PENDAHULUAN
2
1.2 DASAR HUKUM
1. UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Bahan
Kimia Berbahaya.
3. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
4. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kecelakaan Kerja
5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.5 Tahun 2018 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
4. Kegiatan Usaha
PT. AJINOMOTO memiliki kegiatan usaha produksi bumbu rumah tangga
3
5. Jumlah Karyawan
Total karyawan di PT Ajinomoto adalah kurang lebih 3000 orang terdiri dari
laki-laki dan perempuan dengan kisaran usia 14-55 tahun.
6. Jam Kerja Karyawan
PT. AJINOMOTO memiliki jam operasional 24 jam dengan terbagi 3 shift
pada setiap pekerja. Dalam 1 shift 8 jam dan dalam 1 minggu 40 jam.
7. Jaminan Asuransi Kesehatan
PT. AJINOMOTO bekerja sama dalam memberikan jaminan kesehatan pada
setiap karyawan yaitu BPJS kesehatan, BPJS ketenagakerjaan, dan asuransi
diluar hubungan kerja (ADHK). Dari ketiga jaminan kesehatan tersebut,
karyawan dapat memilih salah satu atau dapat pula dengan metode medical
reimburse, baik penyakit akibat kerja maupun bukan. Jaminan kesehatan
tersebut sudah dapat dilayani di semua rumah sakit.
8. P2K3
PT. AJINOMOTO telah memiliki manajemen P2K3 yang terstruktur dan
dikepalai oleh direktur utama, dimana setiap departemen dan karyawan
diwajibkan sadar akan keselamatan kerja. PT. AJINOMOTO memiliki P2K3
mandiri dalam tiap bidang dan safety crisis team. PT. Ajinomoto pun sudah
membentuk HSE sejak 16 April 2015 sebagai salah satu bagian dari P2K3.
4
1.4 PROSES PRODUKSI
5
6
1.4 LANDASAN TEORI
A. Higiene Industri
Higiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mengajarkan tata cara untuk
mempertahankan kesehatan jasmani, rohani, dan sosial untuk mencapai
tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, serta sebagai suatu usaha
pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan
perseorangan atau manusia beserta lingkungannya.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja
Beberapa faktor mempengaruhi kesehatan kerja daripada tenaga kerja antara
lain faktor fisik, faktor biologis, faktor kimia, sanitasi industri, dan pengolahan
limbah.
Faktor Fisik
1) Bising:
7
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
Akibat kebisingan:
Tipe Uraian
Perubahan ambang batas sementara
Kehilangan akibat kebisingan, perubahan
pendengaran ambang batas permanen akibat
Akibat
kebisingan
lahiriah
Rasa tidak nyaman atau stress
Akibat fisiologis meningkat, tekanan darah meningkat,
sakit kepala, bunyi dering
Gangguan
Kejengkelan, kebingungan
emosional
Gangguan tidur atau istirahat, hilang
Gangguan
Akibat konsentrasi waktu bekerja, membaca
gaya hidup
psikologis dan sebagainya.
Merintangi kemampuan
Gangguan
mendengarkan TV, radio,
pendengaran
percakapan, telpon dan sebagainya.
8
2) Getaran:
Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda
atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan.
Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor sehingga
pengaruhnya bersifat mekanis.
Jenis getaran:
- Getaran seluruh tubuh
Getaran jenis ini mempunyai frekuensi 1-80 Hz;
- Vibrasi segmental,
Vibrasi jenis ini dapat memapari tubuh pekerja seperti lengan dan
tangan. Getaran ini mempunyai frekuensi 5 – 1500 Hz.
4) Pencahayaan:
Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap penglihatan:
- Iritasi, mata berair dan mata merah
- Penglihatan ganda & Sakit kepala
- Ketajaman penglihatan menurun, begitu juga sensitifitas terhadap
kontras warna juga kecepatan pandangan
- Akomodasi dan konvergensi menurun
Intensitas cahaya di ruang kerja adalah sebagai berikut.
