BORANG - UKM Puskesmas
BORANG - UKM Puskesmas
Perencanaan dan Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi
Pemilihan minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas,
Intervensi stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol akan ditindak lanjuti secara
melalui konseling kesehatan dan segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM),
kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak
kekerasan.
Monitoring dan Kader POSBINDU akan melaporkan hasil pemeriksaan setiap bulannya kepada
Evaluasi puskesmas. Hasil pemeriksaan diluar nilai normal akan dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Warga yang memerlukan pengobatan rutin juga akan
dipantau perkembangan kondisi dan kepatuhan minum obatnya.
2. P3K Dokter Kecil tingkat Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1
Tanggal 02 Februari 2020
Latar belakang Pelatihan dokter kecil merupakan salah satu program dari UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah) yang menitikberatkan pada kesehatan anak usia sekolah.
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-21 tahun, yang sesuai dengan
proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi dua sub kelompok yakni pra
remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun).
Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup
bersih dan sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah.
Dokter kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah terlatih untuk
ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya.
Pelatihan ini untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan para kader.
Peningkatan itu mengacu pada trias UKS (usaha kesehatan sekolah) yakni
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan kesehatan.
Permasalahan - Pentingnya peran siswa sebagai penggerak hidup sehat di sekolah,
rumah dan lingkungannya
- Pentingnya peran siswa untuk dapat menolong dirinya sendiri, antar
siswa, dan orang lain untuk hidup sehat.
Perencanaan dan Setiap SD di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1 diminta untuk
Pemilihan mengirimkan perwakilan siswa nya dengan kriteria:
Intervensi -Siswa kelas 3,4,5 yang belum pernah melakukan pelatihan dokter
kecil
- Berprestasi di Sekolah
- Berbadan Sehat
- Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab
- Berbudi pekerti baik dan suka menolong
- Berpenampilan bersih dan berperilaku sehat
- Mendapat izin dari orang tua
Pelatihan akan dilakukan melalui presentasi dengan slide dan juga sesi tanya
jawab dengan peserta.
Pelaksanaan Perwakilan siswa Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1
yang sudah terpilih berkumpul di aula Puskesmas Umbulharjo 1 untuk
mengikuti pelatihan. Pemberian materi dilakukan dengan presentasi melalui
slide dan sesi tanya jawab dengan peserta.
Monitoring dan Evaluasi dan hasil kegiatan ini adalah tujuan dalam pendidikan pelatihan
Evaluasi dokter kecil tercapai, yaitu peserta pelatihan dokter kecil mampu:
- Menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, di rumah, dan di
lingkungannya
- Menjadi penolong dirinya sendiri, sesame siswa, dan orang lain untuk
hidup sehat
- Peserta pelatihan dokter kecil termotivasi untuk meningkatkan
partisipasi siswa dalam program UKS di sekolah masing-masing
3. P3K Kader Kesehatan Remaja tingkat Sekolah Menengah Pertama di wilayah kerja Puskesmas
Umbulharjo 1
Tanggal 04 Februari 2020
Latar belakang Merupakan agenda tahunan, salah satu bagian program UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah) adalah pembentukan kader kesehatan khususnya anak
sekolah. Tujuan diadakannya kegiatan tersebut adalah membekali siswa
tentang kesehatan dasar dan terutama tentang kesehatan reproduksi remaja
dan pola hidup bersih dan sehat. Dalam pelatihan ini para peserta akan
diberikan berbagai macam materi yang berkaitan dengan kesehatan dan lebih
mengutamakan pada kesehatan remaja dan PHBS.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan Pasal 17, dinyatakan bahwa kesehatan anak diselenggarakan
untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan dan kesehata anak
dilakukan melalui penignkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi,
masa balita, usia pra sekolah dan usia sekolah. Selanjutknya dalam pasal 45
dinyatakan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat
sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara
harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Di
samping itu kesehatan sekolah juga diarahkan untuk memupuk kebiasaan
hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
melaksanakan prinsip hidup sehat aktif berpartisipasi dalam usaha
peningkatan kesehatan, baik di sekolah, rumah maupun dalam lingkungan
masyarakat.
