Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH MANAJEMEN RESIKO KESELAMATAN PASIEN DAN K3 PERAWAT

PADA SETIAP ASUHAN KEPERAWATAN

DOSEN PEMIMBING

Ns, Loriza Satifa Yani, M.Ns

DI SUSUN OLEH :

HERMANSYAH

PO71202220060

PROGRAM STUDI PROFESI JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

TAHUN 2022
Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
Indrayadi Indrayadi1, Nor Afni Oktavia2, Meti Agustini2

1 Akademi Keperawatan Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin, Indonesia


2 Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Indonesia

Article Info Abstrak


Article History: Keselamatan pasien merupakan salah satu isu global, terutama saat
Submit: 8 Maret 2022 keberadaan pasien di rumah sakit. Penerapan keselamatan pasien di rumah
Accepted: 26 Mei 2022 sakit memerlukan peran perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling
Publish: 31 Mei 2022 dominan dan langsung bertemu pasien selama 24 jam, oleh sebab itu perlu
melihat sejauh mana peran perawat dalam mencegah insiden keselamatan
Key words: pasien. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hasil penelitian
Perawat; Keselamatan tentang penerapan keselamatan pasien oleh perawat di rumah sakit. Metode
Pasien yang digunakan adalah literature review, menggunakan basis data
elektronik diidentifikasi dari Pubmed, Google Scholar, Google and Grey
literature (National Library of Indonesia) dengan kata kunci: keselamatan
pasien, kepatuhan, penerapan keselamatan pasien oleh perawat. Kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah implementasi keselamatan pasien yang
dilakukan oleh perawat, rancangan penelitian adalah kualitatif dan
kuantitatif, penelitian menggunakan metode kuantitatif atau kualitatif,
makalah empiris berbahasa Inggris atau Indonesia yang dipublikasikan
antara tahun 2018-2020. Artikel yang terjaring sebanyak sembilan makalah
yang disintesis secara naratif. Hasil ditemukan empat makalah mengenai
penerapan keselamatan pasien, satu makalah mengenai penggunaan
surgical safety check list, dua makalah mengenai pengurangan risiko infeksi,
satu makalah mengenai handover dan satu makalah mengenai pengurangan
risiko jatuh. Hasil kajian pustakan ini menemukan berbagai inovasi yang
dilakukan oleh perawat dalam menjalankan keselamatan pasien di rumah
sakit. Inovasi ini dapat dijadikan acuan bagi rumah sakit sebagai inovasi
dalam meningkatkan mutu pelayanan yang mengedepankan keselamatan
pasien sebagai aspek kepuasan pasien selama di rumah sakit.

e-ISSN 2621-5047
Artikel Review

PENDAHULUAN

Keselamatan pasien menjadi isu global di


berbagai negara (WHO, 2019), diperkirakan
buruk terhadap pasien sehingga dapat
10-25 % pasien rawat inap yang mengalami
menyebabkan cedera atau komplikasi
insiden keselamatan pasien (Levett-Jones et
(Kementerian Kesehatan Republik
al., 2020). Keselamatan pasien adalah upaya
Indonesia, 2017) , dengan cara
untuk mencegah insiden yang berefek
menggunakan praktik bermutu yang
menghasilkan pelayanan kesehatan yang
optimal (Canadian Nurse Association,
2019).

0.32584/j
kmk.v5i1
.1465
Corresponding author:
Indrayadi Indrayadi
Email: ketikindrayadi@gmail.com
Jurnal
Kepemi
mpinan
dan
Manajem
en
Keperaw
atan, Vol
5 No 1,
Mei
2022
DOI:
http://dx.
doi.org/1
e-ISSN 2621-5047
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia pasien oleh perawat di rumah sakit, perlu
mengurangi insiden keselamatan pasien adalah dilakukan untuk memberikan bukti
dengan menerapkan standarisasi rumah sakit perkembangan penerapan
melalui, Komisi Akreditasi Rumah Sakit keselamatan pasien yang dilakukan oleh
(KARS) pada 2018 yang enam Indikator perawat. Studi pustaka ini bertujuan untuk
Sasaran Keselamatan Pasien (IPSG) yaitu menjelaskan hasil penelitian tentang penerapan
mengidentifikasi pasien dengan benar, keselamatan pasien oleh perawat di rumah
meningkatkan komunikasi yang efektif, sakit, kemudian menganalisisnya untuk
meningkatkan keamanan obat kewaspadaan dijadikan praktik berbasis bukti bagi rumah
tinggi, memastikan lokasi, prosedur, dan sakit untuk dapat meningkatkan kualitas
pembedahan yang benar pada pasien; pelayanan kepada pasien, aman, berkualitas
pengurangan risiko infeksi terkait dengan dan bermutu.
pelayanan kesehatan dan mengurangi risiko
cedera pasien karena jatuh (Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS), 2018).

Mencegah insiden keselamatan merupakan


peran utama perawat yang berada di rumah
sakit, karena perawat adalah tenaga kesehatan
yang paling dominan di Indonesia dan
memiliki hubungan secara langsung dengan
pasien (Indonesia, 2021). Perawat juga selalu
berada di sekitar pasien selama pelayanan
kesehatan diberikan (Roussel, Swansburg et
al., 2008). Posisi ini membuat peran perawat
sangat berperan dalam mencegah insiden
keselamatan pasien.

Literature review sebelum sudah pernah


dilakukan yang menunjukkan hasil bahwa
kepatuhan perawat sangat penting untuk
menjalankan keselamatan pasien (T
Alhidayah, et al., 2018). Guna memperjelas
hasil penelitian tentang penerapan keselamatan
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
JurnalMETODEKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1,setelahMei2022makalah terakhir
yang ditelaah yaitu 2007-2017.
Strategi Pencarian Literatur

Penelusuran makalah dilakukan oleh


Strategi penelusuran disusun dan peneliti pertama dan kedua antara tanggal
dilaksanakan menggunakan kombinasi kata 07-17 April 2021. Penelitian pertama dan
kunci dengan menggunakan bahasa kedua bersama-sama mencari data online
Indonesia adalah keselamatan pasien, kemudian digabungkan. Setelah itu sintesis
kepatuhan, penerapan keselamatan pasien secara narasi dilakukan terpisah kemudian
oleh perawat. Kata kunci dalam bahasa didiskusikan hasilnya. Hasil penelusuran
inggirs yaitu patient safety for and diidentifikasi untuk mengeluarkan makalah
adherence, or and implement patient safety ganda. Skrining dilakukan dengan
be a nurse. menelaah judul dan abstrak makalah yang
tersisa untuk menyeleksi makalah yang

Kriteria inklusi mencakup: 1) implementasi relevan dengan tujuan.

patient safety yang dilakukan oleh perawat,

2) rancangan penelitian adalah kualitatif


dan kuantitatif 3) penelitian menggunakan
metode kuantitatif atau kualitatif 4)
makalah empiris berbahasa Inggris atau
Indonesia yang dipublikasikan antara tahun
2018-2020.

Mekanisme seleksi artikel

Telaah sistematis dilakukan dengan


mengacu pada panduan PRISMA
(Preferred reporting items for systematic
reviews and meta-analyses; Liberati et al.,
2009). Basis data online yaitu Pubmed,
Google Scholar, Google and Grey
literature (National Library of Indonesia,)
ditelusuri secara sistematis untuk
mendapatkan makalah empiris berbahasa
Inggris dan Indonesia yang dipublikasikan
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
Skrining

178 tidak relevan


berdasarkan judul
Eligibilitas

dan abstrak
64 makalah lengkap ditelaah untuk
mendapatkan makalah yang memenuhi syarat Sintesis Kualitatif
Jumlah makalah yang dikeluarkan:
berdasarkan kriteria inklusi  33 uji keamanan dosis obat
242 judul dan abstrak ditelaah  3 menggunakan bahasa lain
 1 sistematic review.
Gambar 1.
 2 peran dokter menerapkan keselamatan

pasien D
 5 tidak dapat diakses i
Identifikasi  4 disertsi penelitian a
 g
6 makalah tidak lengkap
9 makalah disintesis secara naratif  1 dipublikasi sebelum tahun 2018 r
a
m
242 makalah dari /
penelusuran melalui S
database k
e
m
2 makalah a
tambahan dari
sumber lain P
R
I
2 makalah ganda S
dikeluarkan M
A

Ekstraksi Data menemukan dua makalah ganda dan 178


makalah yang tidak relevan. Sebanyak 64
naskah makalah lengkap ditelaah secara
Setelah proses seleksi artikel, artikel yang
terpisah berdasarkan kriteria inklusi oleh dua
didapat dilakukan sintesis dengan format:
orang peneliti dengan hasil 33 makalah
peneliti, tahun, judul, lokasi, tujuan penelitian,
melakukan uji
desain penelitian, sampel, instrumen dan hasil.
Hasil sintesis artikel ditampilkan pada tabel 1.

HASIL

Karakteristik Artikel

Penelusuran menghasilkan 244 makalah dengan


rincian, 185 makalah dari Pubmed, 19 makalah
dari Google, dan 38 makalah dari Google
scholar. Skrining berdasarkan judul dan abstrak

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

dosis obat, tiga makalah tidak menggunakan


bahasa inggris atau Indonesia, satu makalah
systematic review, dua makalah peran dokter
dalam menerapkan keselamatan pasien, lima
makalah tidak dapat diakses, empat makalah
disertasi, enam makalah tidak lengkap dan
satu makalah dipublikasi sebelum tahun
2018. Sembilan makalah yang dinyatakan
memenuhi syarat ditelaah secara kritis untuk
dianalisis secara naratif (Gambar 1).

Sembilan makalah yang disintesis. Semua


makalah fokus pada penerapan keselamatan
pasien yang dilakukan oleh perawat.
Implementasi ini terbagi menjadi lima yaitu
penerapan keselamatan pasien, penerapan
komunikasi efektif, penerapan Surgical
safety check list (SSC), pengurangan risiko
infeksi dan pengurangan risiko jatuh (tabel
1).

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Tabel 1
Karakteristik artikel
No Penulis, Tahun, Judul Metode Hasil

1 Penulis: Taufik Alhidayah, Tujuan: untuk mengetahui faktor- Gaya kepemimpinan kepala perawat,
Susilaningsih, & Somantri faktor yang berhubungan dengan penghargaan, sikap, dan motivasi
Tahun: 2020 kepatuhan perawat dalam memiliki hubungan yang signifikan
Judul: Factors Related With penerapan indikator tujuan dengan tingkat kepatuhan dalam
Nurse Compliance In The keselamatan pasien penerapan identifikasi pasien dan
Implementation Of Patient Desain: cross-sectional komunikasi efektif. Pengurangan
Safety Indicators At Hospital Sampel: 102 Perawat (41 Laki- risiko infeksi hanya dipengaruhi oleh
laki, 61 Perempuan) gaya kepemimpinan kepala ruangan
Instrumen: kuesioner yang dan sikap positif perawat. Tidak ada
dikembangkan peneliti mengenai faktor yang memiliki hubungan
sikap, motivasi, gaya signifikan dengan tingkat kepatuhan
kepemimpinan kepala ruangan, , perawat dalam penerapan
desain kerja, reward dan tingkat pengurangan risiko jatuh.
kepatuhan.