Tingkat
Jenis
pencahayaan Keterangan
Kegiatan
minimal (Lux)
Pekerjaan Ruang penyimpanan dan ruang
kasar & tidak peralatan/instalasi yang
100
terus- memerlukan pekerjaan yang
menerus kontinyu
9
Pekerjaan
kasar dan Pekerjaan dengan mesin dan
200
terus- perakitan kasar
menerus
Pekerjaan kantor/administrasi,
Pekerjaan ruang kontrol dan pekerjaan
300
rutin mesin dan perakitan atau
penyusun
Pembuatan gambar atau
Pekerjaan bekerja dengan mesin kantor
500
agak halus pekerja pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin
Pemilihan warna, pemrosesan,
Pekerjaan
1000 tekstil, pekerjaan mesin halus
halus
dan perakitan halus
1500
Mengukir dengan tangan,
Pekerjaan (tidak
pekerjaan mesin dan perakitan
amat halus menimbulkan
yang sangat halus
bayangan)
3000
Pekerjaan (tidak Pemeriksaan pekerjaan,
detail menimbulkan perakitan sangat halus
bayangan)
Faktor Biologis
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah
Perpres No. 7/2019 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja
10
(point) penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminan khusus.
Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan
produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
Faktor biologis dapat dikategorikan menjadi:
1. Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya);
2. Arthopoda (crustacea, arachmid, insect);
3. Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis,
asma);
4. Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern)
dan hewan invertebrata (protozoa, ascaris)
Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari
dengan pencegahan antara lain dengan:
1. Administrasi kontrol seperti administrasi kesehatan awal karyawan
baru, pemeriksaaan kesehatan secara berkala bagi karyawan lama;
2. Dilarang makan dan minum di area produksi;
3. Menjaga kebersihan kebersihan perseorangan/individu;
4. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular
lewat debu yang mengandung organisme patogen dengan cara
menutupi hidung dan mulut dengan tujuan untuk menghindari debu
respirabel (< 10 mikrometer);
5. Menggunakan sarung tangan yang menutupi sampai siku saat
menuangkan bahan baku;
6. Desinfeksi secara teratur terhadap lantai, dinding dan peralatan
produksi.
11
7. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak
satu kali setiap bulan;
8. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada sistem pendingin;
9. Menggunakan alas kaki dan baju khusus dalam area produksi untuk
menghindari kontaminasi mikroorganisme dari luar;
10. Sebelum dan sesudah bekerja dalam area produksi diharuskan
mencuci tangan di air mengalir dan sabun;
11. Pengontrolan suhu dan kelembaban udara dengan menggunakan
pendingin ruangan untuk menekan pertumbuhan dari mikroorganisme;
12. Melakukan pengolahan terhadap limbah produksi.
Faktor Kimia
Faktor kimia merupakan salah satu sumber bahaya potensial bagi pekerja.
Bahan kimia yang didefinisikan sebagai unsur kimia, senyawa, dan
campurannya yang bersifat alami maupun buatan (sintetis) selalu terdapat di
setiap proses industri.
Non Partikulat
- Gas adalah molekul dalam udara yang menempati ruang yang
tertutup dan dapat diubah menjadi cairan atau keadaan padat
dengan pengaruh dari gabungan kenaikan tekanan dan
pengurangan suhu.
- Uap adalah bentuk gas dari suatu bahan yang dalam keadaan
normal berbentuk padat atau cairan pada suhu dan tekanan ruang.
12
Uap dapat dirubah kembali menjadi padat atau cair dengan
menambah tekanan atau menurunkan suhu. Bahan-bahan yang
memiliki titik didih yang rendah lebih mudah menguap dari pada
yang memiliki titik didih yang tinggi.
13
- Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia).
Pada situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi
dan mengganggu kemampuan tubuh untuk mengangkut dan
menggunakan zat asam, sebagai contoh adalah karbon monoksida,
nitrogen, propan, argon, dan metana.
