Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TIPUS

Geometrik jalan adalah perencanaan dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi
beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan dan data dasar yang ada atau
tersedia dari hasil survey lapangan dan telah dianalisis dengan suatu standar perencanaan.
(Jurnal Fondasi, V 5 No.2, 2016)

Selain itu, Perencanaan geometrik jalan dapat juga diartikan sebagai suatu bagian dari
Table 2.1 Klasifikasi jalan secara umum menurut kelas, fungsi, dimensi kendaraan maksimum
perencanaan konstrusi jalan dimana geometrik atau dimensi yang nyata dari suatu jalan
dan muatan sumbu terberat (MST) (RSNI.T-14-2004).
beserta bagian-bagian disesuaikan dengan tuntutan serta sifat-sifat lalu lintasnya.
Perencanaan tersebut disesuaikan dengan persyaratan parameter pengendara,kendaraan
2.2.2 Klasifikasi menurut fungsi jalan
dan lalu lintas.Parameter tersebut merupakan penentu tingkat kenyamanan dan keamanan
Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas:
yang dihasilkan oleh suatu bentuk geometrik jalan( Silvia Sukirman, 1999 ).
1) Jalan Arteri
2) Jalan Kolektor
2.2. KLASIFIKASI JALAN 3) Jalan Lokal (Bina Marga, 1997)
2.2.1. Klasifikasi menurut kelas jalan
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima Jalan Arteri: Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,
beban lalu lintas yang dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, (Bina Marga,
dan kemampuan jalan tersebut dalam menyalurkan kendaraan dengan dimensi maksimum 1997)
tertentu (RSNI.T-14-2004). Jalan Kolektor: Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi, (Bina
Klasifikasi menurut kelas jalan, fungsi jalan dan dimensi kendaraan maksimum Marga, 1997)
(panjang dan lebar) kendaraan yang diijinkan melalui jalan tersebut, secara umum dapat Jalan Lokal: Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat,
dilihat dalam Tabel 2.1 (sesuai pasal 11, peraturan pemerintah RI. No 43/1993) (RSNI.T-14- kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. (Bina Marga, 1997)
2004).

2.2.3. Klasifikasi menurut medan jalan


1) Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang
diukur tegak lurus garis kontur.
2) Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalam
Tabel 2.2. (Bina Marga, 1997)
c. Superelevasi
- Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang berfungsi
mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat berjalan melalui
tikungan pads kecepatan VR.
- Nilai superelevasi maksimum ditetapkan 10%. (TA Andithasari, 2016)

d. Jari – jari tikungan


Jari - jari tikungan minimum (Rmin) ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 2.2 klasifikasi menurut medan jalan .................................(1.1)

3) Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman


kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan Dimana:
pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut. Rmin = jari-jari lengkung minimum (m)
V = kecepatan rencana (km/ jam)
E = kemiringan tikungan (%)
2.2.4. Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan
fm = koefisien gesekan melintang (TA Andithasari, 2016)
Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP. No.26/1985 adalah
jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya, Jalan Desa, dan Jalan Khusus.
e. Derajat kelengkungan (D) Derajat kelengkungan adalah sudut yang dibentuk oleh
(Bina Marga, 1997).
busur lingkaran sepanjang 25 m (atau 100 ft), terhadap pusat lingkarannya. Hubungan
2.3 Alinyemen Horizontal jari-jari (R) dan derajat kelengkungan (D) untuk satuan meter adalah : (TA Andithasari,
2016)
Alinyemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal. Alinyemen
horizontal dikenal juga dengan nama "situasi jalan" atau "trase jalan". Alinyemen horizontal
terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung. Garis lengkung
tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja
ataupun busur lingkaran saja. (silvia sukirman)

Dasar - dasar perencanaan alinyemen horizontal adalah sebagai berikut:

a. Hubungan antara kecepatan (V), jari-jari tikungan (R), kemiringan melintang /


superelevasi (e), dan gaya gesek samping antara ban dan permukaan jalan (f), didapat
dari hukum mekanika F = m x a ( Hukum Newton II) (TA Andhitasari, 2016) Gambar 2. 1 Derajat kelengkungan

b. Gaya sentrifugal yang terjadi saat kendaraan bergerak ditikungan.