2 Penulis: Suryani, Kurniawan, Tujuan: untuk meneliti faktor- Hubungan yang signifikan
& Perdani faktor yang berhubungan dengan menunjukkan pengetahuan,
Tahun: 2021 penerapan tujuan keselamatan pengawasan, motivasi, dan
Judul: Factors Associated pasien pelaksanaan tujuan keselamatan
With The Implementation Of Desain: cross-sectional pasien (p-value < 0,05).
Patient Safety At X Hospital, Sampel: 117 Perawat
Karawang, Indonesia Instrumen: kuesioner yang
berkaitan dengan variabel-
variabel antara lain pengetahuan,
motivasi, Supervisi, lama kerja,
dan instrumen observasi, untuk
menerapkan enam tujuan
keselamatan pasien
3 Penulis: Yuni Dwi Hastuti, Tujuan: untuk menganalisis Adanya pengaruh pengawasan (p =
Shofa Chasani , M. Hasib faktor-faktor yang mempengaruhi 0,038; OR = 1,828), karakter figur
Ardani kepatuhan perawat terhadap otoritas (p = 0,001; OR = 2,648), dan
Tahun: 2020 kebijakan keselamatan pasien di rekan kerja yang tidak patuh (p =
Judul: Factors Influencing ruang rawat inap 0,0001; OR = 2,899 ) pada kepatuhan
Nurses' Compliance With Desain: penelitian deskriptif perawat dengan kebijakan
Patient Safety Policies In korelasional dengan pendekatan keselamatan pasien. Namun, jenis
Hospital cross-sectional kelamin (p = 0,691), lingkungan kerja
Sampel: 220 Perawat (56 Laki- (p = 0,891), dan perintah yang
laki, 164 Perempuan) bertentangan (p = 0,243) ditemukan
Instrumen: menggunakan tidak berpengaruh pada kepatuhan
kuesioner yang dikembangkan perawat terhadap kebijakan
oleh peneliti keselamatan pasien.
4 Penulis: Eman Aly Abd Tujuan: untuk mengetahui Kurang dari dua pertiga subjek
Elhamid , Nehad Ezz Eldin kepatuhan perawat terhadap penelitian tidak patuh terhadap
Abdallah, Safaa Mohamed pedoman keselamatan pasien dan keselamatan pasien perawat,
Abd Elrahman lingkungan di unit perawatan sedangkan perawat mematuhi
Tahun: 2020 kritis keselamatan lingkungan dengan
Judul: Nurses' Compliance To Desain: deskriptif 62,5% di unit perawatan kritis
Patient And Environmental Sampel: 88 Perawat (27 Laki-laki,
Safety Guidelines In Critical 61 Perempuan)
Care Units Instrumen: Pasien safety
guidelines
5 Penulis: Anette Storesund, Tujuan: Untuk mengetahui Kepatuhan terhadap daftar periksa
Mccn, Arvid Steinar Haugen, hubungan penggunaan kombinasi SURPASS pasca operasi dikaitkan
Hans Flaatten, Monicaw. SURPASS pra operasi dan pasca dengan penurunan penerimaan
Nortvedt, Geir Egil Eide, operasi dan WHO surgecy safety kembali (OR, 0,32; 95% CI, 0,16-0,64; P
Marja A. Boermeester, Nick checklist (SSC) dalam perawatan = 0,001). Tidak ada perubahan yang

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

No Penulis, Tahun, Judul Metode Hasil

Sevdalis, Øystein Tveiten, perioperatif dengan morbiditas, diamati pada kematian atau LOS. Di
Ruby Mahesparan, Bjørg mortalitas, dan lama rawat inap unit kontrol paralel, komplikasi
Merete Hjallen, Monas Desain: uji klinis nonrandomized meningkat (OR, 1,09; 95% CI, 1,01-
Meling Fevang, Catrine Hjelle cluster step-wedge, 1,17; P = 0,04), sedangkan operasi
Størksen, Heidi Frances Sampel: 3408 ulang, penerimaan kembali, dan
Thornhill, Gunnar Helge Instrumen : SSC WHO dan kematian tetap tidak berubah.
Sjøen, Solveig Moss Kolseth, SURPASS
Rune Haaverstad, Oda
Kristine Sandli, Eirik
Søfteland
Tahun: 2020
Judul: Clinical Efficacy Of
Combined Surgical Patient
Safety System And Theworld
Health Organization’s
Checklists In Surgery A
Nonrandomized Clinical
Trial
6 Penulis: Lerson Hutagaol, Tujuan: untuk menganalisis Ada hubungan antara masa jabatan
Yayat Suryani, Lilis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan bundel ISK, dan ada
Rohayani, Asep Setiawan, dengan kepatuhan perawat dalam hubungan antara gaya kepemimpinan
Murtiningsih mengimplementasikan SOP dan kepatuhan dengan implementasi
Tahun: 2020 bundel HAIs di ruang rawat inap bundel SOP HAIs dan bundel IDO. Gaya
Judul: Faktor-Faktor Yang Desain: Survei analitik dengan kepemimpinan demokratis dan
Berhubungan Dengan desain korelasional. otoriter merupakan jenis gaya
Kepatuhan Perawat Dalam Sampel: 62 Perawat (5 Laki-laki, kepemimpinan yang paling
Pelaksanaan Sop Bundle 57 Perempuan) berhubungan dengan kepatuhan
Healthcare Associated Instrumen: SOP bundle HAIs, perawat dalam mengimplementasikan
Infections (Hais) Di Ruang SOP bundel HAIs (p 0,018), terutama
Rawat Inap Rumah Sakit dalam penerapan SOP bundel IAD (p
Advent Bandung 0,040 ).
7 Penulis: Indiyani, Mona Tujuan: untuk mengetahui sebagian besar kepala ruangan
Saparwati, Eko Susilo hubungan persepsi perawat melaksanakan fungsi pengarahan
Tahun: 2020 terhadap fungsi pengarahan dengan baik sebanyak 76 orang
Judul: Persepsi Perawat kepala ruang dengan kepatuhan (92,7%), sebagian besar perawat
Terhadap Fungsi perawat dalam menjalankan hand patuh dalam mempraktekkan
Pengarahan Kepala Ruang hygiene di Ruang Rawat Inap keselamatan pasien: lima saat hand
Tentang Kepatuhan Dalam RSUD hygiene sebanyak 78 orang (95,1% ).
Menjalankan Hand Hygiene Desain: deskriptif korelasi Hasil uji statistik menggunakan
Di Ruang Rawat Inap Sampel: 82 Perawat Fisher's Exact Test diperoleh nilai p
Instrumen: checklist SPO hand sebesar 0,001 (α = 0,05).
checklist
hygiene.
8 Penulis: Pajri Wulan Oktopia, Tujuan: untuk mengetahui Analisis yang digunakan adalah
Susi Erianti, Rani Lisa Indra hubungan antara motivasi dengan analisis univariat dengan tabel
Tahun: 2021 tingkat kepatuhan perawat dalam distribusi frekuensi dan analisis
Judul: Hubungan Motivasi melaksanakan handover. bivariat menggunakan uji fisher. Hasil
Dengan Tingkat Kepatuhan Desain: kuantitatif dengan desain penelitian menunjukkan bahwa
Perawat Dalam penelitian deskriptif korelasi. motivasi tidak berhubungan dengan
Melaksanakan Handover Di Sampel: 40 Perawat (4 Laki-laki, kepatuhan perawat dalam
Ruang Rawat Inap 36 Perempuan) melaksanakan handover di ruang
Instrumen: kuesioner dan lembar rawat inap dengan Pvalue =0,407 (P≤
observasi 0,05)
9 Penulis: Arrah L. Bargmann, Tujuan: Untuk mengembangan, Risiko jatuh menurun 55% dan
Maj Stacey M. Brundrett. implementasi, hasil, dan kepatuhan staf terhadap intervensi
Tahun: 2020 tantangan penerapan program untuk pasien risiko jatuh tinggi
Judul: Implementation Of A keselamatan pencegahan jatuh meningkat menjadi 89%.
Multicomponent Fall berbasis bukti yang
Prevention Program: disempurnakan pada unit medis
bedah.

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

No Penulis, Tahun, Judul Metode Hasil


Contracting With Patients Desain: Ekperimen
For Fall Safety Sampel: Beberapa rumah sakit
Instrumen: The Lowa Model
served as the framework of the
EBP project

Empat makalah yang membahas mengenai penerapan keselamatan pasien. Makalah pertama melakukan

penelitian di salah satu rumah sakit daerah pengetahuan, pengawasan, motivasi, dan
Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia yang bertujuan pelaksanaan tujuan keselamatan pasien (p-
untuk mencari hubungan kepatuhan perawat value < 0,05). (Suryani et al.,2021). Makalah
dalam penerapan sasaran keselamatan pasien yang lain yang juga ditemukan menunjukkan
yaitu identifikasi pasien dengan benar, adanya pengaruh
komunikasi efektif, pengurangan risiko infeksi pengawasan, karakter figur otoritas dan rekan
nosokomial dan pencegahan risiko jatuh, hasil kerja yang tidak patuh berpengaruh terhadap
penelitian menunjukkan bahwa gaya keputusan perawat untuk melaksanakan
kepemimpinan dari kepala ruangan, keselamatan pasien. Namun, jenis kelamin
penghargaan, sikap dan motivasi memiliki (p=0,691), lingkungan kerja (p=0,891), dan
hubungan yang bermakna terhadap kepatuhan perintah yang bertentangan(p=0,243)
perawat dan menerapkan identifikasi pasien ditemukan tidak berpengaruh pada kepatuhan
dengan benar dan komunikasi efektif. perawat terhadap kebijakan keselamatan
Pengurangan risiko infeksi nosokomial pasien (Hastuti et al., 2020).
memiliki hubungan yang signifikan terhadap
gaya kepemimpinan dan sikap positif perawat,
Makalah lain juga melakukan penelitian
sementara pencegahan risiko jatuh tidak ada
dengan membandingkan beberapa ruangan
hubungan dengan jenis kelamin, tingkat
di rumah sakit untuk mengetahui ruangan
pendidikan, sikap, motivasi, gaya
mana yang patuh terhadap penerapan
kepemimpinan, lingkungan kerja dan
keselamatan pasien. Hasil penelitian
penghargaan. Gaya kepemimpinan konsultatif
menunjukkan bahwa kurang dari dua
kepala ruangan dapat mengubah tingkat
pertiga perawat tidak patuh terhadap
kepatuhan perawat dalam penerapan IPSG 1
keselamatan pasien. Intensive care unit
sebesar 5,6 kali, dengan 5,06 kali terhadap
memiliki nilai kepatuhan tertinggi di
IPSG 2 dan 4,71 kali terhadap IPSG 5.
bandingkan dengan medical intensive care
(Alhidayah et al., 2020).
unit, chest intensive care unit, obstetrics
intensive care unit, neurosurgery intensive
Makalah lain juga melakukan penelitian di care unit, paediatric intensive care unit,
rumah sakit, yang memberikan hasil bahwa
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
JurnalcardiothoracicKepemimpinanintensivedanManajemencare unitKeperawatan,and

Vol 5 No 1, Mei 2022 coronary care unit (Elhamid et al., 2020).