Kegiatan ini bertujuan menciptakan kader kesehatan baik di sekolah dasar
ataupun menengah agar mereka tahu dan mau melaksanakan PBHS dan lebih
mengantisipasi diri mereka dari pengaruh media yang dapat merusak
kehidupan mereka dimasa mendatang.
Permasalahan - Pentingnya peran siswa sebagai penggerak hidup sehat di sekolah,
rumah dan lingkungannya
- Pentingnya peran siswa untuk dapat menolong dirinya sendiri, antar
siswa, dan orang lain untuk hidup sehat.
Perencanaan dan Setiap Sekolah Menengah Pertama di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1
Pemilihan diminta untuk mengirimkan perwakilannya dengan kriteria sebagai berikut:
Intervensi - Telah menduduki kelas 1 dan kelas 2 SMP/Sederajat
- Berprestasi baik di sekolah/kelas
- Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab
- Bersih dan berperilaku sehat
- Bermoral baik dan suka menolong
- Bertempat tinggal di rumah sehat
- Di izinkan orang tua
Pelatihan akan dilakukan melalui presentasi dengan slide dan juga sesi tanya
jawab dengan peserta.
Pelaksanaan Perwakilan siswa Sekolah Menengah Pertama di wilayah kerja Puskesmas
Umbulharjo 1 yang sudah terpilih berkumpul di aula Puskesmas Umbulharjo 1
untuk mengikuti pelatihan. Pemberian materi dilakukan dengan presentasi
melalui slide dan sesi tanya jawab dengan peserta.
Monitoring dan Evaluasi dan hasil kegiatan ini adalah tujuan dalam pendidikan pelatihan
Evaluasi dokter kecil tercapai, yaitu peserta pelatihan dokter kecil mampu:
- Menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, di rumah, dan di
lingkungannya
- Menjadi penolong dirinya sendiri, sesame siswa, dan orang lain untuk
hidup sehat
Peserta pelatihan dokter kecil termotivasi untuk meningkatkan partisipasi
siswa dalam program UKS di sekolah masing-masing
4. Pelatihan PHBS Dokter Kecil tingkat Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo 1
Tanggal 03 Februari 2020
Latar belakang Beberapa poin yang termasuk dalam indikator sekolah sehat adalah
menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Selain itu, untuk mencegah munculnya
penyakit menular dalam sekolah diperlukan pengetahuan bagi siswa
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat yang harus diterapkan sehari hari
di lingkungan sekolah.
Permasalahan Di area kerja Umbulharjo 1 terdapat beberapa sekolah dasar yang belum
memiliki tim dokter kecil. Pengetahuan guru dan siswa mengenai PHBS juga
masih minim, sehingga pelatihan dasar PHBS dibutuhkan untuk menunjang
pencapaian indikator sekolah sehat.
Perencanaan dan Dilakukan pelatihan berupa pemberian materi perilaku hidup bersih dan
Pemilihan sehat di sekolah. Bentuk pelatihan berupa kuliah-kuliah singkat dan diskusi
Intervensi antara peserta dengan pemateri.
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 03 Februari 2020 di aula Puskesmas Umbulharjo
1. Pelatihan ini diberikan kepada siswa-siswa yang sudah dipilih oleh guru
pendamping UKS. Materi disampaikan oleh dokter peserta PIDI. Materi yang
disampaikan adalah prinsip perilaku hidup bersih dan sehat, cara mencuci
tangan, dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
Monitoring dan Kelebihan:
Evaluasi - antusiasme siswa cukup tinggi selama pelatihan.
- pihak pegawai sekolah, terutama guru, kooperatif dengan peserta
PIDI dan pegawai puskesmas lainnya.
Kekurangan
- belum ada dan perlu dilaksanakan penyegaran materi pada
peserta/dokter kecil untuk mengingat pengetahuan yang sudah
didapat.
- diperlukannya indikator keberhasilan penyampaian dan penerimaan
materi oleh peserta melalui pretest dan post test
5. Pelatihan Cuci Tangan yang Baik dan Benar di SDIT Alkhairaat sebagai Upaya Pencegahan
Penyakit Menular
Tanggal 09 Maret 2020
Latar belakang Awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu
coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus
disease 2019 (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan,
Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember 2019, sampai saat ini sudah
dipastikan terdapat 20 negara yang telah terjangkit. Penyebaran COVID-19
terjadi cepat dan meluas karena dapat menular melalui kontak dari manusia
ke manusia. Hingga saat ini, penyakit tersebut masih menjadi perhatian
utama semua negara untuk waspada dan tetap siaga menghadapi COVID-19.
