Anda di halaman 1dari 24

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT – STASE PUSKESMAS

F1 Upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat - POSBINDU (K)


- Cuci tangan SD (U)
- PHBS Dokter Kecil (U)
- P3K Dokter Kecil SD (cc)
- P3K Dokter Kecil SMP (cc)

F2 Upaya kesehatan lingkungan - Air Depot Isi Ulang (K)


- Air Rumah Warga (K)
- Rumah Sehat Sorosutan (U)
- Rumah Sehat Warungboto (U)
- Jumantik (U)
F3 Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana - Kelas Bumil (U)
- Pemberian Fe dan As Folat (U)
- Caten (K)
- Vit A Pada Balita (Cc)
- Konseling KB (U)
F4 Upaya perbaikan gizi masyarakat - Pemberian tablet darah (cc)
- Diet Dislipidemi dan HT (K)
- Dokcil Gizi Seimbang (U)
- Pola makan diabetes (U)
- Sosialisasi MPASI
F5 Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan - Corona Kader (K)
PTM - Corona SD (K)
- PTM HT DM lansia (K)
- PTM HT DM Produktif (K)
- TB Skrining usia produktif (U)
F6 Upaya pengobatan dasar - VCT (Cc)
- P3K CPNS (Cc)
- PHN (K)
- Pustu Nitikan (K)
- Pustu Giwangan (K)
F7 Mini project

F1 UPAYA PROMKES DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Pembentukan POSBINDU PTM di Kelurahan Pandeyan


Tanggal 25 Januari 2020
Latar belakang Pos Binaan Terpadu (POSBINDU) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini
faktor resiko penyakit tidak menular terintegrasi serta gangguan akibat
kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh
masyarakat melalui pembinaan terpadu. Tujuan utama kegiatan Posbindu
PTM adalah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan
dan penemuan dini faktor risiko PTM. Oleh karena itu Posbindu PTM memiliki
sasaran cukup luas mencakup semua masyarakat usia 15 tahun ke atas baik
itu dengan kondisi sehat, masyarakat beresiko maupun masyarakat dengan
kasus PTM.
Permasalahan - Peningkatan mortalitas dan morbiditas penyakit tidak menular setiap
tahunnya
- Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan deteksi dini
penyakit-penyakit tidak menular
- Kurangnya informasi yang dimiliki masyarakat terkait penyakit tidak
menular

Perencanaan dan Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi
Pemilihan minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas,
Intervensi stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol akan ditindak lanjuti secara
melalui konseling kesehatan dan segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM),
kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak
kekerasan.

Pelaksanaan Masyarakat di daerah binaan POSBINDU akan diidentifikasi faktor risikonya,


melalui tanya jawab kuisioner. Faktor risiko yang ditemukan akan ditindak
lanjuti. Tindak lanjut yang dilakukan berupa konseling kesehatan, rujukan ke
failitas pelayanan kesehatan, serta pemantauan kondisi setelah dilakukan
intervensi. Setiap bulannya akan dilakukan pemeriksaan kesehatan dan
aktivitas fisik, seperti senam bersama.

Monitoring dan Kader POSBINDU akan melaporkan hasil pemeriksaan setiap bulannya kepada
Evaluasi puskesmas. Hasil pemeriksaan diluar nilai normal akan dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Warga yang memerlukan pengobatan rutin juga akan
dipantau perkembangan kondisi dan kepatuhan minum obatnya.

2. P3K Dokter Kecil tingkat Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1
Tanggal 02 Februari 2020
Latar belakang Pelatihan dokter kecil merupakan salah satu program dari UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah) yang menitikberatkan pada kesehatan anak usia sekolah.
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-21 tahun, yang sesuai dengan
proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi dua sub kelompok yakni pra
remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun).
Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup
bersih dan sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah.
Dokter kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah terlatih untuk
ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya.
Pelatihan ini untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan para kader.
Peningkatan itu mengacu pada trias UKS (usaha kesehatan sekolah) yakni
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan kesehatan.
Permasalahan - Pentingnya peran siswa sebagai penggerak hidup sehat di sekolah,
rumah dan lingkungannya
- Pentingnya peran siswa untuk dapat menolong dirinya sendiri, antar
siswa, dan orang lain untuk hidup sehat.
Perencanaan dan Setiap SD di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1 diminta untuk
Pemilihan mengirimkan perwakilan siswa nya dengan kriteria:
Intervensi -Siswa kelas 3,4,5 yang belum pernah melakukan pelatihan dokter
kecil
- Berprestasi di Sekolah
- Berbadan Sehat
- Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab
- Berbudi pekerti baik dan suka menolong
- Berpenampilan bersih dan berperilaku sehat
- Mendapat izin dari orang tua
Pelatihan akan dilakukan melalui presentasi dengan slide dan juga sesi tanya
jawab dengan peserta.
Pelaksanaan Perwakilan siswa Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1
yang sudah terpilih berkumpul di aula Puskesmas Umbulharjo 1 untuk
mengikuti pelatihan. Pemberian materi dilakukan dengan presentasi melalui
slide dan sesi tanya jawab dengan peserta.
Monitoring dan Evaluasi dan hasil kegiatan ini adalah tujuan dalam pendidikan pelatihan
Evaluasi dokter kecil tercapai, yaitu peserta pelatihan dokter kecil mampu:
- Menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, di rumah, dan di
lingkungannya
- Menjadi penolong dirinya sendiri, sesame siswa, dan orang lain untuk
hidup sehat
- Peserta pelatihan dokter kecil termotivasi untuk meningkatkan
partisipasi siswa dalam program UKS di sekolah masing-masing

3. P3K Kader Kesehatan Remaja tingkat Sekolah Menengah Pertama di wilayah kerja Puskesmas
Umbulharjo 1
Tanggal 04 Februari 2020
Latar belakang Merupakan agenda tahunan, salah satu bagian program UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah) adalah pembentukan kader kesehatan khususnya anak
sekolah. Tujuan diadakannya kegiatan tersebut adalah membekali siswa
tentang kesehatan dasar dan terutama tentang kesehatan reproduksi remaja
dan pola hidup bersih dan sehat. Dalam pelatihan ini para peserta akan
diberikan berbagai macam materi yang berkaitan dengan kesehatan dan lebih
mengutamakan pada kesehatan remaja dan PHBS.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan Pasal 17, dinyatakan bahwa kesehatan anak diselenggarakan
untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan dan kesehata anak
dilakukan melalui penignkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi,
masa balita, usia pra sekolah dan usia sekolah. Selanjutknya dalam pasal 45
dinyatakan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat
sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara
harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Di
samping itu kesehatan sekolah juga diarahkan untuk memupuk kebiasaan
hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
melaksanakan prinsip hidup sehat aktif berpartisipasi dalam usaha
peningkatan kesehatan, baik di sekolah, rumah maupun dalam lingkungan
masyarakat.
Kegiatan ini bertujuan menciptakan kader kesehatan baik di sekolah dasar
ataupun menengah agar mereka tahu dan mau melaksanakan PBHS dan lebih
mengantisipasi diri mereka dari pengaruh media yang dapat merusak
kehidupan mereka dimasa mendatang.
Permasalahan - Pentingnya peran siswa sebagai penggerak hidup sehat di sekolah,
rumah dan lingkungannya
- Pentingnya peran siswa untuk dapat menolong dirinya sendiri, antar
siswa, dan orang lain untuk hidup sehat.
Perencanaan dan Setiap Sekolah Menengah Pertama di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1
Pemilihan diminta untuk mengirimkan perwakilannya dengan kriteria sebagai berikut:
Intervensi - Telah menduduki kelas 1 dan kelas 2 SMP/Sederajat
- Berprestasi baik di sekolah/kelas
- Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab
- Bersih dan berperilaku sehat
- Bermoral baik dan suka menolong
- Bertempat tinggal di rumah sehat
- Di izinkan orang tua
Pelatihan akan dilakukan melalui presentasi dengan slide dan juga sesi tanya
jawab dengan peserta.
Pelaksanaan Perwakilan siswa Sekolah Menengah Pertama di wilayah kerja Puskesmas
Umbulharjo 1 yang sudah terpilih berkumpul di aula Puskesmas Umbulharjo 1
untuk mengikuti pelatihan. Pemberian materi dilakukan dengan presentasi
melalui slide dan sesi tanya jawab dengan peserta.
Monitoring dan Evaluasi dan hasil kegiatan ini adalah tujuan dalam pendidikan pelatihan
Evaluasi dokter kecil tercapai, yaitu peserta pelatihan dokter kecil mampu:
- Menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, di rumah, dan di
lingkungannya
- Menjadi penolong dirinya sendiri, sesame siswa, dan orang lain untuk
hidup sehat
Peserta pelatihan dokter kecil termotivasi untuk meningkatkan partisipasi
siswa dalam program UKS di sekolah masing-masing

