Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KARYA LUKISAN PENANGKAPAN PANGERAN

DIPONOGORO

Disusun oleh :

Agil Fadilah 121380014


Anastasya Jelita Rante Pasang 121380016
Poja Ratu Permata Hati 121380027
Lidya Zahratussa’idah 121380074
Athaala Fathia 121380114

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


LAMPUNG SELATAN
2022
Penangkapan Pangeran Diponegoro
Karya Raden Saleh

Penyerahan Pangeran Diponegoro


Karya Nicolaas Pieneman
1. Motivasi ( Maslow )

Berdaskan Teori hierarki kebutuhan Maslow Pribadi Kreativ tercipta jika


setiap jenjang kebutuhan dapat di penuhi hanya jika jenjang sebelumnya telah
terpuaskan. Perlu kita ketahui bahwa Raden Saleh merupakan salah satu
bumiputra Jawa pertama yang mendapatkan privilese untuk belajar melukis di
Eropa atas beasiswa pemerintah Belanda. Karena ayahnya meninggal pada usia
muda, Raden Saleh dididik pamannya yang ketika itu menjabat sebagai Bupati
Semarang, Raden Adipati Sura-adimanggala. Di rumah pamannya inilah minat
Raden Saleh kepada kesenian tumbuh. Gubernur Jenderal van der Capellen
mengajak Raden Saleh muda ke Bogor dan diantarkan kepada Professor Caspar
Georg Carl Reinwardt untuk kemudian dititipkan pada pelukis Auguste Antoine
Joseph Payen. Teknik melukisnya yang baik membuatnya kemudian tergabung
bersama Payen dalam tugas penelitian Professor Reinwardt. Sehingga
kebutuhan raden saleh akan pribadi kreatifnya sangat banyak didapat melalui
banyaknya pengalaman dalam melukis.

Dilihat dari Aliran Humanistik Maslow, setiap orang memiliki keinginan


untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya untuk mencapai tingkat
aktualisasi diri. Karya Penangkapan Pangeran Diponegoro ini dibuat dengan
motivasi untuk menyampaikan aspirasi dan mengungkapkan kejujuran secara
puitis dan dramatis dalam peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro.
ketidak sesuaian pada karya seni milik pineman, karena adanya perbedaan
kesetaraan hidup antara orang belanda dengan pribumi. Maka dari itu raden
saleh merealisasikan nya dalam bentuk lukisan.

2. Alasan ( freud )

Berdasarkan sudut pandang freud. mekanisme pertahanan sebagai


sumber kreativitas. Salah satunya adalah penempatan yang keliru
( displacement ). Dengan mengarahkan energi dari objek utama ke objek
pengganti ketika insting terhalangi.

Menyikapi karya Penyerahan Pangeran diponegoro yang di buat oleh


pineman, dianggap tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya menurut
raden saleh. maka timbulah keinginan raden saleh untuk membuat sebuah
karya yang kita kenal dengan Penangkapan Pangeran Diponegoro dengan sudut
pandang dan nilai yang di berikan oleh raden saleh. raden saleh menyisipkan
nilai-nilai nasionalisme pada karya nya, Yang menggambarkan bahwa kejadian
saat Pangeran Diponegoro di tangkap adalah sebuah hal yang bersejarah bagi
perlawanan hindia ( sebelum adanya indonesia ) kepada pihak kolonialisme
belanda. Walaupun peristiwa penangkapan tersebut dimaknai sebagai sebuah
kemenangan oleh pihak belanda pada saat itu.

Jika dilihat dari sudut pandang Freud yang mengatakan bahwa


mekanisme pertahanan sebagai sumber kretivitas yang merujuk pada poin
kompensasi. Kompensasi yang dimaksud adalah usaha untuk menutupi
kelemahan di suatu bidang dengan membuat prestasi di bidang lainnya
sehingga ego terhindar dari ejekan atau rasa rendah diri. Raden saleh
menggamabarkan sebuah kesetaraan hidup antara pribumi dengan kolonial
belanda, kewibawaan seorang pangeran, perlawanan yang mempertahankan
nasionalisme nya pada saat itu dalam karya nya. Yang berbeda dengan karya
sebelum nya milik pineman.