Salah satu upaya pencegahan penyebaran virus yaitu dengan menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat. Mencuci tangan secara baik dan benar
merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan pemberian
informasi dan pengetahuan mengenai penularan virus dan cara mencuci
tangan, diharapkan para siswa dapat membantu proses penyebaran virus
tersebut.
Permasalahan - Pengetahuan yang kurang terkait penyakit COVID-19 menimbulkan
keresahan dI masyarakat
- Kesadaran terhadap pentingnya mencuci tangan sebagai upaya
pencegahan penularan virus
Perencanaan dan Dilakukan pelatihan berupa pemberian materi cara mencuci tangan yang baik
Pemilihan dan benar serta simulasi mencuci tangan
Intervensi
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 03 Februari 2020 di aula SDIT Al-Khairaat
Monitoring dan Kelebihan:
Evaluasi - antusiasme siswa cukup tinggi selama pelatihan.
- pihak pegawai sekolah, terutama guru, kooperatif dengan peserta
PIDI dan pegawai puskesmas lainnya.
Kekurangan
- diperlukannya indikator keberhasilan penyampaian dan penerimaan
materi oleh peserta melalui pretest dan post test
F2 UPAYA KESLING
1. Pemantauan dan pemeriksaan kualitas air minum isi ulang di Depot Air Minum
Tanggal 03 Desember 2019
Latar belakang Air bersih siap minum adalah kebutuhan dasar bagi setiap orang. Saat ini
terdapat berbagai pilihan sumber air bersih siap minum yang bisa dipilih
masyarakat, salah satunya air minum isi ulang di depot air minum. Kualitas air
bersih siap minum diatur dalam beberapa peraturan perundang-udangan,
sehingga menjadi tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini diwakili
puskesmas untuk menjaga, memantau dan memberikan pengawasan
terhadap mutu air minum di depot air minum isi ulang yang di konsumsi
masyarakat.
Permasalahan - Pemantauan berkala mutu dan kualitas air minum isi ulang
- Pemantauan kebersihan alat dan lingkungan di depot air minum isi
ulang
- Pemantauan prosedur pengisian air minum isi ulang sesuai dengan
SOP yang dianjurkan
Perencanaan dan Pemantauan prosedur pengisian air minum isi ulang serta kebersihan alat dan
Pemilihan lingkungan depot air minum dilakukan dengan kunjungan langsung oleh
Intervensi petugas puskesmas bagian kesehatan lingkungan. Kemudian diambil sampel
air dari depot tersebut untuk diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan Kota
Yogyakarta.
Pelaksanaan Dilakukan kunjungan langsung ke beberapa depot air minum isi ulang di
wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1 untuk menilai prosedur pengisian air
minum isi ulang serta kelayakan alat dan kebersihan lingkungan depot.
Dilakukan juga pengambilan sampel air untuk diperiska di Balai Laboratorium
Kesehatan Kota Yogyakarta.
Monitoring dan Puskesmas memberikan saran dan masukkan berdasarkan hasil kunjungan,
Evaluasi baik mengenai kebersihan lingkungan depot maupun kebersihan/higienitas
pekerja di depot. Hasil pemeriksaan sampel laboratorium air kemudian akan
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sebagai bahan pertimbangan
perpanjangan izin usaha.
Permasalahan - Kualitas air bersih di masyarakat yang tidak sesuai dengan anjuran
standar minimal air bersih
Perencanaan dan Diperlukan kunjungan ke rumah warga untuk pengambilan sampel air serta
Pemilihan dilakukan edukasi pada warga terkait upaya penyediaan air bersih.
Intervensi
Pelaksanaan Pada tanggal 9 Desember 2019 dilakukan kunjungan terhadap rumah warga
di wilayah Warungboto. Petugas kesehatan lingkungan puskesmas
mengambil sampel air keran di rumah warga dan melakukan edukasi terkait
upaya penyediaan air bersih. Sampel air selanjutnya dikirim ke Balai
Laboratorium Kota Yogyakarta untuk diperiksa.