4. Pelatihan PHBS Dokter Kecil tingkat Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo 1
Tanggal 03 Februari 2020
Latar belakang Beberapa poin yang termasuk dalam indikator sekolah sehat adalah
menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Selain itu, untuk mencegah munculnya
penyakit menular dalam sekolah diperlukan pengetahuan bagi siswa
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat yang harus diterapkan sehari hari
di lingkungan sekolah.
Permasalahan Di area kerja Umbulharjo 1 terdapat beberapa sekolah dasar yang belum
memiliki tim dokter kecil. Pengetahuan guru dan siswa mengenai PHBS juga
masih minim, sehingga pelatihan dasar PHBS dibutuhkan untuk menunjang
pencapaian indikator sekolah sehat.
Perencanaan dan Dilakukan pelatihan berupa pemberian materi perilaku hidup bersih dan
Pemilihan sehat di sekolah. Bentuk pelatihan berupa kuliah-kuliah singkat dan diskusi
Intervensi antara peserta dengan pemateri.
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 03 Februari 2020 di aula Puskesmas Umbulharjo
1. Pelatihan ini diberikan kepada siswa-siswa yang sudah dipilih oleh guru
pendamping UKS. Materi disampaikan oleh dokter peserta PIDI. Materi yang
disampaikan adalah prinsip perilaku hidup bersih dan sehat, cara mencuci
tangan, dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
Monitoring dan Kelebihan:
Evaluasi - antusiasme siswa cukup tinggi selama pelatihan.
- pihak pegawai sekolah, terutama guru, kooperatif dengan peserta
PIDI dan pegawai puskesmas lainnya.

Kekurangan
- belum ada dan perlu dilaksanakan penyegaran materi pada
peserta/dokter kecil untuk mengingat pengetahuan yang sudah
didapat.
- diperlukannya indikator keberhasilan penyampaian dan penerimaan
materi oleh peserta melalui pretest dan post test

5. Pelatihan Cuci Tangan yang Baik dan Benar di SDIT Alkhairaat sebagai Upaya Pencegahan
Penyakit Menular
Tanggal 09 Maret 2020
Latar belakang Awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu
coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus
disease 2019 (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan,
Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember 2019, sampai saat ini sudah
dipastikan terdapat 20 negara yang telah terjangkit. Penyebaran COVID-19
terjadi cepat dan meluas karena dapat menular melalui kontak dari manusia
ke manusia. Hingga saat ini, penyakit tersebut masih menjadi perhatian
utama semua negara untuk waspada dan tetap siaga menghadapi COVID-19.
Salah satu upaya pencegahan penyebaran virus yaitu dengan menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat. Mencuci tangan secara baik dan benar
merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan pemberian
informasi dan pengetahuan mengenai penularan virus dan cara mencuci
tangan, diharapkan para siswa dapat membantu proses penyebaran virus
tersebut.
Permasalahan - Pengetahuan yang kurang terkait penyakit COVID-19 menimbulkan
keresahan dI masyarakat
- Kesadaran terhadap pentingnya mencuci tangan sebagai upaya
pencegahan penularan virus
Perencanaan dan Dilakukan pelatihan berupa pemberian materi cara mencuci tangan yang baik
Pemilihan dan benar serta simulasi mencuci tangan
Intervensi
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 03 Februari 2020 di aula SDIT Al-Khairaat
Monitoring dan Kelebihan:
Evaluasi - antusiasme siswa cukup tinggi selama pelatihan.
- pihak pegawai sekolah, terutama guru, kooperatif dengan peserta
PIDI dan pegawai puskesmas lainnya.

Kekurangan
- diperlukannya indikator keberhasilan penyampaian dan penerimaan
materi oleh peserta melalui pretest dan post test

F2 UPAYA KESLING

1. Pemantauan dan pemeriksaan kualitas air minum isi ulang di Depot Air Minum
Tanggal 03 Desember 2019
Latar belakang Air bersih siap minum adalah kebutuhan dasar bagi setiap orang. Saat ini
terdapat berbagai pilihan sumber air bersih siap minum yang bisa dipilih
masyarakat, salah satunya air minum isi ulang di depot air minum. Kualitas air
bersih siap minum diatur dalam beberapa peraturan perundang-udangan,
sehingga menjadi tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini diwakili
puskesmas untuk menjaga, memantau dan memberikan pengawasan
terhadap mutu air minum di depot air minum isi ulang yang di konsumsi
masyarakat.
Permasalahan - Pemantauan berkala mutu dan kualitas air minum isi ulang
- Pemantauan kebersihan alat dan lingkungan di depot air minum isi
ulang
- Pemantauan prosedur pengisian air minum isi ulang sesuai dengan
SOP yang dianjurkan
Perencanaan dan Pemantauan prosedur pengisian air minum isi ulang serta kebersihan alat dan
Pemilihan lingkungan depot air minum dilakukan dengan kunjungan langsung oleh
Intervensi petugas puskesmas bagian kesehatan lingkungan. Kemudian diambil sampel
air dari depot tersebut untuk diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan Kota
Yogyakarta.

Pelaksanaan Dilakukan kunjungan langsung ke beberapa depot air minum isi ulang di
wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1 untuk menilai prosedur pengisian air
minum isi ulang serta kelayakan alat dan kebersihan lingkungan depot.
Dilakukan juga pengambilan sampel air untuk diperiska di Balai Laboratorium
Kesehatan Kota Yogyakarta.

Monitoring dan Puskesmas memberikan saran dan masukkan berdasarkan hasil kunjungan,
Evaluasi baik mengenai kebersihan lingkungan depot maupun kebersihan/higienitas
pekerja di depot. Hasil pemeriksaan sampel laboratorium air kemudian akan
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sebagai bahan pertimbangan
perpanjangan izin usaha.

2. Pemeriksaan Kualitas Air Bersih di Rumah Warga


Tanggal 09 Desember 2019
Latar Belakang Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/
PER/IX/1990, yang dimaksud air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak. Petugas Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Umbulharjo 1 melakukan kunjungan ke rumah warga untuk
melakukan pemantauan dan pemeriksaan air bersih karena penyediaan air
bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi
faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare merupakan
penyebab kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat mengakibatkan
produktifitas kerja dan dapat menurunkan kecerdasan anak sekolah,
disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti DBD,
malaria, pes, dan filariasis.

Permasalahan - Kualitas air bersih di masyarakat yang tidak sesuai dengan anjuran
standar minimal air bersih
Perencanaan dan Diperlukan kunjungan ke rumah warga untuk pengambilan sampel air serta
Pemilihan dilakukan edukasi pada warga terkait upaya penyediaan air bersih.
Intervensi
Pelaksanaan Pada tanggal 9 Desember 2019 dilakukan kunjungan terhadap rumah warga
di wilayah Warungboto. Petugas kesehatan lingkungan puskesmas
mengambil sampel air keran di rumah warga dan melakukan edukasi terkait
upaya penyediaan air bersih. Sampel air selanjutnya dikirim ke Balai
Laboratorium Kota Yogyakarta untuk diperiksa.
Monitoring dan Puskesmas memberikan saran dan masukkan berdasarkan hasil kunjungan
Evaluasi sambal menunggu hasil pemeriksaan sampel air di laboratorium. Bila hasil
pemeriksaan tidak sesuai dengan standar air bersih yang diatur dalam
PERMENKES maka perlu dilakukan tindak lanjut lain untuk menanggulangi
sumber air bersih yang tidak layak pakai.

3. Pemantauan dan Penilaian Rumah sehat melalui kegiatan PISPK di wilayah kerja Puskesmas
Umbulharjo 1
Tanggal 13 Desember 2019
Latar belakang Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.
Pembangunan keluarga, sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang
hidup dalam lingkungan yang sehat. Untuk mewujudkan lingkungan yang
sehat secara luas dapat dimulai dengan menciptakan lingkungan rumah yang
sehat.
Permasalahan - Pengetahuan yang kurang mengenai indikator rumah sehat
- Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya rumah yang
sehat dan cara mewujudkannya
Perencanaan dan Dilakukan kunjungan door to door di setiap rumah pada daerah binaan
Pemilihan puskesmas Umbulharjo 1 dan dilakukan penilaian rumah sehat serta
Intervensi pemberian edukasi mengenai apa saja yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan
agar tercapai rumah sehat.
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 13 Desember 2019 di Kelurahan Sorosutan
Monitoring dan Kelebihan:
Evaluasi - antusiasme warga cukup baik.
- pihak kader dan warga kooperatif dengan peserta PIDI dan pegawai
puskesmas lainnya.

Kekurangan
- jam kunjungan dilakukan di jam kerja sehingga banyak rumah yang
terlewatkan untuk dikunjungi
4. Pemantauan dan Penilaian Rumah sehat melalui kegiatan PISPK di wilayah kerja Puskesmas
Umbulharjo 1
Tanggal 20 Desember 2019
Latar belakang Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.
Pembangunan keluarga, sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang
hidup dalam lingkungan yang sehat. Untuk mewujudkan lingkungan yang
sehat secara luas dapat dimulai dengan menciptakan lingkungan rumah yang
sehat.
Permasalahan - Pengetahuan yang kurang mengenai indikator rumah sehat
- Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya rumah yang
sehat dan cara mewujudkannya
Perencanaan dan Dilakukan kunjungan door to door di setiap rumah pada daerah binaan
Pemilihan puskesmas Umbulharjo 1 dan dilakukan penilaian rumah sehat serta
Intervensi pemberian edukasi mengenai apa saja yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan
agar tercapai rumah sehat.
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 13 Desember 2019 di Kelurahan Warungboto
Monitoring dan Kelebihan:
Evaluasi - antusiasme warga cukup baik.
- pihak kader dan warga kooperatif dengan peserta PIDI dan pegawai
puskesmas lainnya.

Kekurangan
- jam kunjungan dilakukan di jam kerja sehingga banyak rumah yang
terlewatkan untuk dikunjungi

5. Pengendalian Infeksi Dengue Fever melalui Program Juminten (Jumat Bersih dan Pemantauan
Jentik Nyamuk)
Tanggal 14 Februari 2020
Latar belakang Faktor-faktor yang berperan terhadap peningkatan kasus DBD antara lain
kepadatan vector, kepadatan penduduk yang terus menerus meningkat
sejalan dengan pembangunan kawasan pemukiman, urbanisasi yang tidak
terkendali, meningkatnya sarana transportasi (darat, laut dan udara), perilaku
masyarakat yang kurang sadar terhadap kebersihan lingkungan, serta
perubahan iklim.
Pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah dan Keputusan Menteri
Kesehatan nomor 92 tahun 1994 tentang perubahan atas lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992, dimana
menitikberatkan pada upaya pencegahan dengan gerakan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) selain penatalaksanaan penderita DBD dengan
memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan dan sumber daya, memperkuat
surveilans epidemiologi dan optimalisasi kewaspadaan dini terhadap kejadian
luar biasa (KLB) DBD. Manajemen pengendalian vector secara umum diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 374/MENKES/PER/III/2010
tentang Pengendalian Vektor.
Permasalahan -Mengingat obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini
belum tersedia, maka cara utama yang dapat dilakukan sampai saat
ini adalah dengan pengendalian vector penular (Aedes aegypti).
Pengendalian vector ini dapat dilakukan dengan pelaksaan kegiatan
PSN 3M Plus.
- Kurangnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam pencegahan
dan pengendalian DBD
- Perlunya petunjuk bagi kader JUMANTIK dalam melaksanakan
pemeriksaan, pemantauan, dan pemberantasan jentik nyamuk
dengan metode PSN 3M PLUS
Perencanaan dan - Pembentukan juru pemantau jentik atau JUMANTIK adalah orang
Pemilihan yang melakukan pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan
Intervensi jentik nyamuk khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
- Mensosialisasikan PSM 3M Plus kepada kader
- Memeriksa/memantau tempat perindukan nyamuk
- Menggerakkan kader atau anggota keluarga/penghuni rumah untuk
melakukan PSN 3M plus seminggu sekali
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 14 februari 2020 di Kelurahan Warungboto
Monitoring dan Memberikan pelatihan teknis kepada Koordinator dan Supervisor JUMANTIK
Evaluasi Membina dan mengawasi kinerja Koordinator dan Supervisor JUMANTIK

F3 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA

1. Konseling CATEN (Calon Penganten)


Tanggal 01 Desember 2019 – 15 Maret 2020
Latar belakang Pendekatan skrining pada calon pengantin dilakukan sementara untuk dapat
menjangkau sasaran yang belum mendapatkan skrining
melalui program usaha kesehatan. Premarital check-up atau pemeriksaan
kesehatan pranikah dilakukan untuk mengenali/ mendeteksi kondisi, risiko,
maupun riwayat masalah kesehatan yang dimiliki pasangan, sehingga tidak
menularkan pada pasangannya dan atau menurunkan pada anaknya. Hasil
yang diharapkan adalah dapat melakukan upaya pencegahan dan penanganan
sedini mungkin.
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu sebesar 359/100.000 kelahiran
hidup, membuat pemerintah meluncurkan berbagai upaya kesehatan untuk
mengendalikan AKI ini, yaitu salah satunya dengan pemberian imunisasi TT
bagi calon pengantin.
Permasalahan - Kurangnya informasi mengenai persiapan kehamilan, termasuk
imunisasi TT
- Kurangnya informasi mengenai penyakit atau kondisi medis yang
dapat diturunkan
Perencaan dan Diperlukan konseling dan edukasi terhadap calon pengantin terkait persiapan
Pemilihan kehamilan setelah menikah seperti suntik/imunisasi TT, edukasi terkait
Intervensi riwayat penyakit keluarga yang memungkinkan untuk diturunkan terhadap
anak.
Pelaksanaan Dilakukan konseling dan edukasi terhadap calon pengantin terkait persiapan
kehamilan setelah menikah dan edukasi terkait riwayat penyakit sendiri dan
riwayat penyakit keluarga yang dapat diturunkan kepada anak.
Monitoring dan Pelaksanaan konseling CATEN berjalan dengan baik. Calon pengantin
Evaluasi mengajukan pertanyaan mengenai persiapan kehamilan.
2. Posyandu Balita dan Pemberian Tablet Vitamin A di Kelurahan Pandeyan
Tanggal 19 Februari 2020
Latar belakang Pemantauan kegiatan balita di pandeyan yang diadakan secara teratur dalam
sebulan sekali dan kegiatan rutin pemberian vitamin A terhadap Balita di
kelurahan pandeyan RW 7 dan RW 8A
Permasalahan Banyaknya orang tua yang tidak sadar bahwa balita mereka mengalami
gangguan tumbuh kembang dan pemberian tablet vitamin A secara rutin.
Perencaan dan Metode yang digunakan adalah metode pemberian satu persatu dan
Pemilihan diadakan penyuluhan mengapa tablet vitamin A penting bagi balita.
Intervensi Pentingnya pemantauan untuk tumbuh kembang balita untuk mengurangi
resiko balita mengalami gangguan tumbuh kembang.
Pelaksanaan Satu persatu balita yang sudah didata dari puskesmas dikumpulkan di balai
warga di RW masing-masing dan diberikan satu persatu dengan maju
bersama dengan ibu ataupun bapak yang mendampingi anak tersebut.
Monitoring dan Monitoring hasil evaluasi dilakukan terutama berfokus kepada mereka yang
Evaluasi mengalami gangguan tumbuh kembang, dianjurkan untuk memeriksakan
kesehatan balitanya secara rutin di PKM.

3. Kelas Ibu Hamil


Tanggal 23 November 2019
Latar belakang Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari
target MDGs tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini ke- mungkinan
disebabkan antara lain oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum
memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya.
Penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi dalam kehamilan dan
perdarahan post partum. Penyebab ini dapat diminimal- kan apabila kualitas
antenatal care dilaksanakan dengan baik.
Kelas Ibu merupakan kegiatan terencana sesuai kebutuhan untuk membahas
materi Buku KIA secara diskusi dalam kelompok dan tukar pengalaman antara
ibu, yang difasilitasi petugas kesehatan. Lebih dalam, Kelas Ibu Hamil adalah,
Kegiatan bagi ibu hamil, berdiskusi & tukar pengalaman utk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan tentang kehamilan, persalinan, perawatan
nifas & perawatan bayi baru lahir melalui praktek dengan menggunakan Buku
KIA yg difasilitasi petugas kesehatan, sedangkan Kelas Ibu Balita adalah
Kegiatan bagi ibu yg mempunyai anak usia 0-5 tahun berdiskusi dan tukar
pengalaman utk meningkatkan pengetahuan & keterampilan tentang
pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi tumbuh kembang anak
dengan menggunakan Buku KIA yang difasilitasi petugas kesehatan.
Permasalahan Dewasa ini penyuluhan kesehatan Ibu dan Anak pada umumnya masih
banyak dilakukan melalui konsultasi perorangan atau kasus per kasus yang
diberikan pada waktu ibu memeriksakan kandungan atau pada waktu
kegiatan posyandu. Kegiatan penyuluhan semacam ini bermanfaat untuk
menangani kasus per kasus namun memiliki kelemahan antara lain: x
Pengetahuan yang diperoleh hanya terbatas pada masalah kesehatan yang
dialami saat konsultasi x Penyuluhan yang diberikan tidak terkoordinir
sehingga ilmu yang diberikan kepada ibu hanyalah pengetahuan yang dimiliki
oleh petugas saja x Tidak ada rencana kerja sehingga tidak ada pemantauan
atau pembinaan secara lintas sektor dan lintas program x Pelaksanaan
penyuluhan tidak terjadwal dan tidak berkesinambungan.
Perencanaan dan Tujuan dari pelaksanaan kelas ibu yaitu, meningkatkan pengetahuan,
Pemilihan merubah sikap dan perilaku ibu tentang kesehatan ibu hamil, bersalin dan
Intervensi nifas serta tumbuh kembang balita yang optimal sehingga output yang
didapatkan pada akhir sesi yaitu, peserta mampu melakukan pengelolaan.
Kelas Ibu, baik ibu hamil maupun kelas ibu balita dalam upata meningkatkan
pemanfaatan Buku KIA. Konsep yang diberikan pada kelas ibu ini adalah
menggunakan Buku KIA sebagai referensi utama. Pendekatan belajar orang
dewasa, metode partisipatif interaktif disertai praktek melalui tanya-jawab,
peragaan-praktek (posisi menyusui, membuat menu bergizi, stimulasi
perkembangan), curah pendapat, penguasaan dan simulasi PHBS, dan
sebagainya.
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan tanggal 14 februari 2020 di Kelurahan Warungboto
Monitoring dan Untuk memantau perkembangan dan dampak pelaksanaan kelas ibu hamil
Evaluasi perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan
berkesinambungan. Seluruh pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil dibuatkan
pelaporan dan didokumentasikan.

4. Suplementasi kecukupan Fe dan Asam Folat Pada Ibu Hamil


Tanggal 01 Desember 2019 – 15 Maret 2020
Latar belakang Asam folat yang cukup diperlukan untuk mencegah terjadinya neural tube
defect (NTD), yaitu cacat pada sistem saraf bayi. NTD biasanya mulai
berkembang pada 28 hari pertama setelah pembuahan. Pada masa itu,
kebanyakan wanita bahkan belum menyadari bahwa mereka hamil. Karena
itulah bagi para wanita yang sedang berupaya mendapatkan anak atau
menjalani program kehamilan, sangat disarankan untuk mengonsumsi 400 -
800 mikrogram asam folat setiap hari sampai kehamilan mencapai usia 3
bulan. Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya
meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelum hamil. Sekitar 24-60% wanita,
baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju mengalami
kekurangan asam folat karena kandungan asam folat di dalam makanan
sehari-hari mereka tidak mencukupi kebutuhan
Ibu hamil membutuhkan zat besi yang cukup untuk membentuk sel-sel darah
merah, karena sel darah merahlah yang membawa oksigen ke seluruh bagian
tubuh dan juga kepada bayi Anda. Kekurangan zat besi akan
menimbulkan anemia yang bisa membuat ibu hamil terus-menerus merasa
lelah, pusing, lemah, dan pucat. Selain itu, zat besi sebagai asupan nutrisi ibu
hamil juga sangat penting bagi pertumbuhan janin. Kekurangan zat besi pada
masa kehamilan membuat risiko bayi menderita anemia setelah lahir lebih
tinggi. Kondisi ini juga meningkatkan risiko bayi untuk lahir prematur dan
terlahir dengan berat badan rendah.
Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni
19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Paska Neonatal (AKPN)
terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, dan angka
kematian anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/ 1000 kelahiran
hidup. Penyebab kematian pada kelompok perinatal adalah Intra Uterine
Fetal Death (IUFD), yakni sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
sebanyak 11,2%.
Hal ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat
menentukan kondisi bayinya. Tantangan ke depan adalah mempersiapkan
calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil dan melahirkan
Permasalahan Kurangnya pemahaman ibu hamil mengenai pentingnya pemenuhan gizi
dalam 1000 hari pertama kehidupan
Perencanaan dan Setiap kunjungan ibu hamil dilakukan pemberian suplemen besi dan asam
Pemilihan folat sebanyak 1 kali sehari. Dan dilakukan monitoring setiap kali ibu
Intervensi melakukan kunjungan ANC
Pelaksanaan Keigatan dilakukan di poli KIA Puskesmas Umbulharjo 1
Monitoring dan Untuk memantau perkembangan dan dampak pelaksanaan dilakukan kontrol
Evaluasi keteraturan konsumsi suplemen setiap kali kunjungan ANC

5. Konseling KB Wanita Usia Produktif


Tanggal 01 Desember 2019 – 15 Maret 2020
Latar belakang Keluarga Berencana berperan dalam mengurangi risiko kematian ibu pada
waktu melahirkan yang disebabkan karena terlalu sering melahirkan dan
jarak antara kelahiran yang terlalu pendek. Berdasarkan Survey Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKI di Indonesia berada pada angka 305
per 100.000 kelahiran hidup. Upaya untuk menurunkan AKI perlu dilakukan
dengan melihat target Sustainable Development Goals (SDGs) dalam The
2030 Agenda For Sustainable Development yaitu 70 per 100.000 kelahiran
hidup. Studi yang dilakukan di negara-negara dengan tingkat kelahiran yang
tinggi, menunjukkan bahwaKeluarga Berencana memberi dampak positif
untuk meningkatkan tingkat kesehatan ibu dan bayi, diperkirakan dapat
menurunkan 32% kematian ibu dengan mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan dan dapat menurunkan 10% kematian anak, dengan mengurangi
jarak persalinan kurang dari 2 tahun. Cakupan pelayanan KB Pasca Persalinan
di Indonesia tahun 2013sebesar 59,6%. Pencapaian pelayanan KB Pasca
Persalinan di perkotaan sebesar 60,9%, sedangkan di perdesaan sebesar
58,3%.Penggunaan kontrasepsi atau KB Pasca Persalinan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya faktor pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan,
persetujuan atau dukungan suami, informasi keluarga berencana, pelayanan
keluara berencana, faktor ekonomi, durasi menyusui, usia dan paritas
Permasalahan Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai KB, pendangan masyarakat
mengenai KB masih sangat sempit. Informasi mengenai pemilihan alat
kontrasepsi masih sulit diputuskan.
Perencanaan dan Setiap kunjungan caten, ibu yang control masa nifas, dan ibu hamil trimester
Pemilihan akhir diberikan informasi dan konseling pemilihan KB
Intervensi
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan di poli KIA puskesmass Umbulharjo 1
Monitoring dan Banyaknya mis-informasi yang selama ini diketahui pasien, pasien
Evaluasi mendengarkan dengan antusias konseling yang diberikan, hingga pasien
dapat memperkiraan pilihan KB apa yang akan digunakan