3. Primadi ( yang terjadi)

Motif Raden Saleh dalam membuat lukisan penangkapan Pangeran


Diponegoro adalah diss-track atau balas dengan karya versi Raden Saleh
terhadap lukisan Pieneman. Lukisan Pieneman mengglorifikasikan kejadian ini
sebagai momen kemenangan Belanda,terlihat dari judul karyanya yaitu
“Menyerahnya Pangeran Diponegoro Kepada Jendral de Kock”.
Sedangkan Raden Saleh memberi judul lukisannya “Penangkapan Pangeran
Diponegoro”. Menyerah dan penangkapan Pangeran Diponengoro mempunyai
makna yang jauh berbeda.
Menyerah berarti mengaku kalah,lemah,dan tidak berdaya. Tergambar di
lukisan Pieneman dimana wajah Diponegoro terlihat kosong,tidak
bergairah,gestur tubuhnya pun tidak menunjukkan kepedulian atas apa yang
terjadi. Beberapa prajuritnya bahkan terlihat telah meletakkan senjatanya.
Disisi lain,judul penangkapan yang diusung oleh Raden Saleh bias berarti telah
terjadi penyergapan,kecurangan,dan juga perlawanan. Raut wajah Diponegoro
dengan dagu terangkat,gestur tubuh menantang dengan tangan kiri terkepal
dan tangan kanan yang berusaha menenangkan istrinya.

Maka berdasarakan teori primadi tentang ciri hasil kreasi, karya


Penangkapan Pangeran Diponegoro masuk ke dalam konteks terpesona, dalam
artian suatu karya yang mampu membawa apresiator mencapai empati dan
simpati hingga terjadi integrasi rasa-indah-estetis (feeling into-nya empati ) dan
hanyut-estetis ( feeling with-nya simpati ) maka karya tersebut akan membawa
apresiator mencapai rasa-apresiasi terpesona.

4. Proses ( Mihalyi )

Teori kreativitas menurut mihalyi yang sangat terkenal dan banyak di


ketahui dengan kreativitas dan flow, teori ini menekankan pada kenikmatan
( Enjoyment) dan kondisi untuk arus kreativitas ( Flow ). Enjoyment dan flow
secara umum adalah kondisi ketika kita hanyut dan menikmati suatu pekerjaan
atau kegiatan yang kita lakukan, hal tersebut membuat kita lupa dengan
keadaan sekitar sehingga kita fokus dan terlibat penuh dalam aktivitas.
Keadaan flow dan enjoyment hanya dapat di rasakan oleh pribadi itu sendiri
yang sedang menikmati prosesnya. Untuk menganalisis proses flow dan
enjoyment dari Raden Saleh dalam membuat karya seni Penangkapan
Pangeran Diponegoro, teradapat tiga point yang menggambarkan proses flow
dan enjoyment yang terjadi pada Raden saleh Diantaranya :

1. Romantisisme
Sebagai pelukis yang mendapat kesempatan untuk belajar seni lukis di
Eropa, Raden saleh pun menganut aliran romantisisme yang sedang
berkembang di eropa saat itu, sehingga beliau mengekspresikan dirinya dengan
lukisan-lukisan beraliran romantisisme. Hal-hal yang menjadi ciri khas dari
aliran Romantisisme adalah seniman mendapat keleluasaan dalam
mengeksplorasi perasaaan yang mereka rasakan dalam membuat karyanya.
Dapat kita lihat dari karyanya Raden saleh yang berjudul “Penangkapan
Pangeran Diponogoro” dimana dapat kita lihat berbagai macam ekspresi dan
perasaan yang dapat kita rasakan melalui banyak detail-detail kecil yang
dimasukan secara implisit oleh Raden Saleh.