Monitoring dan Puskesmas memberikan saran dan masukkan berdasarkan hasil kunjungan
Evaluasi sambal menunggu hasil pemeriksaan sampel air di laboratorium. Bila hasil
pemeriksaan tidak sesuai dengan standar air bersih yang diatur dalam
PERMENKES maka perlu dilakukan tindak lanjut lain untuk menanggulangi
sumber air bersih yang tidak layak pakai.
3. Pemantauan dan Penilaian Rumah sehat melalui kegiatan PISPK di wilayah kerja Puskesmas
Umbulharjo 1
Tanggal 13 Desember 2019
Latar belakang Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.
Pembangunan keluarga, sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang
hidup dalam lingkungan yang sehat. Untuk mewujudkan lingkungan yang
sehat secara luas dapat dimulai dengan menciptakan lingkungan rumah yang
sehat.
Permasalahan - Pengetahuan yang kurang mengenai indikator rumah sehat
- Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya rumah yang
sehat dan cara mewujudkannya
Perencanaan dan Dilakukan kunjungan door to door di setiap rumah pada daerah binaan
Pemilihan puskesmas Umbulharjo 1 dan dilakukan penilaian rumah sehat serta
Intervensi pemberian edukasi mengenai apa saja yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan
agar tercapai rumah sehat.
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 13 Desember 2019 di Kelurahan Sorosutan
Monitoring dan Kelebihan:
Evaluasi - antusiasme warga cukup baik.
- pihak kader dan warga kooperatif dengan peserta PIDI dan pegawai
puskesmas lainnya.
Kekurangan
- jam kunjungan dilakukan di jam kerja sehingga banyak rumah yang
terlewatkan untuk dikunjungi
4. Pemantauan dan Penilaian Rumah sehat melalui kegiatan PISPK di wilayah kerja Puskesmas
Umbulharjo 1
Tanggal 20 Desember 2019
Latar belakang Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.
Pembangunan keluarga, sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang
hidup dalam lingkungan yang sehat. Untuk mewujudkan lingkungan yang
sehat secara luas dapat dimulai dengan menciptakan lingkungan rumah yang
sehat.
Permasalahan - Pengetahuan yang kurang mengenai indikator rumah sehat
- Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya rumah yang
sehat dan cara mewujudkannya
Perencanaan dan Dilakukan kunjungan door to door di setiap rumah pada daerah binaan
Pemilihan puskesmas Umbulharjo 1 dan dilakukan penilaian rumah sehat serta
Intervensi pemberian edukasi mengenai apa saja yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan
agar tercapai rumah sehat.
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 13 Desember 2019 di Kelurahan Warungboto
Monitoring dan Kelebihan:
Evaluasi - antusiasme warga cukup baik.
- pihak kader dan warga kooperatif dengan peserta PIDI dan pegawai
puskesmas lainnya.
Kekurangan
- jam kunjungan dilakukan di jam kerja sehingga banyak rumah yang
terlewatkan untuk dikunjungi
5. Pengendalian Infeksi Dengue Fever melalui Program Juminten (Jumat Bersih dan Pemantauan
Jentik Nyamuk)
Tanggal 14 Februari 2020
Latar belakang Faktor-faktor yang berperan terhadap peningkatan kasus DBD antara lain
kepadatan vector, kepadatan penduduk yang terus menerus meningkat
sejalan dengan pembangunan kawasan pemukiman, urbanisasi yang tidak
terkendali, meningkatnya sarana transportasi (darat, laut dan udara), perilaku
masyarakat yang kurang sadar terhadap kebersihan lingkungan, serta
perubahan iklim.
Pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah dan Keputusan Menteri
Kesehatan nomor 92 tahun 1994 tentang perubahan atas lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992, dimana
menitikberatkan pada upaya pencegahan dengan gerakan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) selain penatalaksanaan penderita DBD dengan
memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan dan sumber daya, memperkuat
surveilans epidemiologi dan optimalisasi kewaspadaan dini terhadap kejadian
luar biasa (KLB) DBD. Manajemen pengendalian vector secara umum diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 374/MENKES/PER/III/2010
tentang Pengendalian Vektor.
Permasalahan -Mengingat obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini
belum tersedia, maka cara utama yang dapat dilakukan sampai saat
ini adalah dengan pengendalian vector penular (Aedes aegypti).