F4 UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

1. Penyuluhan Diet untuk Penderita PTM (Hipertensi dan Dislipidemia)


Tanggal 03 Februari – 29 Februari 2020
Latar belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi dan dislipidemia
merupakan penyakit umum yang terjadi di masyarakat, seringkali tidak
disadari karena tidak mempunyai tanda gejala khusus. Hipertensi merupakan
salah satu penyakit yang tidak menular yang masih menjadi masalah besar di
seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.
Menurut World Health Organization [WHO] tahun 2013, pada tahun 2008 di
seluruh dunia sekitar 40% orang dewasa yang berusia 25 tahun ke atas telah
didiagnosis hipertensi, dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus
meningkat menjadi 60% atau sekitar 1,56 miliar orang pada tahun 2025.
Penyakit kardiovaskular secara global menyebabkan kematian hingga 17 juta
pertahun. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi di
Indonesia pada usia 18 tahun ke atas adalah sebesar 42.353.494 orang
(25,8%) dari total penduduk Indonesia usia 18 tahun ke atas sebesar 165 juta
penduduk. Berdasarkan urutan provinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
menempati urutan ke 14 provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak yaitu
sebesar 25,7%.
Kasus hipertensi dan dislipidemia terus meningkat salah satunya disebabkan
oleh gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup yang gemar makan fast food
yang kaya 3 akan lemak, asin, dan malas berolahraga ikut berperan dalam
menambah jumlah penderita. Selain itu, masih banyak lagi penyebab yang
dapat menyebabkan hipertensi dan dislipidemia seperti obesitas (kelebihan
berat badan), stres, merokok, dan konsumsi minuman beralkohol. Sehingga
diperlukan penanganan/tatalaksana penyakit ini baik secara farmakologis
maupun non farmakologis seperti pemilihan pola makan (diet) dan aktivitas
fisik.
Permasalahan - Kurangnya pengetahuan penderita PTM terkait pentingnya pemilihan
pola makan (diet) dalam penanggulangan PTM
Perencanaan dan Penyuluhan akan dilakukan melalui metode presentasi dan sesi tanya jawab
Pemilihan dengan para peserta.
Intervensi
Pelaksanaan Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada saat pertemuan lansia (prolanis)
bulanan. Diawali dengan pemeriksaan antropometri dan tanda-tanda vital
(tekanan darah), kemudian dilakukan pemaparan materi dan diakhiri dengan
sesi tanya jawab dengan peserta prolanis yang menghadiri pertemuan.
Monitoring dan Kegiatan penyuluhan berjalan dengan baik. Peserta penyuluhan/prolanis
Evaluasi mengikuti kegiatan dengan aktif dan mengajukan pertanyaan terkait materi
yang disampaikan. Hasil yang diharapkan adalah terjadi peningkatan kualitas
hidup, nilai tekanan darah dan angka kolesterol yang membaik setelah
adanya intervensi ini. Pemantauan dilakukan melalui pemeriksaan rutin
bulanan oleh kader kesehatan di pertemuan lansia bulanan yang kemudian
dilaporkan kepada puskesmas.

2. Pemberian tablet tambah darah


Tanggal 20 Januari 2020

Latar belakang Prevalensi anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi.
Menurut World Health Organization (WHO) prevalensi anemia dunia berkisar
40-88% yang mana presentase tersebut masih menunjukkan tingginya
prevalensi. Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di
Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar
26,4% dan 18,4% pada penderita anemia berumur 15-24 tahun. Berdasarkan
kategori penderita pada Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia di Indonesia yang paling tinggi
terjadi pada remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dibandingkan
kelompok usia lainnya. Menurut Kementrian Kesehatan bahwa wanita
mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri.

Anemia gizi yang paling umum ditemukan di masyarakat adalaha anemia


defisiensi besi. Terjadinya anemia defisiensi besi ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya kurangnya kandungan zat besi dalam makanan
sehari-hari, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya
parasit di dalam tubuh dan kebutuhan zat besi yang meningkat akibat
pertumbuhan dimana bayi, anak-anak dan remaja membutuhkan zat besi
lebih banyak. Sifat energik pada usia remaja juga dapat menyebabkan
aktivitas tubuh meningkat sehingga kebutuhan zat gizinya juga meningkat.
Remaja putri memiliki risiko 10x lebih besar untuk menderita anemia
dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri
mengalami menstruasi dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak.

Upaya pemberian tablet zat besi ke sekolah-sekolah untuk remaja putri ini
dialkukan untuk meminimalkan perempuan usia muda mengalami anemia.
Jika remaja putri menderita anemia dan kemudan hamil makan akan
berpotensi melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat
badan lahir rendah (BBLR). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai
oksigen dan makanan ke janin, yang dibawa oleh darah, selama masa
kehamilan. Oleh sebab itu untuk menghindari terjadinya hal tersebut, perlu
dilakukan pemberian tablet tambah darah (TTD) kepada remaja putri di
wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo 1.

Permasalahan - Kurangnya kesadaran remaja putri mengenai pentingnya pemenuhan


kebutuhan zat besi dalam masa pertumbuhan
- Pentingnya edukasi mengenai anemia defisiensi besi bagi remaja
putri
Perencanaan dan Metode yang digunakan: penyuluhan, pemaparan materi melalui presentasi
Pemilihan dan sesi tanya jawab
Intervensi Pemilihan intervensi: Pemberian tablet tambah darah (TTD) sebanyak satu
buah untuk setiap siswi putri.
Pelaksanaan Kegiatan diawali dengan pemberian materi mengenai anemia serta dampak
defisiensi zat besi bagi tubuh, yang kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya
jawab. Setelah itu dilakukan pembagian tablet tambah darah (TTD) bagi
setiap siswi putri, dengan pengawasan dari guru juga untuk memastikan
setiap remaja putri meminum TTD yang dibagikan.
Monitoring dan Kegiatan penyuluhan dan pemberian tablet tambah darah berlangsung
Evaluasi dengan baik. Peserta penyuluhan aktif mengikuti kegiatan dan mengajukan
beberapa pertanyaan. Diharapkan dengan pemberian TTD, angka morbiditas
anemia pada remaja putri berkurang karena kesadaran para remaja putri
mengenai anemia telah meningkat sehigga terjadi perubahan pola hidup dan
kebutuhan zat besi bias terpenuhi.

3. Edukasi Gizi Seimbang Pada Anak Sekolah Dasar Dalam Program Pelatihan Dokter Kecil
Tanggal 02 Februari 2020
Latar belakang Transisi gizi menyebabkan prevalensi gizi lebih meningkat di banyak negara
berkembang. Transisi gizi memicu negara berkembang mengalami beban
ganda masalah gizi yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Pola makan merupakan
perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang
sehingga diharapkan melalui edukasi gizi seimbang ini, anak sekolah dasar
memahami bagaimana pola makan yang sehat. Mereka dapat mengatur pola
makan seimbang agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit
kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi.
Permasalahan Sejauh ini, masih belum ada edukasi gizi pada siswa siswi tersebut, sehingga
pemberian edukasi gizi seimbang diharapkan mampu mengatasi
permasalahan gizi di sekolah tersebut.
Perencanaan dan Dilakukan edukasi gizi seimbang. Materi terdiri dari “Tumpeng Gizi Seimbang”
Pemilihan dan “10 Pesan Gizi Seimbang” pada siswa SD yang menjadi perwakilan dari
Intervensi tiap sekolah di wilayah kerja pusekesmas Umbulharjo 1.
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan di aula puskesmas Umbulharjo 1
Monitoring dan Peserta tampak antusias mengikuti sosialisasi dan memberikan beberapa
Evaluasi pertanyaan

4. Edukasi Pola Makan Bagi Penderita Diabetes


Tanggal 03 Februari – 29 Februari 2020
Latar belakang Seseorang dikatakan menderita diabetes bila kadar gula darahnya >126
mg/dL dalam kondisi puasa, atau >200 mg/dL bila tidak puasa. Ini merupakan
penyakit kronis (berlangsung lama) dan dapat menyebabkan komplikasi
berupa gangguan penglihatan, gagal ginjal, penyakit jantung, dan gangguan
saraf. Pada tahun 2017, Indonesia menduduki peringkat ke-6 untuk negara
dengan jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia. Diabetes atau kencing
manis umumnya terjadi akibat kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang
salah. Oleh karena itu, dalam menangani diabetes, sangat penting untuk
menerapkan gaya hidup sehat, di samping menggunakan obat secara teratur.
Permasalahan Penderita diabetes perlu menentukan jenis makanan apa saja yang baik
untuk dikonsumsi, dan makanan yang sebaiknya dihindari.
Perencanaan dan dilakukan edukasi gaya hidup sehat termasuk mengenai intake makanan yang
Pemilihan sesuai bagi penderita diabetes. Edukasi ini diberikan setelah dilakukannya
Intervensi skrining PTM pada usia produktif dan lansia di kelurahan Warungboto.
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan di Glagahsari RW 04 Kelurahan Warungboto
Monitoring dan Peserta tampak antusias mengikuti sosialisasi dan mengajukan beberapa
Evaluasi pertanyaan serta turut berdiskusi. Didapatkan bahwa banyak informasi yang
salah mengenai pengobatan diabetes.

5. Sosialisasi MPASI
Tanggal 11 Februari 2020
Latar belakang Makanan pendamping ASI merupakan asupan nutrisi tambahan bagi bayi
selain air susu Ibu. Makanan pendamping asi yang biasa disingkat MPASI
tersebut perlu diberikan tepat waktu, karena bila dilakukan terlalu cepat atau
terlalu lambat akan memberikan dampak kepada bayi. MPASI baru boleh
diberikan pada bayi setelah berumur bayi berumur enam bulan. Pemberian
MPASI terlalu dini terkadang dipengaruhi oleh adat atau kebiasaan
memberikan makanan padat sebelum waktunya. Padahal, pemberian MPASI
terlalu dini memiliki resiko antara lain bayi mudah terkontaminasi oleh
kuman, juga mudah tersedak karena kemampuan mengunyah makanan
belum sempurna. Selain itu bayi berpeluang mengalami alergi makanan,
berpeluang obesitas, hingga mengalami pencernaan buruk.
Melihat pentingnya pengetahuan akan hal tersebut, sosialisasi dampak
pemberian makanan pendamping asi terlalu dini sangat perlu dilakukan
karena dalam kehidupan sehari-hari masih terdapat Ibu yang memberikan
MPASI terlalu dini dengan alasan karena bekerja, berat anak masih kurang,
anak rewel dan sebagainya.
Kekurangan gizi yang terjadi pada masa janin dan anak usia dini akan
berdampak pada perkembangan otak dan rendahnya kemampuan kognitif
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dan keberhasilan pendidikan.
Selain itu, kurang gizi yang dialami pada awal kehidupan juga berdampak
pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada kejadian
penyakit tidak menular pada usia dewasa, seperti Diabetes Tipe II, Stroke,
Penyakit Jantung, dan lainnya. Dalam jangka panjang, hal ini akan berdampak
pada menurunnya produktivitas yang selanjutnya dapat mengahambat
pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kemiskinan dan kesenjangan di
masyarakat. Karena itu peranan gizi terutama 1000 HPK sangat penting dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Permasalahan - Pentingnya meningkatkan pemahaman ibu mengenai pentingnya
pemenuhan gizi anak untuk mendukung perkembangan anak dalam
1000 hari pertama kehidupan melalui MPASI
- Cara persiapan dan pemilihan MPASI
Perencanaan dan Sasaran target: calon ibu dan ibu dengan bayi berusia dibawah 6 bulan
Pemilihan Metode: penyuluhan, pemaparan materi melalui presentasi dan tanya jawab,
Intervensi praktek mempersiapkan MPASI
Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2020 di aula Puskesmas
Umbulharjo 1. Peserta diberikan pemaparan materi melalui presentasi dan
dilanjutkan sesi tanya jawab. Setelah ini dilakukan kegiatan praktek
mempersiapakan MPASI agar para peserta dapat lebih memahami lebih baik.
Monitoring dan Kegiatan penyuluhan berjalan dengan baik. Peserta penyuluhan mengikuti
Evaluasi kegiatan dengan aktif dan mengajukan pertanyaan terkait materi yang
disampaikan. Hasil yang diharapkan adalah para ibu dapat memahami lebih
baik mengenai MPASI sehingga dapat memberikan makanan yang berkualitas
bagi anaknya sehingga pemenuhan gizi dalam 100 hari pertama kehidupan
dapat terpenuhi dan tumbuh kembang anak yang baik bisa dicapai.

F5 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PTM

1. Penyuluhan COVID-19 di Pertemuan Kader Kesehatan Kelurahan Warungboto dan Pandeyan


Tanggal 28 Januari 2020
Latar belakang Awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu
coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus
disease 2019 (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan,
Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember 2019, sampai saat ini sudah
dipastikan terdapat 20 negara yang telah terjangkit. Penyebaran COVID-19
terjadi cepat dan meluas karena dapat menular melalui kontak dari manusia
ke manusia. Hingga saat ini, penyakit tersebut masih menjadi perhatian
utama semua negara untuk waspada dan tetap siaga menghadapi COVID-19.

Permasalahan - Pengetahuan yang kurang terkait penyakit COVID-19 menimbulkan


keresahan dalam masyarakat
- Kesadaran terhadap PHBS yang perlu digalakkan kembali

Perencanaan dan Pemberian informasi akan dilakukan melalui presentasi (pemaparan materi
Pemilihan seputar COVID-19) dan sesi tanya jawab dengan peserta dalam pertemuan
Intervensi kader kesehatan Kelurahan Warungboto dan Pandeyan di aula Puskesmas
Umbulharjo 1.

Pelaksanaan Penyuluhan dilaksanakan dalam acara pertemuan kader kesehatan Kelurahan


Warungboto dan Pandeyan. Peserta diberi pemaparan materi terkait COVID-
19 dan pencegahannya yang disampaikan melalui presentasi dengan slide,
kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Monitoring & Pemantauan pelaksanaan PHBS secara berkala


Evaluasi

2. Penyuluhan COVID-19 pada Siswa Sekolah Dasar di SD Islam Terpadu Al-Khairaat


Tanggal 09 Maret 2020
Latar belakang Awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu
coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus
disease 2019 (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan,
Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember 2019, sampai saat ini sudah
dipastikan terdapat 20 negara yang telah terjangkit. Penyebaran COVID-19
terjadi cepat dan meluas karena dapat menular melalui kontak dari manusia
ke manusia. Hingga saat ini, penyakit tersebut masih menjadi perhatian
utama semua negara untuk waspada dan tetap siaga menghadapi COVID-19.

Permasalahan - Pengetahuan yang kurang terkait penyakit COVID-19 menimbulkan


keresahan dI masyarakat
- Kesadaran terhadap PHBS yang perlu digalakkan kembali

Perencanaan dan Pemberian informasi akan dilakukan melalui presentasi (pemaparan materi
Pemilihan seputar COVID-19) dan sesi tanya jawab dengan peserta dalam acara
Intervensi penyuluhan informasi dan edukasi terkait virus corona.

Pelaksanaan Penyuluhan dilaksanakan dalam acara penyuluhan informasi dan edukasi


terkait virus corona. Peserta diberi pemaparan materi terkait COVID-19 dan
pencegahannya yang disampaikan melalui presentasi dengan slide, kemudian
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Monitoring & Pemantauan pelaksanaan PHBS secara berkala


Evaluasi

3. Skrining PTM (DM dan HT) Usia Lansia


Tanggal 03 Februari – 29 Februari 2020
Latar Belakang Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah
penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Tujuh
puluh tida persen kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular,
35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh
penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes,
dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya. Keprihatinan terhadap peningkatan
prevalensi PTM telah mendorong lahirnya kesepakatan tentang strategi
global dalam pencegahan dan pengendalian PTM, khususnya di negara
berkembang. PTM telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030
sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara.
Meningkatnya kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) secara signifikan akan
menambah beban masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya
membutuhkan waktu yang tidak sebentar, biaya yang besar dan teknologi
tinggi. Kasus PTM memang tidak ditularkan namun mematikan dan
mengakibatkan individu menjadi tidak atau kurang produktif namun PTM
dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko melalui deteksi dini.
Dalam menurunkan kasus PTM melalui pengendalian faktor risiko PTM di
masyarakat maka diperlukan upaya dan pemahaman yang sama terhadap
pembagian peran dan dukungan manajemen program pengendalian PTM,
salah satunya melalui skrining PTM yang meliputi pemeriksaan tekanan
darah, kolesterol total dan gula darah sewaktu.
Permasalahan - Morbiditas dan mortalitas terkait PTM yang terus meningkat setiap
tahunnya
- Kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat terkait PTM
dan pengendalian PTM
Perencanaan dan Sasaran target: semua warga berusia lanjut (>60 tahun) di Kelurahan
Pemilihan Warungboto
Intervensi Metode: Pemeriksaan antropometri, tekanan darah, kimia darah (kolesterol
total dan gula darah) dan wawancara riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dulu dan riwayat penyakit keluarga
Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan di rumah warga secara bergantian di setiap RT yang
berada di kelurahan Warungboto selama bulan Februari. Dalam setiap
kegiatan dilakukan pemeriksaan antropometri, yang meliputi pengukuran
tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut. Dilanjutkan dengan
pemeriksaan tekanan darah, kolesterol total dan gula darah sewaktu. Setelah
itu setiap orang akan di wawancara terkait riwayat kesehatan (riwayat
penyakit keluarga dan riwayat penyakit diri sendiri), kesehatan mata dan
telinga, status kemandirian dan gangguan ingatan/memori.
Monitoting dan Kegiatan berjalan dengan baik. Semua warga berpartisipasi dalam kegiatan
Evaluasi ini. Selanjutnya warga dengan hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan
nilai normal diberikan surat rujukan untuk diperiksa lebih lanjut di fasilitas
kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas atau klinik pratama.

4. Skrining PTM (DM dan HT) Usia Produktif


Tanggal 03 Febuari – 29 Februari 2020
Latar Belakang Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah
penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Tujuh
puluh tida persen kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular,
35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh
penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes,
dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya. Keprihatinan terhadap peningkatan
prevalensi PTM telah mendorong lahirnya kesepakatan tentang strategi
global dalam pencegahan dan pengendalian PTM, khususnya di negara
berkembang. PTM telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030
sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara.
Meningkatnya kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) secara signifikan akan
menambah beban masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya
membutuhkan waktu yang tidak sebentar, biaya yang besar dan teknologi
tinggi. Kasus PTM memang tidak ditularkan namun mematikan dan
mengakibatkan individu menjadi tidak atau kurang produktif namun PTM
dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko melalui deteksi dini.
Dalam menurunkan kasus PTM melalui pengendalian faktor risiko PTM di
masyarakat maka diperlukan upaya dan pemahaman yang sama terhadap
pembagian peran dan dukungan manajemen program pengendalian PTM,
salah satunya melalui skrining PTM yang meliputi pemeriksaan tekanan darah
dan gula darah sewaktu.
Permasalahan - Morbiditas dan mortalitas terkait PTM yang terus meningkat setiap
tahunnya
- Kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat terkait PTM
dan pengendalian PTM
- Identifikasi faktor risiko diri sendiri dan keluarga terkait PTM
Perencanaan dan Sasaran target: semua warga berusia produktif (15-59 tahun) di Kelurahan
Pemilihan Warungboto
Intervensi Metode: Pemeriksaan antropometri, tekanan darah, kimia darah (gula darah)
dan wawancara riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dulu dan riwayat
penyakit keluarga
Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan di rumah warga secara bergantian di setiap RT yang
berada di kelurahan Warungboto selama bulan Februari. Dalam setiap
kegiatan dilakukan pemeriksaan antropometri, yang meliputi pengukuran
tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut. Dilanjutkan dengan
pemeriksaan tekanan darah dan gula darah sewaktu. Setelah itu setiap orang
akan di wawancara terkait riwayat kesehatan (riwayat penyakit keluarga dan
riwayat penyakit diri sendiri), gaya hidup, dan juga pemeriksaan emosional
dan perilaku.
Monitoting dan Kegiatan berjalan dengan baik. Semua warga berpartisipasi dalam kegiatan
Evaluasi ini. Selanjutnya warga dengan hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan
nilai normal diberikan surat rujukan untuk diperiksa lebih lanjut di fasilitas
kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas atau klinik pratama.

5. Skrining Tuberkulosis di Wilayah Kelurahan Warungboto


Tanggal 03 Februari – 29 Februari 2020
Latar belakang Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012) sepertiga
populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi Mycobacterium
Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap tahunnya dan
sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari
negara berkembang salah satunya Indonesia. Menurut World Health
Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di Indonesia tercatat
430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000.
Jumlah kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil
Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 110 per 100.000 penduduk.
Permasalahan Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien
dan dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi
dari keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara
tuntas akan mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat.
Apabila ini dibiarkan, dampak yang akan muncul jika penderita berhenti
minum obat adalah munculnya kuman tuberculosis yang resisten terhadap
obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar pengendalian
obat tuberculosis akan semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka
kematian terus bertambah akibat penyakit tuberculosis. Di indonesia sendiri
tuberkulosis masih memiliki stigma yang buruk, sehingga pasien malu untuk
memeriksakan diri maupun berobat.
Perencanaan dan Skrining dilakukan di rumah rumah warga tempat warga berkumpul pada
Pemilihan acara arisan maupun posyandu. Pasien dengan keluhan batuk lama atau
Intervensi batuk lebih dari 2 minggu akan mendapatkan surat pengantar dari petugas
kesehatan. Sebelumnya juga diberikan konseling mengenai tubrkuloasis
sehingga dapat memperbaiki pandangan masyarakat yang menganggap
bahwa tuberkulosis merupakan penyakit yang memalukan serta memperbaiki
kesalah pahaman yang ada di masyarakat.
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan di Glagahsari, RW 01 Kelurahan Warungboto
Monitoring dan Pasien yang memiliki keluhan batuk lama dengan suka rela melaporkan pada
Evaluasi petugas kesehatan. Setelah itu dilakukan pencatatan dan kontak pasien
disimpan untuk nantiny dimonitoring.

F6 UPAYA PENGOBATAN DASAR

1. Public Health Nursing (PHN) Pada Pasien Stroke Yang Tidak Mampu Ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Tanggal 5 Februari 2020
Latar Belakang Home care adalah komponen dari pelayan kesehatan yang disediakan untuk
individu dan keluarga ditempat tinggal mereka dengan tujuan
mempromosikan, mempertahankan, atau memaksimalkan level kemandirian
serta meminimalkan efek ketidakmampuan dan kesakitan termasuk di
dalamnya penyakitnya terminal. Tujuan utama dari home care adalah
mencegah terjadinya suatu penyakit dan meningkatkan kesehatan pasien.
Tujuan yang paling mendasar dari pelayanan home care adalah untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian,
dan meminimalkan akibat dari penyakit untuk mencapai kemampuan individu
secara optimal selama mungkin yang dilakukan secara komperhensif dan
berkesinambungan.
Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depertemen Kesehatan RI
dalam makalahnya pada seminar nasional 2007 tentang “Home care: Bukti
Kemandirian Perawat“ menyebutkan bahwa tujuan umum dari pelayanan
kesehatan di rumah adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga. Secara khusus home care bertujuan untuk meningkatkan upaya
promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitative, mengurangi frekuensi
hospitalisasi, meningkatkan efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan pikiran.
Tujuan khusus dari pelayanan kesehatan di rumah antara lain:
1. Terpenuhi kebutuhan dasar bagi pasien secara bio-psiko-sosio-
spritual
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pemeliharaan
dan perawatan anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan
3. Terpenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah
sesuai kebutuhan pasien.
Permasalahan Secara umum permasalahan yang ditemui berkaitan dengan pelaksanaan
home care, yaitu:
1. Keterbatasan sarana trasportasi yang mendukung untuk pasien
berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan
2. Pasien tidak mampu ke tempat pelayanan kesehatan karena
gangguan kemandirian
Perencanaan dan DIperlukan pelayanan public health nursing berupa kunjungan rumah bagi
Pemilihan pasien yang tidak dapat mengakses fasilitas layanan kesehatan karena
Intervensi keterbatasan yang ada.
Pelaksanaan Dilakukan kunjungan ke rumah pasien stroke yang memerlukan pemeriksaan
karena tempat tinggalnya mengalami kebakaran. Pasien tersebut
dianamnesis, dilakukan pemeriksaan fisik, serta edukasi pada keluarga yang
merawat pasien tersebut.
Monitoting dan PHN berjalan dengan baik. Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dan
Evaluasi keluarga yang merawat mendapat edukasi terkait kondisi kesehatan pasien.
Pelaksanaan PHN ini juga disambut baik oleh keluarga pasien.

2. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Pembantu Nitikan


Tanggal 29 November 2019 – 17 Maret 2020
Latar Belakang Puskesmas Pembantu atau Pustu adalah jaringan dari pelayanan Puskesmas,
yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu
lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas tersebut. Puskesmas Pembantu adalah
bagian dari Puskesmas, yang dalam pembinaannya dilakukan secara berkala
oleh Puskesmas. Puskesmas Pembantu bertujuan untuk meningkatkan
jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah
kerjanya. Pelayanan yang dilakukan di Pustu adalah meliputi upaya promotif,
preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan. Selain
berfungsi dalam mendekatkan pelayanan kesehatan dasar Pustu juga
berfungsi dalam membina peran serta aktif masyarakat di bidang kesehatan,
melakukan kewasapadaan dini terhadap berbagai resiko dan masalah
kesehatan.
Permasalahan - Jauhnya jarak rumah warga di kelurahan Sorosutan dengan
puskesmas induk Umbulharjo 1
- Tingginya jumlah pasien yang harus ditangani puskesmas induk
membuat waktu tunggu pasien menjadi sangat lama
Perencanaan dan Sasaran: masyarakat wilayah kelurahan Sorosutan
Pemilihan Intervensi: pemberian layanan kesehatan berupa upaya kesehatan
Intervensi perseorangan bagi setiap warga yang datang ke puskesmas pembantu
Nitikan.
Pelaksanaan Pelayanan kesehatan dilakukan setiap hari Senin – Sabtu dengan jam
pelayanan untuk hari Senin-Kamis jam 07.30 – 13.00, hari Jumat jam 07.30 –
11.00 dan hari Sabtu jam 17.30 – 12.00
Monitoting dan Pemberian pelayanan kesehatan berupa upaya kesehatan perorangan
Evaluasi berjalan dengan baik.

3. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Pembantu Giwangan


Tanggal 29 November 2019 – 17 Maret 2020
Latar Belakang Puskesmas Pembantu atau Pustu adalah jaringan dari pelayanan Puskesmas,
yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu
lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas tersebut. Puskesmas Pembantu adalah
bagian dari Puskesmas, yang dalam pembinaannya dilakukan secara berkala
oleh Puskesmas. Puskesmas Pembantu bertujuan untuk meningkatkan
jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah
kerjanya. Pelayanan yang dilakukan di Pustu adalah meliputi upaya promotif,
preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan. Selain
berfungsi dalam mendekatkan pelayanan kesehatan dasar Pustu juga
berfungsi dalam membina peran serta aktif masyarakat di bidang kesehatan,
melakukan kewasapadaan dini terhadap berbagai resiko dan masalah
kesehatan.
Permasalahan - Jauhnya jarak rumah warga di kelurahan Sorosutan dengan
puskesmas induk Umbulharjo 1
- Tingginya jumlah pasien yang harus ditangani puskesmas induk
membuat waktu tunggu pasien menjadi sangat lama
Perencanaan dan Sasaran: masyarakat di wilayah kelurahan Giwangan
Pemilihan Intervensi: pemberian layanan kesehatan berupa upaya kesehatan
Intervensi perseorangan bagi setiap warga yang datang ke puskesmas pembantu
Giwangan
Pelaksanaan Pelayanan kesehatan dilakukan setiap hari Senin – Sabtu dengan jam
pelayanan untuk hari Senin-Kamis jam 07.30 – 13.00, hari Jumat jam 07.30 –
11.00 dan hari Sabtu jam 17.30 – 12.00
Monitoting dan Pemberian pelayanan kesehatan berupa upaya kesehatan perorangan
Evaluasi berjalan dengan baik.

4. Public Health Nursing (PHN) Pasien Geriatri di Gambiran


Tanggal 26 Februari 2020
Latar belakang Home care adalah komponen dari pelayan kesehatan yang disediakan untuk
individu dan keluarga ditempat tinggal mereka dengan tujuan
mempromosikan, mempertahankan, atau memaksimalkan level kemandirian
serta meminimalkan efek ketidakmampuan dan kesakitan termasuk di
dalamnya penyakitnya terminal. Tujuan utama dari home care adalah
mencegah terjadinya suatu penyakit dan meningkatkan kesehatan pasien.
Tujuan yang paling mendasar dari pelayanan home care adalah untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian,
dan meminimalkan akibat dari penyakit untuk mencapai kemampuan individu
secara optimal selama mungkin yang dilakukan secara komperhensif dan
berkesinambungan.
Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depertemen Kesehatan RI
dalam makalahnya pada seminar nasional 2007 tentang “Home care: Bukti
Kemandirian Perawat“ menyebutkan bahwa tujuan umum dari pelayanan
kesehatan di rumah adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga. Secara khusus home care bertujuan untuk meningkatkan upaya
promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitative, mengurangi frekuensi
hospitalisasi, meningkatkan efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan pikiran.
Tujuan khusus dari pelayanan kesehatan di rumah antara lain:
1. Terpenuhi kebutuhan dasar bagi pasien secara bio-psiko-sosio-
spritual
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam
pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang memiliki
masalah kesehatan
Terpenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sesuai
kebutuhan pasien.
Permasalahan Secara umum permasalahan yang ditemui berkaitan dengan pelaksanaan
home care, yaitu:
1. Keterbatasan sarana trasportasi yang mendukung untuk pasien
berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan
Pasien tidak mampu ke tempat pelayanan kesehatan karena gangguan
kemandirian
Perencanaan dan DIperlukan pelayanan public health nursing berupa kunjungan rumah bagi
Pemilihan pasien yang tidak dapat mengakses fasilitas layanan kesehatan karena
Intervensi keterbatasan yang ada.
Pelaksanaan Dilakukan kunjungan ke rumah pasien geriatri yang memerlukan
pemeriksaan. Pasien tersebut dianamnesis, dilakukan pemeriksaan fisik, serta
edukasi pada keluarga yang merawat pasien tersebut.

Monitoring dan PHN berjalan dengan baik. Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dan
Evaluasi keluarga yang merawat mendapat edukasi terkait kondisi kesehatan pasien.
Pelaksanaan PHN ini juga disambut baik oleh keluarga pasien.

5. VCT bersama Vesta


Tanggal 10 Januari 2020
Latar belakang Tes HIV atau juga sering disebut dengan VCT (Voluntary Counseling and
Testing) adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui status HIV dan
dilakukan secara sukarela serta melalui proses konseling terlebih dahulu.
Sukarela, artinya keinginan untuk melakukan tes HIV harus datang dari
kesadaran sendiri bukan karena paksaan dari orang lain. Ini juga berarti
bahwa siapapun tidak boleh melakukan tes HIV terhadap orang lain tanpa
sepengetahuan yang bersangkutan.

Konseling HIV adalah dialog atau konsultasi rahasia antara klien dengan
konselor HIV. Konseling HIV ini dilakukan sebelum dan sesudah tes HIV.
Konseling sebelum tes (pre Test) dilakukan untuk memberikan informasi yang
lengkap tentang HIV dan AIDS, keuntungan dan kerugian VCT, menggali
faktor–faktor resiko dan cara menguranginya sehingga klien mempunyai
kesiapan untuk melakukan tes HIV. Sedangkan Konseling Pasca Tes bertujuan
untuk mempersiapkan klien menghadapi hasil tes. Di sini diberikan
penjelasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil tes, kemana
dan apa yang harus dilakukan seandainya hasil positif HIV atau negatif
dengan segala konsekuensinya.

Tujuan utama dilakukannya VCT adalah untuk mempromosikan perubahan


perilaku yang dapat mengurangi resiko penyebaran infeksi HIV. Sedangkan
tujuan khusus dari VCT adalah untuk:

 Menurunkan jumlah ODHA


 Mempercepat diagnosa HIV
 Meningkatkan Penggunaan layanan kesehatan dan mencegah infeksi
lain.
 Meningkatkan perilaku hidup sehat.

Permasalahan Angka pengidap HIV dan AIDS yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Hingga akhir tahun 2018 tercatat ada 4.781 kasus HIV dan 1.647 diantaranya
adalah pengidap AIDS di DIY. Sehingga diperlukan peran serta semua pihak
agar penanggulangan dan pencegahan meluasnya HIV/AIDS bisa ditekan.

Perencanaan dan Puskesmas bekerja sama dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Vesta
Pemilihan yang bergerak pada bidang kesehatan khususnya dalam penanggulangan
Intervensi HIV/AIDS akan melakukan tes HIV dan konseling (VCT) pada orang yang ingin
mengetahui status HIV nya.
Pelaksanaan Pada tanggal 10 Januari 2020, dilakukan kegiatan VCT mobile bersama Vesta.
Kegiatan Vesta berupa edukasi kepada masyarakat dan populasi yang
beresiko terkena HIV/AIDS. Edukasi berupa pengetahuan agar terhindar dari
HIV dan bagaimana berperilaku seks secara aman. Selain itu, terdapat juga
pemerikasaan HIV atau Voluntary Counselling and Testing  (VCT) agar populasi
ini mengetahui status HIVnya.
Monitoring dan Kegiatan edukasi dan VCT mobile bersama Vesta berjalan dengan baik. Pasien
Evaluasi mendapatkan informasi yang dibutuhkan terkait HIV/AIDS dan juga diberikan
konseling dan tes HIV secara gratis.

Anda mungkin juga menyukai