14
3) Pengukuran:
Untuk mengetahui kondisi real tentang kadar kontaminan kimiawi di
tempat kerja, maka perlu dilakukan pengukuran/pengujian terhadap faktor
kimia yang memapari tempat tersebut dengan cara pengambilan sample
yang selanjutnya akan dianalisa. Dalam melakukan pengukuran pada
lingkungan kerja diperlukan pengambilan sample yang dapat dilakukan
secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu yang pada prinsipnya
harus representatif dalam 8 jam kerja. Metode yang digunakan antara lain
Standar Nasional Indonesia (SNI), NIOSH, AIHA, dan lain-lain. Beberapa
instrument analisis yang digunakan dalam pengujian faktor kimia adalah
AAS untuk analisis kadar logam, GC untuk kadar hidrokarbon,
spectrophotometer UV/Vis untuk analisis gas organic, dan X-Ray
deffractometer.Nilai Ambang Batas (NAB), diatur berdasarkan surat
edaran Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.5 Tahun 2018 tentang
NAB faktor kimia dan faktor fisik di tempat kerja. Kategori nilai ambang
batas:
NAB rata-rata selama jam kerja
NAB pemaparan singkat
NAB tertinggi
4) Pengendalian:
Pengendalian potensi bahaya kimia dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti:
Pemberian label dan simbol pada wadah
Memiliki MSDS
Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia
Prinsip pengendalian bahan kimia di lungkungan kerja dilakukan
dengan tahapan sebaai berikut:
- Pengendalian secara teknis
a. Substitusi
b. Isolasi
c. Ventilasi (alamiah dan buatan)
- Pengendalian administrasi
15
a. Pemilihan bahan produksi potensi bahaya serendah mungkin
b. Labelling. Telah dijelaskan sebelumnya.
c. Penyimpanan bahan sesuai dengan kelompok sifat dan besar
potensi bahaya
d. Penanganan limbah dan sampah kimia secara khusus dan
benar.
Dasar hukum yang mengatur pengendalian bahan kimia berbahaya
adalah keputusan menteri tenaga kerja RI, No.Kep.187/MEN/1999.
Sanitasi Industri
Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga
kebersihan, Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh
industri dalam menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP). Sanitasi
industri meliputi:
1) Water supply: Suplai air dibagi menjadi dua berdasarkan
penggunaannya, yaitu:
Domestik à untuk karyawan, makan, minum, dll
Proses produksi
2) Pembuangan kotoran dan sampah: Sampah dibagi menjadi dua, yaitu:
Domestik à berasal dari karyawan, bukan dari proses produksi
Sampah industri à padat, cair
Sampah ini memerlukan manajemen khusus dalam
pengelolaannya.Sampah dapat diolah kembali untuk menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat ataupun sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi dan
dikembalikan ke alam sebagai bahan yang tidak berbahaya dan mudah
terurai.
3) Sanitasi makanan: Sanitasi makanan memegang peranan penting dalam
proses produksi. Sanitasi makanan berhubungan langsung kepada tenaga
kerja ataupun proses produksi dalam industri pangan. Sanitasi makanan
merupakan usaha pencegahan penyakit, dapat menjadi pertimbangan
ekonomi dalam penyediaan makanan dan merupakan pencegahan
penyakit yang efektif. Hal–hal yang diperhatikan dalam sanitasi makanan
adalah:
16
Kebersihan makanan à penyediaan bahan makanan, pengolahan
makanan, pengangkutan bahan makanan dan penyajian makanan
Kebersihan peralatan
Kebersihan fasilitas
Kantin dan ruang makan
Keracunan makanan
4) Pencegahan dan pembasmian vektor dan roden: Vektor adalah
binatang yang berperan dalam pemindahan penyakit dari sumbernya ke
manusia. Contoh-contoh vektor seperti tikus, lalat, nyamuk, kecoa, kutu
dan lain-lain. Masing-masing vektor membawa penyakit tertentu dan dapat
mengenai tenaga kerja.
5) Penyediaan fasilitas kebersihan: Fasilitas kebersihan merupakan hal
yang mutlak harus tersedia dalam industri. Memgang peranan penting
dalam proses produksi. Fasilitas kebersihan menjamin tenaga kerja untuk
menjalankan fungsi-fungsi biologis seperti buang air kecil, buang air besar,
makan, tempat ganti pakaian, dan lain-lain. Hal – hal yang termasuk
fasilitas kebersihan, yaitu:
WC (kakus)
Tempat cuci.
Tempat mandi
Tempat baju kerja (locker)
Ruang makan dan kantin
Pengolahan Limbah
Limbah industri merupakan buangan yang keberadaannya di tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Limbah industri tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu
yang memiliki nilai ekonomis berupa limbah yang dengan melakukan proses
lanjut akan memberi nilai tambah, serta limbah yang tidak mempunyai nilai
ekonomis berupa limbah yang diolah dalam bentuk proses apapun tidak
dapat memberikan nilai tambah tetapi hanya dapat mempermudah sistem
pembuangan.
