DOSEN PEMIMBING
DI SUSUN OLEH :
HERMANSYAH
PO71202220060
TAHUN 2022
Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
Indrayadi Indrayadi1, Nor Afni Oktavia2, Meti Agustini2
e-ISSN 2621-5047
Artikel Review
PENDAHULUAN
0.32584/j
kmk.v5i1
.1465
Corresponding author:
Indrayadi Indrayadi
Email: ketikindrayadi@gmail.com
Jurnal
Kepemi
mpinan
dan
Manajem
en
Keperaw
atan, Vol
5 No 1,
Mei
2022
DOI:
http://dx.
doi.org/1
e-ISSN 2621-5047
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
Upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia pasien oleh perawat di rumah sakit, perlu
mengurangi insiden keselamatan pasien adalah dilakukan untuk memberikan bukti
dengan menerapkan standarisasi rumah sakit perkembangan penerapan
melalui, Komisi Akreditasi Rumah Sakit keselamatan pasien yang dilakukan oleh
(KARS) pada 2018 yang enam Indikator perawat. Studi pustaka ini bertujuan untuk
Sasaran Keselamatan Pasien (IPSG) yaitu menjelaskan hasil penelitian tentang penerapan
mengidentifikasi pasien dengan benar, keselamatan pasien oleh perawat di rumah
meningkatkan komunikasi yang efektif, sakit, kemudian menganalisisnya untuk
meningkatkan keamanan obat kewaspadaan dijadikan praktik berbasis bukti bagi rumah
tinggi, memastikan lokasi, prosedur, dan sakit untuk dapat meningkatkan kualitas
pembedahan yang benar pada pasien; pelayanan kepada pasien, aman, berkualitas
pengurangan risiko infeksi terkait dengan dan bermutu.
pelayanan kesehatan dan mengurangi risiko
cedera pasien karena jatuh (Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS), 2018).
dan abstrak
64 makalah lengkap ditelaah untuk
mendapatkan makalah yang memenuhi syarat Sintesis Kualitatif
Jumlah makalah yang dikeluarkan:
berdasarkan kriteria inklusi 33 uji keamanan dosis obat
242 judul dan abstrak ditelaah 3 menggunakan bahasa lain
1 sistematic review.
Gambar 1.
2 peran dokter menerapkan keselamatan
pasien D
5 tidak dapat diakses i
Identifikasi 4 disertsi penelitian a
g
6 makalah tidak lengkap
9 makalah disintesis secara naratif 1 dipublikasi sebelum tahun 2018 r
a
m
242 makalah dari /
penelusuran melalui S
database k
e
m
2 makalah a
tambahan dari
sumber lain P
R
I
2 makalah ganda S
dikeluarkan M
A
HASIL
Karakteristik Artikel
Tabel 1
Karakteristik artikel
No Penulis, Tahun, Judul Metode Hasil
1 Penulis: Taufik Alhidayah, Tujuan: untuk mengetahui faktor- Gaya kepemimpinan kepala perawat,
Susilaningsih, & Somantri faktor yang berhubungan dengan penghargaan, sikap, dan motivasi
Tahun: 2020 kepatuhan perawat dalam memiliki hubungan yang signifikan
Judul: Factors Related With penerapan indikator tujuan dengan tingkat kepatuhan dalam
Nurse Compliance In The keselamatan pasien penerapan identifikasi pasien dan
Implementation Of Patient Desain: cross-sectional komunikasi efektif. Pengurangan
Safety Indicators At Hospital Sampel: 102 Perawat (41 Laki- risiko infeksi hanya dipengaruhi oleh
laki, 61 Perempuan) gaya kepemimpinan kepala ruangan
Instrumen: kuesioner yang dan sikap positif perawat. Tidak ada
dikembangkan peneliti mengenai faktor yang memiliki hubungan
sikap, motivasi, gaya signifikan dengan tingkat kepatuhan
kepemimpinan kepala ruangan, , perawat dalam penerapan
desain kerja, reward dan tingkat pengurangan risiko jatuh.
kepatuhan.
2 Penulis: Suryani, Kurniawan, Tujuan: untuk meneliti faktor- Hubungan yang signifikan
& Perdani faktor yang berhubungan dengan menunjukkan pengetahuan,
Tahun: 2021 penerapan tujuan keselamatan pengawasan, motivasi, dan
Judul: Factors Associated pasien pelaksanaan tujuan keselamatan
With The Implementation Of Desain: cross-sectional pasien (p-value < 0,05).