Satu makalah yang melakukan penelitian


mengenai SSC. Makalah melakukan
penerapan SSC dan the comprehensive sur
gical patient safety system (Surpass) untuk
mengurangi kesalahan dalam risiko operasi,
hasil penelitian menunjukkan dengan
penerapan SCC dan Surpass dan
menurunkan tingkat komplikasi, operasi
ulang, (Storesund et al., 2020).

Makalah mengenai pengurangan risiko


infeksi ditemukan dua makalah. kedua
makalah ini menilai pentingnya peran
kepala ruangan dalam mencegah risiko
infeksi di rumah sakit.

Makalah pertama melakukan penelitian


mengenai kepatuhan dalam melaksanakan
standar operasional prosedur pencegahan
risiko infeksi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa gaya kepemimpinan demokratis dan
otoriter merupakan jenis gaya
kepemimpinan yang paling berhubungan

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan kepatuhan staf terhadap intervensi untuk
SOP bundel HAIs (p 0,018), terutama dalam pasien risiko jatuh tinggi meningkat menjadi
penerapan SOP bundel IAD (p 0,040) (Lerson 89%. (Bargmann dan Brundrett, 2020).
et al.,2021).

PEMBAHASAN
Makalah penelitian kedua menghubungkan
dengan fungsi pengarahan kepala ruangan dan Peran perawat merupakan urgensi dalam
kepatuhan perawat dalam melakukan hand penerapan keselamatan. Penerapan
hygiene. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keselamatan pasien merupakan tugas penting
Ada hubungan antara persepsi perawat tentang perawat karena perawat merupakan kelompok
fungsi pengarahan kepala ruangan dengan profesional kesehatan terbesar yang paling
kepatuhan perawat dalam mempraktikkan interaktif dengan pasien (Simana dan Brito,
hand hygiene (Ece et al.,2018). Hasil literature 2016). Perawat juga terbukti dapat membuat
riview menemukan satu makalah mengenai strategi yang sederhana dan efektif untuk
penerapan komunikasi yang efektif yaitu mencegah dan mengurangi risiko insiden
handover. Makalah pertama merupakan keselamatan pasien (Oliveira et al., 2014).
penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Penelitian lain juga menyebutkan bahwa
deskriptif korelasi kepada 40 perawat di ruang perawat juga dapat berfungsi untuk mengenali
rawat inap RSUD Petaa Bumi, Riau, dan menanggapi memburuknya keselamatan
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan pasien (Massey et al., 2017).
bahwa tidak ada hubungan dengan kepatuhan
Memacu perawat untuk meningkatkan
perawat dalam melaksanakan serah terima di
keselamatan pasien, perawat perlu
ruang rawat inap dengan Pvalue =0,407 (P≤
membuat visi yang lebih luas dari sistem
0,05). (Oktopia et al., 2021).
dan proses keselamatan pasien untuk
memastikan keamanan dan kualitas
Makalah mengenai pengurangan risiko jatuh perawatan yang mereka berikan (Simanad
hanya terdapat satu yang melakukan intervensi dan Brito, 2016). Selain itu menurut
pendidikan pasien dan keluarga, penempelan pendapat lainnya perawat perlu juga untuk
isyarat visual dan pemberian kaus kaki anti meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
selip, sabut pengaman serta alarm tempat tidur, dan motivasinya terhadap keselamatan
setelah itu dilakukan penilian risiko jatuh pasien untuk meningkat pelayanan
menggunakan Johns Hopkins Fall Assessment kesehatan (Marthoenis dan Mutiawati,
Tool (JHFAT). Hasil Penelitian menunjukkan 2020). Penelitian lainnya juga
bahwa tingkat jatuh menurun 55% dan
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

berpendapat bahwa semakin tinggi


pengetahuan perawat dan semakin positif
sikap yang mereka miliki, semakin baik
mereka menerapkan keselamatan pasien
(Kartini dan Khoirot, 2017).

Banyak faktor yang mempengaruhi perawat


untuk menerapkan keselamatan pasien
yaitu partisipasi pasien, pengetahuan dan
sikap penyedia layanan kesehatan,
kolaborasi perawat, peralatan dan sistem
elektronik yang sesuai, pendidikan dan
umpan balik, dan standarisasi proses
perawatan (Vaismoradi et al., 2020). Selain
itu terdapat juga pengaruh usia, tingkat
pendidikan, pengalaman
kerja, pengetahuan,
sikap, budaya kerja dan motivasi dengan
penerapan keselamatan pasien oleh perawat
(Nuari dan Susanto, 2020).

Peran kepala ruangan juga memiliki efek


terhadap penerapan keselamatan pasien,
seperti penelitian dilakukan pada beberapa
rumah sakti di Parana, yang menyimpulkan
bahwa walaupun strategi penerapan
keselamatan pasien kontradiktif tapi
memiliki perasaan puas (Reis et al., 2017).
Selain itu, desain kerja juga sangat
berpengaruh terhadap pelaksanaan

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

keselamatan pasien, apabila persepsi kerja insiden selama proses operasi darurat
perawat baik maka pelaksanaan keselamatan (Krismanto dan Jenie, 2021).
pasien akan baik juga (Nugroho dan
Widiyanto, 2020).
Ada banyak faktor perawat tidak
Tindakan operasi merupakan tindakan yang menggunakan SSC di kamar operasi seperti
dilakukan untuk mendiagnosis, mengobati tidak adanya kebijakan mengenai penerapan
penyakit dan deformitas tubuh melalui SSC, kurang sosialisasi mengenai SSC, kurang
pembuatan luka yang dapat mengakibatkan pengetahuan mengenai SSC, kurang sadar
perubahan fisiologis tubuh dan dapat pentingnya penggunaan SSC dan pengisian
mempengaruhi tubuh lainnya (Scholz et al., SSC menjadi beban kerja tambahan
2019). Insiden keselamatan pasien di kamar (Sandrawati et al., 2013). Penelitian lain juga
operasi berkaitan dengan faktor manusia menyebutkan SSC tidak digunakan karena
(Zegers et al., 2011); (Suliburk et al., 2019), membuat beban kerja menjadi lebih berat dan
gangguan komunikasi (Koleva, 2020), kurangnya
gangguan lingkungan (Mentis et al., 2016).
kemampuan tentang implementasi SSC (Gong
et al., 2021). Padahal penggunaan SSC tidak
Untuk mencegah kejadian tersebut disarankan menambah beban kerja dan memiliki efek
menggunakan SSC yang merupakan instrumen mengurangi biaya keseluruhan untuk
keselamatan pasien di kamar operasi yang setiap prosedur
bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dan pembedahan
kerja tim serta kepatuhan berbasis bukti (Papaconstantinou et al., 2013). Untuk
(World Health Organization, 2009). meningkatkan penggunaan SSC di kamar
Penggunaan SSC diperlihatkan pada penelitian operasi diperlukan kepemimpinan yang
lainnya bahwa perawat memiliki pengetahuan optimal, pendelegasian tanggung jawab yang
lebih mengenai SSC di bandingkan dengan jelas dari tenaga kesehatan, kolaborasi antara
tenaga medis lainnya di kamar operasi anggota tim, dukungan kelembagaan dalam
(Amadoru et al., 2019). menyediakan sumber daya manusia dan
materi yang diperlukan (Tostes dan Galvão,
2019).
Terdapat tiga waktu terjadinya insiden
keselamatan pasien di kamar operasi yaitu
sebelum pembiusan, sebelum insisi dan
sebelum pasien meninggalkan kamar operasi
(World Health Organization, 2009).
Penggunaan SSC juga terbukti mengurangi
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
JurnalHealthcareKepemimpinan-Associateddan

ManajemenInfectionsKeperawatan,(HAIs) Vol 5 No 1, Mei 2022 atau biasa


disebut infeksi nasakomial merupakan suatu peristiwa infeksi yang
terjadi pada pasien selama proses
perawatan di fasilitas perawatan kesehatan
(World Health Organization, 2010).
Fasilitas kesehatan apabila pasien terinfeksi
maka bisa menjadi sumber penularan
infeksi ke pasien lain, petugas kesehatan
dan pengunjung (Sydnor dan Perl, 2011).
Infeksi ini terjadi lebih dari 48 sampai 72
jam setelah masuk dan dalam sepuluh hari
setelah keluar dari rumah sakit (Hughes,
2009).

HAIs memiliki efek samping yang


berbahaya yang dapat memperburuk
ketidakmampuan fungsi tubuh dan
menyebabkan stres emosional, serta
meningkatkan morbiditas (Raka, 2010).
HAIs juga dapat memperpanjang lama
perawatan pasien, meningkatkan biaya
rumah sakit, menyebabkan penurunan
kualitas hidup, dan bahkan menyebabkan
kematian pasien (Beattie, 2001). HAIs juga
dapat menyebabkan penyakit mulai dari
infeksi kulit ringan hingga kondisi yang
mengancam jiwa seperti sepsis (Sydnor dan
Perl, 2011).

Kebersihan tangan adalah intervensi yang


paling penting untuk mencegah HAIs, tapi
petugas kesehatan masih banyak tidak
mematuhi prosedur kebersihan tangan yang
direkomendasikan (World Health
Organization, 2016). Walaupun ada
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

penelitian lain yang mengatakan bahwa Permasalahan komunikasi merupakan salah


kebersihan tangan mayoritas sudah diterapkan, satu penyebab insiden keselamatan pasien
tetapi pelaksanaan mencuci tangan terlebih yang tidak berkaitan dengan penyakit atau
dahulu sebelum memakai sarung tangan dan kondisi pasien (Khudeir, 2017). Proses
penggunaan alat pelindung diri masih rendah komunikasi efektif sangat penting untuk
(Utami et al., 2012). Hal ini berbeda pendapat membangun kepercayaan dan keterbukaan
dengan penelitian lainnya, walaupun tingkat yang merupakan karakteristik penting dari
pengetahuan yang cukup, tapi praktik budaya keselamatan pasien (Idris, 2017).
pengendalian infeksi berlangsung secara baik Komunikasi yang tidak efektif terjadi karena
(Fashafsheh et al., 2015). komunikasi antar perawat dan pasien adalah
interaksi yang rumit yang memerlukan respons
dua arah (Griffiths et al., 2009).
Pengetahuan yang kurang pada perawat
mengenai prinsip pengendalian infeksi Menghindari hal tersebut WHO menyarankan
memiliki hubungan yang signifikan mengenai untuk menggunakan komunikasi yang efektif
peningkatan HAIs (Tirivanhu, 2014). Kurang menggunakan Situation, Background,
pelatihan juga menjadi kendala untuk Assessment, Recommendation (SBAR) (Joint
mengendalikan kejadian infeksi di rumah sakit Commission International, 2007).
(Mahmud dan Sahib, 2011). Walaupun SBAR awalnya diimplementasikan dalam
penyedia layanan sudah menyediakan pengaturan perawatan kesehatan dengan maksud
sarana peningkatan untuk meningkatkan komunikasi perawat dan
pengetahuan berupa pelatihan pengendalian dokter dalam situasi perawatan akut, namun hal
dan pencegahan infeksi, tapi hanya 32% ini juga terbukti meningkatkan kepuasan
persen yang menghadiri (Tirivanhu, 2014). komunikasi di antara penyedia layanan
Selain itu, penelitian lainnya juga kesehatan serta persepsi mereka bahwa
menunjukkan bahwa kepatuhan perawat komunikasi lebih tepat (Doucette, 2006);
terhadap pedoman pengendalian infeksi hanya (Woodhall et al., 2008). SBAR
54% di Rumah Sakit Daerah Ridge di Accra, memberikan terbukti bahwa adanya
Ghana (Hayeh dan Esena, 2013). Sangat peningkatan kualitas komunikasi antar profesi
penting untuk menjalankan upaya pencegahan kesehatan yang menjamin peningkatan
yang berkesinambungan untuk pencegahan keamanan perawatan pasien (Raymond dan
terjadinya HAIs (Suchitra dan Lakshmidevi, Harrison, 2014).
2009).

Hambatan komunikasi juga terjadi saat


proses timbang terima. Timbang terima

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


JurnaladalahKepemimpinanprosespenyampaiandanManjemen

Keperawatan,informasi Vol 5 No 1, Mei 2022 spesifik pasien dari satu


kelompok perawatan ke kelompok lainnya yang

bertujuan untuk memastikan kontinuitas


dan keamanan perawatan pasien (Joint
Commission International,
2008). Hambatan
komunikasi terjadi karena struktur
pelaporan hierarkis, jenis kelamin,
pendidikan, latar belakang budaya, stres,
kelelahan, perbedaan etnis, dan struktur
sosial (Daniel dan N-Wilfong, 2014).
Selain itu, kesenjangan informasi dan
kelalaian dalam laporan timbang terima
juga dapat mengakibatkan insiden
keselamatan pasien (Staggers dan Blaz,
2013).

Konsekuensi dari hambatan komunikasi


selama timbang terima adalah kesalahan
pengobatan, rencana pasien yang tidak
akurat, keterlambatan transfer pasien ke
perawatan kritis, keterlambatan keluar dari
rumah sakit, dan terjadinya pengulangan tes
kesehatan (Flemming dan Hübner, 2013).
Pada saat timbang terima informasi yang
disampaikan harus jelas, lengkap, akurat
dan dipahami oleh penerima (Merten et al.,
2017). Selain itu, telah disarankan bahwa
proses timbang terima

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

harus memiliki standar yang jelas dan tenaga menyebabkan insiden jatuh (Zhao (Lucy) dan
kesehatan harus mendapat pelatihan mengenai Kim, 2015).
cara yang paling efektif, aman, memuaskan, dan
efisien untuk melakukan timbang terima (Solet
Perawat juga terbukti memiliki peran kunci
et al., 2005).
dalam upaya menjaga pasien agar tidak terjadi
insiden jatuh selama berada di rumah sakit
Jatuh adalah salah satu insiden yang paling (Dupree et al., 2014). Perawat juga bisa
sering terjadi di rawat inap, dapat berfungsi sebagai pengatur strategi atau
menyebabkan peningkatan biaya perawatan intervensi untuk mencegah insiden jatuh
kesehatan, peningkatan lama tinggal, dan (Quigley dan White, 2013). Penelitian lain
peningkatan risiko kecacatan (Ganz et al., juga berpendapat bahwa pengetahuan dan
2013). Beberapa penelitian setuju bahwa untuk pengalaman perawat juga sangat penting untuk
mencegah insiden jatuh perlu mengidentifikasi mencegah risiko jatuh pada pasien (Luzia et
faktor risiko (Ganz et al., 2013); (Lerdal et al., al., 2018).
2018). Beberapa penelitian juga menekankan
bahwa sangat penting untuk menilai faktor
risiko setiap pasien (Katsulis et al., 2016);
(McKechnie et al., 2016). Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi untuk
pencegahan terjadi insiden jatuh saat pasien
berada di rumah sakit (Twibell et al 2015).

Penilaian risiko jatuh salah satunya adalah


menggunakan skala Morse (Pasa et al., 2017).
Penilaian ini perlu peran aktif perawat selama
pasien berada di rumah sakit (Twibell et al.,
2015). Perawat dapat menggunakan skala
untuk identifikasi pasien risiko jatuh dapat
memungkinkan perawat untuk memiliki
kontrol untuk mencegah pasien jatuh (Hou et
al., 2017). Sehingga perawat perlu melakukan
identifikasi hal yang paling rentan pada pasien
selama di rumah sakit yang dapat
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
Jur al Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
Pengurangan insiden risiko jatuh perlu Studi ini menunjukkan bahwa penerapan
membuat program dan intervensi yang keselamatan pasien dilakukan oleh perawat
berfokus pada pasien, hal ini terbukti dari untuk mencegah insiden keselamatan
19 artikel yang di review oleh (Miake-Lye pasien di rumah sakit. Perawat sebagai
et al., 2013), membukti bahwa tingkat tenaga kesehatan yang dominan dan selalu
keberhasilan adalah 30%. Beberapa berhubungan langsung dengan pasien
tindakan perawat yang sering lalai dalam menjadikannya memiliki peranan yang
mencegah risiko jatuh adalah tidak penting dalam menjalankan keselamatan
melakukan penilaian risiko jatuh setiap pasien. Perlu adanya peningkatan
hari, tidak menyediakan transportasi yang pengetahuan melalui pelatihan, serta
memadai untuk bayi, tidak memverifikasi pemantauan dan evaluasi untuk
obat yang dapat mengubah mobilitas dan menanamkan budaya keselamatan.
keseimbangan, tidak menempatkan anak
dengan riwayat risiko jatuh dekat dengan
UCAPAN TERIMAKASIH
ruangan perawat serta lupa mencatat
evaluasi dan pelaporan insiden (Gurgel et
Terimakasih kepada semua pihak yang
al., 2017).
telah membantu penulis dalam penelitian
ini dan kepada Akper Kesdam
SIMPULAN VI/Tanjungpura Banjarmasin yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas untuk
melakukan penelitian ini.

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

REFERENSI

Alhidayah, T, Susilaningsih, F. S., & ...


(2018). Literature Review: Patient
Safety Implementation By Nurse in
Hospital. … on Heath Care …, 138.

Alhidayah, Taufik, Susilaningsih, F. S., &


Somantri, I. (2020). Factors Related
with Nurse Compliance in the
Implementation of Patient Safety
Indicators at Hospital. Jurnal

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Keperawatan Indonesia, 23(3), 170– 183. Nursing, 36(11), 50–53.


https://doi.org/10.7454/jki.v23i3.975
https://doi.org/10.1097/00152193
Amadoru, S. D. S., Perera, K. Y. D., Amjed, D. - 200611000-00037
M. M. L.
Dupree, E., Fritz-Campiz, A., & Musheno, D.
A., Chaminda, J. L. P., & Kandamby, H. (2014). A new approach to preventing
G. I. T. (2019). User related factors in falls with injuries. Journal of Nursing
implementation of WHO surgical safety
Care Quality, 29(2), 99–102.
checklist (SSC). Journal of the Ruhunu
https://doi.org/10.1097/NCQ.0000000000
Clinical Society, 24(1), 32. 00 0050
https://doi.org/10.4038/jrcs.v24i1.65
Ece, Syahrul, & Rachmawaty, R. (2018).
Bargmann, A. L., & Brundrett, S. M. (2020).
Indonesian Journal of Nursing Research
Implementation of a Multicomponent Fall
(IJNR)Persepsi Perawat Terhadap Fungsi
Prevention Program: Contracting with
Pengarahan Kepala Ruang tentang
Patients for FallSafety. Military Medicine,
Kepatuhan dalam Menjalankan Hand
185, 28–34. Hygiene di Ruang Rawat Inap. Jurnal
https://doi.org/10.1093/milmed/usz411 Ilmiah Keperawatan, 1(2).
Beattie, M. (2001). A Guide to Infection Elhamid, E. A. A., Abdallah, N. E. E., &
Control in the Hospital. In Australian Elrahman, S. M.
Infection Control (Vol. 6, Issue 3). A. (2020). Nurses’ compliance to patient
https://doi.org/10.1071/hi01102 and environmental safety guidelines in
Canadian Nurse Association. (2019). Joint critical care units. International Journal of
Positon Statement. Joint Position Advanced Nursing Studies,
Statement Patient Safety CNA and CFNU. 9(2), 61.

Daniel, L., & N-Wilfong, D. (2014). https://doi.org/10.14419/ijans.v9i2.29726


Empowering interprofessional teams to
Fashafsheh, I., Ayed, A., Eqtait, F., &
perform effective handoffs through online
Harazneh, L. (2015). Knowledge and
hybrid simulation education. Critical
Practice of Nursing Staff towards
Care
Infection Control Measures in the
Nursing Quarterly, 37(2), 225–
Palestinian Hospitals. 6(4), 79–91.
229.
https://doi.org/10.1097/CNQ.0000000000 Flemming, D., & Hübner, U. (2013). How to

00 0023 improve change of shift handovers and


collaborative grounding and what role
Doucette, J. N. (2006). View from the cockpit.
does the electronic patient record system
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
Jurnalplay?KepemimpinanResults danof ManajemensystematicKeperawliteraturetan,Vol 5 No 1, Mei 2022
Journal of Medical Informatics, 82(7), 580–
review. International
592.
https://doi.org/10.1016/j.ijmedinf.2013 .03.0
04

Ganz, D. a., Huang, C., Saliba, D., Shier,


V., Berlowitz, D., VanDeusen Lukas,
C., Pelczarski, K., Schoelles, K.,
Wallace, L. C., & Neumann, P.
(2013). Preventing falls in hospitals: A
toolkit for improving quality of care.
Agency for Healthcare Research and
Quality, AHRQ Publication No.
13-0015-EF.
https://doi.org/AHRQ Publication No.
13- 0015-EF

Gong, J., Ma, Y., An, Y., Yuan, Q., Li, Y., &
Hu, J. (2021).
The surgical safety checklist: a
quantitative study on attitudes and
barriers among gynecological surgery
teams. BMC Health Services
Research, 21(1),
1–9.
https://doi.org/10.1186/s12913-021-
07130- 8

Griffiths, P., Renz, A., Hughes, J., &


Rafferty, A. M. (2009). Impact of
organisation and management factors
on infection control in hospitals: a
scoping review. Journal of Hospital
Infection, 73(1), 1–
14.
https://doi.org/10.1016/j.jhin.2009.05.
003

Gurgel, S. D. S., Ferreira, M. K. M.,

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jur Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
Sandoval, L. J. S., Hughes, R. (2009). Patient Safety and
Araújo, P. R., Galvão, M. T. G., & Quality: An Evidence-Based
Lima, F. E. T. (2017). Nursing Handbook for Nurses. AORN Journal,
competences in 90(4), 601–
the prevention of falls in 602.
children in light of the galway https://doi.org/10.1016/j.aorn.2009.09.014
consensus. Nursing Competences in Hutagaol, L., Suryani, Y., Rohayani, L.,
the Prevention of Falls in Children in Setiawan, A., & Murtiningsih. (2021).
Light of the Galway Consensus, Faktor-Faktor Yang Berhubungan
26(4), 1–9. Dengan Kepatuhan Perawat
https://doi.org/10.1590/0104-
070720170003140016

Hastuti, Y. D., Chasani, S., & Ardani, M. H.


(2020). Vol
. 5 No . 2 Nopember 2020 p-ISSN
2540-7937 e- ISSN 2541-464X
FACTORS INFLUENCING NURSES ’
COMPLIANCE WITH PATIENT
SAFETYPOLICIES IN. 5(2).

Hayeh, P. A., & Esena, R. K. (2013).


Infection Prevention and Control
Practices among Health Workers at
Ridge Regional Hospital in Accra
Ghana. International Journal of
Health Sciences and Research,
3(August), 47–55.

Hou, W. H., Kang, C. M., Ho, M. H., Kuo, J.


M. C., Chen,
H. L., & Chang, W. Y. (2017).
Evaluation of an inpatient fall risk
screening tool to identify the most
critical fall risk factors in inpatients.
Journal of Clinical Nursing, 26(5–6),
698–706.
https://doi.org/10.1111/jocn.13510

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Dalam Pelaksanaan Sop Bundle https://doi.org/10.1016/j.apergo.2016.03.


Healthcare Associated Infections (HAIs) 01 1
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Advent Bandung. Jurnal Nursing, 12(2),
(2017). Peraturan Menteri Kesehatan
3–4.
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
Idris, H. (2017). Dimension of Patient Safety 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Culture Dimensi Budaya Keselamatan
Pasien. Jurnal Ilmu Kesehatan
Khudeir, H. (2017). Barriers in Palliative Care:
Masyarakat, 8(1), 1–9.
Means to Integrate It into Health Care
Indonesia, K. K. R. (2021). Profil Kesehatan Mainstream. Journal of Education and
Indonesia 2020. In Kementrian Kesehatan Practice, 8(3), 175– 179.
Republik Indonesia.
Koleva, S. I. (2020). A literature review
Joint Commission International. (2007). JCIA exploring common factors contributing to
standars for hospitals 3rd edition. Never Events in surgery. Journal of
Perioperative Practice, 30(9), 256– 264.
Joint Commission International. (2008).
Handoff Communications: Toolkit for
Implementing the National Patient Safety https://doi.org/10.1177/175045891988618
Goal. Oak Brook, IL: Joint Commission 2
Resources,.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).

Kartini, Y., & Khoirot, R. (2017). The (2018). Instrumen Survei Standar

Correlation Between The Nurse’s Nasional Akreditasi Rumah Sakit. In

Knowledge, Attitude, And The Kementerian Kesehatan Republik

Implementation Of Patient Safety In The Indonesia (Vol. 1, Issue 1, pp. 1–697).

In-Patient Ward Of Rumah Sakit Islam


Krismanto, J., & Jenie, I. M. (2021). Evaluasi
Surabaya. Proceeding of Surabaya
Penggunaan Surgical Safety Checklist
International Health Conference.
Terhadap Kematian Pasien Setelah

Katsulis, Z., Ergai, A., Leung, W. Y., Laparotomi Darurat Di Kamar Operasi.

Schenkel, L., Rai, A., Adelman, J., Journal of Telenursing (JOTING), 3(Vol

Benneyan, J., Bates, D. W., & Dykes, P. 3 No 2 (2021): Journal of Telenursing

C. (2016). Iterative user centered design (JOTING)), 390–400.

for development of a patient-centered fall Lerdal, A., Sigurdsen, L. W., Hammerstad, H.,
prevention toolkit. Applied Ergonomics, Granheim, T. I., & Gay, C. L. (2018).
56, 117–126. Associations

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
between patient symptoms and falls in Hospital in the City of Kirkuk. 24(1),

an acute care hospital: A cross- 52–58.

sectional study. Journal of Clinical Marthoenis, ., & Mutiawati R, E. (2020).


Nursing, 27(9–10), 1826–1835. The Implementation of Patient Safety
https://doi.org/10.1111/jocn.14364 by Nurses at Inpatient Rooms of
Levett-Jones, T., Andersen, P., Bogossian, Community Health Centers. April,
F., Cooper, S., Guinea, S., Hopmans, 136–
R., McKenna, L., Pich, J., Reid-Searl, 140.
K., & Seaton, P. (2020). A cross-
https://doi.org/10.5220/000839550136014
sectional survey of nursing students’
0
patient safety knowledge. Nurse
Education Today, 88, 104372. Massey, D., Chaboyer, W., & Anderson, V.
(2017). What factors influence ward
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2020.10437
nurses’ recognition of and response to
2
patient deterioration? An integrative
Liberati, A., Altman, D. G., Tetzlaff, J.,
review of the literature. Nursing Open,
Mulrow, C., Gotzsche, P. C.,
4(1), 6–23.
Ioannidis, J. P. A., Clarke, M.,
https://doi.org/10.1002/nop2.53
Devereaux, P. J., Kleijnen, J., &
Moher, D. (2009). The PRISMA McKechnie, D., Pryor, J., & Fisher, M. J.
(2016). Predicting falls: considerations
statement for reporting systematic
reviews and meta-analyses of studies for screening tool selection vs.

that evaluate healthcare interventions: screening tool development. Journal

explanation and elaboration. Bmj, of Advanced Nursing, 72(9), 2238–

339(jul21 1), b2700–b2700. 2250. https://doi.org/10.1111/jan.12977

https://doi.org/10.1136/bmj.b2700 Mentis, H. M., Chellali, A., Manser, K.,


Cao, C. G. L., & Schwaitzberg, S. D.
Luzia, M. de F., Argenta, C., Almeida, M.
(2016). A systematic review of the
de A., & Lucena, A. de F. (2018).
effect of distraction on surgeon
Conceptual definitions of
indicators for the nursing performance: directions for operating
room policy and surgical training.
outcome “Knowledge: Fall
Surgical Endoscopy, 30(5),
Prevention.” Revista Brasileira
1713–1724.
de Enfermagem, 71(2), 431–439.
https://doi.org/10.1007/s00464-015-
https://doi.org/10.1590/0034-7167-
4443-z
2016- 0686
Merten, H., Van Galen, L. S., & Wagner, C.
(2017). Safe handover. BMJ (Online),

Mahmud, N. A., & Sahib, H. A. (2011).


Precautions in Azady Teaching
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
Jurnal359Kepemimpinan, dan Manajemen Keperawatan,1–5. Vol 5 No 1, Mei 2022

https://doi.org/10.1136/bmj.j4328

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Miake-Lye, I. M., Hempel, S., Ganz, D. A., & https://doi.org/10.5935/1414-


Shekelle, P. 8145.20140018
G. (2013). Inpatient fall prevention Papaconstantinou, H. T., Smythe, W. R.,
programs as a patient safety strategy: A Reznik, S. I., Sibbitt, S., & Wehbe-Janek,
systematic review. Annals of Internal
H. (2013). Surgical safety checklist and
Medicine, 158, 390– 396. operating room efficiency: Results from a
https://doi.org/10.7326/0003-4819- 158- large multispecialty tertiary care hospital.
5-201303051-00005 American Journal of Surgery, 206(6),
Nuari, N. A., & Susanto, S. (2020). 853–
Implementation of surgical patient safety 860.
by nurses in hospital. Proceedings of the https://doi.org/10.1016/j.amjsurg.2013.08.
International Conference on Industrial 0 16
Engineering and Operations
Pasa, T. S., Magnago, T. S. B. D. S.,
Management, 59, 2960–2968.
Urbanetto, J. D. S., Baratto, M. A. M.,

Nugroho, S. H. P., & Widiyanto, P. (2020). Morais, B. X., & Carollo, J. B. (2017).

The Implementation of Patient Safety by Risk assessment and incidence of falls in


Nurses Based on Work Design. JMMR adult hospitalized patients. Revista

(Jurnal Medicoeticolegal Dan Latino- Americana de

Manajemen Rumah Sakit), 9(3), Enfermagem, 25.