17
Limbah padat dan cair yang dihasilkan akibat proses produksi
sebaiknya ditempatkan pada bak sampah tersendiri yang telah dipilah-pilah
berdasarkan jenisnya serta apakah termasuk limbah B3 atau bukan. Untuk
limbah yang bukan termasuk B3 perlu dipilah lagi apakah bisa didaur ulang
atau bisa langsung dibakar atau dikubur. Yang termasuk kedalam limbah B3
adalah limbah industri yang mengandung bahan pencemar yang bersifat
racun dan berbahaya, dimana limah B3 tersebut merupakan bahan dalam
jumlah sedikit tetapi mempunyai potensi mencemari dan merusak lingkungan
hidup dan sumber daya. Secara umum, pengolahan limbah industri dapat
dilakukan melalui 3 proses, yaitu:
1) Proses pengolahan secara fisika:
Sedimentasi,yaitu suatu proses pemisahan bahan padat dari cairan
secara gravitasi.
Flotasi, yaitu memisahkan partikel dengan densitasnya, menggunakan
aliran udara yang dimasukkan kedalam sistim.
Separasi minyak-air, yaitu dengan memisahkan bagian terbesar
minyak dari aliran limbah dengan menggunakan prinsip dasar
perbedaan spesifitas gravities anatara air dan minyak yang dibuang.
2) Proses pengolahan secara kimiawi:
Koagulasi-presipitasi, yaitu pencampuran bahan kimia secara merata
menjadi gumpalan-gumpalan yang cukup besar.
Netralisasi, yaitu proses untuk menurunkan sifat asam atau basa
dalam air.
3) Proses pengolahan secara biologi:
Aerobic suspended growth process, yaitu memasukkan air limbah
kedalam reaktor concrete steel earthen tank dengan aliran konsentrasi
yang sangat tinggi.
Aerobic attached growth process, yaitu proses mikroorganisme
dimasukkan kedalam beberapa media.
Aerobic lagoons (kolam stabilisasi), yaitu kolam tanah yang luas dan
dangkal untuk mengolah air limbah dengan menggunakan proses
alami dengan melibatkan ganggang dan bakteri.
18
Anaerobic lagoons, yaitu air limbah mentah bercampur dengan massa
microbial aktif dalam lapisan sludge.
Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat
bantu yang dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara
sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang
terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa cara
menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang
terbawah bersamanya.
19
Pengendap Elektrostatik:
BAB II
PELAKSANAAN
20
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMECAHAN MASALAH
22
Dalam proses produksinya bahan-bahan kimia di PT. Ajinomoto tidak begitu
menonjol, karena sebagian besar menggunakan bahan baku produksi yaitu
daging ayam, daging sapi, tebu dan rempah-rempah. Hasil bahan kimia yang
didapatkan berupa monosodium glutamat, didapatkan dari hasil fermentasi
tebu.
3.4 KEBERSIHAN
Secara umum kebersihan Perusahaan Ajinomoto sudah baik. Pihak
perusahaan PT. Ajinomoto telah meminimalisir penggunaan plastik. Perusahaan
sudah memiliki petugas kebersihan yang khusus di setiap Pabrik. Tempat
sampah juga sudah tersedia di setiap gedung dengan pemisahan jenis sampah
dalam 4 jenis yang dibedakan sesuai warna, dan diambil setiap pagi.
23
Di lingkungan perusahaan sudah tersedia smoking area yang telah
dilengkapi tempat membuang puntung dan abu rokok sehingga kebersihan
lingkungan tetap terjaga. Kebersihan halaman dan jalanan terjaga bersih dan
baik. Kondisi ruangan secara umum bersih dan tertata rapi. Sepatu, sandal dan
barang milik karyawan tertata rapi dan tersimpan di masing-masing loker. Untuk
tamu perusahaan, juga disediakan sandal indoor untuk tetap menjaga kebersihan
wilayah produksi. Tangga dan lantai tidak terdapat ceceran air, oli dan tidak licin.
Penyediaan air untuk WC dan tempat cuci tangan sudah baik. Sumber air
untuk karyawan berasal dari air sumur bor di Pabrik. Makanan untuk seluruh
karyawan di produksi langsung oleh pihak kantin yang sudah kompeten sehingga
terjamin kebersihan makanannya.
24
Namun hal ini dimanfaatkan secara cerdas dari pihak pabrik itu sendiri
dengan cara mengumpulkan berbagai limbah produksi sisa ayam dan sapi serta
sisa makanan dari kantin pabrik, yang kemudian diolah kembali menjadi pupuk
tanaman dan pakan ternak. Pakan ternak ini dinamakan Tritan dan oleh pihak
pabrik ditransfer lagi ke supplier material sehingga konsumennya yaitu supplier
material itu sendiri.
Selain itu dalam pembuatan MSG juga menghasilkan limbah cairan, yang
lalu diolah kembali menjadi pupuk cair Amina. Dari pupuk cair inilah yang
digunakan untuk penanaman tebu yang pada akhirnya akan menghasilkan tetes
tebu sebagai bahan dasar dari pembuatan penyedap rasa Ajinomoto itu sendiri.
Sementara air sisa pengolahan tebu diolah lebih lanjut lagi sehingga tidak
berbahaya untuk lingkungan yang mana dapat langsung dialirkan ke sungai.
25
Kebisingan >85 UU No. 1 Tahun • Rekayasa
dB 1970 tentang teknik
Keselamatan (maintenance
Kerja mesin/alat)
• Rotasi
• Pembatasan
jam kerja
• Medical check
up
• menyediakan
dan
mewajibkan
penggunaan
APD
• pengawasan
kedisiplinan
penggunaan
APD
Vibrasi yang UU No. 1 tahun • rotasi operator
berasal dari 1970 tentang • pemasangan
mesin penyedot Keselamatan peredam di
garam Kerja ruangan
Biologi kondisi Peraturan - Mensterilkan alat
lingkungan saat Presiden Republik produksi
pengolahan dari Indonesia No. 7 - Melakukan
bahan ayam dan tahun 2019 pencucian ulang
daging sapi tentang Penyakit terhadap bahan
mentah cukup Akibat Kerja mentah (ayam
terbuka sehingga dan daging sapi)
memungkinkan - memproses bahan
terjadinya mentah tersebut
kontaminasi dalam autoclave
dengan suhu 110
26
◦C selama 3,5 jam
dan juga dengan
melalui proses
pengeringan
dengan belt dryer
Kemungkinan - Menyeleksi bahan
kontaminasi ayam dan daging
mikroorganisme sapi secara visual
dari berbagai - Serta melakukan
sumber (pekerja, pengecekan
kebersihan alat terhadap sertifikat
dan Halal MUI dan
lingkungan,dll) sertifikat bebas flu
pada bahan untuk burung dan antrax
menjamin yang dimiliki oleh
keamanan produk pihak supplier.
pangan - Dilakukan
pengambilan
sampel masing-
masing bahan
untuk diperiksa di
laboratorium untuk
menghindari
pemakaian bahan
yang
terkontaminasi.
- Pihak pabrik
melakukan
administrasi
kontrol seperti
administrasi
kesehatan awal
karyawan baru,
27
pemeriksaaan
kesehatan secara
berkala bagi
karyawan lama.
- Tidak ada pekerja
yang makan/
minum di area
produksi. Pihak
pabrik telah
menyediakan
kantin khusus
untuk pegawai.
- Pekerja
menggunakan
pelindung kepala
yang disertai
dengan penutup
hidung dan mulut
yang juga
dilengkapi dengan
ear muff, serta
baju dan alas kaki
khusus di area
produksi.
- Sudah tersedia
tempat untuk cuci
tangan bagi
pekerja dilengkapi
dengan sabun
- Pihak pabrik telah
tersertifikasi ISO
22000 : 2005 yang
salah satunya
28
berisi aturan
bahwa petugas
dilarang
membuang ludah
sembarangan.
Wajib membuang
ludah di kamar
mandi.
- Untuk
pembuangan
sampah telah
disediakan tempat
sampah sesuai
dengan
klasifikasinya
(Kaleng/besi,
Gelas kaca,
Kertas/daun/kayu,
Plastik/karet/kain).
Tempat sampah
tersedia di
berbagai sudut
pabrik.
- Kondisi lantai dan
dinding pada
tempat produksi
maupun packing
bersih dan telah di
desinfeksi.
- Alat pendingin
selalu dibersihkan
dan di steril setiap
setelah dipakai.
29
Kimia AsamSulfat Permenakertrans - Pengecekan
(H2SO4) RI No. Kep. tangki dan
Potensi terjadinya 187/MEN/1999 saluran bahan
kebocoran dari kimia
tangki atau pipa berbahaya
saluran baik di setiap akhir
plant maupun di shift
jalan dalam - Mengadakan
pabrik simulasi
penanganan
kecelakaan
akibat bahan
kimia
berbahaya bagi
seluruh
karyawan
- Memberikan
perlindungan
tambahan bagi
pipa saluran
yang terletak di
pedestrian atau
di jalan
Kebersihan Kontaminasi dari Peraturan Menteri Karyawan
Umum lingkungan luar Ketenagakerjaan menggunakan pakaian
yang dibawa oleh No.5 Tahun 2018 dan sepatu khusus
pegawai terhadap yang disiapkan pabrik.
bahan produksi. Pakaian tersebut tidak
diperkenankan untuk
dibawa pulang. Selain
itu tersedia laundry
khusu s untuk
pakainan tersebut.
30
Serta menggunakan
APD yang telah
disediakan oleh pihak
pabrik.
WC yang ada di Peraturan Menteri WC harus
Perusahaan Ketenagakerjaan ditambahkan sesuai
masih kurang dan No.5 Tahun 2018 dengan jumlah
tidak ada karyawan yaitu setiap
pemisahan antara 100 karyawan 6 WC
WC pria dan dan memisahkan
wanita sehingga antara WC pria dan
privacy kurang wanita.
terjaga.
Sumber air untuk Peraturan Menteri Pihak Perusahaan
produksi dan untu Ketenagakerjaan menyediakan filter air
karyawan baik No.5 Tahun 2018 dan melakukan
WC dan pengecekan rutin air
kebutuhan masak oleh quality control.
di kantin adalah
dari sumur bor di
sekitar
perusahaan.
Pengelolaan Tidak ada UU No. 23 Tahun Pengelolaan limbah
Limbah masalah 2009 tentang PT Ajinomoto sudah
lingkungan hidup sangatlah baik dan
sesuai standart dalam
pengelolaan limbah.
31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
PT. Ajinomoto Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dalam produksi
bumbu masak untuk konsumsi dalam negeri yang tahun ini genap berusia 50 tahun.
Selama ini mereka terus meningkatkan kinerja dan pencapaian yang ditunjukkan
dari sertifikasi yang mereka peroleh terutama dalam bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Secara umum, penatalaksanaan sistem K3 di PT Ajinomoto
dari penilaian higiene industri sudah berjalan dengan sangat baik. Terlihat dari para
tenaga kerja yang sudah menerapkan cuci tangan sebelum melakukan pekerjaan,
menggunakan APD setiap melakukan pekerjaan setiap departemen, dan P2K3 yang
sudah sangat terorganisasi dengan baik. Serta para pekerja yang telah diwajibkan
dengan kesadaran akan adanya faktor bahaya di tempat kerja. Paparan hazard
seperti bising, listrik, getaran, pencahayaan, iklim, suhu dan debu merupakan faktor
bahaya dalam tempat kerja ditemukan dalam jumlah yang minim.
Pada dasarnya Keselamatan dan Kesehatan (K3) merupakan suatu keilmuan
multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi
lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, serta
melindungi tenaga kerja terhadap risiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta
mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,
kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja. Tingkat sanitasi dan
higiene yang tinggi sudah diterapkan pada setiap departemen melalui program
sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu serta kerjasama dengan PT. ISS
untuk bagian petugas kebersihannya.
5.2 . SARAN
1) Membuat media dan sarana promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di tempat yang sering dilalui para tenaga kerja agar lebih waspada
mengenai hal tersebut.
2) Memberi penyuluhan berkala tentang Sistem Kesehatan dan Keselamatan
Kerja terutama terkait lima faktor (fisik, kimia, biologi, sanitasi dan
pengolahan limbah) yang dibahas diatas kepada tenaga kerja mengenai
pemaparan faktor tersebut dan dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan.
32
3) Memberi pelatihan rutin terhadap kondisi kecelakaan ataupun bahaya yang
mungkin terjadi di lingkungan kerja.
33
BAB V
PENUTUP
34