Patient Safety At X Hospital, Sampel: 117 Perawat
Karawang, Indonesia Instrumen: kuesioner yang
berkaitan dengan variabel-
variabel antara lain pengetahuan,
motivasi, Supervisi, lama kerja,
dan instrumen observasi, untuk
menerapkan enam tujuan
keselamatan pasien
3 Penulis: Yuni Dwi Hastuti, Tujuan: untuk menganalisis Adanya pengaruh pengawasan (p =
Shofa Chasani , M. Hasib faktor-faktor yang mempengaruhi 0,038; OR = 1,828), karakter figur
Ardani kepatuhan perawat terhadap otoritas (p = 0,001; OR = 2,648), dan
Tahun: 2020 kebijakan keselamatan pasien di rekan kerja yang tidak patuh (p =
Judul: Factors Influencing ruang rawat inap 0,0001; OR = 2,899 ) pada kepatuhan
Nurses' Compliance With Desain: penelitian deskriptif perawat dengan kebijakan
Patient Safety Policies In korelasional dengan pendekatan keselamatan pasien. Namun, jenis
Hospital cross-sectional kelamin (p = 0,691), lingkungan kerja
Sampel: 220 Perawat (56 Laki- (p = 0,891), dan perintah yang
laki, 164 Perempuan) bertentangan (p = 0,243) ditemukan
Instrumen: menggunakan tidak berpengaruh pada kepatuhan
kuesioner yang dikembangkan perawat terhadap kebijakan
oleh peneliti keselamatan pasien.
4 Penulis: Eman Aly Abd Tujuan: untuk mengetahui Kurang dari dua pertiga subjek
Elhamid , Nehad Ezz Eldin kepatuhan perawat terhadap penelitian tidak patuh terhadap
Abdallah, Safaa Mohamed pedoman keselamatan pasien dan keselamatan pasien perawat,
Abd Elrahman lingkungan di unit perawatan sedangkan perawat mematuhi
Tahun: 2020 kritis keselamatan lingkungan dengan
Judul: Nurses' Compliance To Desain: deskriptif 62,5% di unit perawatan kritis
Patient And Environmental Sampel: 88 Perawat (27 Laki-laki,
Safety Guidelines In Critical 61 Perempuan)
Care Units Instrumen: Pasien safety
guidelines
5 Penulis: Anette Storesund, Tujuan: Untuk mengetahui Kepatuhan terhadap daftar periksa
Mccn, Arvid Steinar Haugen, hubungan penggunaan kombinasi SURPASS pasca operasi dikaitkan
Hans Flaatten, Monicaw. SURPASS pra operasi dan pasca dengan penurunan penerimaan
Nortvedt, Geir Egil Eide, operasi dan WHO surgecy safety kembali (OR, 0,32; 95% CI, 0,16-0,64; P
Marja A. Boermeester, Nick checklist (SSC) dalam perawatan = 0,001). Tidak ada perubahan yang
Sevdalis, Øystein Tveiten, perioperatif dengan morbiditas, diamati pada kematian atau LOS. Di
Ruby Mahesparan, Bjørg mortalitas, dan lama rawat inap unit kontrol paralel, komplikasi
Merete Hjallen, Monas Desain: uji klinis nonrandomized meningkat (OR, 1,09; 95% CI, 1,01-
Meling Fevang, Catrine Hjelle cluster step-wedge, 1,17; P = 0,04), sedangkan operasi
Størksen, Heidi Frances Sampel: 3408 ulang, penerimaan kembali, dan
Thornhill, Gunnar Helge Instrumen : SSC WHO dan kematian tetap tidak berubah.
Sjøen, Solveig Moss Kolseth, SURPASS
Rune Haaverstad, Oda
Kristine Sandli, Eirik
Søfteland
Tahun: 2020
Judul: Clinical Efficacy Of
Combined Surgical Patient
Safety System And Theworld
Health Organization’s
Checklists In Surgery A
Nonrandomized Clinical
Trial
6 Penulis: Lerson Hutagaol, Tujuan: untuk menganalisis Ada hubungan antara masa jabatan
Yayat Suryani, Lilis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan bundel ISK, dan ada
Rohayani, Asep Setiawan, dengan kepatuhan perawat dalam hubungan antara gaya kepemimpinan
Murtiningsih mengimplementasikan SOP dan kepatuhan dengan implementasi
Tahun: 2020 bundel HAIs di ruang rawat inap bundel SOP HAIs dan bundel IDO. Gaya
Judul: Faktor-Faktor Yang Desain: Survei analitik dengan kepemimpinan demokratis dan
Berhubungan Dengan desain korelasional. otoriter merupakan jenis gaya
Kepatuhan Perawat Dalam Sampel: 62 Perawat (5 Laki-laki, kepemimpinan yang paling
Pelaksanaan Sop Bundle 57 Perempuan) berhubungan dengan kepatuhan
Healthcare Associated Instrumen: SOP bundle HAIs, perawat dalam mengimplementasikan
Infections (Hais) Di Ruang SOP bundel HAIs (p 0,018), terutama
Rawat Inap Rumah Sakit dalam penerapan SOP bundel IAD (p
Advent Bandung 0,040 ).
7 Penulis: Indiyani, Mona Tujuan: untuk mengetahui sebagian besar kepala ruangan
Saparwati, Eko Susilo hubungan persepsi perawat melaksanakan fungsi pengarahan
Tahun: 2020 terhadap fungsi pengarahan dengan baik sebanyak 76 orang
Judul: Persepsi Perawat kepala ruang dengan kepatuhan (92,7%), sebagian besar perawat
Terhadap Fungsi perawat dalam menjalankan hand patuh dalam mempraktekkan
Pengarahan Kepala Ruang hygiene di Ruang Rawat Inap keselamatan pasien: lima saat hand
Tentang Kepatuhan Dalam RSUD hygiene sebanyak 78 orang (95,1% ).