Pengendalian vector ini dapat dilakukan dengan pelaksaan kegiatan
PSN 3M Plus.
- Kurangnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam pencegahan
dan pengendalian DBD
- Perlunya petunjuk bagi kader JUMANTIK dalam melaksanakan
pemeriksaan, pemantauan, dan pemberantasan jentik nyamuk
dengan metode PSN 3M PLUS
Perencanaan dan - Pembentukan juru pemantau jentik atau JUMANTIK adalah orang
Pemilihan yang melakukan pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan
Intervensi jentik nyamuk khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
- Mensosialisasikan PSM 3M Plus kepada kader
- Memeriksa/memantau tempat perindukan nyamuk
- Menggerakkan kader atau anggota keluarga/penghuni rumah untuk
melakukan PSN 3M plus seminggu sekali
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 14 februari 2020 di Kelurahan Warungboto
Monitoring dan Memberikan pelatihan teknis kepada Koordinator dan Supervisor JUMANTIK
Evaluasi Membina dan mengawasi kinerja Koordinator dan Supervisor JUMANTIK
Latar belakang Prevalensi anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi.
Menurut World Health Organization (WHO) prevalensi anemia dunia berkisar
40-88% yang mana presentase tersebut masih menunjukkan tingginya
prevalensi. Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di
Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar
26,4% dan 18,4% pada penderita anemia berumur 15-24 tahun. Berdasarkan
kategori penderita pada Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia di Indonesia yang paling tinggi
terjadi pada remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dibandingkan
kelompok usia lainnya. Menurut Kementrian Kesehatan bahwa wanita
mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri.
Upaya pemberian tablet zat besi ke sekolah-sekolah untuk remaja putri ini
dialkukan untuk meminimalkan perempuan usia muda mengalami anemia.
Jika remaja putri menderita anemia dan kemudan hamil makan akan
berpotensi melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat
badan lahir rendah (BBLR). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai
oksigen dan makanan ke janin, yang dibawa oleh darah, selama masa
kehamilan. Oleh sebab itu untuk menghindari terjadinya hal tersebut, perlu
dilakukan pemberian tablet tambah darah (TTD) kepada remaja putri di
wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1.
3. Edukasi Gizi Seimbang Pada Anak Sekolah Dasar Dalam Program Pelatihan Dokter Kecil
Tanggal 02 Februari 2020
Latar belakang Transisi gizi menyebabkan prevalensi gizi lebih meningkat di banyak negara
berkembang. Transisi gizi memicu negara berkembang mengalami beban
ganda masalah gizi yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Pola makan merupakan
perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang
sehingga diharapkan melalui edukasi gizi seimbang ini, anak sekolah dasar
memahami bagaimana pola makan yang sehat. Mereka dapat mengatur pola
makan seimbang agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit
kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi.
Permasalahan Sejauh ini, masih belum ada edukasi gizi pada siswa siswi tersebut, sehingga
pemberian edukasi gizi seimbang diharapkan mampu mengatasi
permasalahan gizi di sekolah tersebut.
Perencanaan dan Dilakukan edukasi gizi seimbang. Materi terdiri dari “Tumpeng Gizi Seimbang”
Pemilihan dan “10 Pesan Gizi Seimbang” pada siswa SD yang menjadi perwakilan dari
Intervensi tiap sekolah di wilayah kerja pusekesmas Umbulharjo 1.
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan di aula puskesmas Umbulharjo 1
Monitoring dan Peserta tampak antusias mengikuti sosialisasi dan memberikan beberapa
Evaluasi pertanyaan
5. Sosialisasi MPASI
Tanggal 11 Februari 2020
Latar belakang Makanan pendamping ASI merupakan asupan nutrisi tambahan bagi bayi
selain air susu Ibu. Makanan pendamping asi yang biasa disingkat MPASI
tersebut perlu diberikan tepat waktu, karena bila dilakukan terlalu cepat atau
terlalu lambat akan memberikan dampak kepada bayi. MPASI baru boleh
diberikan pada bayi setelah berumur bayi berumur enam bulan. Pemberian
MPASI terlalu dini terkadang dipengaruhi oleh adat atau kebiasaan
memberikan makanan padat sebelum waktunya. Padahal, pemberian MPASI
terlalu dini memiliki resiko antara lain bayi mudah terkontaminasi oleh
kuman, juga mudah tersedak karena kemampuan mengunyah makanan
belum sempurna. Selain itu bayi berpeluang mengalami alergi makanan,
berpeluang obesitas, hingga mengalami pencernaan buruk.
