DIPONOGORO
Disusun oleh :
2. Alasan ( freud )
4. Proses ( Mihalyi )
1. Romantisisme
Sebagai pelukis yang mendapat kesempatan untuk belajar seni lukis di
Eropa, Raden saleh pun menganut aliran romantisisme yang sedang
berkembang di eropa saat itu, sehingga beliau mengekspresikan dirinya dengan
lukisan-lukisan beraliran romantisisme. Hal-hal yang menjadi ciri khas dari
aliran Romantisisme adalah seniman mendapat keleluasaan dalam
mengeksplorasi perasaaan yang mereka rasakan dalam membuat karyanya.
Dapat kita lihat dari karyanya Raden saleh yang berjudul “Penangkapan
Pangeran Diponogoro” dimana dapat kita lihat berbagai macam ekspresi dan
perasaan yang dapat kita rasakan melalui banyak detail-detail kecil yang
dimasukan secara implisit oleh Raden Saleh.
2. Tujuan
Konsep dalam aliran Romantisisme yang menggambarkan mengenai
kebebasan individual dalam berpendapat mengenai politik. Lukisan
Penangkapan Pangeran Diponogoro juga mengangkat tema tersebut, walaupun
bersifat implisit. Lukisan Pangeran Diponogoro jelas memiliki maksud
perlawanan terhadap kolonialisme yang terjadi di Indonesia saat itu. Hal ini
jelas terlihat bukan dari segi visual saja, tetapi dari tujuan Raden Saleh
melukiskan peristiwa Penangkapan Pangeran Diponogoro, Raden saleh ingin
memberikan sudut pandang dari seorang anak bangsa yang ingin
mengungkapkan kebenaran secara dramatis karena rasa nasionalisme beliau
yang muak melihat saudara, keluarga, hingga tanah kelahirannya berada
dibawah cengkraman kolonialisme.
3. Ekspresi
Penggambaran dimana Raden saleh sangat menikmati dalam setiap
proses pembuatan karya lukisan penangkapan pangeran diponogoro tersebut
dapat dilihat dari berbagai macam emosi yang beliau lukiskan, beliau bahkan
memasukan potret dirinya kedalam lukisan tersebut sebagai prajurit pangeran
diponogoro, tidak hanya satu, namun beliau memasukan 3 potret dirinya.
Ekspresi dan gesture ketiganya pun berbeda, ada yang melihat, ada bertanya-
tanya dan gestur sedih atau berduka. 3 potret dirinya ini menggambarkan
perasaan raden saleh dalam memahami dan melukis kejadian penangkapan
pangeran diponogoro.
5. Lingkungan ( YAP )
1. Mental kreativ
Raden Saleh sudah gemar menggambar dari sejak kecil. Bakatnya di
bidang seni sudah mulai menonjol saat Saleh kecil bersekolah di sekolah rakyat
(Volks-School). Tak jarang di kala gurunya sedang mengajar, ia malah asyik
menggambar. Meskipun begitu, sang guru tak pernah marah, karena kagum
melihat hasil karya muridnya. Dari hal tersebut mental kreativ telah tumbuh
pada pribadi saleh karena adanya dukungan dari lingkungan nya.
2. Kebudayaan.
Pengaruh kebudaayan pada kreativitas Raden dapat dilihat dari karya-
karyanya yang telah mengadopsi dari aliran-aliran seni eropa, hal tersebut di
dasari karena raden saleh banyak belajar di negara-negara eropa, raden saleh
juga belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan tema pemandangan
dari Andries Schelfhout karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa
seni orang Belanda saat itu. Gaya seni romantisme nya juga di dapat dari
kekagumannya pada karya tokoh romantisme Ferdinand Victor Eugene
Delacroix, pelukis Prancis yang legendaris
3. Perubahan
Berdasarkan teori YAP Kreativitas diperlukan untuk-dan hanya untuk-
mengubah sesuatu. Jadi berkat pengalamannya belajar menggambar dan
melukis di luar negeri seperti di Belanda, Jerman, Prancis, dia dapat membuat
gaya seni yang berifat romantisme namun masih erat dengan budaya yang
melatarbelakanginya seperti budaya jawanya, kesukaan nya dengan hewan dan
alam. Raden Saleh pun merintis kemunculan seni rupa modern di Indonesia.
Corak lukisannya yang beraliran romantis dan naturalis. Dengan aliran
romantisnya menampilkan karya-karya yang berceritera dahsyat, penuh
kegetiran seperti tentang perkelahian dengan binatang buas. Dan gaya
naturalisnya sangat jelas tampak dalam melukis potret. Disebut sebagai zaman
perintis karena merupakan awal dari perkembangan Seni Lukis modern di
Indonesia