Menjalankan Hand Hygiene Desain: deskriptif korelasi Hasil uji statistik menggunakan
Di Ruang Rawat Inap Sampel: 82 Perawat Fisher's Exact Test diperoleh nilai p
Instrumen: checklist SPO hand sebesar 0,001 (α = 0,05).
checklist
hygiene.
8 Penulis: Pajri Wulan Oktopia, Tujuan: untuk mengetahui Analisis yang digunakan adalah
Susi Erianti, Rani Lisa Indra hubungan antara motivasi dengan analisis univariat dengan tabel
Tahun: 2021 tingkat kepatuhan perawat dalam distribusi frekuensi dan analisis
Judul: Hubungan Motivasi melaksanakan handover. bivariat menggunakan uji fisher. Hasil
Dengan Tingkat Kepatuhan Desain: kuantitatif dengan desain penelitian menunjukkan bahwa
Perawat Dalam penelitian deskriptif korelasi. motivasi tidak berhubungan dengan
Melaksanakan Handover Di Sampel: 40 Perawat (4 Laki-laki, kepatuhan perawat dalam
Ruang Rawat Inap 36 Perempuan) melaksanakan handover di ruang
Instrumen: kuesioner dan lembar rawat inap dengan Pvalue =0,407 (P≤
observasi 0,05)
9 Penulis: Arrah L. Bargmann, Tujuan: Untuk mengembangan, Risiko jatuh menurun 55% dan
Maj Stacey M. Brundrett. implementasi, hasil, dan kepatuhan staf terhadap intervensi
Tahun: 2020 tantangan penerapan program untuk pasien risiko jatuh tinggi
Judul: Implementation Of A keselamatan pencegahan jatuh meningkat menjadi 89%.
Multicomponent Fall berbasis bukti yang
Prevention Program: disempurnakan pada unit medis
bedah.
Empat makalah yang membahas mengenai penerapan keselamatan pasien. Makalah pertama melakukan
penelitian di salah satu rumah sakit daerah pengetahuan, pengawasan, motivasi, dan
Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia yang bertujuan pelaksanaan tujuan keselamatan pasien (p-
untuk mencari hubungan kepatuhan perawat value < 0,05). (Suryani et al.,2021). Makalah
dalam penerapan sasaran keselamatan pasien yang lain yang juga ditemukan menunjukkan
yaitu identifikasi pasien dengan benar, adanya pengaruh
komunikasi efektif, pengurangan risiko infeksi pengawasan, karakter figur otoritas dan rekan
nosokomial dan pencegahan risiko jatuh, hasil kerja yang tidak patuh berpengaruh terhadap
penelitian menunjukkan bahwa gaya keputusan perawat untuk melaksanakan
kepemimpinan dari kepala ruangan, keselamatan pasien. Namun, jenis kelamin
penghargaan, sikap dan motivasi memiliki (p=0,691), lingkungan kerja (p=0,891), dan
hubungan yang bermakna terhadap kepatuhan perintah yang bertentangan(p=0,243)
perawat dan menerapkan identifikasi pasien ditemukan tidak berpengaruh pada kepatuhan
dengan benar dan komunikasi efektif. perawat terhadap kebijakan keselamatan
Pengurangan risiko infeksi nosokomial pasien (Hastuti et al., 2020).
memiliki hubungan yang signifikan terhadap
gaya kepemimpinan dan sikap positif perawat,
Makalah lain juga melakukan penelitian
sementara pencegahan risiko jatuh tidak ada
dengan membandingkan beberapa ruangan
hubungan dengan jenis kelamin, tingkat
di rumah sakit untuk mengetahui ruangan
pendidikan, sikap, motivasi, gaya
mana yang patuh terhadap penerapan
kepemimpinan, lingkungan kerja dan
keselamatan pasien. Hasil penelitian
penghargaan. Gaya kepemimpinan konsultatif
menunjukkan bahwa kurang dari dua
kepala ruangan dapat mengubah tingkat
pertiga perawat tidak patuh terhadap
kepatuhan perawat dalam penerapan IPSG 1
keselamatan pasien. Intensive care unit
sebesar 5,6 kali, dengan 5,06 kali terhadap
memiliki nilai kepatuhan tertinggi di
IPSG 2 dan 4,71 kali terhadap IPSG 5.
bandingkan dengan medical intensive care
(Alhidayah et al., 2020).
unit, chest intensive care unit, obstetrics
intensive care unit, neurosurgery intensive
Makalah lain juga melakukan penelitian di care unit, paediatric intensive care unit,
rumah sakit, yang memberikan hasil bahwa
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
JurnalcardiothoracicKepemimpinanintensivedanManajemencare unitKeperawatan,and
dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan kepatuhan staf terhadap intervensi untuk
SOP bundel HAIs (p 0,018), terutama dalam pasien risiko jatuh tinggi meningkat menjadi
penerapan SOP bundel IAD (p 0,040) (Lerson 89%. (Bargmann dan Brundrett, 2020).
et al.,2021).