Pada lengkung horizontal yang tumpul dengan jari-jari yang besar lintasan kendaraan
Ini berarti :
masih dapat tetap berada pada lajur jalannya, tetapi pada tikungan tajam kendaraan akan
menyimpang dari lajur yang disediakan, mengambil lajur lain disampingnya. Guna
menghindari hal tersebut, sebaiknya dibuatkan lengkung dimana lengkung tersebut
merupakan peralihan dari R = tak berhingga ke R = Rc. Lengkung ini disebut lengkung
peralihan. (Silvia sukirman)
R dalam m Bentuk .lengkung peralihan yang memberikan bentuk yang sama dengan jejak kendaraan
ketika beralih dari jalan lurus ke tikungan berbentuk busur lingkaran dan sebaliknya,
f. Lengkung Peralihan
dipengaruhi oleh sifat pengemudi, kecepatan kendaraan, radius lengkung, dan kemiringan
Lengkung peralihan adalah lengkung yangdisisipkan di antara bagian lurus jalan
melintang jalan. Bentuk lengkung spiral atau clothoid adalah bentuk yang banyak
dan bagian lengkung jalan berjari jari tetap R berfungsi mengantisipasi perubahan
dipergunakan saat ini. (Silvia sukirman)
alinemen jalan dari bentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian lengkung jalan berjari
Keuntungan dari penggunaan lengkung peralihan pada alinyemen horizontal adalah :
jari tetap R sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat berjalan di
1. Pengemudi dapat dengan mudah mengikuti lajur yang telah disediakan untuknya,
tikungan berubah secara berangsurangsur, baik ketika kendaraan mendekati tikungan
tanpa melintasi lajur lain yang berdampingan.
maupun meninggalkan tikungan.
2. Memungkinkan mengadakan perubahan dari lereng jalan normal ke kemiringan
Panjang lengkung peralihan (L) ditetapkan atas pertimbangan bahwa:
sebesar superelevasi secara berangsur-angsur sesuai dengan gaya sentrifugal yang
- Lama waktu perjalanan di lengkung peralihan perlu dibatasi untuk menghindarkan
timbul.
kesan perubahan alinemen yang mendadak, ditetapkan 3 detik (pada kecepatan
3. Memungkinkan mengadakan peralihan pelebaran perkerasan yang diperlukan dari
VR);
jalan lurus ke kebutuhan lebar perkerasan pada tikungan-tukungan yang tajam
- Gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat diantisipasi berangsur-angsur
4. Menambah keamanan dan kenyamanan bagi pengemudi, karena sedikit kemungkikan
pada lengkung peralihan dengan aman
pengemudi keluar dari lajur.
- Tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (re) dari bentuk kelandaian normal
5. Menambah keindahan bentuk dari jalan tersebut, menghindari kesan patahnya jalan
ke kelandaian superelevasi penuh tidak boleh melampaui re-max yang ditetapkan
pada batasan bagian lurus dan lengkung busur lingkaran.
sebagai berikut:
Pencapaian kemiringan melintang jalan dari kemiringan jalan normal pada jalan lurus ke
untuk VR ≤ 70 km/jam, re-max = 0.035 m/m/detik,
kemiringan melintang besar superelevasinya dan sebaliknya dilakukan pada awal dan
untuk VR ≥ 80km/jam, re-max = 0.025 m/m/detik. (TA Andithasari, 2016)
akhir lengkung. (Silvia sukirman)
Ls ditentukan dengan rumus :

2.3.1 Gaya Sentrifugal


……………………()
Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap V pada bidang datar atau
Dimana : miring dengan lintasan berbentuk suatu lengkung seperti lingkaran, maka pada keiidaraan
T = waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik. tersebut bekerja gaya kecepatan V dan gaya sentrifugal F. Gaya sentrifugal mendorong
VR = kecepatan rencana (km/jam) (TA Andithasari, 2016)
kendaraan secara radial keluar dari lajur jalannya, berarah tegak lurus terhadap gaya 2.3.2 Landai Relatif
kecepatan V. Gaya ini menimbulkan rasa tidak nyatnan pada si pengemudi. (Silvia sukirman) Proses pencapaian kemiringan melintang sebesar superelevasi dari kemiringan
Gaya sentrifugal (F) yang terjadi F = m a melintang normal pada jalan lurus sampai kemiringan melintang sebesar superelevasi pada
lengkung berbentuk busur lingkaran, menyebabkan peralihan tinggi perkerasan sebelah luar
dari elevasi kemiringan normal pada jalan lurus ke elevasi sesuai kemiringan surperelevasi
pada busur lingkaran.
Landai relative (1/m) adalah besarnya kelandaian akibat perbedaan elevasi tepi
perkerasan sebelah luar sepanjang lengkung peralihan. Perbedaan elevasi dalam hal ini
hanya berdasarkan tinjauan perubahan bentuk penampang melintang jalan, belum
merupakan gabungan dari perbedaan elevasi akibat kelandaian vertical jalan. Besarnya
landau relative maksimum dipengaruhi oleh kecepatan dan tingkah laku pengemudi. (Silvia
sukirman).

2.3.3 Bentuk lengkung peralihan


Dimana:
Bentuk lengkung peralihan yang terbaik adalah lengkung clothoid atau spiral.
m = massa = G/g

G = berat kendaraan

g = gaya gravitasi bumi

a = percepatan sentrifugal = V2/R

V = kecepatan kendaraan

R = Jari-jari lengkung lintasan

Dengan demikian besarnya gaya sentrifugal dapat ditulis sbb :


Gambar 2. Lengkung Spiral
Untuk dapat mempertahankan kendaraan tersebut tetap pada sumbu lajur jalannya,
maka perlu adanya gaya yang dapat mengimbangi gaya tersebut sehingga terjadi suatu O = titik peralihan dari bagian tangen kebagian spiral
keseimbangan. (Silvia sukirman) P = titik sembarang pada spiral
T = sudut antara garis singgung dari titik P dan sumbu X
Gaya yang mengimbangi gaya sentrifugal tersebut dapat berasal dari :
x = absis titik P
- gaya gesekan melintang antara ban kendaraan dengan permukaan jalan.
y = ordinat titik P
- komponen berat kendaraan akibat kemiringan melintang permukaanjalan. (Silvia
R = radius pada titik P
sukirman)
L = panjang spiral diukur dari O ke titik P (Silvia sukirman).
Pada awal lengkung peralihan di titik O, R = ∞ pada sembarang titik pada lengkung peralihan x=∫

R = R.
dy = dL sin t
dl = Rdt ……………..(_) dy =

dx = dl cos dt
dy = dl sin dt y=∫

Dengan menghitung fungsi sinus dan cosinus serta mengintegrasi, dan merubah kederajat,
Syarat lengkung clothoid/spiral adalah radius pada sembarang titik berbanding terbalik akan didapat :
dengan panjang lengkung. (Silvia sukirman).

RL = A2 ………………(_)
R =A2/L
( )
A2= konstanta Jika disederhanakan maka :

…………………………(_)
Subtitusikan persamaan (b) ke persamaan (a)
…………………………….(_) (Silvia sukirman).

dL = A2/L dt
dt = L/A2 dL 2.4 PENAMPANG MELINTANG
2.4.1 Komposisi Penampang Melintang
……………………. (_)

L2 = 2A2 . t Penampang melintang jalan terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut : (Bina Marga)

L= √ 1) Jalur lalu lintas


2) Median dan jalur tepian (kalau ada)
3) Bahu
Substitusikan persamaan (b) ke (c)
4) Jalur pejalan kaki
5) Selokan
t= L/2R radial

Berarti besarnya sudut spiral t = L/2R

R= …………….(_)

dx = A2/L cos t dt

dx = cos t dt

Anda mungkin juga menyukai