248–256. https://doi.org/10.1590/1518
- 8345.1551.2862
https://doi.org/10.18196/jmmr.93136
Quigley, P. A., & White, S. V. (2013).
Oktopia, P. W., Erianti, S., & Indra, R. L.
Hospital-based fall program measurement
(2021). Hubungan Motivasi Dengan
and improvement in high reliability
Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam
organizations. Online J Issues Nurs.
Melaksanakan Handover Di Ruang Rawat
Raka, L. (2010). Prevention and control of
Inap. Jurnal Medika Hutama, 02.
hospital- related infections in low and
Oliveira, R. M., Leitão, I. M. T. de A., Silva, middle. Open Infectious Diseases
L. M. S. da, Figueiredo, S. V., Sampaio, Journal, 4(SPEC. ISSUE 1), 125–131.
R. L., & Gondim, M.
M. (2014). Strategies for promoting https://doi.org/10.2174/187427930100402

patient safety: from the identification of 0 125

the risks to the evidence-based practices. Raymond, M., & Harrison, M. C. (2014). The
Escola Anna Nery - Revista de structured communication tool SBAR
Enfermagem, 18(1), 122–129.
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
(Situation, Background, Assessment operating theatres for improving
and Recommendation) improves process quality and patient outcomes:

communication in neonatology. South A systematic review. Systematic

African Medical Journal, 104(12), Reviews, 8(1), 1–6.

850– https://doi.org/10.1186/s13643-018-

852. 0937-9

Simana, A. G., & Brito, M. J. M. (2016).


https://doi.org/10.7196/SAMJ.8684
Changes in nursing practice to
Reis, G. A. X. dos, Hayakawa, L. Y., improve patient safety. 37, 1–9.
Murassaki, A. C. Y., Matsuda, L. M.,
Gabriel, C. S., & Oliveira, M. L. F. de. Solet, D. J., Norvell, J. M., Rutan, G. H., &

(2017). Nurse manager perceptions of Frankel, R. M. (2005). Lost in

patient safety strategy implementation translation: Challenges and

TT - Implantacion de las estrategias de opportunities in physician-to-

seguridad del paciente: percepciones physician communication

de enfermeros gestores TT - during patient

Implantação das estratégias de handoffs. Academic

segurança do paciente: percepções de Medicine, 80(12), 1094–

enfermeiros . Texto &amp; Contexto 1099.

Enferm, 26(2), e00340016– https://doi.org/10.1097/00001888-

e00340016. 200512000-00005

Roussel, L., Swansburg, R. J., & Staggers, N., & Blaz, J. W. (2013). Research

Swansburg, R. C. (2008). on nursing handoffs for medical and

Management and leadership for nurse surgical settings: An integrative

administrators. (M. J. and B. P. review. Journal of Advanced Nursing,

Sudbury (ed.)). 69(2), 247–


262.
Sandrawati, J., Supriyanto, S., & R, T. N. https://doi.org/10.1111/j.1
(2013). Rekomendasi Untuk 365- 2648.2012.06087.x
Meningkatkan Kepatuhan Penerapan
Storesund, A., Haugen, A. S., Flaatten, H.,
Surgical Safety Checklist Di Kamar
Nortvedt, M. W., Eide, G. E.,
Bedah. Buletin Penelitian Sistem
Boermeester, M. A., Sevdalis, N.,
Kesehatan, 17(1), 71–79.
Tveiten, Ø., Mahesparan, R., Hjallen,
Scholz, R., Hönning, A., Seifert, J., B. M., Fevang, J. M., Størksen, C. H.,
Spranger, N., & Stengel, D. (2019). Thornhill, H. F., Sjøen, G. H.,
Effectiveness of architectural Kolseth, S. M., Haaverstad, R., Sandli,
separation of septic and aseptic O. K., & Søfteland, E. (2020). Clinical
Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur
JurnalEfficacyKepemimpinanofCombineddanManajemenSurgicalKeperawatan,Patient Vol 5 No

1, Mei 2022 Safety System and the World Health

Organization’s Checklists in Surgery:


A Nonrandomized Clinical Trial.
JAMA Surgery, 155(7), 562–570.
https://doi.org/10.1001/jamasurg.2020.
0989

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Indrayadi Indrayadi / Perawat dan Keselamatan Pasien: Studi Tinjauan Literatur


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Suchitra, J. B., & Lakshmidevi, N. (2009). 10


Hospital- acquired infections: Are
Tirivanhu, C. (2014). Barriers to infection
prevention strategies matching prevention and control (IPC) practice
incidence rates? Healthcare Infection, among nurses at Bindura Provincial
14(1), Hospital, Zimbabwe. IOSR Journal of
21 Nursing and Health Science, 3(1), 69–
–25. 73. https://doi.org/10.9790/1959-
https://doi.org/10.1071/HI09001 03146973
Suliburk, J. W., Buck, Q. M., Pirko, C. J., Tostes, M. F. do P., & Galvão, C. M.
Massarweh, N. N., Barshes, N. R., (2019). Implementation process of the
Singh, H., & Rosengart, T. K. (2019). surgical safety checklist: Integrative
Analysis of Human Performance review. Revista Latino- Americana de Enferm
Deficiencies Associated with Surgical
Adverse Events. JAMA https://doi.org/10.1590/1

Network Open, 2(7), 1–12. 518- 8345.2921.3104

https://doi.org/10.1001/jamanetworko Twibell, R. S., Siela, D., Sproat, T., &


pen.2 019.8067 Coers, G. (2015). Percetions related

Suryani, L., Kurniawan, R., & Perdani, A. to Falls and Fall Prevention among

L. (2021). Factors Associated with the HosPitalized adults. 24(5), 78–85.

Implementation of Patient Safety at X Utami, A. N. T., Sulaksmono, M., &


Hospital, Karawang, Indonesia. KnE Triyono, E. A. (2012). Implementation
Life Sciences, 2021, 624–629. of Safety Work for
https://doi.org/10.18502/kls.v6i1.8660

Sydnor, E. R. M., & Perl, T. M. (2011).


Hospital epidemiology and infection
control in acute- care settings.
Clinical Microbiology Reviews, 24(1),
141–
173.
https://doi.org/10.1128/CMR.00027-
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Nurse in Handling Hiv/Aids Patients. Safe

Folia Medica Indonesiana, 48(1), 32– Surgery.

36. https://doi.org/10.6224/JN.58.3.12

Vaismoradi, M., Tella, S., Logan, P. A., World Health Organization. (2010).

Khakurel, J., & Vizcaya-Moreno, WHO best practices for injections

F. (2020). Nurses’ adherence to and related procedures toolkit. Safe

patient safety principles: A Injection Global Network (SIGN),

systematic review. International 1–51.

Journal of Environmental World Health Organization. (2016).


Research and Public Health, Health Care Without Avoidable
17(6), 1–15. Infection. The Critical Role of
https://doi.org/10.3390/ijerph1706 Infection Prevention and Control.
2028 WHO.

WHO. (2019). Patient Safety Fact File: Zegers, M., de Bruijne, M. C., de
Patient Safety and Risk Keizer, B., Merten, H.,
Management Service Delivery and Groenewegen, P. P., van der Wal,
Safety. World Health G., & Wagner,
Organization, REPORT, 10. C. (2011). The incidence, root-
causes, and outcomes of adverse
Woodhall, L. J., Vertacnik, L., &
eventsinsurgicalunits:
McLaughlin, M. (2008).
Implication for potential
Implementation of the SBAR
prevention strategies. Patient
Communication Technique in a
Safety in Surgery, 5(1), 1–11.
Tertiary Center. Journal of
https://doi.org/10.1186/1754-9493-
Emergency Nursing, 34(4), 314–
5-13
317.
https://doi.org/10.1016/j.jen.2007.07.0 Zhao (Lucy), Y., & Kim, H. (2015).
07 Older Adult Inpatient Falls in
Acute Care Hospitals. Journal of
World Health Organization. (2009).
Gerontological Nursing, 41(7),
WHO Guidelines for
29–43.
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin

keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dna kesehatan

kerja maka para pihak diharapkan sanggup melaksanakan pekerjaan dengan kondusif dan

nyaman. Pekerjaan dikatakan kondusif bila resiko yang mungkin muncul dari apapun yang

dilakukan oleh pekerja tersebut dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman bila para pekerja

yang bersangkutan sanggup melaksanakan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga

tidak gampang capek.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek proteksi tenaga kerja yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi

pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai

ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan

kesehatan kerja sanggup diharapkan untuk membuat kenyamanan kerja dan keselamatan kerja

yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada

faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.

Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian

rupa, tetapi dalam praktiknya tidak menyerupai yang diharapkan. Begitu banyak faktor di

lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja menyerupai faktor manusia,

lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

dan kesehatan kerja. Begitu banyak gosip kecelakaan kerja yang sanggup kita saksikan. Dalam

makalah ini kemudian akan dibahas mengenai hukum dan administrasi kesehatan dan

keselamatan kerja serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil yang didapat, rumusan dilema dalam pembuatan makalah ini adalah:

1. Apakah yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja?

2. Apakah dasar aturan kesehatan dan keselamatan kerja?

3. Apakah yang dimaksud dengan administrasi kesehatan dan keselamatan kerja?

4. Apakah tujuan dan target dari administrasi kesehatan dan keselamatan kerja?

5. Bagaimanakah proses sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja?

6. Apa yang menjadi prinsip dasar sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja?

7. Apa saja elemen dari sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja?

8. Apakah pedoman penerapan sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja?

C.Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan keselamatan dan kesehatan kerja

2. Mengetahui dasar aturan dalam kesehatan dan keselamatan kerja

3. Mengetahui administrasi kesehatan dan keselamatan kerja

4. Mengetahui tujuan dan target dari administrasi kesehatan dan keselamatan kerja

5. Mengetahui proses sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja

6. Mengetahui prinsip dasar sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja

7. Mengetahui elemen dari sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja

8. Mengetahui pedoman penerapan sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

BAB II

PEMBAHASAN

A. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya

dan insan pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.

Sedangkan pengertian secara keilmuan ialah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam

perjuangan mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akhir kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak sanggup dipisahkan dengan proses produksi

baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka

menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang menjadikan pula meningkatnya

resiko kecelakaan di lingkungan kerja.

Hal tersebut juga menjadikan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah

terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan

itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun

1969 wacana pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan

menjadi UU No.12 tahun 2003 wacana ketenaga kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh

mempunyai hak untuk memperoleh proteksi atas keselamatan dan kesehatan kerja, watak dan

kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk

mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di

bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi

kemajuan dan perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut ialah Undang-undang No.1 tahun 1970 wacana keselamatan kerja yang

ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air,

di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan aturan Republik Indonesia.

Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari

perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,

penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan pegawanegeri

produksi yang mengandung dan sanggup menimbulkan ancaman kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih

banyak kekurangan dan kelemahannya lantaran terbatasnya personil pengawasan, sumber daya

insan kesehatan dan keselamatan kerja serta sarana yang ada. Oleh lantaran itu, masih

diharapkan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga kesehatan dan keselamatan kerja

yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan kawan sosial guna

membantu pelaksanaan pengawasan norma kesehatan dan keselamatan kerja biar terjalan dengan

baik.