PEMBAHASAN
Makalah penelitian kedua menghubungkan
dengan fungsi pengarahan kepala ruangan dan Peran perawat merupakan urgensi dalam
kepatuhan perawat dalam melakukan hand penerapan keselamatan. Penerapan
hygiene. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keselamatan pasien merupakan tugas penting
Ada hubungan antara persepsi perawat tentang perawat karena perawat merupakan kelompok
fungsi pengarahan kepala ruangan dengan profesional kesehatan terbesar yang paling
kepatuhan perawat dalam mempraktikkan interaktif dengan pasien (Simana dan Brito,
hand hygiene (Ece et al.,2018). Hasil literature 2016). Perawat juga terbukti dapat membuat
riview menemukan satu makalah mengenai strategi yang sederhana dan efektif untuk
penerapan komunikasi yang efektif yaitu mencegah dan mengurangi risiko insiden
handover. Makalah pertama merupakan keselamatan pasien (Oliveira et al., 2014).
penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Penelitian lain juga menyebutkan bahwa
deskriptif korelasi kepada 40 perawat di ruang perawat juga dapat berfungsi untuk mengenali
rawat inap RSUD Petaa Bumi, Riau, dan menanggapi memburuknya keselamatan
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan pasien (Massey et al., 2017).
bahwa tidak ada hubungan dengan kepatuhan
Memacu perawat untuk meningkatkan
perawat dalam melaksanakan serah terima di
keselamatan pasien, perawat perlu
ruang rawat inap dengan Pvalue =0,407 (P≤
membuat visi yang lebih luas dari sistem
0,05). (Oktopia et al., 2021).
dan proses keselamatan pasien untuk
memastikan keamanan dan kualitas
Makalah mengenai pengurangan risiko jatuh perawatan yang mereka berikan (Simanad
hanya terdapat satu yang melakukan intervensi dan Brito, 2016). Selain itu menurut
pendidikan pasien dan keluarga, penempelan pendapat lainnya perawat perlu juga untuk
isyarat visual dan pemberian kaus kaki anti meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
selip, sabut pengaman serta alarm tempat tidur, dan motivasinya terhadap keselamatan
setelah itu dilakukan penilian risiko jatuh pasien untuk meningkat pelayanan
menggunakan Johns Hopkins Fall Assessment kesehatan (Marthoenis dan Mutiawati,
Tool (JHFAT). Hasil Penelitian menunjukkan 2020). Penelitian lainnya juga
bahwa tingkat jatuh menurun 55% dan
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
keselamatan pasien, apabila persepsi kerja insiden selama proses operasi darurat
perawat baik maka pelaksanaan keselamatan (Krismanto dan Jenie, 2021).
pasien akan baik juga (Nugroho dan
Widiyanto, 2020).
Ada banyak faktor perawat tidak
Tindakan operasi merupakan tindakan yang menggunakan SSC di kamar operasi seperti
dilakukan untuk mendiagnosis, mengobati tidak adanya kebijakan mengenai penerapan
penyakit dan deformitas tubuh melalui SSC, kurang sosialisasi mengenai SSC, kurang
pembuatan luka yang dapat mengakibatkan pengetahuan mengenai SSC, kurang sadar
perubahan fisiologis tubuh dan dapat pentingnya penggunaan SSC dan pengisian
mempengaruhi tubuh lainnya (Scholz et al., SSC menjadi beban kerja tambahan
2019). Insiden keselamatan pasien di kamar (Sandrawati et al., 2013). Penelitian lain juga
operasi berkaitan dengan faktor manusia menyebutkan SSC tidak digunakan karena
(Zegers et al., 2011); (Suliburk et al., 2019), membuat beban kerja menjadi lebih berat dan
gangguan komunikasi (Koleva, 2020), kurangnya
gangguan lingkungan (Mentis et al., 2016).
kemampuan tentang implementasi SSC (Gong
et al., 2021). Padahal penggunaan SSC tidak
Untuk mencegah kejadian tersebut disarankan menambah beban kerja dan memiliki efek
menggunakan SSC yang merupakan instrumen mengurangi biaya keseluruhan untuk
keselamatan pasien di kamar operasi yang setiap prosedur
bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dan pembedahan
kerja tim serta kepatuhan berbasis bukti (Papaconstantinou et al., 2013). Untuk
(World Health Organization, 2009). meningkatkan penggunaan SSC di kamar
Penggunaan SSC diperlihatkan pada penelitian operasi diperlukan kepemimpinan yang
lainnya bahwa perawat memiliki pengetahuan optimal, pendelegasian tanggung jawab yang
lebih mengenai SSC di bandingkan dengan jelas dari tenaga kesehatan, kolaborasi antara
tenaga medis lainnya di kamar operasi anggota tim, dukungan kelembagaan dalam
(Amadoru et al., 2019). menyediakan sumber daya manusia dan
materi yang diperlukan (Tostes dan Galvão,
2019).
Terdapat tiga waktu terjadinya insiden
keselamatan pasien di kamar operasi yaitu
sebelum pembiusan, sebelum insisi dan
sebelum pasien meninggalkan kamar operasi
(World Health Organization, 2009).
Penggunaan SSC juga terbukti mengurangi
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
JurnalHealthcareKepemimpinan-Associateddan
harus memiliki standar yang jelas dan tenaga menyebabkan insiden jatuh (Zhao (Lucy) dan
kesehatan harus mendapat pelatihan mengenai Kim, 2015).
cara yang paling efektif, aman, memuaskan, dan
efisien untuk melakukan timbang terima (Solet
Perawat juga terbukti memiliki peran kunci
et al., 2005).
dalam upaya menjaga pasien agar tidak terjadi
insiden jatuh selama berada di rumah sakit
Jatuh adalah salah satu insiden yang paling (Dupree et al., 2014). Perawat juga bisa
sering terjadi di rawat inap, dapat berfungsi sebagai pengatur strategi atau
menyebabkan peningkatan biaya perawatan intervensi untuk mencegah insiden jatuh
kesehatan, peningkatan lama tinggal, dan (Quigley dan White, 2013). Penelitian lain
peningkatan risiko kecacatan (Ganz et al., juga berpendapat bahwa pengetahuan dan
2013). Beberapa penelitian setuju bahwa untuk pengalaman perawat juga sangat penting untuk
mencegah insiden jatuh perlu mengidentifikasi mencegah risiko jatuh pada pasien (Luzia et
faktor risiko (Ganz et al., 2013); (Lerdal et al., al., 2018).
2018). Beberapa penelitian juga menekankan
bahwa sangat penting untuk menilai faktor
risiko setiap pasien (Katsulis et al., 2016);
(McKechnie et al., 2016). Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi untuk
pencegahan terjadi insiden jatuh saat pasien
berada di rumah sakit (Twibell et al 2015).
REFERENSI
Gong, J., Ma, Y., An, Y., Yuan, Q., Li, Y., &
Hu, J. (2021).
The surgical safety checklist: a
quantitative study on attitudes and
barriers among gynecological surgery
teams. BMC Health Services
Research, 21(1),
1–9.
https://doi.org/10.1186/s12913-021-
07130- 8
Kartini, Y., & Khoirot, R. (2017). The (2018). Instrumen Survei Standar
Katsulis, Z., Ergai, A., Leung, W. Y., Laparotomi Darurat Di Kamar Operasi.
Schenkel, L., Rai, A., Adelman, J., Journal of Telenursing (JOTING), 3(Vol
for development of a patient-centered fall Lerdal, A., Sigurdsen, L. W., Hammerstad, H.,
prevention toolkit. Applied Ergonomics, Granheim, T. I., & Gay, C. L. (2018).
56, 117–126. Associations
https://doi.org/10.1136/bmj.j4328
Nugroho, S. H. P., & Widiyanto, P. (2020). Morais, B. X., & Carollo, J. B. (2017).
248–256. https://doi.org/10.1590/1518
- 8345.1551.2862
https://doi.org/10.18196/jmmr.93136
Quigley, P. A., & White, S. V. (2013).
Oktopia, P. W., Erianti, S., & Indra, R. L.
Hospital-based fall program measurement
(2021). Hubungan Motivasi Dengan
and improvement in high reliability
Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam
organizations. Online J Issues Nurs.
Melaksanakan Handover Di Ruang Rawat
Raka, L. (2010). Prevention and control of
Inap. Jurnal Medika Hutama, 02.
hospital- related infections in low and
Oliveira, R. M., Leitão, I. M. T. de A., Silva, middle. Open Infectious Diseases
L. M. S. da, Figueiredo, S. V., Sampaio, Journal, 4(SPEC. ISSUE 1), 125–131.
R. L., & Gondim, M.
M. (2014). Strategies for promoting https://doi.org/10.2174/187427930100402
the risks to the evidence-based practices. Raymond, M., & Harrison, M. C. (2014). The
Escola Anna Nery - Revista de structured communication tool SBAR
Enfermagem, 18(1), 122–129.
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
(Situation, Background, Assessment operating theatres for improving
and Recommendation) improves process quality and patient outcomes:
850– https://doi.org/10.1186/s13643-018-
852. 0937-9
e00340016. 200512000-00005
Roussel, L., Swansburg, R. J., & Staggers, N., & Blaz, J. W. (2013). Research
Suryani, L., Kurniawan, R., & Perdani, A. to Falls and Fall Prevention among
36. https://doi.org/10.6224/JN.58.3.12
Vaismoradi, M., Tella, S., Logan, P. A., World Health Organization. (2010).
WHO. (2019). Patient Safety Fact File: Zegers, M., de Bruijne, M. C., de
Patient Safety and Risk Keizer, B., Merten, H.,
Management Service Delivery and Groenewegen, P. P., van der Wal,
Safety. World Health G., & Wagner,
Organization, REPORT, 10. C. (2011). The incidence, root-
causes, and outcomes of adverse
Woodhall, L. J., Vertacnik, L., &
eventsinsurgicalunits:
McLaughlin, M. (2008).
