Anda di halaman 1dari 23

JOURNAL READING

Cervical cancer metastasis to the brain: A case report and review of


literature
Kanker Seviks dengen metastasis ke otak : laporan kasus dan
literature riview

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Penyakit Syaraf Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada:

dr. Isnawan Widyayanto, Sp. S

Disusun Oleh:
Nabila Shofia Afifah
20214010060

BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF


RSUD SETJONEGORO WONOSOBO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

JOURNAL READING
Cervical cancer metastasis to the brain: A case report and review of
literature
Kanker Seviks dengen metastasis ke otak : laporan kasus dan
literature riview

Telah dipresentasikan pada tanggal:

………………..

Bertempat di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

Disusun oleh:
Nabila Shofia Afifah
20214010085

Disahkan dan disetujui oleh:


Dokter Pembimbing Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Syaraf
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

dr. Isnawan Widyayanto, Sp. S

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, petunjuk,
dan kemudahan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan journal
reading yang berjudul “Kanker Seviks dengen metastasis ke otak : lporan kasus
dan literature riview” ini dengan sebaik – baiknya. Penulis meyakini bahwa journal
reading ini tidak akan dapat tersusun tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Isnawan Widyayanto, Sp. S selaku dokter pembimbing Kepaniteraan
Klinik bagian Ilmu Penyakit Syaraf di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo
yang telah berkenan memberikan bantuan, pengarahan, dan bimbingan dari
awal sampai terselesaikannya penulisan journal reading ini.
2. Seluruh perawat bangsal Bougenvile serta bagian poli Syaraf di RSUD KRT
Setjonegoro Wonosobo.
3. Bapak, Ibu, beserta saudara – saudara saya yang telah mencurahkan kasih
sayang dan memberikan dukungan tiada henti.
4. Keluarga dan teman – teman yang selalu mendukung dan membantu dalam
selesainya penulisan refleksi kasus ini.
Semoga pengalaman dalam membuat jounal reading ini dapat memberikan
hikmah bagi semua pihak. Mengingat penyusunan jounal reading ini masih jauh dari
kata sempurna, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat menjadi masukan
berharga sehingga menjadi acuan untuk penulisan jounal reading selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Wonosobo, 29 Mei 2022

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
ABSTRAK...................................................................................................................iv
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
LAPORAN KASUS......................................................................................................3
DISKUSI.......................................................................................................................6
1. Gambaran Klinik....................................................................................................7
2. Terapi ....................................................................................................................8
3. Prognosis..............................................................................................................10
KESIMPULAN...........................................................................................................13
REFERENSI................................................................................................................15

iii
Cervical cancer metastasis to the brain: A case report and
review of literature

Kaleigh Fetcko, Dibson D. Gondim1, Jose M. Bonnin1, Mahua Dey

Department of Neurosurgery, Indiana University, 1Division of Neuropathology, Department of Pathology and


Laboratory Medicine, Indiana University School of Medicine, Indianapolis, Indiana, USA

ABSTRAK
Latar Belakang : Metastasis kanker serviks ke intracranial merupakan suatu kejadian
yang langkah.
Metode : Dalam penelitian ini kami menggambarkan kasus dari metastasis
kanker serviks ke otak dan melakukan tinjauan literatur yang
ekstensif dari tahun 1956 hingga tahun 2016, untuk mengkaji jelas
presentasi klinis, pilihan pengobatan, kriteria molekuler , target
terapi, dan kelangsungan hidup pasien dengan kondisi penyakit
ini.
Hasil : Seorang wanita lanjut usia dengan riwayat kanker serviks dalam
remisi, disajikan 2 tahun kemudian dengan tumor temporo-parietal
kanan, yang diobati dengan operasi dan radiosurgery stereotactic
(SRS). Kemudian dia kembali 5 bulan dengan lesi soliter pada
bagian kanan, selanjutnya dia kembali menjalani operasi dan SRS
ke rongga reseksi tanpa adanya tanda dan gejala, kemudian pasien
tersebutmengalami kekambuhan 6 bulan kemudian. Menurut
literatur presentasi klinis yang paling umum adalah wanita
dengan usia rata-rata diatas 48 tahun; menunjukkan gejala seperti
sakit kepala, kelemahanotot atau hemiplegia atau hemiparesis,
kejang, dan perubahan status mental seperti kebingungan.
sebagian besar lesi terletak di supratentorial. karsinoma sel
skuamosa biasanya berdiferensiasi buruk. Pendekatan terbaik
untuk pengobatan adalah rencana pengobatan multimodal, terdiri
dari terapi radiasi seluruh otak (WBRT) untuk tumor soliter
metastasis ke otak kemudian diikuti oleh kemoterapi untuk
penyakit sistemik, pembedahan dan WBRT untuk lesi otak soliter
untuk kasus tanpa penyakit sistemik, dan WBRT diikuti oleh
kemoterapi untuk perawatan paliatif.
Kesimpulan : Upaya untuk masa depan dapat dilakukan melalui uji coba acak
prospektif untuk menggambarkan presentasi klinis dan
mengidentifikasi rencana perawatan yang lebih efektif.

iv
1

PENDAHULUAN

Kanker serviks merupakan salah satu jenis dari kanker ganas yang
menyerang wanita, kanker serviks sendiri berada di urutan nomor dua setelah kanker
payudara.[16] Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 12.000 wanita didiagnosis
menderita kanker serviks dengan perkiraan 4000 kematian.[6] Kanker serviks
biasanya menyebar secara lokal melalui sistem limfatik ke panggul dan para-aortic
kelenjar getah bening. Namun kasus ini juga dapat bermetastasis ke organ jauh,
biasanya paru-paru, hati, tulang, dan kelenjar getah bening supraklavikula, melalui
jalur hematogen (2,3) Satu studi menemukan risiko kematian 5,3 kali lipat lebih
besar untuk pasien dengan metastasis hematogen dibandingkan dengan mereka
dengan metastasis limfatik.[25]
Kelangsungan hidup 5 tahun untuk kanker serviks metastatik hanya
16,5% dibandingkan deengan kanker serviks local yang bisa mencapai 91,5%.
[29,48] untuk kasus kanker serviks Stadium awal atau kanker serviks stadium lanjut
lokal dapat diobati dengan kombinasi pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi.
Namun, tidak ada pengobatan standar untuk pasien dengan kanker serviks metastatik,
tujuannya biasanya untuk paliatif.[29] Kelangsungan hidup rata-rata pasien dengan
metastasis kanker serviks hanya 8-13 bulan.[29,48]
Kasus kanker serviks yang mengalami metastasis ke otak jarang terjadi.
Dengan hanya sekitar 100 kasus yang dilaporkan dengan metastasis intrakranial,
manajemen yang tepat dari pasien ini masih belum jelas.[2,6] Kehadiran sel tumor
dalam sirkulasi serebral belum tentu bisa menyebabkan metastasis, hal ini tergantung
pada sistem imun penderita, jumlah emboli tumor, neovaskularisasi jaringan, dan
karakteristik tumor.[2,3] Metastasis ke otak bisa ditegakan setelah terjadi metastasis
ke paru-paru.[6] Hal ini didukung oleh melaporkan bahwa paru-paru adalah area yang
paling umum untuk kanker serviks metastatik; Selain itu, pola ini penyebarannya
sangat khas pada jenis kanker sistemik lainnya, seperti kanker paru-paru, kanker
2

payudara, dan melanoma.[6,21] Namun, terdapat beberapa kasus pasien yang


dilaporkandengan metastasis intrakranial dari kanker serviks tanpa metastasis paru.
Kami menggambarkan kasus soliter terisolasi metastasis kanker serviks ke otak dan
ditinjau literatur untuk mengkarakterisasi lebih jelas klinis presentasi, pengobatan,
dan prognosis pasien dengan keadaan seperti ini.
3

LAPORAN KASUS

Pada tahun 2016 seorang wanita 75 tahun dengan riwayat kanker sel
skuamosa serviks stadium IIIB, yang telah dirawat dan remisi selama 2 tahun, dengan
beberapa minggu belakangan ini mengalami penurunan koordinasi dan penurunan
keseimbangan dengan kelemahan dan kecanggungan dicatat terutama di sisi kirinya
sebagai tambahan ke wajah kiri terkulai. Pencitraan resonansi magnetik (MRI)
otaknya menunjukkan soliter 4,6 cm × 3,4 cm × 4,1 cm massa padat heterogen di
temporo-parietal . kanan persimpangan dengan edema sekitarnya, efek massa, dan
awal herniasi uncal sugestif baik metastasis atau lesi primer derajat tinggi [Gambar 1a
dan b].
Dilihat dari CT scan abdoman dan panggul tidak menunjukkan lesi primer
atau metastasis. Pasien menerima deksametason, yang memperbaiki gejalanya, dan
kemudian menjalani operasi reseksi tumor pada bulan Maret 2016. Pemeriksaan
histopatologis tumor yang direseksi mengungkapkan neoplasma epitel dengan
diferensiasi skuamosa dan keratinisasi ekstensif. Sel tumor menunjukkan anaplasia
yang cukup besar, dan gambaran mitosis yang banyak [Gambar 2a dan b]. Disana ada
demarkasi yang tajam antara jaringan tumor dan mengelilingi parenkim serebral
terkompresi, yang menunjukkan gliosis dan degenerasi serat saraf [Gambar 2c]. Noda
imunohistokimia mengungkapkan kepositifan yang kuat untuk cytokeratin (CK) 7
dan CK5/6 [Gambar 2d dan e], dan juga terdapat imunopositif untuk virus papiloma
manusia (HPV),yang dikonfirmasi oleh hibridisasi in situ untuk HPV [Gambar 2f]
4

Gambar 1: MRI otak pra-operasi menunjukkan


lesi soliter secara heterogen meningkatkan massa
padat di temporal-parietal kanan persimpangan
dengan edema di sekitarnya dan terdapat, efek
massa,. Gambaran awal herniasi (a dan b).
MRI otak pasca operasi segera menunjukkan
perubahan pasca operasi di daerah temporal-
parietal kanan dengan reseksi di seluruh lesi (c
dan d).
MRI otak tujuh minggu setelah reseksi bedah
tidak menunjukkan bukti perkembangan tumor,
secara signifikan meningkatkan edema di sekitar
area reseksi, dan pada bagian oksipital kanan
sebagian terperangkap kemungkinan dari
intraventrikular (e dan f)

MRI pascaoperasi [Gambar 1c dan d] otaknya menunjukkan reseksi total


lesi. Pasien mengalami tidak ada komplikasi neurologis pasca operasi dan pulih
dengan baik pada saat dipulangkan. Pada bulan April 2016, tomografi emisi positron
(PET)/CT scan dari kepala, leher, dada, perut, dan panggul pasien menunjukkan tidak
ada bukti penyakit berulang atau metastasis. Pasien melakukan MRI berulang
[Gambar 1e dan f] kepalanya pada bulan April 2016, yang tidak menunjukkan bukti
perkembangan tumor dan secara signifikan menghilangkan edema di sekitar area
reseksi. Secara klinis, dia kembali hidup mandiri tanpa apapun defisit neurologis. Dia
kemudian dirawat dengan radiosurgery stereotactic (SRS).
Pada Juli 2016, pasien mengalami kejang klonik fokal pada sisi kiri dan
kelemahan otot pada sisi kiri. Gambaran MRI menunjukkan pengukuran tumor
metastatik tunggal baru ukuran 2,3 × 3,5 cm2 berada di temporo-parietal area kanan
dengan edema sekitarnya [Gambar 3a-d]. Mengingat hal ini terdapat gambaran
kekambuhan tumor soliter, dia menjalani reseksi lesi metastasis kedua ini pada Juli
5

2016 dengan MRI pasca operasi yang menunjukkan tumor yang berhasil direseksi
dengan sisa edema yang mengakibatkan pergeseran garis tengah ke arah kiri [Gambar
3e dan f], kemudian diberikan terapi lain berupa SRS ke rongga reseksi pada Agustus
2016. Selanjutnya dilakukan pencitraan menggunakan CT scan pada kepala, leher,
dada, perut, dan panggul, diperoleh gambaran nodul par bilateral yang berukuran
kecil di lobus tengah kanan dan ligula. Melihat ukuran dan karakteristiknya dari
hasil pencitraan lesi, dibuat keputusan untuk tidak melakukan biopsi pada lesi dan
dilakukan pengulangan pencitraan dalam 6 bulan, kemudian dillaporkan gambaran
nodul stabil tanpa tanda-tanda perburukan, oleh karena itu, lesi ini tidak mungkin
terjadi metastasis. MRI berulang serial tidak menunjukkan bukti perburukan penyakit
dan secara klinis dia tetap independen tanpa gejala neurologis. Kemudian untuk
rencana kedepanya pasien harus memantau gejala neurologis bersamaan dengan
pengulangan MRI setiap 3 bulan.

Gambar 2: Karsinoma sel skuamosa serviks


uteri, metastasis ke otak: anaplasia yang nyata
dan keratinisasi tumor yang ekstensif sel. H dan
E x200 (a) dan x400 (b).
Perhatikan marker yang tajamantara jaringan
tumor dan serebral terkompresi di
sekitarnyaparenkim. H dan E, x400 (c).
Pewarnaan imunohistokimia. Sel tumor sangat
positif untuk CK7 dan CK5/6, x400 (d dan e).
Hibridisasi in-situ untuk HPV (f)
6

DISKUSI

Angka kejadian metastasis kanker serviks ke otak telah dilaporkan


berkisar antara 0,4% hingga 2,3% dari total semua kasus kanker serviks.[14]

Gambar 3: MRI otak pra-operasi,


menunjukkan peningkatan dural . baru
lesi berbasis anterior ke rongga reseksi
sebelumnya (a-d).
MRI otak pasca operasi, menunjukkan hasil
reseksi total dari lesi (e dan f)

Namun Akhir-Akhir ini, telah terjadi peningkatan jumlah perbaikan dari kasus
metastasis otak dari kanker serviks; hal ini kemungkinan terjadi perbaikan
pengobatan kanker primer, sehingga dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien
secara keseluruhan.[2,3] Dalam literatur kami, kami memberikan ulasan tentang
metastasis kanker serviks ke otak, kami menemukan 31 laporan kasus, yang
menggambarkan 39 pasien dan lima jenis kasus dengan menganalisis 50 pasien
[Tabel 1] selain tersebut dalam literature terdapat empat tinjauan retrospektif yang
melibatkan 60 pasien [Tabel 2].Sebagian besar pasien datang dengan penyakit
sistemik lainnya. Hanya sebagian kecil dari pasien yang disajikan dengan otak
terisolasi metastasis tanpa adanya penyakit sistemik.
7

Gambaran Klinik
Rata-rata usia dari semua pasien adalah 48 tahun, dengan usia mulai dari
29 hingga 87 tahun. Dari waktu interval anatar kasus kanker primer dan kanker
metastasis yang dilaporkan oleh literatur kami, didapatkan hasil rata-rata selama 17,2
bulan. Interval waktu sangat bervariasi, terdapat beberapa pasien yang didiagnosis
dengan metastasis otak pada saat diagnosis kanker primer mereka, sementara
beberapa terdiagnosis dalam waktu yang lama bahkan hingga 8 tahun. Pasien dari
kasus kami adalah seorang wanita berusia 75 tahun dengan interval waktu 2 tahun
dari diagnosis primer ke diagnosis metastasis ke otak .
Dari gejala yang dilaporkan oleh pasien-pasien dari kami dalam penlitian
ini adalah, sakit kepala (31%), hemiparesis/hemiplegia/kelemahan (16%),
kejang (11%), dan perubahan status mental/kebingungan (9%). Setengahnya
lebih pasien (55%) mengalami beberapa lesi, sementara setengah kurang (45%)
ditemukan memiliki lesi soliter. Sebagian besar metastasis otak adalah
supratentorial (75%), meskipun jarang, lokasi di area infratentorial yang paling
sering berada di serebelum. Dalam kasus kami, pasien disajikan pada bulan Februari
2016 dengan ataksia sisi kiri, kelemahanotot, wajah terkulai, dan episode
kebingungan; ditemukan lesi soliter yang terletak di supratentorial di lobus
temporo-parietal kanan. Kemudian pada Juli 2016 pasien mengalami kejang klonik
fokal sisi kiri dan episode kelemahan sisi kiri dengan temuan lain lesi metastasis
tunggal di lobus temporo-parietal kanan.
Mahmoud-Ahmed dkk. mencatat bahwa sebagian besar metastasis otak
dari kanker serviks berdiferensiasi buruk dan dari berbagai jenis histologis.[31] Dari
pasien yang ditemukan di literatur kami, patologi tumor sebagian besar
berdiferensiasi buruk (77%) dan sel skuamosa karsinoma (68%). Sedangakn Nasu
dkk. mengamati bahwa hanya 35,7% dari pasien dengan metastasis intrakranial dari
kanker serviks memiliki penyakit stadium lanjut (III-IV). Pengamatan itu didukung
oleh sekitar 60% pasien yang ditemukan di tinjauan literatur kami yang dilaporkan
memiliki salah satu tahap I atau tahap II. Kekambuhan pada bagian ekstrakranial
8

terjadi pada mayoritas pasien kami yaitu sebanyak (87%), kasus paling sering
dilaporkan berada di paru-paru (39%), tulang (16%), dan perut/panggul (16%).
Pasien dari kasus kami memiliki karsinoma sel skuamosa stadium III serviks dengan
dua lesi otak soliter.
Imunohistokimia positif sebagai marker CK7 sering terlihat dengan
karsinoma sel skuamosa serviks, pasien dari laporan kasus kami ditemukan berasal
dari lesi otak awal. HPV memiliki mekanisme persembunyian dari aktivasi imun,
termasuk mengurangi aktivitas sel pembunuh alami dan Sel Langerhans,
memungkinkannya untuk menjaga keseimbangan yang baik antara peradangan dan
toleransi.[52].
Terapi
Seperti kasus metastasis intrakranial dari kanker lain, pengobatan
metastasis intrakranial karsinoma serviks meliputi pembedahan, terapi radiasi, SRS,
kemoterapi, atau kombinasi dari terapi ini. Beberapa dari pasien dari literatur kami
menjalani operasi reseksi sebanyak (35%), dan banyak dari terapi radiasi total
seluruh otak (WBRT; 48%). Namun, ada banyak kombinasi terapi yang berbeda
untuk perawatan rencana pasien ini, menyoroti kurangnya standar protokol
pengobatan untuk proses penyakit ini. Terapi yang dianjurkan adalah WBRT (17%)
dan eksisi bedah ditambah WBRT (13%); namun, pengobatan terbaik masih belum
jelas saat ini, terdapat beberapa penelitian menunjukkan manfaat rencana pengobatan
multi modal. Tinjauan literatur kami menunjukkan sebagian besar pasien dengan usia
lebih muda dapat dirawat dengan reseksi bedah. Namun, reseksi bedah pada pasien
lebih dari 70 tahun merupakan kejadian langka. Dalam kasus kami, pasien dirawat
dengan operasi, diikuti oleh SRS ke rongga reseksi untuk kedua lesi metastasis. Tidak
ada pengulangan tambahan atau gejala neurologis baru, 6 bulan berikutnya pasien
menglami reseksi tumor kedua. Kami memilih untuk mengobati dengan pembedahan
reseksi dalam kombinasi dengan SRS dan menghindari WBRT.
Reseksi bedah untuk kasus kanker serviks yang bermetastasis ke otak
biasanya dilakukan pada pasien dengan tumor soliter atau beberapa tumor yang
9

berdekatan, pasien dengan metastasis yang mengancam jiwa atau pasien dengan
ketidakpastian diagnostik.[2] memerlukan perawatan intensif dengan operasi atau
SRS diikuti oleh WBRT adjuvant dan mungkin juga bisa diikuti oleh kemoterap,
terutama untuk pasien muda, karena telah terbukti meningkat kelangsungan hidup
secara keseluruhan.[21,23] Terapi Radiasi ajuvan pascaoperasi telah menyebabkan
peningkatan kelangsungan hidup, status neurologis yang lebih baik, dan tingkat
kekambuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan terapi radiasi saja.[2,7,11]
Chura dkk. memeriksa 12 pasien dengan metastasis intrakranial dari
kanker serviks yang diobati dengan steroid, WBRT, pembedahan, atau terapi
kombinasi dari semuanya. Kelangsungan hidup rata-rata dari diagnosis metastasis
otak adalah 2,3 bulan (0,3-7,9 bulan), kelangsungan hidup pada pasien yang
menjalani operasi dan SRS memiliki kelangsungan hidup rata-rata 6,2 bulan
dibandingkan dengan 1,3 bulan untuk pasien yang diobati dengan hanya WBRT (P =
0,024). Selanjutnya, untuk kemoterapi tampaknya meningkatkan kelangsungan hidup
4,4 bulan, pada pasien yang menerima kemoterapi setelah WBRT memiliki
kelangsungan hidup 0,9 bulan jika dibandingkan dengan pasien yang tidak menerima
pengobatan tambahan setelah WBRT (P = 0,016).[10]
SRS tampaknya menawarkan pengendalian tumor lokal yang efektif
untuk keganasan ginekologi sesuai dengan studi oleh Matsunaga dkk.[33] yang
melaporkan tingkat kontrol 96,4% dan tingkat respon 93%, 6 bulan setelah
pengobatan SRS. Keputusan untuk menggunakan SRS daripada konvensional eksisi
bedah plus WBRT ajuvan untuk perawatan metastasis kanker serviks intrakranial
harus ditentukan secara individual dengan pertimbangan: ukuran tumor (<3 cm),
jumlah, dan lokasi, selain status klinis dan teknologi yang tersedia. [11,14] Chung et
al. menganalisis 13 pasien dengan metastasis otak dari serviks kanker pasien yang
diobati dengan SRS dan 9 pasien dengan baik SRS maupun WBRT. Kelangsungan
hidup rata-rata dari diagnosis metastasis otak adalah 4,6 bulan untuk pasien yang
diobati dengan SRS dan WBRT dibandingkan dengan hanya 1,2 bulan untuk pasien
yang diobati dengan SRS saja (P = 0,012). SRS dengan WBRT tampaknya dapat
10

meningkatkan kelangsungan hidup; Namun, pasien dengan prognosis yang lebih


buruk lebih mungkin untuk diobati dengan SRS saja bukan terapi kombinasi. Chung
dkk.[9] menyarankan bahwa eksisi bedah atau SRS-tergantung pada lokasi, ukuran,
dan jumlah lesi kemudian diikuti oleh WBRT tampaknya merupakan pengobatan
yang optimal. Mereka juga mendorong penggunaan SRS sebagai terapi paliatif untuk
pasien dengan tujuan memberikan bantuan dari gejala mereka dan mempertahankan
kualitas hidup yang baik; SRS mungkin pilihan yang lebih baik untuk perawatan
paliatif dibandingkan dengan WBRT, yang membutuhkan lebih banyak sesi terjadwal
sebagai perbandingan.[9,33]
Kemoterapi memainkan peran penting dalam pengobatan kanker serviks,
khususnya cisplatin; namun, efek pada hasil kanker serviks intrakranial metastasis
masih belum jelas tetapi dapat digunakan pada awalnya untuk pengaturan beberapa
lesi. Topotecan memiliki spesifikasi aktivitas melawan kanker serviks dan mampu
melintasi sawar darah-otak, yang menunjukkan bahwa topotecan mungkin menjadi
salah satu obat kemoterapi terbaik di pengobatan kanker serviks metastatik
intrakranial.[10,23] Perawatan lain untuk metastasis otak yang tidak dapat direseksi,
seperti kemoterapi intraarterial selektif, hormonal terapi, dan pengubah sawar darah-
otak reversibel tidak terbukti memiliki efek yang cukup besar.[11]
Prognosis
Meskipun dilaporkan insiden metastasis intrakranial, dari kanker serviks
rendah, laporan otopsi telah mencatat bahwa hingga 3-10% pasien kanker serviks
memiliki dengan metastasis ke otak, yang mempertanyakan apakah dan kapan sentral
skrining sistem saraf harus dilakukan.[6] Cokelat dkk.[7] menggambarkan kasus
metastasis otak hanya setelah 2 minggu didiagnosis kanker serviks stadium IB2 dan
mendesak dokter onkologi untuk mengantisipasi kejadian ini untuk memberikan
pengobatan dini dan komprehensif. Namun, evaluasi radiologi kranial rutin tidak
adanya gejala tidak dianjurkan karena kejadian metastasis otak dari ginekologi kanker
cukup rendah, tetapi peningkatan kesadaran akan sentinel gejala, seperti sakit kepala,
mual, dan muntah, mungkin membantu dalam deteksi dini metastasis otak.
11

Pada stadium awal kanker serviks (stadium I-IIb), terdapat kelangsungan


hidup 5 tahun 65-80% pasien, sementara ada 0% Kelangsungan hidup 5 tahun dengan
metastasis diseminata.[18] kanker serviks dengan metastasis ke otak membawa
dampak jangka panjang, prognosis buruk dengan kelangsungan hidup rata-rata yang
dilaporkan sekitar 2-8 bulan [2,7,9] dan sebagian besar pasien tidak bertahan hidup
lebih dari 1 tahun.[6] Beberapa laporan kasus tidak dilaporkan kelangsungan hidup
pasien mereka secara keseluruhan. Dari pasien ini tinjauan literatur dengan waktu
kelangsungan hidup yang dilaporkan atau median dari waktu kelangsungan hidup,
waktu kelangsungan hidup rata-rata pasien ini adalah 7 bulan dan waktu, mulai dari
pasca operasi langsung kematian hingga 6,5 tahun. Empat pasien dilaporkan hidup di
tindak lanjut setelah beberapa tahun—3, 5, 8, dan 10 tahun—setelah diagnosis
mereka metastasis kanker serviks intrakranial. Telah didalilkan bahwa kelangsungan
hidup jangka panjang mungkin karena efek terapeutik yang berkepanjangan dari gen
berbeda yang bertanggung jawab untuk metabolisme agen kemoterapi, yang sudah
terlihat pada beberapa pasien.[18]
Penelitian baru berfokus pada identifikasi karakteristik tumor ginekologi
dengan harapan membaik, menentukan prognosis, dan memandu pengobatan menurut
biomarker yang ditargetkan.[14] Zhao dkk.[52] menemukan penurunan kadar mRNA
positif yang merupakan faktor kekebalan OX40L/OX40 dan Smad3 yang
meningkatkan jumlah mRNA dari faktor kekebalan negatif FoxP3 dan CCL22/CCR4
di lingkungan mikro lokal pada jaringan sampel dari pasien dengan kanker serviks
dibandingkan ke jaringan serviks yang normal. Studi lain menemukan bahwa ekspresi
KIP20A dikaitkan dengan kelangsungan hidup yang lebih buruk antara pasien dan
dapat berkontribusi pada perkembangan kanker skuamosa serviks stadium awal (I dan
II). [51]
Selain itu, menandakan aktivasi protein kinase (mTOR), yang terlibat
dalam sintesis protein, telah dicatat di kedua serviks HPV-negatif dan HPV-positif
jaringan kanker dan garis sel; mTOR inhibitor juga memiliki terbukti secara efektif
mengurangi aktivitas mTOR bersama dengan sangat mengurangi beban tumor.[4] Li
12

dkk.[30] juga mengidentifikasi peningkatan kadar oncoprotein HBXIP pada pasien


dengan karsinoma sel skuamosa serviks dibandingkan dengan epitel serviks normal..
[1]
13

KESIMPULAN

Metastasis kanker serviks ke otak merupakan peristiwa yang jarang


terjadi . Menurut tinjauan dari literatur kami, usia rata-rata pasien ini adalah 48 tahun
(29-87 tahun). Interval waktu rata-rata dari diagnosis primer hingga diagnosis
metastasis intrakranial adalah 17,2 bulan dengan rentang yang luas mulai dari
diagnosis simultan dengan diagnosis kanker serviks primer hingga 8 tahun setelahnya
diagnosis kanker primer. Gejala yang biasanya terjadi adalah sakit kepala, kelemahan
/ hemiplegia / hemiparesis, kejang, dan perubahan status mental/kebingungan.
Mayoritas pasien dengan multiple lesi, sebagian besar terletak di supratentorial.
Pasien paling diferensiasi buruk adalah karsinoma sel skuamosa dengan
kekambuhan tambahan pada Organ lain terutama dada/paru-paru, tulang, dan perut/
panggul.
Tidak ada pengobatan standar untuk kondisi ini, tapi terdapat berbagai
pilihan pengobatan dan kombinasi pengobatan. Pilihan telah digunakan seperti eksisi
bedah, WBRT, kemoterapi, dan SRS. WBRT dengan atau tanpa operasi telah menjadi
manajemen yang paling sering digunakan. Namun, pengobatan harus dilakukan
secara mandiri dengan tujuan memberikan bantuan gejala dan meningkatkan kualitas
hidup. Pilihan pengobatan intensif harus berdasarkan status kinerja pasien dan bukan
hanya usia saja. Rencana perawatan multimodal sangat dianjurkan sebagai
pendekatan terbaik, secara khusus menyarankan penggunaan SRS atau WBRT untuk
metastasis otak soliter diikuti dengan kemoterapi untuk penyakit sistemik,
penggunaan reseksi bedah dengan WBRT untuk lesi otak soliter tanpa penyakit
sistemik, dan penggunaan SRS atau WBRT dan steroid diikuti dengan kemoterapi
untuk terpi paliatif.[2,9,10,21,23,29,31]
Secara umum, metastasis kanker serviks intrakranial memiliki prognosis yang buruk.
Faktor prognostik yang menguntungkan untuk pasien dengan metastasis otak kanker
serviks adalah : usia <50 tahun, metastasis otak tunggal, status kinerja baik, dan tidak
14

ada metastasis ekstrakranial.[11,23] Meskipun metastasis intrakranial kanker serviks


jarang terjadi, namun angka kejadian selalu meningkat, dan upaya untuk masa depan
Maka harus mempelajari proses penyakit ini melalui percobaan acak prospektif untuk
menggambarkan presentasi klinis serta mengidentifikasi lebih lanjut rencana
perawatan yang lebih efektif, selain hal tersebut perlu eksplorasi lebih lanjut tentang
terapi intensif untuk membantu dalampengembangan pengobatan yang lebih baik
untuk pasien.
15

REFERENSI

1. Integrated genomic and molecular characterization of cervical cancer. Nature


2017;543:378-84. PMID: 28112728.
2. Agrawal A, Kumar A, Sinha AK, Kumar M, Pandey SR, Khaniya S.
Intracranial metastases from carcinoma of the cervix. Singapore Med J
2007;48:e154-6.
3. Amita M, Sudeep G, Rekha W, Yogesh K, Hemant T. Brain metastasis from
cervical carcinoma—a case report. Med Gen Med 2005;7:26.
4. Asimomytis A, Karanikou M, Rodolakis A, Vaiopoulou A, Tsetsa P, Creatsas
G, et al. mTOR downstream effectors, 4EBP1 and eIF4E, are overexpressed
and associated with HPV status in precancerous lesions and carcinomas of the
uterine cervix. Oncology Lett 2016;12:3234-40.
5. Azimirad A, Sarraf Z. Parkinsonism in a recurrent cervical cancer patient: Case
report and review of the literature. J Fam Reprod Health 2013;7:189-91.
6. Branch BC, Henry J, Vecil GG. Brain metastases from cervical cancer — A
short review. Tumori 2014;100:e171-9.
7. Brown Iii JV, Epstein HD, Kim R, Micha JP, Rettenmaier MA, Mattison JA, et
al. Rapid manifestation of CNS metastatic disease in a cervical carcinoma
patient: A case report. Oncology 2007;73:273-6.
8. Buchsbaum HJ, Rice AC. Cerebral metastasis in cervical carcinoma. Am J
Obstet Gynecol 1972;114:276-8.
9. Chung SB, Jo KI, Seol HJ, Nam DH, Lee JI. Radiosurgery to palliate
symptoms in brain metastases from uterine cervix cancer. Acta Neurochir
2013;155:399-405.
10. Chura JC, Shukla K, Argenta PA. Brain metastasis from cervical
carcinoma. Int J Gynecol Cancer 2007;17:141-6.
11. Cordeiro JG, Prevedello DM, da Silva Ditzel LF, Pereira CU, Araujo JC.
Cerebral metastasis of cervical uterine cancer: Report of three cases. Arq
Neuropsiquiatr 2006;64:300-2.
12. Cormio G, Colamaria A, Loverro G, Pierangeli E, Di Vagno G, De
Tommasi A, et al. Surgical resection of a cerebral metastasis from cervical
cancer: Case report and review of the literature. Tumori 1999;85:65-7.
13. Ding DC, Chu TY. Brain and intramedullary spinal cord metastasis from
squamous cell cervical carcinoma. Taiwan J Obstet Gynecol 2010;49:525-7.
14. Divine LM, Kizer NT, Hagemann AR, Pittman ME, Chen L, Powell MA,
et al. Clinicopathologic characteristics and survival of patients with
gynecologic malignancies metastatic to the brain. Gynecol Oncol
2016;142:76-82.

15
16

15. Erdis E. A rare metastatic region of cervix cancer; the brain. J Pak Med Assoc
2014;64:89-90.
16. Franco EL, Schlecht NF, Saslow D. The epidemiology of cervical cancer.
Cancer J (Sudbury, Mass) 2003;9:348-59.
17. Gao G, Smith DI. Human papillomavirus and the development of different
cancers. Cytogenet Genome Res 2016;150:185-93.
18. Gaussmann AB, Imhoff D, Lambrecht E, Menzel C, Mose S. Spontaneous
remission of metastases of cancer of the uterine cervix. Onkologie
2006;29:159-61.
19. Gaze MN, Gregor A, Whittle IR, Sellar RJ. Calcified cerebral metastasis from
cervical carcinoma. Neuroradiology 1989;31:291.
20. Gill TJ, Dammin GJ. A case of epidermoid carcinoma of the cervix uteri
with cerebral metastasis. J Pathol Bacteriol 1959;78:569-71.

21. Gressel GM, Lundsberg LS, Altwerger G, Katchi T, Azodi M, Schwartz PE,
et al. Factors predictive of improved survival in patients with brain
metastases from gynecologic cancer: A single institution retrospective study
of 47 cases and review of the literature. Int J Gynecol Cancer
2015;25:1711-6.
22. Gupta S, Bandzar S, Atallah H. Atypical presentation of cervical carcinoma
with cerebral metastasis. Ochsner J 2016;16:548-50.
23. Hwang JH, Yoo HJ, Lim MC, Seo SS, Kang S, Kim JY, et al. Brain
metastasis in patients with uterine cervical cancer. J Obstet Gynaecol Res
2013;39:287-91.
24. Ikeda S, Yamada T, Katsumata N, Hida K, Tanemura K, Tsunematu R, et al.
Cerebral metastasis in patients with uterine cervical cancer. Jap J Clin Oncol
1998;28:27-9.
25. Kim K, Cho SY, Kim BJ, Kim MH, Choi SC, Ryu SY. The type of metastasis
is a prognostic factor in disseminated cervical cancer. J Gynecol Oncol
2010;21:186-90.
26. Kim YZ, Kwon JH, Lim S. A clinical analysis of brain metastasis in
gynecologic cancer: A retrospective multi-institute analysis. J Korean Med
Sci 2015;30:66-73.
27. Kumar L, Tanwar RK, Singh SP. Intracranial metastases from carcinoma
cervix and review of literature. Gynecol Oncol 1992;46:391-2.
28. Lefkowitz D, Asconape J, Biller J. Intracranial metastases from carcinoma of
the cervix. Southern Med J 1983;76:519-21.
29. Li H, Wu X, Cheng X. Advances in diagnosis and treatment of metastatic
cervical cancer. J Gynecol Oncol 2016;27:e43.
30. Li N, Wang Y, Che S, Yang Y, Piao J, Liu S, et al. HBXIP over expression as
an independent biomarker for cervical cancer. Exp Mol Pathol
2017;102:133-7.

16
17

31. Mahmoud-Ahmed AS, Suh JH, Barnett GH, Webster KD, Kennedy AW.
Tumor distribution and survival in six patients with brain metastases from
cervical carcinoma. Gynecol Oncol 2001;81:196-200.
32. Marongiu A, Salvati M, D’Elia A, Arcella A, Giangaspero F, Esposito V.
Single brain metastases from cervical carcinoma: Report of two cases and
critical review of the literature. Neurol Sci 2012;33:937-40.
33. Matsunaga S, Shuto T, Sato M. Gamma knife surgery for metastatic brain
tumors from gynecologic cancer. World Neurosurg 2016;89:455-63.
34. Menendez JY, Bauer DF, Shannon CN, Fiveash J, Markert JM. Stereotactic
radiosurgical treatment of brain metastasis of primary tumors that rarely
metastasize to the central nervous system. J Neurooncol 2012;109:513-9.
35. Nagar YS, Shah N, Rawat S, Kataria T. Intracranial metastases from
adenocarcinoma of cervix: A case report. Int J Gynecol Cancer
2005;15:561-3.
36. Nasu K, Satoh T, Nishio S, Nagai Y, Ito K, Otsuki T, et al. Clinicopathologic
features of brain metastases from gynecologic malignancies: A retrospective
study of 139 cases (KCOG-G1001s trial). Gynecol Oncol 2013;128:198-203.
37. Omari-Alaoui HE, Gaye PM, Kebdani T, El Ghazi E, Benjaafar N, Mansouri
A, et al. Cerebellous metastases in patients with uterine cervical cancer. Two
cases reports and review of the literature. Cancer Radiother 2003;7:317-20.
38. Park SH, Ro DY, Park BJ, Kim YW, Kim TE, Jung JK, et al. Brain
metastasis from uterine cervical cancer. J Obstet Gynaecol Res
2010;36:701-4.
39. Peters P, Bandi H, Efendy J, Perez-Smith A, Olson S. Rapid growth of
cervical cancer metastasis in the brain. J Clin Neurosci 2010;17:1211-2.
40. Pyeon SY, Park JY, Ulak R, Seol HJ, Lee JM. Isolated brain metastasis from
uterine cervical cancer: A case report and review of literature. Eur J Gynaecol
Oncol 2015;36:602-4.
41. Rahmathulla G, Toms SA, Weil RJ. The molecular biology of brain
metastasis. J Oncol 2012;2012:723541.
42. Robinson JB, Morris M. Cervical carcinoma metastatic to the brain. Gynecol
Oncol 1997;66:324-6.
43. Salvati M, Caroli E, Orlando ER, Nardone A, Frati A, Innocenzi G, et al.
Solitary brain metastases from uterus carcinoma: Report of three cases. J
Neurooncol 2004;66:175-8.
44. Sato Y, Tanaka K, Kobayashi Y, Shibuya H, Nishigaya Y, Momomura M, et
al. Uterine cervical cancer with brain metastasis as the initial site of
presentation. J Obstet Gynaecol Res 2015;41:1145-8.
45. Senapati SN, Samanta DR, Giri SK, Mohanty BK, Nayak CR. Carcinoma
cervix with brain metastasis. J Indian Med Assoc 1998;96:352-3.
46. Setoodeh R, Hakam A, Shan Y. Cerebral metastasis of cervical cancer, report
of two cases and review of the literature. Int J Clin Exp Pathol 2012;5:710-4.
47. Tajran D, Berek JS. Surgical resection of solitary brain metastasis from
cervical cancer. Int J Gynecol Cancer 2003;13:368-70.
48. van Meir H, Kenter GG, Burggraaf J, Kroep JR, Welters MJ, Melief CJ, et al.
The need for improvement of the treatment of advanced and metastatic

17
18

cervical cancer, the rationale for combined chemo-immunotherapy.


Anticancer Agents Med Chem 2014;14:190-203.
49. Vitorino-Araujo JL, Veiga JC, Barboza VR, de Souza N, Mayrink D, Nadais
RF, et al. Scalp, skull and brain metastasis of squamous cell carcinoma of the
cervix—a rare entity. Br J Neurosurg 2013;27:519-20.
50. Wuntkal R, Maheshwari A, Kerkar RA, Kane SV, Tongaonkar HB.
Carcinoma of uterine cervix primarily presenting as carcinomatous
meningitis: A case report. Aust N Z J Obstet Gynaecol 2004;44:268-9.
51. Zhang W, He W, Shi Y, Gu H, Li M, Liu Z, et al. High expression of
KIF20A is associated with poor overall survival and tumor progression in
early-stage cervical squamous cell carcinoma. PLoS one 2016;11:e0167449.
52. Zhao M, Li Y, Wei X, Zhang Q, Jia H, Quan S, et al. Negative immune
factors might predominate local tumor immune status and promote
carcinogenesis in cervical carcinoma. Virol J 2017;14:5.
53. Ziainia T, Resnik E. Hemiballismus and brain metastases from squamous cell
carcinoma of the cervix. Gynecol Oncol 1999;75:289-92.

18

Anda mungkin juga menyukai