2. Tujuan
Konsep dalam aliran Romantisisme yang menggambarkan mengenai
kebebasan individual dalam berpendapat mengenai politik. Lukisan
Penangkapan Pangeran Diponogoro juga mengangkat tema tersebut, walaupun
bersifat implisit. Lukisan Pangeran Diponogoro jelas memiliki maksud
perlawanan terhadap kolonialisme yang terjadi di Indonesia saat itu. Hal ini
jelas terlihat bukan dari segi visual saja, tetapi dari tujuan Raden Saleh
melukiskan peristiwa Penangkapan Pangeran Diponogoro, Raden saleh ingin
memberikan sudut pandang dari seorang anak bangsa yang ingin
mengungkapkan kebenaran secara dramatis karena rasa nasionalisme beliau
yang muak melihat saudara, keluarga, hingga tanah kelahirannya berada
dibawah cengkraman kolonialisme.

3. Ekspresi
Penggambaran dimana Raden saleh sangat menikmati dalam setiap
proses pembuatan karya lukisan penangkapan pangeran diponogoro tersebut
dapat dilihat dari berbagai macam emosi yang beliau lukiskan, beliau bahkan
memasukan potret dirinya kedalam lukisan tersebut sebagai prajurit pangeran
diponogoro, tidak hanya satu, namun beliau memasukan 3 potret dirinya.
Ekspresi dan gesture ketiganya pun berbeda, ada yang melihat, ada bertanya-
tanya dan gestur sedih atau berduka. 3 potret dirinya ini menggambarkan
perasaan raden saleh dalam memahami dan melukis kejadian penangkapan
pangeran diponogoro.

5. Lingkungan ( YAP )

Teori dari Yasraf Amir Piliang tentang Medan Kreativitas, dimana


kreativitas dipengaruhi oleh perubahan, kebudayaan, dan mental kreativ. Dari
beberapa poin tersebut kita dapat menganalisis medan kreativitas yang
mempengaruhi krativitas seorang raden saleh dalam membuat karya-karya nya

1. Mental kreativ
Raden Saleh sudah gemar menggambar dari sejak kecil. Bakatnya di
bidang seni sudah mulai menonjol saat Saleh kecil bersekolah di sekolah rakyat
(Volks-School). Tak jarang di kala gurunya sedang mengajar, ia malah asyik
menggambar. Meskipun begitu, sang guru tak pernah marah, karena kagum
melihat hasil karya muridnya. Dari hal tersebut mental kreativ telah tumbuh
pada pribadi saleh karena adanya dukungan dari lingkungan nya.

2. Kebudayaan.
Pengaruh kebudaayan pada kreativitas Raden dapat dilihat dari karya-
karyanya yang telah mengadopsi dari aliran-aliran seni eropa, hal tersebut di
dasari karena raden saleh banyak belajar di negara-negara eropa, raden saleh
juga belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan tema pemandangan
dari Andries Schelfhout karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa
seni orang Belanda saat itu. Gaya seni romantisme nya juga di dapat dari
kekagumannya pada karya tokoh romantisme Ferdinand Victor Eugene
Delacroix, pelukis Prancis yang legendaris 
3. Perubahan
Berdasarkan teori YAP Kreativitas diperlukan untuk-dan hanya untuk-
mengubah sesuatu. Jadi berkat pengalamannya belajar menggambar dan
melukis di luar negeri seperti di Belanda, Jerman, Prancis, dia dapat membuat
gaya seni yang berifat romantisme namun masih erat dengan budaya yang
melatarbelakanginya seperti budaya jawanya, kesukaan nya dengan hewan dan
alam. Raden Saleh pun merintis kemunculan seni rupa modern di Indonesia.
Corak lukisannya yang beraliran romantis dan naturalis. Dengan aliran
romantisnya menampilkan karya-karya yang berceritera dahsyat, penuh
kegetiran seperti tentang perkelahian dengan binatang buas. Dan gaya
naturalisnya sangat jelas tampak dalam melukis potret. Disebut sebagai zaman
perintis karena merupakan awal dari perkembangan Seni Lukis modern di
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai