
Rayana
1 100 115 130 22.73 0 1
Adli M.
Rury Ratnafuri
Fahri . F
Risa
2 95 105 120 20.36 0 1
Mawadatu
M. Musa DZ
Dita Tania  
3 Windi A. 177 197 224 33.5 0 1
Rizal Firdaus
Aisyah Dwi
4 Syarifudin 110 130 140 34.6 0 1
Fathin A.
Dhita Hapsari
5 90 100 115 18.93 1 0
Syifa Zahidah
26

Pertumbuhan Kelamin Rasio


Kel Nama Janta Betin Kelami
Panjang (mm) Berat
- Praktikan n a n
SL FL TL  
Dicky D.
Riana Faosa
6 Hilman H. 110 120 130 23.01 0 1
Ardiansyah
Zahra Imma R.
7 Dyah Hafizha 114 125 145 31.5 0 1
Bagus Renaldo
Rahmahwati
R.
8 M. Aulia R. S. 105 115 135 25.02 1 0
M. Galdio N.
A.
Ali Aji Adi N.
9 M. Rakhman 106 120 139 30.62 0 1
Ruth Maria
Hanna
Maryam
10 Bayu . R 97 117 130 21.65 1 0
M. Ryan K.
Choki S. D.
Ayu
11 Mardhiana 108 120 138 29.58 0 1
Deni
Sihabudin
Aisyah A. M.
12 M. Salsabil 120 135 150 36.9 0 1
Fachri A. M.
Resna Ajeng
A.
13 Raden 135 155 165 35.04 0 1
Rahmadi
Christoper R.
Kalysta F.
Jumaidi
14 91 108 116 19.77 0 1
Effendi
Yuki Aditya R.
Dwi Muthiah
15 Fadhillah A. 97 112 130 29,61 0 1
Agung Fuadi
Kartika Irta D.
16 Rosa H. 117 125 150 31,03 0 1
Taufik Ikhsan
27

Pertumbuhan Kelamin Rasio


Kel Nama Janta Betin Kelami
Panjang (mm) Berat
- Praktikan n a n
SL FL TL  
Ruth Mawar
Gilang T.
18 Geugeuh G. 100 110 125 22,64 0 1
Dina Arifiah
Kelana Putra
19 Takbir S. 110 122 134 34,15 0 1
Silmi Fitriani
Sona Y. D.
20 Reyhan Alif 100 110 125 27,06 0 1
Eva Amalia
Shafwan Hariz
21 Fahira Nur A. 110 125 141,5 36,48 0 1
Chervin

Pengelompokan Data Panjang (Standard Length) Ikan Betutu Hasil Pecobaan


Pengelompokan data dilakukan dengan metode statistika menggunakan
distribusi frekuensi. Rumus yang dapat digunakan untuk mengelompokan data
menggunakan tabel distribusi frekuensi adalah rumus Sturge. Jumlah kelas
interval dapat dihitung dengan rumus berikut :

K = 1 + 3,3 Log n
Dimana :
K = Jumlah Kelas Interval
n = Jumlah Data observasi
log = Logaritma
Dari data tersebut maka dapat dihitung jumlah kelas dari 42 data tersebut
adalah:
K = 1 + 3,3 Log n
K = 1 + 3,3 Log 21
K = 5,356
K≈6
Kemudian, untuk menghitung panjang kelas dari 42 data tersebut,
digunakan rumus :
28

Data terbesar−Data terkecil


Panjang Kelas=
Jumlah kelas
177−97
Panjang Kelas=
6
Panjang Kelas=13,33
Jadi, panjang kelas yang didapatkan adalah 14

Tabel 8. Interval SL dan Rasio Kelamin Ikan Nilem


Kelas Interval Jumlah Jantan Betina
1 96,5 – 110,5 16 1 15
2 110,5 – 124,5 2 0 2
3 124,5 - 138,5 1 0 1
4 138,5 - 152,5 0 0 0
5 152,5 - 166,5 0 0 0
6 166,5 - 180,5 1 0 1
    21 1 20

Menggunakan tabel interval SL dan Rasio Kelamin diatas, maka dapat dibuat
grafik histogram sebagai berikut :
16
14
12
10
8
6
Jantan
4
Betina
2
0

Gambar 7. Grafik Rasio Kelamin Ikan Nilem 2

Persentase Rasio Kelamin Ikan Nilem :


1
Jantan= × 100 %=4,8 %
21
20
Betina= ×100 %=95,2 %
21
29

Rasio Kelamin
Jantan
5%

Betina
95%

Gambar 8. Diagram Rasio Kelamin Ikan Nilem 2

4.1. 4 Hasil Regresi Pertumbuhan Kelas


Tabel 9. Hasil Regresi Pertumbuhan Ikan Nilem 1
Bobo
Kel- SL Log L (X) Log W(Y) (Log L)2 Log L.Log W
t
1 105 24.93 2.0212 1.3967 4.0852 2.8230
2 105 30.18 2.0212 1.4797 4.0852 2.9908
3 177 33.21 2.2480 1.5213 5.0534 3.4198
4 100 20.6 2.0000 1.3139 4.0000 2.6277
5 100 28.62 2.0000 1.4567 4.0000 2.9133
6 110 29.46 2.0414 1.4692 4.1673 2.9993
7 112 33.36 2.0492 1.5232 4.1993 3.1214
8 100 21.02 2.0000 1.3226 4.0000 2.6453
9 97 20.65 1.9868 1.3149 3.9473 2.6124
10 115 37.92 2.0607 1.5789 4.2465 3.2536
11 107 30.84 2.0294 1.4891 4.1184 3.0220
12 105 25.8 2.0212 1.4116 4.0852 2.8532
13 115 34.36 2.0607 1.5361 4.2465 3.1653
14 98 24.26 1.9912 1.3849 3.9650 2.7576
15 108 32.6 2.0334 1.5132 4.1348 3.0770
16 97 24.94 1.9868 1.3969 3.9473 2.7753
18 110 33.13 2.0414 1.5202 4.1673 3.1034
19 100 24.34 2.0000 1.3863 4.0000 2.7726
20 105 24.12 2.0212 1.3824 4.0852 2.7940
21 100 24.41 2.0000 1.3876 4.0000 2.7751
∑     40.6137 28.7854 82.5337 58.5023
30

Menggunakan grafik scatter yang dibuat pada microsoft excel dan menggunakan
data regresi pertumbuhan diatas, maka didapatkan grafik sebagai berikut ini :

Korelasi Panjang dan Berat Ikan


1.6000
1.5500 f(x) = 0.8 x − 0.19
Log L (X) Log W(Y)
R² = 0.32
1.5000 Linear (Log L (X) Log
1.4500 W(Y))
Berat
1.4000 Linear (Log L (X) Log
1.3500 W(Y))
1.3000
1.9500 2.1500 2.3500
Panjang

Gambar 9. Grafik Regresi Pertumbuhan pada Ikan Nilem 1


(Hubungan Panjang dan Berat)

Dari grafik tersebut, maka didapatkan nilai a, b, dan R sebagai berikut :


a = - 0,1894
b = 0,8021
2
R = 0,3199

Menentukan Nilai b sebagai Tipe Pertumbuhan (Perhitungan Lagler)


log a=∑ log W × ∑ (log L)2 −∑ log L× ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿¿ ¿ ¿ ¿
(28,7854 ×82,5337 ) −40,6137 ( 58,5023 )
log a=
( 21× 82,5337 )−1649,4726
log a=−0,0274

Sehingga nilai b dapat dicari dengan cara :


b ¿ ∑ log W −¿ ¿ ¿
28,7854−(21 ×−0,0274)
b¿
40,6137
b ¿ 0,7229
Sehingga, nilai b pada ikan betutu adalah b < 3

Tabel 10. Hasil Regresi Pertumbuhan Ikan Nilem 2


31

Log L Log
Kel- SL Bobot (Log L)2 Log L.Log W
(X) W(Y)
1 100 22.73 2.0000 1.3566 4.0000 2.7132
2 95 20.36 1.9777 1.3088 3.9114 2.5884
3 177 33.5 2.2480 1.5250 5.0534 3.4283
4 110 34.6 2.0414 1.5391 4.1673 3.1419
5 90 18.93 1.9542 1.2772 3.8191 2.4959
6 110 23.01 2.0414 1.3619 4.1673 2.7802
7 114 31.5 2.0569 1.4983 4.2309 3.0819
8 105 25.02 2.0212 1.3983 4.0852 2.8262
9 106 30.62 2.0253 1.4860 4.1019 3.0096
10 97 21.65 1.9868 1.3355 3.9473 2.6533
11 108 29.58 2.0334 1.4710 4.1348 2.9912
12 120 36.9 2.0792 1.5670 4.3230 3.2581
13 135 35.04 2.1303 1.5446 4.5383 3.2904
14 91 19.77 1.9590 1.2960 3.8378 2.5389
15 97 29.61 1.9868 1.4714 3.9473 2.9234
16 117 31.03 2.0682 1.4918 4.2774 3.0853
18 100 22.64 2.0000 1.3549 4.0000 2.7098
19 110 34.15 2.0414 1.5334 4.1673 3.1303
20 100 27.06 2.0000 1.4323 4.0000 2.8647
21 110 36.48 2.0414 1.5621 4.1673 3.1888
∑     40.6926 28.8111 82.8768 58.6995
Menggunakan grafik scatter yang dibuat pada microsoft excel dan menggunakan
data regresi pertumbuhan diatas, maka didapatkan grafik sebagai berikut ini :

Korelasi Panjang dan Berat Ikan


1.6000
f(x) = 0.97 x − 0.53
1.5500 R² = 0.44
1.5000
1.4500
Berat 1.4000 Log L (X) Log W(Y)
Linear (Log L (X)
1.3500
Log W(Y))
1.3000 Linear (Log L (X)
1.2500 Log W(Y))
1.9000 1.9500 2.0000 2.0500 2.1000 2.1500 2.2000 2.2500 2.3000
Panjang

Gambar 10. Grafik Regresi Pertumbuhan pada Ikan Nilem 2


(Hubungan Panjang dan Berat)
32

Dari grafik tersebut, maka didapatkan nilai a, b, dan R sebagai berikut :


a = - 0,5263
b = 0,9667
R2 = 0,4387

Menentukan Nilai b sebagai Tipe Pertumbuhan (Perhitungan Lagler)


log a=∑ log W × ∑ (log L)2 −∑ log L× ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿¿ ¿ ¿ ¿
(28.8111 ×82.8768 ) −40.6926 ( 58,5023 )
log a=
( 21× 82.8768 )−1.655,8877
log a=0,1283

Sehingga nilai b dapat dicari dengan cara :


b ¿ ∑ log W −¿ ¿ ¿
28,8111−(21 ×−0,1283)
b¿
40.6926
b ¿ 0,7742
Sehingga, nilai b pada ikan betutu adalah b < 3

4.1.5 Hasil Pengamatan Reproduksi Kelas


Tabel 11. Hasil Reproduksi Bagian 1 Ikan Nilem 1 Kelas
Kel
TKG Bw BGd IKG BHt HSI
-
1 Dara 24.93 0.3 1.22% 0.26 1.05%
2 Bunting 30.18 4.56 17.80% 0.04 0.13%
3 Dara Berkembang 33.21 0.25 0.76% 0.16 0.48%
4 Perkembangan 2 20.6 1.38 7.18% 0.03 0.15%
5 Perkembangan 2 28.62 1.18 4.30% 0.07 0.25%
6 Bunting 29.46 4.45 17.79% 0.15 0.51%
7 Perkembangan 2 33.36 6.47 24.06% 0.3 0.91%
8 Perkembangan 2 21.02 2.07 10.92% 0.1 0.48%
9 Dara Berkembang 20.65 1.31 6.77% 0.31 1.52%
10 Perkembangan 2 37.92 3.64 10.62% 0.12 0.32%
11 Perkembangan 2 30.84 4.97 19.21% 0.12 0.39%
12 Dara Berkembang 25.8 0.28 1.10% 0.16 0.62%
13 Perkembangan 2 34.36 2.49 7.81% 0.35 1.03%
14 Bunting 24.26 3.7 18.00% 0.1 0.41%
33

Kel
TKG Bw BGd IKG BHt HSI
-
15 Bunting 32.6 2.2 7.24% 0.06 0.18%
16 Bunting 24.94 5.55 28.62% 0.07 0.28%
18 Bunting 33.13 2.02 6.49% 0.54 1.66%
19 Bunting 24.34 4.75 24.25% 0.08 0.33%
20 Perkembangan 1 24.12 0.38 1.60% 0.08 0.33%
21 Perkembangan 1 24.14 0.71 3.03% 0.17 0.71%

Tabel 12. Hasil Reproduksi Ikan Betutu Angkatan Bagian 2 Ikan Nilem 1
Fekundita Diamete Letak Inti
Kel- TKG
s r T MK M
1 Dara - - - - -
2 Bunting 6187 41.1 4 4 1
3 Dara Berkembang - - - - -
4 Perkembangan 2 - - - - -
5 Perkembangan 2 - 36.7 - - -
6 Bunting 770 56 - - -
7 Perkembangan 2 4433 45 - - -
8 Perkembangan 2 1323 33.5 10 - -
9 Dara Berkembang - - 5 1 4
10 Perkembangan 2 1130 37.1 2 1 7
11 Perkembangan 2 1970 48 10 - -
12 Dara Berkembang - - - - -
13 Perkembangan 2 2817 70.3 3 4 0
14 Bunting 3188 45 2 2 3
15 Bunting 3295 54 5 3 2
16 Bunting 2 0 8
18 Bunting 1508 57 8 2 0
19 Bunting 593,25 45,3 7 3 0
20 Perkembangan 1 - - - - -
21 Perkembangan 1 - - - - -

Menggunakan metode pengelompokan data berdasarkan tingkat kematangan


gonad menurut Kesteven, dari tabel 8, maka didapatkan data berkelompok sebagai
berikut :
Tabel 13. Persentase Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nilem
No. TKG Jumlah Jantan Betina
1 Dara 1 0 1
34

2 Dara Berkembang 3 0 3
3 Perkembangan I 2 0 2
4 Perkembangan II 7 3 4
5 Bunting 8 1 7
6 Mijah 0 0 0
7 Mijah/salin 0 0 0
8 Salin 0 0 0
9 Pulih salin 2 2 0
Jumlah 21 4 17

Menggunakan data pada tabel persentase tingkat kematangan gonad ikan nilem
diatas, maka dapat dibuat grafik histogram seperti pada gambar 11.

8
7
6
5
4 Jantan
3 Column1

2
1
0
Dara DB P1 P2 Bunting

Gambar 11. Grafik Persentase Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nilem

Tabel 14. Hasil Reproduksi Ikan Betutu Kelas Bagian 1 Ikan Nilem 2
Kel BG BH
TKG Bw IKG HSI
- d t
22.7 0.0
1 Perkembangan 1 0.28 1.25% 0.40%
3 9
Hermaprodit (Jantan: DB Betina: 20.3 0.0
2 0.36 1.80% 0.05%
P1) 6 1
0.2
3 Perkembangan 1 33.5 0.99 3.05% 0.78%
6
18.82 0.0
4 Bunting 34.6 5.48 0.23%
% 8
18.9 0.0
5 Perkembangan 2 0.17 0.91% 0.21%
3 4
0.0
6 Dara 12 0.21 1.78% 0.76%
9
23.0
7 Perkembangan 1 1.14 5.21% 0.1 0.44%
1
25.0 0.0
8 Dara 0.08 0.32% 0.24%
2 6
9 Perkembangan 2 30.6 6.47 26.79 0.3 0.99%
35

Kel BG BH
TKG Bw IKG HSI
- d t
2 %
21.6 0.0
10 Dara Berkembang 0.33 1.55% 0.32%
5 7
29.5 18.60 0.1
11 Perkembangan 2 4.64 0.44%
8 % 3
0.1
12 Perkembangan 1 36.9 0.7 1.93% 0.49%
8
35.0 0.4
13 Bunting 3.14 9.84% 1.24%
4 3
19.7 0.0
14 Bunting 1.65 9.11% 0.05%
7 1
29.6 27.96 0.0
15 Bunting 6.47 0.14%
1 % 4
31.0 0.0
16 Dara 0.12 0.39% 0.23%
3 7
22.6 0.1
18 Dara Berkembang 0.24 1.07% 0.67%
4 5
34.1 18.41 0.1
19 Bunting 5.31 0.41%
5 % 4
27.0 18.01 0.0
20 Bunting 4.13 0.30%
6 % 8
36.4 26.27 0.0
21 Bunting 7.59 0.22%
8 % 8

Tabel 15. Hasil Reproduksi Ikan Betutu Angkatan Bagian 2 Ikan Nilem 2
Letak Inti
Kel- TKG Fekunditas Diameter
T MK M
1 Perkembangan 1 - - - - -
2 Hermaprodit - - - - -
3 Perkembangan 1 - 60 - - -
4 Bunting - 64 - - -
5 Perkembangan 2 - - - - -
6 Dara - 60 - - -
7 Perkembangan 1 735 29.2 - - -
8 Dara - - - - -
9 Perkembangan 2 336 100 2 2 6
10 Dara Berkembang - - - - -
11 Perkembangan 2 2760 44.6 10 - -
12 Perkembangan 1 - - - - -
13 Bunting 1576 68 6 4 -
14 Bunting 1314 40 12 6 9
15 Bunting 4218 52 5 3 2
16 Dara - - - - -
18 Dara Berkembang - 60 - - -
36

19 Bunting 666 42 8 2 0
20 Bunting 6867 50 3 6 1
21 Bunting 6339 48 3 6 1

Menggunakan metode pengelompokan data berdasarkan tingkat


kematangan gonad menurut Kesteven, dari tabel 11, maka didapatkan data
berkelompok sebagai berikut :
Tabel 16. Persentase Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nilem
No. TKG Jumlah Jantan Betina
1 Dara 3 1 2
2 Dara Berkembang 3 1 2
3 Perkembangan I 6 3 3
4 Perkembangan II 3 1 2
5 Bunting 7 0 7
6 Mijah 0 0 0
7 Mijah/salin 0 0 0
8 Salin 0 0 0
9 Pulih salin 2 2 0
Jumlah 21 5 16

Menggunakan data pada tabel persentase tingkat kematangan gonad ikan nilem
diatas, maka dapat dibuat grafik histogram seperti pada gambar 11.

8
7
6
5
4
3
Jantan
2
Column1
1
0
ra ng 1 2
tin
g
Da ba an an n
em ang ang Bu
erk m
b
m
b
r aB r ke r ke
Da Pe Pe

Gambar 12. Grafik Persentase Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nilem 2


37

4.1.6 Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits


Tabel 17. Data Food and Feedding Habits Ikan Nilem 1 Kelas
Jenis Pakan
Bag. Bag.
Bentho Detritu
Fitoplankton Zooplankton Hewa Tumbuha
s s
n n
Bacillariophyceae

Panjang
Chrysophyceae
Chlorophyceae
Cyanophyceae

Kel-

Entomostraca
Pyrrophyceae

Usus

Helminthes
Rhizopoda

Copepoda
Rotatoria

1 780 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
2 1100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 1040 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 900 0 0 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 380 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 310 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 - 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 915 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 840 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 1150 0 0 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 670 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 840 0 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 1000 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 780 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 420 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 213 41 0 23 0 0 0 0 0 0 4 0 1 0 0
18 340 11 0 8 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 0
19 350 0 0 6 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0
20 927 32 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0
21 970 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
∑ 87 1 133 1 2 0 0 0 0 6 0 4 4 0
Tota
  224 6 0 4 4 0
l

1. Indeks Preponderan
Menghitung indeks preponderan menggunakan rumus :
38

Vi × Oi
IPi= n
×100 %
∑ Vi ×Oi
i=1

Keterangan :
IPi = indeks preponderan
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
Σ(Vi x Oi) = jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan

Menggunakan rumus diatas dan perhitungan dengan microsoft excel 2013, maka
didapatkan hasil sebagai berikut
Tabel. Hasil Perhitungan Indeks Preponderan Ikan Nilem (Ikan ke-1)
Kelompok Jumlah IP Keterangan
Fitoplankton 224 94.12% Pakan Utama
Cyanophyceae 87 36.55% Pakan Utama
Pyrrophyceae 1 0.42% Pakan Tambahan
Chlorophyceae 133 55.88% Pakan Utama
Chrysophyceae 1 0.42% Pakan Tambahan
Bacillariophyceae 2 0.84% Pakan Tambahan
Zooplankton 6 2.52% Pakan Tambahan
Rhizopoda 0 0.00% Pakan Tambahan
Rotatoria 0 0.00% Pakan Tambahan
Entomostraca 0 0.00% Pakan Tambahan
Copepoda 6 2.52% Pakan Tambahan
Benthos 0 0.00% Pakan Tambahan
Bagian Hewan 4 1.68% Pakan Tambahan
Bagian Tumbuhan 4 1.68% Pakan Tambahan
Detritus 0 0.00% Pakan Tambahan
Total 238 100%

2. Indeks Pilihan
Menghitung nilai indeks pilihan menggunakan rumus sebagai berikut :
ri−pi
E=
ri+ pi
Keterangan :
E = indeks pilihan
ri = jumlah relatif macam-macam organisme yang dimakan
pi = jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
39

Menggunakan rumus diatas dan perhitungan dengan microsoft excel 2013, maka
didapatkan hasil sebagai berikut
Tabel. Hasil Perhitungan Indeks Pilihan Ikan Nilem (Ikan ke-1)
Kelompok ri pi ri-pi ri+pi E
Fitoplankton 224 37 187 261 0.72
Cyanophyceae 87 27 60 114 0.53
Pyrrophyceae 1 0 1 1 1.00
Chlorophyceae 133 10 123 143 0.86
Chrysophyceae 1 0 1 1 1.00
Bacillariophyceae 2 0 2 2 1.00
Zooplankton 6 10 -4 16 -0.25
Rhizopoda 0 0 0 0 0.00
Rotatoria 0 0 0 0 0.00
Entomostraca 0 8 -8 8 -1.00
Copepoda 6 2 4 8 0.50
Benthos 0 1 -1 1 -1.00
Bagian Hewan 4 4 0 8 0.00
Bagian Tumbuhan 4 2 2 6 0.33
Detritus 0 0 0 0 0.00
Total          

3. Tingkat Trofik
Menghitung tingkat trofik menggunakan rumus sebagai berikut :
Ttp× Ii
Tp=1+ ∑ ( )
100
Keterangan :
Tp = tingkat trofik ikan
Ttp = tingkat trofik kelompok pakan ke-p
li = indeks bagian terbesar untuk kelompok pakan ke-p
Tabel. Hasil Perhitungan Tingkat Trofik Ikan Nilem (Ikan ke-1)
Kelompok Ttp Ii Ttp*Ii/100 Tp
Fitoplankton 1 94.12% 0.9411765
Zooplankton 2 2.52% 0.0504202
Benthos 3 0% 0
2.06
Bagian Hewan 3 2% 0.0504202
Bagian Tumbuhan 1 2% 0.0168067
Detritus 4 0% 0

4. Luas Relung
Menghitung luas relung pakan menggunakan rumus sebagai berikut :
40

B=(∑ Pi2 )−1


Keterangan :
B = Luas relung pakan
Pi = Proporsi jenis pakan ke-i yang dikonsumsi

Tabel. Hasil Perhitungan Luas Relung Ikan Nilem (Ikan ke-1)


Kelompok IP Pi Pi2 ∑ Pi2 B
Fitoplankton 94.12% 0.94118 0.8858131
Zooplankton 2.52% 0.02521 0.0006355
Benthos 0.00% 0 0
0.89 1.13
Bag. Tumbuhan 1.68% 0.01681 0.0002825
Bag. Hewan 1.68% 0.01681 0.0002825
Detritus 0.00% 0 0

Tabel 18. Data Food and Feeding Habits Ikan Nilem 2 Kelas
Jenis Pakan
Fitoplankton Zooplankton
Bacillariophyceae
Chrysophyceae
Chlorophyceae
Cyanophyceae

Entomostraca
Pyrrophyceae

Panjang
Helminthes

Bag.
Rhizopoda

Copepoda
Rotatoria

Kel- Bag.
Usus Benthos Hewa Detritus Ikan
Tumbuhan
n

1 655 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
2 705 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 750 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
4 700 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 412 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 460 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 - 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 1015 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 1010 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 755 0 0 38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 780 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 1110 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 1150 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 806 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 440 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 600 32 0 14 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0
18 250 10 0 10 2 0 0 0 0 0 0 0 6 3 0 0
41

19 605 0 0 12 0 0 0 0 0 0 3 0 1 0 0 0
20 816 37 0 19 4 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0
21 880 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11
∑ 84 1 7 2 0 0 0 0 5 0 10 5 0 0
3
Tota
  207 5 0 10 5 0 0
l

1. Indeks Preponderan
Menghitung indeks preponderan menggunakan rumus :
Vi × Oi
IPi= n
×100 %
∑ Vi ×Oi
i=1

Keterangan :
IPi = indeks preponderan
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
Σ(Vi x Oi) = jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan

Menggunakan rumus diatas dan perhitungan dengan microsoft excel 2013, maka
didapatkan hasil sebagai berikut
Tabel. Hasil Perhitungan Indeks Preponderan Ikan Nilem (Ikan ke-2)
Kelompok Jumlah IP Keterangan
Fitoplankton 207 91,19% Pakan Utama
Cyanophyceae 81 35,68% Pakan Utama
Chlorophyceae 113 49,78% Pakan Utama
Pyrrophyceae 1 0,44% Pakan Tambahan
Crysophycea 7 3,08% Pakan Tambahan
Bacillariophyceae 2 0,88% Pakan Tambahan
Zooplankton 5 2,20% Pakan Tambahan
Rhizopoda 0 0,00% Pakan Tambahan
Rotatoria 0 0,00% Pakan Tambahan
Entomostraca 0 0,00% Pakan Tambahan
Copepoda 5 2,20% Pakan Tambahan
Benthos 0 0,00% Pakan Tambahan
Bagian Hewan 10 4,41% Pakan Tambahan
Bagian Tumbuhan 5 2,20% Pakan Tambahan
Total 227 1

2. Indeks Pilihan
Menghitung nilai indeks pilihan menggunakan rumus sebagai berikut :
42

ri−pi
E=
ri+ pi
Keterangan :
E = indeks pilihan
ri = jumlah relatif macam-macam organisme yang dimakan
pi = jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan

Menggunakan rumus diatas dan perhitungan dengan microsoft excel 2013,


maka didapatkan hasil sebagai berikut

Tabel. Hasil Perhitungan Indeks Pilihan Ikan Nilem (Ikan ke-2)


Kelompok ri Pi ri - pi ri + pi E
Fitoplankton 207 37 170 244 0,70
Cyanophyceae 81 27 54 108 0,50
Chlorophyceae 113 10 103 123 0,84
Pyrrophyceae 1 0 1 1 1,00
crysophyceae 7 0 7 7 1,00
Bacillariophyceae 2 0 2 2 1,00
Zooplankton 5 10 -5 15 -0,33
Rhizopoda 0 0 0 0 0,00
Rotatoria 0 0 0 0 0,00
Entomostraca 0 8 -8 8 -1,00
Copepoda 5 2 3 7 0,43
Benthos 0 0 0 0 0,00
Bagian Hewan 10 4 6 14 0,43
Bagian Tumbuhan 5 2 3 7 0,43
Total 227        

3. Tingkat Trofik
Menghitung tingkat trofik menggunakan rumus sebagai berikut :
Ttp× Ii
Tp=1+ ∑ ( )
100
Keterangan :
Tp = tingkat trofik ikan
Ttp = tingkat trofik kelompok pakan ke-p
li = indeks bagian terbesar untuk kelompok pakan ke-p

Tabel. Hasil Perhitungan Tingkat Trofik Ikan Nilem (Ikan ke-2)


Kelompok Ttp Ii Ttp*Ii/100 Tp
Fitoplankton 1 91,19% 0,9119 2,11
Zooplankton 2 2,20% 0,044
Benthos 3 0,00% 0
43

Bagian Hewan 3 4,41% 0,1323


Bagian Tumbuhan 1 2,20% 0,022
Detritus 4 0,00% 0
Ikan 3 0,00% 0
Total   100,00% 1,1102  

4. Luas Relung
Menghitung luas relung pakan menggunakan rumus sebagai berikut :
B=(∑ Pi2 )−1
Keterangan :
B = Luas relung pakan
Pi = Proporsi jenis pakan ke-i yang dikonsumsi

Tabel. Hasil Perhitungan Luas Relung Ikan Nilem (Ikan ke-2)


Kelompok IP Pi Pi2 ∑ Pi2 B
Fitoplankton 91,19% 0,911894 0,831551
Zooplankton 2,20% 0,022026 0,000485
Benthos 0,00% 0 0
Bag. Tumbuhan 2,20% 0,022026 0,000485 0,83446215 2.79
Bag. Hewan 4,41% 0,044053 0,001941
Detritus 0,00% 0 0
Ikan 0,00% 0 0

5. Nilai Chi-Square
Menghitung nilai chi-kuadrat menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ ( fo−fe )2
2
x= [ fe
2
] 2 2 2 2 2
(2−2,5) (18−17) (0−0,5 ) (3−2,5 ) (16−17 ) (1−0,5 )
x 2= + + + + +
2,5 17 0,5 2,5 17 0,5
2
hit
x =0,1+ 0,058824+0+ 0,1+ 0,058824+0
2
hit
x =0,317647

6. Menentukan x 2tab
Diketahui : α = 0,05, baris (r) = 2, kolom (k) = 3
Ditanya : x 2tab
44

Jawab : d f =( r−1 ) ( k −1 )
df =(2−1)(3−1)
df =2
2 2
Maka : x tab =x ( α , df )
x 2tab =x2(0,05,2)
Dengan melihat pada tabel chi yang diketahui, maka didapatkan nilai x 2tab
adalah 5,991. Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
2 2
hit tab
x =0,317647 ≤ x =5,991

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Kelompok
Hasil Pengamatan kelompok mengenai Ikan Nilem yang diambil dari
Waduk Cirata kali ini keduanya memiliki panjang total ( TL) 130 mm, panjang
baku (SL) 110 mm, dan panjang sampai lekuk ekor (FL) 120 mm. Namun Berat
pada ikan nilem pertama yaitu 29,46 gram, sedangkan berat pada ikan nilem
kedua yaitu 23,01 gram. Hal ini menunjukan bahwa ikan pertama dan ikan kedua
memilik panjang yang sama namun, beratnya lebih besar pada ikan pertama.
Perbedaan ukuran berat dan panjang antara setiap ikan tersebut dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar
(eksternal).Faktor dalam ini sulit untuk dilakukan pengontrolan, sedangkan faktor
luar mudah untuk pengontrolannya. Faktor dalam diantaranya adalah gen dimana
faktor ini mungkin dapat dikontrol dalam suatu kultur, salah satunya dengan
mengadakan seleksi yang baik bagi pertumbuhannya sebagai induk.
Kemudian adalah faktor jenis kelamin, kemungkinan tercapainya
kematangan gonad untuk pertama kali cenderung mempengaruhi pertumbuhan
yang menjadi lambat karena sebagian makanan tertuju pada perkembangan gonad
tersebut. Untuk faktor umur, pertumbuhanakan lebih cepat terjadi pada ikan yang
masih muda, sedangkan ikan yang sudah tua umumnya kekurangan makanan
berlebih untuk pertumbuhan. Terakhir adalah faktor parasit dan penyakit yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan jika organ pencernaan atau organ vital lainnya
terserang sehingga efisiensi makanan yang berguna bagi pertumbuhan berkurang.
Sedangkan yang termasuk faktor luar adalah makanan.Dalam hal ini
makanan adalah faktor yang paling penting karena dengan adanya makanan
45

berlebih dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lebih pesat. Faktor luar
lain yang mempengaruhi, yaitu kualitas air, misalnya suhu, oksigen terlarut dan
karbondioksida.
Dua ikan yang kelompok kami dapatkan memiliki rasio kelamin betina. Hal
ini dapat diidentifikasi setelah dilakukan pengamatan terhadap ciri seksual primer,
yaitu dengan mengamati morfologi tubuh ikan tersebut. Pada ikan betina, terdapat
perut yang lebih besar, ukuran tubuh yang lebih pendek dan sirip ekor yang lebih
pendek. Dengan mengamati ciri seksual sekunder pada ikan, kita dapat
membedakan ikan jantan dengan betina dari luar, namun kadang masih sulit dan
tetap harus dilakukan pembedahan untuk memastikan jenis kelamin ikan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang kelompok kami lakukan, tingkat
kematangan gonad (TKG) pada ikan nilem pertama termasuk ke dalam fase
bunting dikarenakan terdapat berbagai ciri yang terlihat. Morfologi gonad ikan
nilem yang kelompok kami amati, ovariumnya menutupi 2/3 bagian tubuh atau
organ seksual mengisi ruang bawah, telur bentuknya bulat, beberapa dari telur ini
jernih dan masak. Sedangkan pada ikan nilm kedua termasuk ke dalam fase
perkembangan I, dimana ikan kedua ini memiliki ovarium yang berwarna
kemerah-merahan, gonadnya kira-kira mengisi setengah ruang ke bagian bawah.
Menurut Nikolsky (1969), tanda utama yang digunakan untuk membedakan
kematangan gonad berdasarkan berat ikan itu sendiri atau secara alamiah
berhubungan dengan ukuran dan berat tubuh ikan.
Berat tubuh dan berat gonad ikan nilem pertama yang kami amati masing-
masing sebesar 29,46 gram dan 4,45 gram. Dengan penentuan berat gonad
dibandingkan dengan berat tubuh ikan akan didapatkan Indeks Kematangan
Gonad (IKG) yang dinyatakan dalam persen.Indeks kematangan gonad yang
kelompok kami dapat sebesar 17,79 %. Selain itu pada ikan nilem pertama ini
kami dapat menentukan Fekunditas karena volume telur sudah dapat diketahui
yaitu sebesar 5 mm, dengan jumlah sampel telur 462, dan volume telur sebagian
sebesar 3 mm, sehingga didapatkan hasil Fekunditas sebesar 770. Hasil tersebut
diasumsikan bahwa ikan yang menjadi sampel kelompok kami siap untuk
melakukan pemijahan.
46

Sedangkan berat tubuh dan berat gonad ikan nilem kedua yang kami amati
masing-masing sebesar 23,01 gram dan 1,14 gram. Dengan hasil tersebut maka
dapat diketahui Indeks Kematangan Gonad (IKG) pada ikan kedua ini yaitu
sebesar 5,21 %, sehingga ikan kedua ini diasumsikan belum siap untuk melakukan
pmijahan.
Pada ikan nilem pertama memiliki berat hati 0,15 gram dengan berat tubuh
29,46 gram, maka didapatkan hasil HIS yaitu sebesar 2,30 %. Sedangkan pada
ikan nilem kedua berat hatinya yaitu 0,10 gram dengan berat tubuh 23,01, maka
didapatkan HSI sebesar 0,43 %.

4.2.2 Pembahasan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Nilem Kelas


 Ikan Pertama
Berdasarkan data yang berasal dari 21 kelompok, terdapat kelompok yang
mengamati ikan nilem dengan panjang baku (SL) yang terbesar yaitu 177 mm
dengan berat 33,21 gram, sedangkan yang terkecil memiliki nilai SL sebesar 97
mm dan berat 20,65 gram. Data ini menggambarkan bahwa panjang dengan berat
ikan berbanding lurus, artinya ikan dengan panjang yang terbesar akan memiliki
berat yang lebih besar dibandingkan dengan ikan yang terpendek.
Frekuensi terpanjang tubuh ikan nilem betina lebih panjang dari ikan tagih
jantan yang diukur dari Standar Lenght, ikan nilem betina pada interval ini berada
pada kelas panjang 166,5 – 180,5 mm dengan jumlah sebanyak 1 ekor, sementara
itu frekuensi terbesar ikan betina berada pada kelas yaitu 96,5 – 110,5 mm
dengan jumlah sebanyak 2 ekor, dan paling terkecil dari ikan yang diamati dari
praktikum kali ini adalah hanya sekitar pada interval 96,5 – 110,5 mm dengan
jumlah sebanyak 17 ekor. Dari gambar 4 (grafik rasio kelamin ikan nilem 1), kita
dapat melihat bahwa ikan nilem betina lebih mendominasi di sampel perairan
waduk cirata yang kita amati ini, dimana pada diagram (gambar 5) dapat terlihat
bahwa persentase ikan nilem pertama 90 % di dominasi oleh ikan nilem betina.

 Ikan Nilem Kedua


47

Berdasarkan data yang berasal dari 21 kelompok, terdapat kelompok yang


mengamati ikan nilem dengan panjang baku (SL) yang terbesar yaitu 177 mm
dengan berat 33,21 gram, sedangkan yang terkecil memiliki nilai SL sebesar 91
mm dan berat 19,77 gram. Data ini menggambarkan bahwa panjang dengan berat
ikan berbanding lurus, artinya ikan dengan panjang yang terbesar akan memiliki
berat yang lebih besar dibandingkan dengan ikan yang terpendek.
Frekuensi ikan nilem kedua dapat dilihat interval SL ikan nilem betina
lebih panjang, dima ikan nilem betina pada interval ini berada pada kelas panjang
166,5 – 180,5 mm dengan jumlah sebanyak 1 ekor, dan paling terkecil dari ikan
yang diamati dari praktikum kali ini adalah hanya sekitar pada interval 96,5 –
110,5 mm dengan jumlah sebanyak 16 ekor. Dari gambar 6 (grafik rasio kelamin
ikan nilem 1), kita dapat melihat bahwa ikan nilem betina lebih mendominasi di
sampel perairan waduk cirata yang kita amati ini, dimana pada diagram (gambar
5) dapat terlihat bahwa persentase ikan nilem pertama 95 % di dominasi oleh ikan
nilem betina.

4.2.3 Pembahasan Regresi Prtumbuhan Ikan Nilem Kelas


 Ikan Nilem Pertama
Meskipun panjang dan berat berhubungan, namun bertambahnya panjang
pada ikan belum tentu sesuai dengan pertambahan beratnya. Oleh karena itu,
untuk mengetahui pertumbuhan ikan, harus menggunakan hubungan panjang
dengan berat untuk mengetahui nilai b.Nilai b yang diperoleh dari data
pengukuran, terdapat hasil dari ikan nilem dengan nilai b sebesar 0,7229. Menurut
Effendie (1979), ada kemungkinan tiga nilai yang muncul dalam pengukuran
panjang dan berat ikan, yaitu b<3, b=3 dan b>3. Hasil dengan nilai b yang
termasuk kategori b<3, artinya pertumbuhan pada ikan tersebut termasuk pada
pertumbuhan allometrik negatif yang menunjukan pertambahan panjang lebih
cepat dari pertumbuhan beratnya. Sedangkan dengan hasil dengan nilai b>3,
artinya pertumbuhan pada ikan tersebut termasuk pertumbuhan allometrik positif
yang menunjukan pertumbuhan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya.
Hal ini dapat dilihat dari penampakan ikan secara fisik. Hasil yang diperoleh dapat
48

diartikan bahwa nilai btermasuk dalam kategori b<3, artinya pertumbuhan pada
ikan tersebut termasuk pada pertumbuhan allometrik negatif yang menunjukan
pertambahan panjang lebih cepat dari pertumbuhan beratnya.
Nilai praktis yang didapat dari perhitungan panjang dan berat ialah kita
dapat menduga berat dari panjang ikan atau sebaliknya, keterangan tentang ikan
mengenai pertumbuhan, kemontokan, perubahan dari lingkungan (Effendie 2002)

 Ikan Nilem Kedua


Pada ikan nilem kedua dyang diperoleh dari data pengukuran, terdapat
hasil dari ikan nilem dengan nilai b sebesar 0,7742. Menurut Effendie (1979), ada
kemungkinan tiga nilai yang muncul dalam pengukuran panjang dan berat ikan,
yaitu b<3, b=3 dan b>3. Hasil yang diperoleh dapat diartikan bahwa nilai
btermasuk dalam kategori b<3, artinya pertumbuhan pada ikan tersebut termasuk
pada pertumbuhan allometrik negatif yang menunjukan pertambahan panjang
lebih cepat dari pertumbuhan beratnya.
Nilai praktis yang didapat dari perhitungan panjang dan berat ialah kita
dapat menduga berat dari panjang ikan atau sebaliknya, keterangan tentang ikan
mengenai pertumbuhan, kemontokan, perubahan dari lingkungan (Effendie 2002)

4.2.4 Pembahasan Reproduksi Ikan Nilem Kelas


 Ikan Nilem Pertama
Berdasarkan data dari 21 kelompok yang mengamati ikan nilem yang
berjenis kelamin jantan maupun betina didapatkan data tingkat kematangan
gonadnya yaitu sebagai berikut : Dara Betina: 1 ekor, Dara Berkembang Betina: 3
ekor, Perkembangan I Betina: 2 ekor, Perkembangan II Betina: 4 ekor, dan
Bunting Betina: 7 ekor. Sedangkan Perkembangan II Jantan: 3 ekor dan Bunting:
1 ekor. Dari data keseluruhan sampel ikan yang diuji dominan masuk pada tahap
bunting pada ikan betina, sedangkan ikan jantan dominan pada tahap
perkembangan II (gambar 10).
Menurut Effendie (2002), ikan betina memiliki nilai IKG yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan jantan. Indeks Kematangan Gonad (IKG) dihubungkan
49

dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan


ciri-ciri morfologi kematangan gonad. Dengan memperbandingkan demikian akan
tampak hubungan antara perkembangan di dalam dan luar gonad. Bergantung
pada macam dan pola pemijahannya, maka akan didapatkan nilai indeks yang
sangat bervariasi setiap saat.
Penilaian perkembangan gonad ikan betina selain dilihat hubungan antara
Indeks Kematangan Gonad dan Tingkat Kematangan Gonad, dapat dihubungkan
juga dengan perkembangan garis tengah telur yang dikandungnya yang
merupakan hasil dari pengendapan kuning telur selama proses vitellogenesis.
Penelusuran ukuran telur masak dalam komposisi ukuran telur secara keseluruhan
dapat menuntun kepada pendugaan pola pemijahan ikan tersebut (Effendie 2002).
Semakin berkembangnya gonad, maka telur yang terkandung di dalamnya
akan semakin membesar garis tengahnya sebagai hasil dari pengendapan kuning
telur, hidrasi dan pembentukan butir-butir minyak secara bertahap terliput dalam
perkembangan  tingkat kematangan gonad.

 Ikan Nilem Kedua


Pada pemeriksaan pada organ gonad, terdapat beberapa faktor internal
yang dapat mempengaruhi berupa perbedaan spesies, umur, ukuran dan sifat-sifat
fisiologis. Faktor eksternal berupa makanan, kondisi lingkungan (suhu dan arus)
dan adanya individu yang berlainan jenis kelamin (Lagler 1977).
Berdasarkan data dari 21 kelompok yang mengamati ikan nilem yang
berjenis kelamin jantan maupun betina didapatkan data tingkat kematangan
gonadnya yaitu sebagai berikut : Dara Betina: 2 ekor, Dara Berkembang Betina: 2
ekor, Perkembangan I Betina: 3 ekor, Perkembangan II Betina: 2 ekor, dan
Bunting Betina: 7 ekor. Sedangkan Dara Jantan: 1 ekor, Dara Berkembang Jantan:
1 ekor, Perkembangan I Jantan: 3 ekor, dan Perkembangan II Jantan: 1 ekor. Dari
data keseluruhan sampel ikan yang diuji dominan masuk pada tahap bunting pada
ikan betina, sedangkan ikan jantan dominan pada tahap perkembangan I (gambar
12).

4.2.5 Pembahasan Food and Feeding Habits Ikan Nilem Kelas


50

 Ikan Nilem Pertama


Hasil pengamatan kelompok yang kami dapatkan dalam melakukan
pengamatan spesies yang terdapat di saluran pencernaan ikan yang kami amati
dengan bantuan mikroskop, kami hanya menemukan 1 spesies yaitu Chlorella sp.
Hal in karena keterbatasan waktu dan mikroskop yang digunakan kurang bagus.
Namun sharusnyamasih banyak lagi yang belum sempat kami identifikasi lebih
lanjut. Sehingga kami dapat menyimpulkan bahwa ikan yang kami amati
termasuk golongan yang memiliki kebiasaan makan tumbuhan atau herbivora. Hal
ini dapat dilihat dari spesies yang terdapat di saluran pencernaan ikan tersebut dan
berasal dari fitoplankton. Selain itu, ikan tersebut memiliki usus yang panjang.
Ususnya yang panjang ini dikarenakan biasanya makanan ikan herbivora
mengandung banyak serat sehingga memerlukan pencernaan yang lebih lama.
Berdasarkan hasil pengamatan data angkatan food and feeding habits ikan
ikan nilem tergolong ikan omnivore yang cenderung herbivore, karena dari data
tersebut dapat dilihat bahwa dalam saluran pencernaan ikan nilem terdapat pakan
fitoplankton 224, sedangkan zooplankton nya hanya 6, bagian hewan 4, dan
bagian tumbuhan 4.
Ususnya yang panjang ini dikarenakan biasanya makanan ikan herbivora
mengandung banyak serat sehingga memerlukan pencernaan yang lebih lama.
Hasil dari 21 kelompok yang mengamati ikan nilem pertama didapatkan
nilai tingkat trofik sebesar 2,o6. Nilai tingkat trofik merupakan nilai yang
menunjukan ikan termasuk golongan pemakan apa berdasarkan dari Indek
Preponderannya. Tingkat trofik dengan nilai antara 2 – 2,49 termasuk golongan
ikan herbivora, tingkat 2,5 – 2,59 termasuk golongan omnivore, tingkat 3 – lebih
merupakan golongan omnivora. Ikan nilem termasuk ikan herbivora. Ikan ini
dapat memakan plankton maupun invertebrate kecil. Keadaan usus yang panjang
pada ikan herbivora merupakan kompensasi terhadap kondisi makanan yang
memiliki kadar serat yang tinggi sehingga memerlukan pencernaan lebih lama.

 Ikan Nilem Kedua


51

Hasil pengamatan kelompok yang kami dapatkan dalam melakukan


pengamatan spesies yang terdapat di saluran pencernaan ikan yang kami amati
dengan bantuan mikroskop, kami hanya menemukan beberapa spesies yaitu
Chlorella sp. (6) dan Nitzschia sp. (4). Sebenarnya masih banyak lagi yang belum
sempat kami identifikasi lebih lanjut. Sehingga kami dapat menyimpulkan bahwa
ikan yang kami amati termasuk golongan yang memiliki kebiasaan makan
tumbuhan atau herbivora. Hal ini dapat dilihat dari spesies yang terdapat di
saluran pencernaan ikan tersebut dan berasal dari fitoplankton. Selain itu, ikan
tersebut memiliki usus yang panjang.
Berdasarkan hasil pengamatan data angkatan food and feeding habits ikan
tawes maupun ikan nilem tergolong ikan omnivore yang cenderung herbivore,
karena dari data tersebut dapat dilihat bahwa dalam saluran pencernaan ikan nilem
terdapat pakan fitoplankton 207, sedangkan zooplankton nya hanya 5, bagian
hewan 10, dan bagian tumbuhan 5.
Hasil dari 21 kelompok yang mengamati ikan nilem didapatkan nilai tingkat
trofik sebesar 2,11. Nilai tingkat trofik merupakan nilai yang menunjukan ikan
termasuk golongan pemakan apa berdasarkan dari Indek Preponderannya. Tingkat
trofik dengan nilai antara 2 – 2,49 termasuk golongan ikan herbivora, tingkat 2,5 –
2,59 termasuk golongan omnivore, tingkat 3 – lebih merupakan golongan
omnivora. Ikan nilem termasuk ikan herbivora. Ikan ini dapat memakan plankton
maupun invertebrate kecil. Keadaan usus yang panjang pada ikan herbivora
merupakan kompensasi terhadap kondisi makanan yang memiliki kadar serat yang
tinggi sehingga memerlukan pencernaan lebih lama.

4.2.6. Pembahasan Chi-Kuadrat


Nilai chi kuadrat (χ²) adalah nilai kuadrat karena itu nilai χ² selalu positif.
Jika nilai χ² hit (chi-kudrat/chi-square) lebih kecil dari χ²tab , berarti mengarah pada
penerimaan hipotesis nol (Ho). Artinya data berdistribusi normal. Jika nilai χ²
hit  (chi-kudrat/chi-square) lebih besar dari χ² tab , berarti penolakan hipotesis nol
(Ho). Artinya data tidak berdistribusi normal.
52

Hasil perhitungan didapatkan nilai χ² hit sebesar 0,317647 sedangkan nilai


χ² hit sebasar 5,991. Hasil ini menunjukan bahwa nilai Chi-square hasil pratikum
lebih kecil dari nilai Chi-square tabel atau berada pada daerah penerimaan,
sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil data yang diperoleh dapat
diterima. Nilai ini menunjukan bahwa data yang didapatkan bersal dari populasi
ikan yang ada. Artinya adalah bahwa data yang diperoleh hasil pratikum tersebut
sudah mewakili seluruh populasi dari sampel ikan tersebut. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa Tidak terdapat hubungan antara ikan 1 dan ikan
2 dengan jenis kelamin pada ikan Nilem dalam suatu populasi.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil data percobaan dari praktikum yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :
 Ikan nilem termasuk ikan air tawar dalam famili Cyprinidae. Ikan ini
memiliki bentuk tubuh yang memanjang dengan ciri khas yang memiliki
sirip yang berwarna kemerahan. Ukuran panjang tubuh ikan jantan dan
betina hampir sama.
 Ikan nilem termasuk kelompok herbivora dengan makanan utama berupa
fitoplankton. Selain dapat hidup di perairan tawar, dapat pula hidup di
perairan payau.
 Pada tingkat pertumbuhan sampel ikan yang dipraktikumkan menunjukkan
bahwa panjang dengan bobot ikan berbanding lurus, artinya ikan dengan
panjang yang terbesar akan memiliki bobot yang besar pula dibandingkan
ikan yang terpendek.
 Pada rasio kelamin sampel ikan yang dipraktikumkan, jumlah ikan yang
berkelamin betina lebih banyak dibandingkan dengan ikan yang
berkelamin jantan.
53

 Dari keseluruhan sampel ikan yang diuji dominan masuk pada tahap
bunting pada ikan betina, sedangkan pada ikan jantan masuk pada tahap
perkembangan II.

5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum, praktikan diharapkan lebih teliti dalam
mengukur pertumbuhan ikan seperti panjang dan bobotnya, memperhatikan ciri-
ciri gonad ikan dengan baik agar tidak terjadi dalam kesalahan mengidentifikasi
tingkat kematangan gonad ikan. Pada perhitungan HSI dan IKG diharapkan lebih
teliti dalam perhitungan agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Nelson, J. S. 2006. Fishes of the World. Fourth Edition. John Wiley and Sons Inc.,
New York, USA.
Kottelat, M., J. A. Whitten., N. S Kartikasari and Wirjoatmodjo. 1993.
Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Dalhousie
University. Canada.
Effendie, Moch. Ichsan. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Putaka Nusatama.

Ichsan, M. 2007. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.

Lagler, K. F, J. E. Bardach dan R. R. Miller. 1997. Ichtyology. John Willey and


Sons, Inc., New York, USA.

Bagus. 2012. Siklus Kehidupan Ikan. Yayasan Pustaka Nusantara : Jakarta.

Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2011. Warta Pasar Ikan. Edisi April
Vol. 80.
Huet, M. 1972. Textbook of Fish Culture. Fishing Newsbook Itd, London.
Effendi M.I. 1972. Metode Biologi Perikanan Bagian Ichtyologi Fakultas
Perikanan IPB. Bogor.
Effendi. 1997. Metode Biologi Perikanan, Bagian Perikanan, Bagian I. Yayasan
Dwi Sri Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Komarawidjaja, W., Sutrisno Sukimin, dan Entang Arman. 2005. Status Kualitas
Air Waduk Cirata dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ikan Budidaya.
Jurnal Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (1): 268-273
Rochmatin, Siti Yuliani, dkk. 2014. ASPEK PERTUMBUHAN DAN
RPRODUKSI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI PERAIRAN RAWA
PENING KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG. Jurnal:
Vol 3, No.3, Tahun 2014, Hal 153-159

54
55

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Alat dan Bahan yang Digunakan

Gambar 1. Beberapa Alat yang Digunakan Saat Kegiatan Praktikum


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 2. Mikroskop yang Digunakan untuk Mengamati Sisik Ikan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3. Ikan Nilem


(Sumber: Google)
56

Lampiran 2. Dokumentasi prosedur tiap tahap kegiatan praktikum

Gambar 1. Penimbangan Telur Ikan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 2. Penimbangan Berat Hati


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3. Usus, Hati, dan Telur Ikan Nilem


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
57

Gambar 6. Isi Usus Ikan Nilem


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 7. Isi Usus Ikan Nilem


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Anda mungkin juga menyukai