Implication for potential
Implementation of the SBAR
prevention strategies. Patient
Communication Technique in a
Safety in Surgery, 5(1), 1–11.
Tertiary Center. Journal of
https://doi.org/10.1186/1754-9493-
Emergency Nursing, 34(4), 314–
5-13
317.
https://doi.org/10.1016/j.jen.2007.07.0 Zhao (Lucy), Y., & Kim, H. (2015).
07 Older Adult Inpatient Falls in
Acute Care Hospitals. Journal of
World Health Organization. (2009).
Gerontological Nursing, 41(7),
WHO Guidelines for
29–43.
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dna kesehatan
kerja maka para pihak diharapkan sanggup melaksanakan pekerjaan dengan kondusif dan
nyaman. Pekerjaan dikatakan kondusif bila resiko yang mungkin muncul dari apapun yang
dilakukan oleh pekerja tersebut dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman bila para pekerja
yang bersangkutan sanggup melaksanakan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek proteksi tenaga kerja yang
pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai
ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan
kesehatan kerja sanggup diharapkan untuk membuat kenyamanan kerja dan keselamatan kerja
yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian
rupa, tetapi dalam praktiknya tidak menyerupai yang diharapkan. Begitu banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja menyerupai faktor manusia,
lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
dan kesehatan kerja. Begitu banyak gosip kecelakaan kerja yang sanggup kita saksikan. Dalam
makalah ini kemudian akan dibahas mengenai hukum dan administrasi kesehatan dan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil yang didapat, rumusan dilema dalam pembuatan makalah ini adalah:
4. Apakah tujuan dan target dari administrasi kesehatan dan keselamatan kerja?
6. Apa yang menjadi prinsip dasar sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja?
7. Apa saja elemen dari sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja?
C.Tujuan
4. Mengetahui tujuan dan target dari administrasi kesehatan dan keselamatan kerja
BAB II
PEMBAHASAN
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya
dan insan pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.
Sedangkan pengertian secara keilmuan ialah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak sanggup dipisahkan dengan proses produksi
Hal tersebut juga menjadikan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah
terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan
itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun
1969 wacana pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh proteksi atas keselamatan dan kesehatan kerja, watak dan
kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk
bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi
Peraturan tersebut ialah Undang-undang No.1 tahun 1970 wacana keselamatan kerja yang
ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air,
di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan aturan Republik Indonesia.
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan pegawanegeri
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya lantaran terbatasnya personil pengawasan, sumber daya
insan kesehatan dan keselamatan kerja serta sarana yang ada. Oleh lantaran itu, masih
yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan kawan sosial guna
membantu pelaksanaan pengawasan norma kesehatan dan keselamatan kerja biar terjalan dengan
baik.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan kepingan yang sangat penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh lantaran itu, dibuatlah aneka macam ketentuan yang mengatur wacana
1. Undang-undang No.13 Tahun 2003 wacana Ketenaga Kerjaan, dalam Pasal 87 ayat 1
dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
2. Undang-undang No.1 Tahun 1970 wacana Keselamatan Kerja, yang memuat ketentuan-
ketentuan pokok mengenai penerapan dan pelaksanaan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan
TENTANG ISTILAH-ISTILAH
Pasal 1
(1) "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
perjuangan dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber ancaman sebagaimana diperinci
dalam pasal 2; termasuk kawasan kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berafiliasi dengan kawasan kerja
tersebut;
(2) "pengurus" ialah orang yang mempunyai kiprah memimpin eksklusif sesuatu kawasan kerja atau
a. orang atau tubuh aturan yang menjalankan sesuatu perjuangan milik sendiri dan untuk keperluan
b. orang atau tubuh aturan yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu perjuangan bukan
c. orang atau tubuh hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau tubuh aturan termaksud pada
(4) "direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan Undang-
undang ini;
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
(5) "pegawai pengawas" ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja;
(6) "ahli keselamatan kerja" ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga
Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.
RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala kawasan kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam
(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam kawasan kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, digunakan atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya atau sanggup menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan materi atau
barang yang : sanggup meledak, gampang terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi,
bersuhu tinggi;
atau bangunan lainnya, termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan dibawah tanah
kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. dilakukan perjuangan pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih logam
lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi,
maupun di dasar perairan; dilakukan pengangkutan barang, hewan atau manusia, baik di daratan,
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung ancaman tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin,
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau telepon;
r. diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang menggunakan
(3) Dengan peraturan perundangan sanggup ditunjuk sebagai kawasan kerja, ruangan-ruangan atau
bekerja dan atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan sanggup dirubah perincian
Pasal 3
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, bunyi dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akhir kerja baik physik maupun psychis,
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;
(2) Dengan peraturan perundangan sanggup dirubah perincian menyerupai tersebut dalam ayat (1)
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-
Pasal 4
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan,
pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknik dan pegawanegeri produksi yang
(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan
yang disusun secara teratur,jelas dan simpel yang meliputi bidang konstruksi, bahan, pengolahan
atau pembungkusan, pemberian tandatanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan
(3) Dengan peraturan perundangan sanggup dirubah perincian menyerupai tersebut dalam ayat (1)
dan (2) : dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan
PENGAWASAN
Pasal 5
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
(1) Direktur melaksanakan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para
pegawai pengawas dan andal keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan eksklusif
(2) Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan andal keselamatan kerja dalam
Pasal 6
(2) Tata-cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, kiprah Panitia Banding dan lain-
Pasal 7
Pasal 8
(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
(2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya,
secara terjadwal pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
PEMBINAAN
Pasal 9
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
(1) Pengurus diwajibkan memperlihatkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja gres wacana :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang sanggup timbul dalam kawasan kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat proteksi yang diharuskan dalam kawasan kerjanya;
(2) Pengurus hanya sanggup mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa
(3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan.
(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
Pasal 10
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan
kiprah dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, kiprah dan lain-lainnya ditetapkan
KECELAKAAN
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
Pasal 11
(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam kawasan kerja yang
(2) Tata-cara pelaporan dan investigasi kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau andal
keselamatan kerja;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus biar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja
serta alat-alat proteksi diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih sanggup dipertanggung-
jawabkan.
Pasal 13
Barangsiapa akan memasuki sesuatu kawasan kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua
peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi kawasan kerja yang bersangkutan, pada tempat-
tempat yang gampang dilihat dan terbaca dan berdasarkan petunjuk pegawai pengawas atau
b. Memasang dalam kawasan kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua materi pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang gampang dilihat dan
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat proteksi diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki
kawasan kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diharapkan berdasarkan petunjuk
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut dengan peraturan
perundangan.
(2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) sanggup memperlihatkan ancaman pidana atas
pelanggaran peraturannya dengan eksekusi kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda
Pasal 16
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu Undang-
undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di didalam satu tahun setelah Undang-undang ini
undang ini.
Pasal 17
Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang-undang ini belum
dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu Undang-
undang ini mulai berlaku, tetapi berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang
ini.
Pasal 18
3. Peraturan Pemerintah RI No.50 Tahun 2012, wacana Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Dalam Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2 menyatakan bahwa: Setiap
4. Permenaker No.5 Tahun 1996 wacana Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
mempergunakan proteksi orang lain. Hal tersebut diharapkan sanggup mengurangi dampak
kelalaian atau kesalahan (malprektek) serta mengurangi penyebaran eksklusif dampak dari
kesalahan kerja. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ialah satu bentuk kegiatan dalam
upaya untuk membuat lingkungan dan kawasan kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
pelaksanaan kerja sanggup dilakukan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibagi kegiatan atau fungsi administrasi tesebut
menjadi :
a. Planning (perencanaan)
b. Organizing (organisasi)
c. Actuating (pelaksanaan)
d. Controlling (pengawasan)
1. Planning (Perencanaan)
Fungsi perencanaan merupakan salah satu fungsi administrasi yang perlu menerima
perhatian, lantaran dari perencanaan yang baik sanggup diharapkan terlaksananya fungsi
administrasi lainnya dengan baik, lantaran semua fungsi administrasi berkaitan satu sama lain.
Pelaksanaan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja menjadi kurang terarah apabila tidak ada
perencanaan yang baik. Begitu pula fungsi pengawasan akan berjalan dengan baik kalau
Fungsi perencanaan ialah suatu perjuangan memilih kegiatan yang akan dilakukan di
masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini ialah keselamatan
dan kesehatan kerja di laboratorium. Dalam perencanaan, kegiatan yang ditentukan meliputi :
b. bagaimana mengerjakannya
c. mengapa mengerjakan
Kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja kini tidak lagi hanya di bidang pelayanan,
tetapi sudah meliputi kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-
metoda yang digunakan makin banyak ragamnya, semuanya menimbulkan resiko ancaman yang
sanggup terjadi makin besar. Oleh lantaran itu usaha-usaha pengamanan kerja harus ditangani
2. Organizing (organisasi)
Fungsi perngorganisasian ialah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya insan dan
sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan planning yang telah
2. Memberikan bimbingan, penyuluhan, training dan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja
3. Actuating (pelaksanaan)
menjadi acara yang kompak (sinkron), sehingga semua acara bawahan sesuai dengan planning
Pelaksanaan acara kesehatan dan keselamatan kerja sasarannya ialah kawasan kerja yang
kondusif dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja wajib mengetahui dan memahami
semua hal yang diperkirakan akan sanggup menjadi sumber kecelakaan kerja dalam, serta
mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan
penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi aneka macam peraturan atau
ketentuan dalam menangani aneka macam spesimen reagensia dan alat-alat. Jika dalam
4. Controlling (pengawasan)
sesuai dengan planning yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk sanggup
a. adanya rencana
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya ialah sosialisasi wacana perlunya
disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama. Sosialisasi perlu dilakukan
terus menerus, lantaran perjuangan pencegahan ancaman yang bagaimanapun baiknya akan sia-
Tujuan dan target SMK3 ialah terciptanya sistem kesehatan dan keselamatan kerja di
kawasan kerja yang melibatkan segala pihak sehingga sanggup mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akhir kerja dan terciptanya kawasan kerja yang aman, efisien, dan
produktif. Karena sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja bukan hanya tuntutan
pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggungjawab
Selain itu penerapan sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja juga
mempunyai banyak manfaat bagi industri kita antara lain : Manfaat langsung:
- Menciptakan kawasan kerja yang efisien dan produktif lantaran tenaga kerja merasa kondusif
dalam bekerja.
Di samping itu juga, sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja juga
- Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin
lama.
konsep administrasi modern yaitu mengikuti proses manajemen, salah satu yang terkenal ialah
kesehatan dan keselamatan kerja juga dikembangkan dengan siklus administrasi mulai dari
perencanaan, penerapan atau implementasi, pengukuran dan pemantauan dan koreksi untuk
peningkatan berkelanjutan.
Keberhasilan organisasi dalam menerapkan SMK3 bergantung pada janji dari seluruh
tingkatan dan fungsi organisasi terutama dari administrasi puncak. Sistem ini memungkinkan
suatu organisasi menyebarkan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja, memutuskan target
dan proses untuk mencapai janji kebijakan, melaksanakan tindakan yang diharapkan untuk
meningkatkan kinerja dan memperlihatkan kesesuaian sistem yang ada terhadap persyaratan
dalam standar ini. Tujuan umum dari standar ini ialah untuk menunjang dan
menumbuhkembangkan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja yang baik, sesuai dengan
kebutuhan sosial ekonomi. Keberhasilan penerapan dari standar ini sanggup digunakan oleh
organisasi untuk memberi jaminan kepada pihak yang berkepentingan bahwa SMK3 yang sesuai
telah diterapkan.
organisasi.
secara berkelanjutan.
Pada umumnya organisasi mengelola kegiatannya melalui penerapan sistem proses dan
interaksinya, yang dikenal dengan istilah "pendekatan proses" menyerupai pada ISO 9001.
Karena metode PDCA ini sanggup diterapkan pada semua proses, maka dua metode ini dianggap
sesuai (kompatibel).
Standar ini berisi persyaratan yang sanggup diaudit secara obyektif. Namun demikian
standar ini tidak memutuskan persyaratan mutlak untuk kinerja K3 di luar komitmen, di dalam
dan persyaratan lain yang diacu organisasi, untuk mencegah cedera dan gangguan kesehatan, dan
melaksanakan kegiatan yang hampir sama tetapi mempunyai kinerja K3 yang berbeda keduanya
Standar ini tidak meliputi persyaratan tertentu pada sistem administrasi yang lain,
memungkinkan organisasi sanggup menyesuaikan sistem administrasi yang ada dengan maksud
untuk memutuskan SMK3 yang sesuai dengan persyaratan standar ini. Namun demikian, harus
ditegaskan bahwa penerapan aneka macam elemen boleh berbeda bergantung pada tujuan yang
Tingkat kerumitan dan kerincian SMK3, luas cakupan dokumentasi dan sumber daya
yang diperuntukkan bergantung pada beberapa faktor, menyerupai lingkup sistem, ukuran dan
5. Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja kesehatan dan keselamatan kerja secara
berkesinambungan
2. Pendokumentasian strategi
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian
7. Standar pemantauan
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
- melakukan penilaian
-membandingkan penerapan
2. Perencanaan
a. Manajemen resiko
b. Peraturan perundangan
1) dapat diukur
2) indikator pengukuran
3) sasaran pencapaian
d. Indikator kinerja
3. Penerapan
a. Jaminan kemampuan
- integrasi
b. Kegiatan pendukung
- komunikasi
- pelaporan
- pendokumentasian
- pengendalian dokumen
-manajemen resiko
-pengendalian administratif
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
- tinjauan kontrak
- pembelian
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesehatan dan keselamatan kerja ialah suatu perjuangan dan upaya untuk membuat
proteksi dan keamanan dari resiko kecelakaan dan ancaman baik fisik, mental maupun emosional
terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Makara kesehatan dan keselamatan
kerja tidak selulu berkaitan dengan dilema fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan
emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh lantaran itulah sangat banyak aneka macam peraturan perundang-
undangan yang dibentuk untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun
banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih
banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai ancaman kerja dan ancaman nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Oleh lantaran itu, perlu ditingkatkan sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja
yang dalam hal ini tentu melibatkan kiprah bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja,
tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga sanggup tercapai
B. SARAN
1. Untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan adanya administrasi kesehatan
2. Belum maximalnya pelaksanaan managemen kesehatan dan keselamatan kerja disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dan informasi tentatang administrasi kesehatan dan keselamatan kerja,
untuk itu kepada Menteri terkait dan dunia industri biar diadakan sosialisasi secaras terus
menerus.
3. Perlu peningkatan promosi keselamatan kerja pada setiap dunia kerja biar semua orang
4. Sekolah secara khusus Sekolah Menengah kejuruan yang dipersiapkan untuk tenaga kerja
menengah kebawah hendaknya dibekali dengan administrasi kesehatan dan keselamatan kerja.