B. DASAR HUKUM KESEHATAN, DAN KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan kepingan yang sangat penting dalam

ketenagakerjaan. Oleh lantaran itu, dibuatlah aneka macam ketentuan yang mengatur wacana

kesehatan dan keselamatan kerja, diantaranya:

1. Undang-undang No.13 Tahun 2003 wacana Ketenaga Kerjaan, dalam Pasal 87 ayat 1

mengamanatkan bahwa: Setiap Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

2. Undang-undang No.1 Tahun 1970 wacana Keselamatan Kerja, yang memuat ketentuan-

ketentuan pokok mengenai penerapan dan pelaksanaan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan

kerja sebagai berikut :

TENTANG ISTILAH-ISTILAH

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan :

(1) "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,

dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu

perjuangan dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber ancaman sebagaimana diperinci

dalam pasal 2; termasuk kawasan kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan

sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berafiliasi dengan kawasan kerja

tersebut;

(2) "pengurus" ialah orang yang mempunyai kiprah memimpin eksklusif sesuatu kawasan kerja atau

bagiannya yang berdiri sendiri;

(3) "pengusaha" ialah :

a. orang atau tubuh aturan yang menjalankan sesuatu perjuangan milik sendiri dan untuk keperluan

itu mempergunakan kawasan kerja;

b. orang atau tubuh aturan yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu perjuangan bukan

miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan kawasan kerja;

c. orang atau tubuh hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau tubuh aturan termaksud pada

(a) dan (b), jikalau yang diwakili berkedudukan di luar Indonesia.

(4) "direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan Undang-

undang ini;
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

(5) "pegawai pengawas" ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja;

(6) "ahli keselamatan kerja" ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga

Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.

RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala kawasan kerja, baik di

darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam

wilayah kekuasaan aturan Republik Indonesia.

(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam kawasan kerja di mana :

a. dibuat, dicoba, digunakan atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau

instalasi yang berbahaya atau sanggup menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;

b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan materi atau

barang yang : sanggup meledak, gampang terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi,

bersuhu tinggi;

c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pencucian atau pembongkaran rumah, gedung

atau bangunan lainnya, termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan dibawah tanah

dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan;

d. dilakukan perjuangan : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan

kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;

e. dilakukan perjuangan pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih logam

lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi,

maupun di dasar perairan; dilakukan pengangkutan barang, hewan atau manusia, baik di daratan,

melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara;


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

g. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu,

dermaga, dok, stasiun atau gudang;

h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;

i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;

j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;

k. dilakukan pekerjaan yang mengandung ancaman tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan

benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;

l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;

m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin,

cuaca, sinar atau radiasi, bunyi atau getaran;

n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;

o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau telepon;

p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang

menggunakan alat teknis;

q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas,

minyak atau air;

r. diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang menggunakan

peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

(3) Dengan peraturan perundangan sanggup ditunjuk sebagai kawasan kerja, ruangan-ruangan atau

lapangan-lapangan lainnya yang sanggup membahayakan keselamatan atau kesehatan yang

bekerja dan atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan sanggup dirubah perincian

tersebut dalam ayat (2).

SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Pasal 3

(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :

a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c. mencegah dan mengurangi ancaman peledakan;

d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-

kejadian lain yang berbahaya;

e. memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. memberi alat-alat proteksi diri pada para pekerja;

g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,

asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, bunyi dan getaran;

h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akhir kerja baik physik maupun psychis,

peracunan, benjol dan penularan;

i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;

n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;

o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang;

q. mencegah terkena fatwa listrik yang berbahaya;


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang ancaman kecelakaannya

menjadi bertambah tinggi.

(2) Dengan peraturan perundangan sanggup dirubah perincian menyerupai tersebut dalam ayat (1)

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-

pendapatan gres di kemudian hari.

Pasal 4

(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan,

pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,

pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknik dan pegawanegeri produksi yang

mengandung dan sanggup menimbulkan ancaman kecelakaan.

(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan

yang disusun secara teratur,jelas dan simpel yang meliputi bidang konstruksi, bahan, pengolahan

dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan, pengepakan

atau pembungkusan, pemberian tandatanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan

pegawanegeri produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan

tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.

(3) Dengan peraturan perundangan sanggup dirubah perincian menyerupai tersebut dalam ayat (1)

dan (2) : dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan

mentaati syaratsyarat keselamatan tersebut.

PENGAWASAN

Pasal 5
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

(1) Direktur melaksanakan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para

pegawai pengawas dan andal keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan eksklusif

terhadap ditaatinya Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.

(2) Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan andal keselamatan kerja dalam

melaksanakan Undang-undang ini diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 6

(1) Barangsiapa tidak sanggup mendapatkan keputusan administrator sanggup mengajukan

permohonan banding kepada Panitia Banding.

(2) Tata-cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, kiprah Panitia Banding dan lain-

lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

(3) Keputusan Panitia Banding tidak sanggup dibanding lagi.

Pasal 7

Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus membayar retribusi

berdasarkan ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 8

(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari

tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat

pekerjaan yang diberikan padanya.

(2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya,

secara terjadwal pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.

(3) Norma-norma mengenai pengujian keselamatan ditetapkan dengan peraturan perundangan.

PEMBINAAN

Pasal 9
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

(1) Pengurus diwajibkan memperlihatkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja gres wacana :

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang sanggup timbul dalam kawasan kerjanya;

b. Semua pengamanan dan alat-alat proteksi yang diharuskan dalam kawasan kerjanya;

c. Alat-alat proteksi diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;

d. Cara-cara dan perilaku yang kondusif dalam melaksanakan pekerjaannya.

(2) Pengurus hanya sanggup mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa

tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.

(3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di

bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta

peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada

kecelakaan.

(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang

berlaku bagi perjuangan dan kawasan kerja yang dijalankannya.

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pasal 10

(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan

Kerja guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari

pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan

kiprah dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka

melancarkan perjuangan berproduksi.

(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, kiprah dan lain-lainnya ditetapkan

oleh Menteri Tenaga Kerja.

KECELAKAAN
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Pasal 11

(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam kawasan kerja yang

dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

(2) Tata-cara pelaporan dan investigasi kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur

dengan peraturan perundangan.

KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA

Pasal 12

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau andal

keselamatan kerja;

b. Memakai alat-alat proteksi diri yang diwajibkan;

c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;

d. Meminta pada pengurus biar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang

diwajibkan;

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja

serta alat-alat proteksi diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus

ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih sanggup dipertanggung-

jawabkan.

KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA

Pasal 13

Barangsiapa akan memasuki sesuatu kawasan kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk

keselamatan kerja dan menggunakan alat-alat proteksi diri yang diwajibkan.


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

KEWAJIBAN PENGURUS

Pasal 14

Pengurus diwajibkan :

a. Secara tertulis menempatkan dalam kawasan kerja yang dipimpinnya,

semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua

peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi kawasan kerja yang bersangkutan, pada tempat-

tempat yang gampang dilihat dan terbaca dan berdasarkan petunjuk pegawai pengawas atau

andal keselamatan kerja;

b. Memasang dalam kawasan kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang

diwajibkan dan semua materi pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang gampang dilihat dan

terbaca berdasarkan petunjuk pegawai pengawas atau andal Keselamatan Kerja;

c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat proteksi diri yang diwajibkan pada tenaga kerja

yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki

kawasan kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diharapkan berdasarkan petunjuk

pegawai pengawas atau andal keselamatan kerja.

KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut dengan peraturan

perundangan.

(2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) sanggup memperlihatkan ancaman pidana atas

pelanggaran peraturannya dengan eksekusi kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda

setinggitingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).

(3) Tindak pidana tersebut ialah pelanggaran.


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Pasal 16

Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu Undang-

undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di didalam satu tahun setelah Undang-undang ini

mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan berdasarkan atau berdasarkan Undang-

undang ini.

Pasal 17

Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang-undang ini belum

dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu Undang-

undang ini mulai berlaku, tetapi berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang

ini.

Pasal 18

Undang-undang ini disebut "UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA" dan mulai

berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaya setiap orang sanggup mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

3. Peraturan Pemerintah RI No.50 Tahun 2012, wacana Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja. Dalam Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2 menyatakan bahwa: Setiap

- Mempekerjakan pekerja / buruh paling sedikit 100 (seratus) orang, atau

- Mempunyai tingkat potensi ancaman tinggi

4. Permenaker No.5 Tahun 1996 wacana Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3)
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

C. MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Manajemen ialah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan

mempergunakan proteksi orang lain. Hal tersebut diharapkan sanggup mengurangi dampak

kelalaian atau kesalahan (malprektek) serta mengurangi penyebaran eksklusif dampak dari

kesalahan kerja. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ialah satu bentuk kegiatan dalam

upaya untuk membuat lingkungan dan kawasan kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga sanggup mengurangi kemungkinan terjadi kecelakaan kerja, sehingga

pelaksanaan kerja sanggup dilakukan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan

organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibagi kegiatan atau fungsi administrasi tesebut

menjadi :

a. Planning (perencanaan)

b. Organizing (organisasi)

c. Actuating (pelaksanaan)

d. Controlling (pengawasan)

1. Planning (Perencanaan)

Fungsi perencanaan merupakan salah satu fungsi administrasi yang perlu menerima

perhatian, lantaran dari perencanaan yang baik sanggup diharapkan terlaksananya fungsi

administrasi lainnya dengan baik, lantaran semua fungsi administrasi berkaitan satu sama lain.

Pelaksanaan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja menjadi kurang terarah apabila tidak ada

perencanaan yang baik. Begitu pula fungsi pengawasan akan berjalan dengan baik kalau

perencanaan sudah baik.


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Fungsi perencanaan ialah suatu perjuangan memilih kegiatan yang akan dilakukan di

masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini ialah keselamatan

dan kesehatan kerja di laboratorium. Dalam perencanaan, kegiatan yang ditentukan meliputi :

a. apa yang dikerjakan

b. bagaimana mengerjakannya

c. mengapa mengerjakan

d. siapa yang mengerjakan

e. kapan harus dikerjakan

f. di mana kegiatan itu harus dikerjakan

Kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja kini tidak lagi hanya di bidang pelayanan,

tetapi sudah meliputi kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-

metoda yang digunakan makin banyak ragamnya, semuanya menimbulkan resiko ancaman yang

sanggup terjadi makin besar. Oleh lantaran itu usaha-usaha pengamanan kerja harus ditangani

secara serius oleh organisasi keselamatan kerja.