Melihat pentingnya pengetahuan akan hal tersebut, sosialisasi dampak
pemberian makanan pendamping asi terlalu dini sangat perlu dilakukan
karena dalam kehidupan sehari-hari masih terdapat Ibu yang memberikan
MPASI terlalu dini dengan alasan karena bekerja, berat anak masih kurang,
anak rewel dan sebagainya.
Kekurangan gizi yang terjadi pada masa janin dan anak usia dini akan
berdampak pada perkembangan otak dan rendahnya kemampuan kognitif
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dan keberhasilan pendidikan.
Selain itu, kurang gizi yang dialami pada awal kehidupan juga berdampak
pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada kejadian
penyakit tidak menular pada usia dewasa, seperti Diabetes Tipe II, Stroke,
Penyakit Jantung, dan lainnya. Dalam jangka panjang, hal ini akan berdampak
pada menurunnya produktivitas yang selanjutnya dapat mengahambat
pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kemiskinan dan kesenjangan di
masyarakat. Karena itu peranan gizi terutama 1000 HPK sangat penting dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Permasalahan - Pentingnya meningkatkan pemahaman ibu mengenai pentingnya
pemenuhan gizi anak untuk mendukung perkembangan anak dalam
1000 hari pertama kehidupan melalui MPASI
- Cara persiapan dan pemilihan MPASI
Perencanaan dan Sasaran target: calon ibu dan ibu dengan bayi berusia dibawah 6 bulan
Pemilihan Metode: penyuluhan, pemaparan materi melalui presentasi dan tanya jawab,
Intervensi praktek mempersiapkan MPASI
Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2020 di aula Puskesmas
Umbulharjo 1. Peserta diberikan pemaparan materi melalui presentasi dan
dilanjutkan sesi tanya jawab. Setelah ini dilakukan kegiatan praktek
mempersiapakan MPASI agar para peserta dapat lebih memahami lebih baik.
Monitoring dan Kegiatan penyuluhan berjalan dengan baik. Peserta penyuluhan mengikuti
Evaluasi kegiatan dengan aktif dan mengajukan pertanyaan terkait materi yang
disampaikan. Hasil yang diharapkan adalah para ibu dapat memahami lebih
baik mengenai MPASI sehingga dapat memberikan makanan yang berkualitas
bagi anaknya sehingga pemenuhan gizi dalam 100 hari pertama kehidupan
dapat terpenuhi dan tumbuh kembang anak yang baik bisa dicapai.
Perencanaan dan Pemberian informasi akan dilakukan melalui presentasi (pemaparan materi
Pemilihan seputar COVID-19) dan sesi tanya jawab dengan peserta dalam pertemuan
Intervensi kader kesehatan Kelurahan Warungboto dan Pandeyan di aula Puskesmas
Umbulharjo 1.
Perencanaan dan Pemberian informasi akan dilakukan melalui presentasi (pemaparan materi
Pemilihan seputar COVID-19) dan sesi tanya jawab dengan peserta dalam acara
Intervensi penyuluhan informasi dan edukasi terkait virus corona.
1. Public Health Nursing (PHN) Pada Pasien Stroke Yang Tidak Mampu Ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Tanggal 5 Februari 2020
Latar Belakang Home care adalah komponen dari pelayan kesehatan yang disediakan untuk
individu dan keluarga ditempat tinggal mereka dengan tujuan
mempromosikan, mempertahankan, atau memaksimalkan level kemandirian
serta meminimalkan efek ketidakmampuan dan kesakitan termasuk di
dalamnya penyakitnya terminal. Tujuan utama dari home care adalah
mencegah terjadinya suatu penyakit dan meningkatkan kesehatan pasien.
Tujuan yang paling mendasar dari pelayanan home care adalah untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian,
dan meminimalkan akibat dari penyakit untuk mencapai kemampuan individu
secara optimal selama mungkin yang dilakukan secara komperhensif dan
berkesinambungan.
Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depertemen Kesehatan RI
dalam makalahnya pada seminar nasional 2007 tentang “Home care: Bukti
Kemandirian Perawat“ menyebutkan bahwa tujuan umum dari pelayanan
kesehatan di rumah adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga. Secara khusus home care bertujuan untuk meningkatkan upaya
promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitative, mengurangi frekuensi
hospitalisasi, meningkatkan efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan pikiran.
Tujuan khusus dari pelayanan kesehatan di rumah antara lain:
1. Terpenuhi kebutuhan dasar bagi pasien secara bio-psiko-sosio-
spritual
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pemeliharaan
dan perawatan anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan
3. Terpenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah
sesuai kebutuhan pasien.
Permasalahan Secara umum permasalahan yang ditemui berkaitan dengan pelaksanaan
home care, yaitu:
1. Keterbatasan sarana trasportasi yang mendukung untuk pasien
berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan
2. Pasien tidak mampu ke tempat pelayanan kesehatan karena
gangguan kemandirian
Perencanaan dan DIperlukan pelayanan public health nursing berupa kunjungan rumah bagi
Pemilihan pasien yang tidak dapat mengakses fasilitas layanan kesehatan karena
Intervensi keterbatasan yang ada.
Pelaksanaan Dilakukan kunjungan ke rumah pasien stroke yang memerlukan pemeriksaan
karena tempat tinggalnya mengalami kebakaran. Pasien tersebut
dianamnesis, dilakukan pemeriksaan fisik, serta edukasi pada keluarga yang
merawat pasien tersebut.
Monitoting dan PHN berjalan dengan baik. Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dan
Evaluasi keluarga yang merawat mendapat edukasi terkait kondisi kesehatan pasien.
Pelaksanaan PHN ini juga disambut baik oleh keluarga pasien.
Monitoring dan PHN berjalan dengan baik. Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dan
Evaluasi keluarga yang merawat mendapat edukasi terkait kondisi kesehatan pasien.
Pelaksanaan PHN ini juga disambut baik oleh keluarga pasien.
Konseling HIV adalah dialog atau konsultasi rahasia antara klien dengan
konselor HIV. Konseling HIV ini dilakukan sebelum dan sesudah tes HIV.
Konseling sebelum tes (pre Test) dilakukan untuk memberikan informasi yang
lengkap tentang HIV dan AIDS, keuntungan dan kerugian VCT, menggali
faktor–faktor resiko dan cara menguranginya sehingga klien mempunyai
kesiapan untuk melakukan tes HIV. Sedangkan Konseling Pasca Tes bertujuan
untuk mempersiapkan klien menghadapi hasil tes. Di sini diberikan
penjelasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil tes, kemana
dan apa yang harus dilakukan seandainya hasil positif HIV atau negatif
dengan segala konsekuensinya.
Permasalahan Angka pengidap HIV dan AIDS yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Hingga akhir tahun 2018 tercatat ada 4.781 kasus HIV dan 1.647 diantaranya
adalah pengidap AIDS di DIY. Sehingga diperlukan peran serta semua pihak
agar penanggulangan dan pencegahan meluasnya HIV/AIDS bisa ditekan.
Perencanaan dan Puskesmas bekerja sama dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Vesta
Pemilihan yang bergerak pada bidang kesehatan khususnya dalam penanggulangan
Intervensi HIV/AIDS akan melakukan tes HIV dan konseling (VCT) pada orang yang ingin
mengetahui status HIV nya.
Pelaksanaan Pada tanggal 10 Januari 2020, dilakukan kegiatan VCT mobile bersama Vesta.
Kegiatan Vesta berupa edukasi kepada masyarakat dan populasi yang
beresiko terkena HIV/AIDS. Edukasi berupa pengetahuan agar terhindar dari
HIV dan bagaimana berperilaku seks secara aman. Selain itu, terdapat juga
pemerikasaan HIV atau Voluntary Counselling and Testing (VCT) agar populasi
ini mengetahui status HIVnya.
Monitoring dan Kegiatan edukasi dan VCT mobile bersama Vesta berjalan dengan baik. Pasien
Evaluasi mendapatkan informasi yang dibutuhkan terkait HIV/AIDS dan juga diberikan
konseling dan tes HIV secara gratis.