2. Organizing (organisasi)

Fungsi perngorganisasian ialah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya insan dan

sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan planning yang telah

ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan. Contoh fungsi pengorganisasian dalam

managemen kesehatan dan keselamatan kerja antara lain :

1. Menyusun garis besar pedoman kesehatan dan keselamatan kerja

2. Memberikan bimbingan, penyuluhan, training dan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja

3. Menentukan pelaksanaan pedoman pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

4. Memberikan rekomendasi untuk materi pertimbangan pengambilan keputusan berkait kesehatan

dan keselamatan kerja

5. Mengatasi dan mencegah meluasnya ancaman yang ditimbulkan di kawasan kerja

3. Actuating (pelaksanaan)

Fungsi pelaksanaan atau penggerakan ialah kegiatan mendorong semangat kerja

bawahan, mengerahkan acara bawahan, mengkoordinasikan aneka macam acara bawahan

menjadi acara yang kompak (sinkron), sehingga semua acara bawahan sesuai dengan planning

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pelaksanaan acara kesehatan dan keselamatan kerja sasarannya ialah kawasan kerja yang

kondusif dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja wajib mengetahui dan memahami

semua hal yang diperkirakan akan sanggup menjadi sumber kecelakaan kerja dalam, serta

mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan

penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi aneka macam peraturan atau

ketentuan dalam menangani aneka macam spesimen reagensia dan alat-alat. Jika dalam

pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan,

maka menjadi kiprah manajer untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.

4. Controlling (pengawasan)

Fungsi pengawasan ialah acara yang mengusahakan biar pekerjaan-pekerjaan terealisasi

sesuai dengan planning yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk sanggup

menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :

a. adanya rencana

b. adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya ialah sosialisasi wacana perlunya

disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama. Sosialisasi perlu dilakukan

terus menerus, lantaran perjuangan pencegahan ancaman yang bagaimanapun baiknya akan sia-

sia bila peraturan diabaikan

Tujuan dan Sasaran Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Tujuan dan target SMK3 ialah terciptanya sistem kesehatan dan keselamatan kerja di

kawasan kerja yang melibatkan segala pihak sehingga sanggup mencegah dan mengurangi

kecelakaan dan penyakit akhir kerja dan terciptanya kawasan kerja yang aman, efisien, dan

produktif. Karena sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja bukan hanya tuntutan

pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggungjawab

pengusaha untuk menyediakan kawasan kerja yang kondusif bagi pekerjanya.

Selain itu penerapan sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja juga

mempunyai banyak manfaat bagi industri kita antara lain : Manfaat langsung:

- Mengurangi jam kerja yang hilang akhir kecelakaan kerja

- Menghindari kerugian material dan jiwa akhir kecelakaan kerja

- Menciptakan kawasan kerja yang efisien dan produktif lantaran tenaga kerja merasa kondusif

dalam bekerja.

Di samping itu juga, sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja juga

mempunyai banyak manfaat tidak eksklusif yakni:

- Meningkatkan image market terhadap perusahaan

- Menciptakan korelasi yang serasi bagi karyawan dan perusahaan


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

- Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin

lama.

Proses Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pendekatan kesisteman dalam mengelola kesehatan dan keselamatan kerja menggunakan

konsep administrasi modern yaitu mengikuti proses manajemen, salah satu yang terkenal ialah

siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) Sama menyerupai sistem administrasi lain menyerupai

administrasi mutu, administrasi lingkungan dan administrasi produksi, maka administrasi

kesehatan dan keselamatan kerja juga dikembangkan dengan siklus administrasi mulai dari

perencanaan, penerapan atau implementasi, pengukuran dan pemantauan dan koreksi untuk

peningkatan berkelanjutan.

Keberhasilan organisasi dalam menerapkan SMK3 bergantung pada janji dari seluruh

tingkatan dan fungsi organisasi terutama dari administrasi puncak. Sistem ini memungkinkan

suatu organisasi menyebarkan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja, memutuskan target

dan proses untuk mencapai janji kebijakan, melaksanakan tindakan yang diharapkan untuk

meningkatkan kinerja dan memperlihatkan kesesuaian sistem yang ada terhadap persyaratan

dalam standar ini. Tujuan umum dari standar ini ialah untuk menunjang dan

menumbuhkembangkan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja yang baik, sesuai dengan

kebutuhan sosial ekonomi. Keberhasilan penerapan dari standar ini sanggup digunakan oleh

organisasi untuk memberi jaminan kepada pihak yang berkepentingan bahwa SMK3 yang sesuai

telah diterapkan.

a. Plan (Perencanaan) : Menetapkan tapkan target dan proses yang

diharapkan untuk mencapai hasil sesuai dengan

kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

organisasi.

b. Do (Pelaksanaan) : Melaksanakan proses.

c. Check (Pemeriksaan) : Memantau dan mengukur kegiatan proses terhadap

kebijakan, sasaran, peraturan perundang-undangan

dan persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja

Iainnya serta melaporkan hasilnya.

d. Act (Tindakan) : Mengambil tindakan untuk perbaikan kinerja

kesehatan dan keselamatan kerja

secara berkelanjutan.

Pada umumnya organisasi mengelola kegiatannya melalui penerapan sistem proses dan

interaksinya, yang dikenal dengan istilah "pendekatan proses" menyerupai pada ISO 9001.

Karena metode PDCA ini sanggup diterapkan pada semua proses, maka dua metode ini dianggap

sesuai (kompatibel).

Standar ini berisi persyaratan yang sanggup diaudit secara obyektif. Namun demikian

standar ini tidak memutuskan persyaratan mutlak untuk kinerja K3 di luar komitmen, di dalam

kebijakan K3, untuk memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan

dan persyaratan lain yang diacu organisasi, untuk mencegah cedera dan gangguan kesehatan, dan

untuk melaksanakan perbaikan berkelanjutan. Dengan demikian dua organisasi yang

melaksanakan kegiatan yang hampir sama tetapi mempunyai kinerja K3 yang berbeda keduanya

sanggup dinyatakan memenuhi persyaratan standar ini.

Standar ini tidak meliputi persyaratan tertentu pada sistem administrasi yang lain,

menyerupai administrasi mutu, administrasi lingkungan, administrasi keamanan, atau

administrasi keuangan. Walaupun demikian, elemen-elemen dalam standar ini sanggup


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

digabungkan atau diintegrasikan dengan sistem-sistem administrasi tersebut. Hal ini

memungkinkan organisasi sanggup menyesuaikan sistem administrasi yang ada dengan maksud

untuk memutuskan SMK3 yang sesuai dengan persyaratan standar ini. Namun demikian, harus

ditegaskan bahwa penerapan aneka macam elemen boleh berbeda bergantung pada tujuan yang

diharapkan dan keterlibatan pihak yang berkepentingan.

Tingkat kerumitan dan kerincian SMK3, luas cakupan dokumentasi dan sumber daya

yang diperuntukkan bergantung pada beberapa faktor, menyerupai lingkup sistem, ukuran dan

sifat kegiatan, produk dan jasa, dan budaya organisasi.

Prinsip Dasar Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Penetapan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja

2. Perencanaan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja

3. Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja

4. Pengukuran, pemantauan dan penilaian kinerja kesehatan dan keselamatan kerja

5. Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja kesehatan dan keselamatan kerja secara

berkesinambungan

Elemen Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen

2. Pendokumentasian strategi

3. Peninjauan ulang desain dan kontrak

4. Pengendalian dokumen

5. Pembelian

6. Keamanan bekerja berdasarkan sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja

7. Standar pemantauan
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

8. Pelaporan dan perbaikan

9. Pengelolaan material dan perpindahannya

10. Pengumpulan dan penggunaan data

11. Audit sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja

12. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan

Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Komitmen dan kebijakan

a. Kepemimpinan dan komitmen

- organisasi kesehatan dan keselamatan kerja

- menyediakan anggaran, SDM dan sarana

- penetapan tanggung jawab, wewenang dan kewajiban

- perencanaan kesehatan dan keselamatan kerja

- melakukan penilaian

b. Tinjauan awal kesehatan dan keselamatan kerja

-identifikasi kondisi dan sumber bahaya

-pengetahuan dan peraturan perundangan kesehatan dan keselamatan kerja

-membandingkan penerapan

-meninjau lantaran akibat

-efisiensi dan efektifitas sistem

2. Perencanaan

a. Manajemen resiko

b. Peraturan perundangan

c. Tujuan dan target :


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

1) dapat diukur

2) indikator pengukuran

3) sasaran pencapaian

4) jangka waktu pencapaian

d. Indikator kinerja

e. Perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung

3. Penerapan

a. Jaminan kemampuan

- SDM, sarana dan dana

- integrasi

- tanggung jawab dan tanggung gugat

- konsultansi, motivasi dan kesadaran

- pelatihan dan kompetensi kerja

b. Kegiatan pendukung

- komunikasi

- pelaporan

- pendokumentasian

- pengendalian dokumen

- pencatatan dan administrasi informasi

c. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko

-manajemen resiko

-perencanaan (design) dan rekayasa

-pengendalian administratif
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

- tinjauan kontrak

- pembelian

- prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana

- prosedur menghadapi insiden

- prosedur planning pemulihan keadaan darurat


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesehatan dan keselamatan kerja ialah suatu perjuangan dan upaya untuk membuat

proteksi dan keamanan dari resiko kecelakaan dan ancaman baik fisik, mental maupun emosional

terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Makara kesehatan dan keselamatan

kerja tidak selulu berkaitan dengan dilema fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan

emosional.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam

ketenagakerjaan. Oleh lantaran itulah sangat banyak aneka macam peraturan perundang-

undangan yang dibentuk untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun

banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih

banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut

sebagai ancaman kerja dan ancaman nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi

standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.

Oleh lantaran itu, perlu ditingkatkan sistem administrasi kesehatan dan keselamatan kerja

yang dalam hal ini tentu melibatkan kiprah bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja,

tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga sanggup tercapai

peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.

B. SARAN

1. Untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan adanya administrasi kesehatan

dan keselamatan kerja.


Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No 1, Mei 2022

2. Belum maximalnya pelaksanaan managemen kesehatan dan keselamatan kerja disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan dan informasi tentatang administrasi kesehatan dan keselamatan kerja,

untuk itu kepada Menteri terkait dan dunia industri biar diadakan sosialisasi secaras terus

menerus.

3. Perlu peningkatan promosi keselamatan kerja pada setiap dunia kerja biar semua orang

mementingkan keselamtan kerja itu sendiri.

4. Sekolah secara khusus Sekolah Menengah kejuruan yang dipersiapkan untuk tenaga kerja

menengah kebawah hendaknya dibekali dengan administrasi kesehatan dan keselamatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai