Anda di halaman 1dari 19

Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH MENGENAI PAJAK


DAN RETRIBUSI DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

HN
MENURUT PERSPEKTIF LEGISLASI RESPONSIF*
(The Formation of Local Regulation About Tax and Retribution District of Maluku Tengah
Based on Responsive Legislation Perspective)

BP
Dayanto dan Asma Karim
Fakultas Hukum Universitas Darussalam Ambon
Jl. Raya Tulehu KM. 24 Ambon-Maluku
email: dayan_enlight@yahoo.co.id

ing
Naskah diterima: 7 Oktober 2015; revisi: 27 November 2015; disetujui: 2 Desember 2015

Abstrak
Adanya kebijakan desentralisasi yang berbasis pada otonomi yang luas maka urgensi untuk menghadirkan Peraturan
ind
Daerah yang berperspektif legislasi responsif menjadi kebutuhan, termasuk Peraturan Daerah mengenai Pajak dan
Retribusi. Perspektif legislasi responsif bertolak dari indikator proses pembentukan yang partisipatif dan materi muatan
yang aspiratif, sehingga permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah apakah proses pembentukan serta
materi muatan Peraturan Daerah mengenai pajak dan retribusi di Kabupaten Maluku Tengah berperspektif legislasi
responsif. Dengan tipe penelitian hukum normatif-empiris ini ditemukan bahwa Peraturan Daerah mengenai pajak dan
retribusi di Kabupaten Maluku Tengah proses pembentukannya belum menunjukan adanya partisipasi masyarakat yang
memadai dan materi muatannya belum mengakomodir aspirasi masyarakat, sehingga penelitian ini menyimpulkan bahwa
V
pembentukan Peraturan Daerah mengenai Pajak dan Retribusi di Kabupaten Maluku Tengah belum berperspektif legislasi
responsif. Agar praktik pembentukan Peraturan Daerah mengenai Pajak dan Retribusi di Kabupaten Maluku Tengah dapat
berkesesuaian dengan tujuan otonomi daerah maka pembentukannya harus didasarkan pada perspektif legislasi responsif.
hts

Kata Kunci: peraturan daerah responsif, pajak, retribusi

Abstract
The policy of decentralization based on autonomy brings the necessity and urgency to make the Local Regulation with
responsive legislation perspective, including the Local Regulation on Tax and Retribution. Responsive legislation perspective
ec

based itself on some indicators like a participative process on forming the regulation and an aspirative subject matters.
Therefore the issues raised in this research is whether the formation process and subject matters of Regional Regulations
on Tax and Retribution in district of Maluku Tengah has already had a responsive legislation perspective. This normative-
empirical legal research found that the Local Regulation on Tax and Retribution in district of Maluku Tengah has not shown
enough public participation in its formation process and has not accommodate public aspirations in its subject matters, so
lR

this research concluded that the formation of Local Regulations on Tax and Retribution in district of Maluku Tengah has not
had a responsive legislation perspective. To make the formation of Local Regulations about Tax and Retribution in district
of Maluku Tengah compatible with the objective of local autonomy, the formation should be based on the responsive
legislation perspective.
Keywords: responsive local regulation, tax, retribution
na
Jur

* Artikel ini merupakan sebagian Hasil Penelitian/Riset yang dilaksanakan atas biaya DIPA Direktorat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat DIKTI Nomor DIPA-023.04.1.673453/2015, Tanggal 14 November 2014. Peneliti
mengucapkan terima kasih 3 (Tiga) mahasiswa: M. Alim Tomu, Syuaib Hermanses, dan Swanda Angkotasan atas
partisipasinya dalam Penelitian ini.

Pembentukan Peraturan Daerah Mengenai Pajak dan Retribusidi ... (Dayanto dan Asma Karim) 449
Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

A. Pendahuluan Kapasitas responsif dari unsur pemerintahan


daerah ditandai dengan adanya DPRD dan

HN
Keberadaan Peraturan Daerah (Perda)
Kepala Daerah yang akomodatif terhadap
mengenai Pajak dan Retribusi merupakan
setiap aspirasi logis dari masyarakat dalam
konsekwensi logis dari diterapkannya kebijakan
keseluruhan proses pengambilan kebijakan
desentralisasi yang berbasis pada otonomi
daerah, sedangkan kapasitas responsif dari
yang luas sebagaimana yang awalnya diatur

BP
masyarakat ditandai dengan kemampuannya
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
untuk terlibat dalam melakukan pengawasan
maupun penggantinya Undang-Undang Nomor
ataupun memberikan input secara partisipatif
32 Tahun 2004 yang telah diganti pula dengan
dalam keseluruhan proses pengambilan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
kebijakan tersebut, termasuk dalam hal

ing
Pemerintahan Daerah. Kebijakan desentralisasi
kebijakan membuat peraturan perundang-
ini memberikan kewenangan yang luas kepada
undangan sendiri (zelfwetgeving).
daerah termasuk dalam hal meningkatkan
Akan tetapi, dalam mengaktualisasikan
Pendapatan Asli Daerah melalui Pajak Daerah
makna membuat perundang-undangan sendiri
dan Retribusi Daerah sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
ind (zelfwetgeving) itu justru dijumpai begitu
banyak Perda yang telah diundangkan oleh
Daerah dan Retribusi Daerah.
pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota
Otonomi daerah merupakan esensi
dalam kategori bermasalah. Diungkapkan oleh
pemerintahan desentralisasi yang mencakup
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
V
makna membuat perundang-undangan sendiri
dalam Harian Kompas Tanggal 25 Juli 2011 bahwa
(zelfwetgeving) serta pemerintahan sendiri
sejauh ini sekitar 4.000 Perda di Indonesia.
hts

(zelfbestuur). Dimana Zelfwetgeving mencakup


Akibat pembatalan tersebut, dana senilai Rp.
membuat Perda sebagai dasar untuk mengatur
1,2 Triliun yang dipakai untuk membuat Perda
rumah tangga sendiri (eigen huishouding).1
itupun hilang.
Dalam pemerintahan desentralisasi yang
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam
berbasis pada otonomi yang luas itulah,
ec

Negeri tentang Pembatalan Perda dan


tuntutan untuk menghadirkan produk Perda
Keputusan Kepala Daerah Tahun 2005-2009,
yang responsif menjadi kebutuhan yang tidak
untuk beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi
terelakkan. Sebab, agar kinerja penyelenggaraan
lR

Maluku pada sepanjang tahun 2002 sampai


otonomi daerah dapat berlangsung secara
2009 jumlah Perda yang dibatalkan oleh
baik maka diperlukan kapasitas responsif
Kementerian Dalam Negeri, antara lain: Kota
yang dua arah atau timbal balik dari unsur
Ambon sebanyak 8 Perda, Kabupaten Maluku
pemerintahan daerah dengan masyarakatnya.
na

Tenggara sebanyak 2 Perda, Kabupaten Maluku


Jur

Dari sudut pandang pemerintahan dan masyarakat daerah, nilai utama kebijakan desentralisasi ini adalah
1

perwujudan political equality, yakni terbukanya partisipasi masyarakat dalam berbagai aktivitas politik di tingkat
nasional. Nilai kedua adalah local accountablity, yakni kemampuan pemerintah daerah dalam memperhatikan
hak-hak masyarakat di tingkat lokal. Dan nilai ketiga adalah local responsiveness, yakni pemerintah daerah
dianggap mengetahui lebih banyak tentang berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya. Hikmawati,
Partisipasi Masyarakat Dalam Perumusan Kebijakan Publik, Jurnal Politik Profetik, Vol. 1 No. 1 (2013):73.

450 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 3, Desember 2015, hlm. 449-467


Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

Tenggara Barat sebanyak 24 Perda, Seram bahwa salah satu kriteria sebuah Perda
Bagian Barat sebanyak 20 Perda, termasuk dikategorikan sebagai Perda Bermasalah yakni

HN
Kabupaten Maluku Tengah sebanyak 21 Perda. Perda tersebut dibuat dan dilaksanakan tidak
Secara nasional, Perda yang dibatalkan memperhatikan prinsip-prinsip dasar ekonomi/
berdasarkan jenis pajak daerah, retribusi daerah investasi dengan kata lain meningkatkan pajak
dan Perda lainnya dapat dilihat pada tabel di secara berlebihan sehingga mengakibatkan

BP
bawah ini2: timbulnya hight cost economy.4

Tabel 1. Daftar Perda Berdasarkan Jenis Pajak, Retribusi, dan Lain-Lain


Tahun Pajak Retribusi Lain-Lain Jumlah

ing
2005 17 74 29 120
2006 9 97 3 109
2007 9 123 38 170
2008 40 ind 151 37 228
2009 134 445 253 832
2009* 83 233 90 406
JUMLAH 292 1.123 450 1.865
Sumber : Biro Hukum Kemendagri, Tahun 2010 (Hattu, 2010)
NB : 2009*: Pembatalan sesuai Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu II
V
Data pada Tabel di atas mendeskripsikan Selain itu, Perda Bermasalah juga meliputi
hts

bahwa dari total 1.865 Perda yang diproduk Perda-Perda yang tidak dirancang atau disusun
sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 sesuai dengan prinsip-prinsip pembuatan
terdapat 292 Perda mengenai Pajak dan 1.123 peraturan perundang-undangan (legislative
Perda mengenai Retribusi yang dibatalkan. drafting) yang sedang berlaku serta Perda-Perda
ec

Dampak serius yang ditimbulkan dari banyaknya itu hanya dibuat oleh pihak eksekutif daerah
Perda tentang Pajak dan Retribusi daerah, adalah atau legislatif daerah tanpa melibatkan cukup
melambatnya arus investasi di daerah, karena partisipasi rakyat (stake holders) yang pada
lR

para investor menganggap pajak-pajak dan dasarnya mengerti kondisi apa yang mereka
retribusi-retribusi tersebut sangat membebani aspirasikan dan sesuai dengan kondisi daerah.5
mereka.3 Hal ini sejalan dengan pandangan
na

2
Hendrik Hattu, Model Undang-Undang Berkarakter Responsif (Studi Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah), Ringkasan Disertasi (Makassar: Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin,
Jur

2010), hlm. 78.


3
Bandingkan dengan H. M. Jusup, “Perda Pajak Dan Retribusi Daerah Di Era Otonomi Daerah”, Jurnal Ekonomi , Vol.
1 No. 1 (September-Desember 2012): 102.
4
Lihat Isrok, “Korelasi Antara Peraturan Daerah (Perda) bermasalah dengan Tingkat Investasi Ke Daerah”, Jurnal
Hukum, Vol. 16 No. 4 (Oktober 2009): 566.
5
Ibid

Pembentukan Peraturan Daerah Mengenai Pajak dan Retribusidi ... (Dayanto dan Asma Karim) 451
Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

Tidak bisa dipungkiri bahwa untuk menye­ tentang penerapan hukum in abstracto dalam
leng­garakan pemerintahan Daerah, suatu kenyataan (in concrito) di masyarakat. Hukum

HN
Daerah Otonom berhak mengenakan pungutan in abstracto dimaksud adalah konsep tentang
kepada masyarakat dalam bentuk Pajak dan indikator legislasi reponsif serta norma yang
Retribusi sebagaimana diatur dalam Undang- terkandung dalam Ketentuan tentang partisipasi
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak masyarakat dalam Undang-Undang Nomor 12

BP
Daerah dan Retribusi Daerah melalui suatu Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan
Perda. Sehingga wajar bila peningkatan Perundang-undangan.
Pendapatan Asli Daerah dijadikan salah satu Data primer dalam penelitian ini
indikator kesiapan daerah dalam menjalankan dikumpulkan melalui wawancara mendalam
kebijakan otonomi6, termasuk dalam hal (indepth interview) dengan informan wajib

ing
kewenangan pengelolaan keuangan dalam pajak dan wajib retribusi serta Pimpinan Badan
bentuk diterbitkannya Perda mengenai Pajak Pembentukan Perda dan Pimpinan Bagian
dan Retribusi. Namun, yang harus diperhatikan Hukum Kabupaten Maluku Tengah yang dipilih
ialah pengenaan Pajak dan Retribusi hendaknya secara purposive. Adapun data sekunder antara
seiring dengan tingkat pendapatan masyarakat
ind lain: Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
serta pelayanan yang diberikan oleh pemerintah tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
daerah.7 Dengan demikian, dalam pembentukan Undangan, Undang-Undang Nomor 28 Tahun
Perda mengenai Pajak dan Retribusi tersebut 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
haruslah tetap mencerminkan adanya partisipasi Daerah, Produk-Produk Perda Kabupaten
V
dan akomodasi aspirasi para wajib Pajak dan Maluku Tengah mengenai Pajak dan Retribusi,
Retribusi serta stakeholder lainnya agar materi dan Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten
hts

Perda tersebut dapat efektif berlaku. Maluku Tengah, yang dikumpulkan melalui
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian penelusuran dokumen. Selain itu digunakan
ini akan membahas apakah proses pembentukan studi kepustakaan (library research) terhadap
Perda mengenai Pajak dan Retribusi di Kabupaten kajian-kajian hukum dan non hukum yang
ec

Maluku Tengah berperspektif legislasi responsif, berkaitan dengan permasalahan penelitian.


serta apakah materi muatan Perda Mengenai Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif
Pajak dan Retribusi di Kabupaten Maluku Tengah kualitatif.
lR

berperspektif legislasi responsif.

B. Metode Penelitian
Penelitian yang berlokasi di Kabupaten
na

Maluku Tengah ini mengacu pada tipe penelitian


hukum normatif-empiris yakni penelitian
Jur


6
Lihat Adian Sutedi, Hukum Pajak dan Retribusi Daerah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hlm.5.

7
Ibid.

452 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 3, Desember 2015, hlm. 449-467


Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

C. Pembahasan melainkan oleh rakyat. Tipe Hukum Responsif


tidak membuang ide tentang keadilan formal,

HN
1.
Proses Pembentukan Peraturan
Daerah Tentang Pajak Di Maluku tetapi memperluasnya agar mencakup keadilan
Tengah substantif, dua ciri yang menonjol dari Tipe
Hukum Responsif, yakni:
Menurut Nonet dan Selznick8, tipe hukum
a) Pergeseran penekanan dari aturan-aturan
yang responsif itu adalah hukum yang siap

BP
ke prinsip-prinsip dan tujuan; dan
mengadopsi paradigma baru dan meninggalkan
b) Pentingnya watak kerakyatan (populis)
paradigma lama. Dengan demikian, di dalam
baik sebagai tujuan hukum maupun cara
hukum yang responsif terbuka lebar ruang
untuk mencapainya.11
dialog dan wacana serta adanya pluralistik

ing
gagasan sebagai sebuah realitas. Dalam tipe hukum responsif, pluralisme
Dikemukakan oleh F.X. Adji Samekto, Ide hukum diakui, tidak disetujuinya kecenderungan
dasar hukum responsif yang dikemukakan para positivis untuk mengubah setiap bentuk
oleh Nonet dan Selznick adalah menafsirkan penataan sosial menjadi suatu pelaksanaan
dan mereformulasi ketentuan-ketentuan otoritas negara. Salah satu dampak pluralisme
hukum sesuai dengan fakta (to interpret and
ind hukum adalah memperluas kesempatan dalam
reformulated rules in light of their actual proses hukum untuk berpartisipasi dalam
consequences). Nonet dan Selznick selanjutnya pembuatan hukum. Dengan cara ini, arena
juga menyatakan: in the ideal of responsive law, hukum menjadi sebuah bentuk forum politik
V
law is fasBerangkan dari ilitator of response of tertentu. dan partisipasi hukum melibatkan
social needs and aspiration.9 dimensi politik. Dengan kata lain, tindakan
hts

Berangkat dari pandangan Nonet dan hukum menjadi kenderaan bagi sekelompok
Selznick, Mukhtie Fadjar10 mengemukakan orang atau organisasi untuk berpartisipasi
bahwa tipe Hukum Responsif, berdasar pada dalam menetapkan kebijakan publik.12
sifat responsif yang dapat diartikan sebagai Berdasarkan konsepsi tipe hukum responsif
melayani kebutuhan dan kepentingan sosial tersebut maka dikonseptualisasi indikator
ec

yang dialami dan ditemukan tidak oleh pejabat karakter hukum responsif yang mana hal ini
lR

8
Rodiyah, “Aspek Demokrasi Pembentukan Peraturan Daerah Dalam Perspektif Socio-Legal”,Jurnal MMH, Jilid
41 No. 1(2012):149-150. Nonet dan Selznick, dalam bukunya berjudul Law and Society in Transition, Toward
Responsive Law mengemukakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sistem pemerintahan sebuah
negara dengan hukum yang dianutnya. Dalam sistem pemerintahan yang otoriter, hukum menjadi subordinasi
na

dari politik. Artinya, hukum mengikuti politik. Dengan kata lain, hukum digunakan hanya sekadar menunjang
politik penguasa. Sebaliknya dalam sistem pemerintahan yang demokratis, hukum terpisah secara diametral
dari politik. Artinya, hukum bukan menjadi bagian dari politik, akan tetapi hukum menjadi acuan berpolitik
dari sebuah bangsa. Lihat Henry Arianto, “Hukum Responsif dan Penegakkan Hukum Di Indonesia”, Jurnal Lex
Jurnalica, Vol. 7 No.2 (April 2010): 116.
Jur

9
Lihat F.X. Adji Samekto, “Relasi Hukum dengan Kekuasaan: Melihat Hukum Dalam Perspektif Realitas”, Jurnal
Dinamika Hukum, Vol. 13 No. 1 (Januari 2013): 94.
10
Mukhtie Fadjar, Teori-Teori Hukum Kontemporer (Malang: Setara Press, 2013), hlm, 55.
11
Ibid.
12
Philippe Nonet dan Philip Selznick, Hukum Responsif, Penerjemah (Raisul Muttaqien), Cetakan Kedua (Bandung:
Nusa Media, 2008), hlm. 107-108.

Pembentukan Peraturan Daerah Mengenai Pajak dan Retribusidi ... (Dayanto dan Asma Karim) 453
Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

berhubungan dengan konfigurasi politik dan Nomor 12 Tahun 2011, yang menegaskan
sistem hukum pemerintahan suatu negara. bahwa masyarakat berhak memberikan

HN
Moh. Mahfud MD mengatakan bahwa politik masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam
seringkali mengintervensi pembuatan dan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
pelaksanaan hukum, sehingga tidak selalu Secara konsepsional, partisipasi merupakan
menjamin kepastian hukum, penegakkan suatu konsep yang merujuk pada keikutsertaan

BP
hak-hak masyarakat atau penjamin keadilan. seseorang dalam berbagai aktivitas
Konfigurasi politik demokratis akan menciptakan pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam
15

hukum responsif, sedangkan konfigurasi politik proses pembentukan Perda dapat dikategorikan
otoriter akan menciptakan produk hukum sebagai partisipasi politik, yang menurut
konservatif.13 Huntington dan Nelson partisipasi politik adalah

ing
Lebih lanjut Moh. Mahfud MD14 memberikan kegiatan warga negara sipil (privat citizen)
eksplanasi bahwa produk hukum yang yang bertujuan mempengaruhi pengambilan
berkarakter responsif proses pembuatannya keputusan oleh pemerintah.16
bersifat partisipatif, yakni mengundang Mengenai partisipasi masyarakat dalam
sebanyak-banyaknya partisipasi masyarakat
ind pembentukan Perda, Jazim Hamidi, dkk,
serta dilihat dari fungsinya maka hukum mendefenisikan partisipasi sebagai peran serta
yang berkarakter responsif bersifat aspiratif. atau keikutsertaan (mengawasi, mengontrol,
Artinya memuat materi-materi yang secara dan mempengaruhi) masyarakat dalam
umum sesuai dengan aspirasi atau kehendak suatu kegiatan pembentukan Perda mulai
V
masyarakat yang dilayaninya. dari perencanaan sampai dengan evaluasi
Dengan demikian produk legislasi responsif pelaksanaan Perda.17
hts

dalam penelitian ini didasarkan pada indikator:


proses pembuatan atau pembentukannya yang a. Analisis Partisipasi Masyarakat pada
partisipatif dan materi muatannya bersifat Tahap Perencanaan Peraturan Daerah
aspiratif. Indikator responsif ini sejalan Berdasarkan indikator legislasi responsif di
ec

dengan urgensi partisipasi masyarakat dalam atas, maka proses pembentukan Perda yang
pembentukan peraturan perundang-undangan memenuhi karakter responsif ditandai dengan
diatur dalam Pasal 96 ayat (1) Undang-Undang proses pembentukannya yang partisipatif.
lR

13
Lihat Iza Rumesten R.S, “Model Ideal Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Peraturan Daerah”, artikel
dalam Jurnal Dinamika Hukum,Vol. 12 No. 1 (Januari 2012): 136. Lihat pula Hendrik Hattu, “Tahapan Undang-
na

Undang Responsif”, Jurnal Mimbar Hukum, Vol. 23 No.2 (2011): 410.


14
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 31-32.
15
Iza Rumesten R.S, “Strategi Hukum dan Penerapan Partisipasi Masyarakat dalam Penyelesaian Sengketa Batas
Daerah di Sumatera Selatan”, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, Vol. 20 No. 4 (Oktober 2013):618. Bandingkan
dengan Tomy M Saragih, “Konsep Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Peraturan Daerah Rencana Detail
Jur

Tata Ruang dan Kawasan”, JurnalSasi, Vol. 17 No. 3 (2011):11.


16
Muhammad Syaifuddin, et.al, “Demokratisasi Peraturan Daerah: Pengembangan Model Ideal Pembentukan
Peraturan Daerah Demokratis di Bidang Ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan”, artikel
dalam JurnalMMH, Jilid 39, No. 2 (2010):113.
17
Jazim Hamidi, et.al, Panduan Praktis Pembentukan Peraturan Daerah Partisipatif (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2008), hlm. 48.

454 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 3, Desember 2015, hlm. 449-467


Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang dalam proses perencanaan/program legislasi


Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan daerah khusunya yang berkaitan dengan

HN
Peraturan Perundang-Undangan dirumuskan rencana pembentukan Perda mengenai Pajak
bahwa Pembentukan Peraturan Perundang- dan Retribusi19, hal ini senada dengan yang
undangan adalah pembuatan Peraturan diakui oleh Kepala Bagian Hukum Sekretariat
Perundang-undangan yang mencakup Daerah Kabupaten Maluku Tengah bahwa

BP
tahapan perencanaan, penyusunan, pemba­ proses perencanaan/program legislasi daerah
hasan, pengesahan atau penetapan, dan selama inimasih merupakan pembicaraan
pengundangan. dan kesepakatan dua pihak antara DPRD
Praktik partisipasi masyarakat dalam dan Pemerintah Daerah dimana partisipasi
perencanaan pembentukan Perda dapat masyarakat belum dilibatkan dalam proses ini20.

ing
dicermati dalam proses penyusunan program Hal ini menunjukan bahwa sejak awal yakni
legislasi daerah sebagai awal Pembentukan pada tahap perencanaan pembentukan Perda
Perda. Ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang- mengenai Pajak dan Retribusidi Kabupaten
Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang ind Maluku Tengah masihtidak menunjukan
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan berkarakter yang responsifdimana peranan
menyatakan bahwa: “Program Legislasi Daerah lembaga-lembaga negara (dalam hal ini DPRD
yang selanjutnya disebut Prolegda adalah dan pemerintah daerah) sangat dominan dalam
instrumen perencanaan program pembentukan menentukan rencana dan arah pembentukan
Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Perda mengenai Pajak dan Retribusi.
V
Daerah Kabupaten/Kota yang disusun secara
terencana, terpadu, dan sistematis”.18 b. Analisis Partisipasi Masyarakat dalam
hts

Dalam praktiknya, proses perencanaan Penelitian atau Pengkajian


tentang Perda mengenai Pajak yang dituangkan Dalam kaitannya denganpenyusunan
dalamprogram legislasi daerah sama sekali tidak rancangan Perda perlu dilakukan penelitian
melibatkan partisipasi masyarakat sebagaimana atau pengkajian21 yang nantinya berujung pada
ec

diungkapkan oleh responden wajib Pajak


dan Retribusi bahwabelum pernah terlibat
lR

18
Dalam proses penyusunan program legislasi daerah ini Badan Pembentuk Peraturan Daerah DPRD dan
Bagian Hukum Pemerintah Daerah memegang peranan penting, terutama dalam mengkoordinasi penyusunan
na

program legislasi daerah antara DPRD dan Pemerintah Daerah. Di tahapan perencanaan ini baik pemerintah
daerah maupun DPRD sama-sama mengusulkan rencana Peraturan Daerah yang nantinya akan dibahas secara
terencana, terpadu dan sistematis.
19
Hasil wawancara mendalam dengan Risal (Wajib Pajak Hotel), 17 April 2015 dan Ratih Sumantri (Wajib Pajak
Restoran), 19 April 2015, serta Anyong Paiman(Wajib Retribusi Pelayanan Pasar), 18 April 2015.
Jur

20
Hal ini sangat berbeda dengan rencana legislasi daerah yang berkaitan dengan isu dan kebutuhan pemekaran
Desa atau Negeri yang cenderung muncul sebagai respon terhadap aspirasi yang berkembang di masyarakat
yang membutuhkan pemekaran tersebut, sehingga partisipasi masyarakat dalam perumusan program legislasi
daerah mengenai pemekaran Desa atau Negeri tersebut sudah dapat dirasakan. Hasil wawancara mendalam
dengan Z. atekay, S.H. (Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Maluku Tengah), 21 April 2015.
21
Tahap penelitian atau pengkajian merupakan tahap awal dalam penyusunan rancangan Peraturan Daerah.

Pembentukan Peraturan Daerah Mengenai Pajak dan Retribusidi ... (Dayanto dan Asma Karim) 455
Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

laporan penelitian berupa naskah akademik22 dan pengkajian yang nantinya berujung pada
yang menjadi acuan dalam penyusunan materi rumusan naskah akademik sebagaimana yang

HN
muatan suatu produk hukum. Isyarat perlunya dimuat dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun
penelitian atau pengkajian tersebut ditegaskan 2012 itu linier dengan dalam teori perancangan
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 peraturan perundang-undangan yang disebut
sebagaimana yang ditekankan dalam Ketentuan sebagai The Three Pilars of quality of Legal

BP
Pasal 1 angka 11 mengenai naskah akademik Product, jika divisualisasi seperti gambar di di
sebagai laporan hasil penelitian atau pengkajian. bawah ini:.23
Konsepsi yang dikonstruk oleh ketentuan
yang mengandaikan adanya urgensi penelitian

ing
Gambar 1. Teori Perancangan Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan: The Three Pillars of
Quality of Legal Productoleh Achmad Ruslan
V ind
hts
ec
lR
na

22
Naskah akademik merupakan media nyata bagi peran serta masyarakat dalam proses pembentukan atau
Jur

penyusunan peraturan perundang-undangan bahkan inisiatif penyusunan atau pembentukan naskah akademik
dapat berasal dari masyarakat. Harry Alexander dalam Abdul Basyir, “Pentingnya Naskah Akademik Dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Untuk Mewujudkan Hukum Aspiratif Dan Responsif”, Jurnal Ius,
Vol. II No.5 (Agustus 2014):291.
23
Achmad Ruslan, Teori dan Panduan Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia (Yogyakarta:
Mahakarya Rangkang Offset, 2011), hlm. 145.

456 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 3, Desember 2015, hlm. 449-467


Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

Perda mengenai Pajak dan Retribusi secara prosedural formal sebagai dokumen pelengkap
umum memiliki fungsi:24 Pertama,perda pajak semata dalam proses pembahasan di DPRD

HN
dan retribusi adalah fungsi anggaran yang (baik pada tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota),
erat kaitannya dengan fungsi perencanaan. akan tetapi merupakan suatu dokumen yang
Kedua,perda pajak dan retribusi sehubungan memiliki kesinambungan dan kesatuan prinsip
dengan anggaran adalah fungsi pengaturan. dasar kajian dalam pembentukan Rancangan

BP
Ketiga, perda pajak dan retribusi sebagai Perda yang dapat dipertanggungjawabkan
instrumen anggaran adalah fungsi distribusi. secara akademik.25
Berkaitan dengan fungsi-fungsi tersebut maka, Dengan demikian, pada tahapan ini tidak
pembentukan Perda mengenai Pajak dan terdapat partisipasi masyarakat. Padahal
Retribusi diperlukan suatu pengkajian dan partisipasi masyarakat dalam bentuk penelitian

ing
penelitian yang mendalam, sehingga Perda atau pengkajian dalam rangka perancangan
tersebut dapat memiliki kekuatan filosofis, Perda mengenai Pajak dan Retribusi dapat
kekuatan sosiologis, kekuatan yuridis secara dilakukan baik oleh instansi Pemerintah atau
sekaligus yang pada gilirannya tidak berakhir ind kerjasama antara instansi pemerintah dengan
sebagai Perda yang dikategorikan bermasalah. masyarakat atau dilakukan secara mandiri oleh
Berdasarkan penelusuran peneliti bahwa masyarakatterutama oleh kalangan Perguruan
dalam praktiknya penyusunan rancangan Perda Tinggi atau Lembaga Swadaya Masyarakat
tidak ada satupun Rancangan Perda mengenai dengan melibatkan para ahli atau pakar yang
Pajak dan Retribusi di Kabupaten Maluku kompeten sesuai dengan substansi Perda yang
V
Tengahyang disertai dengan naskah akademik. akan dirancang.
Rancangan Perda yang diajukan untuk dibahas
hts

tersebut hanya disertai dengan keterangan. Ini c. Analisis Partisipasi Masyarakat dalam
menjelaskan bahwa dalam proses perancangan Penyusunan Naskah Rancangan Perda
Perda mengenai Pajak dan Retribusi tidak melalui Pada tahap penyusunan naskah Rancangan
suatu kegiatan penelitian atau pengkajian. Perda urgensi partisipasi masyarakat secara
ec

Padahal, sebagaimana yang dikemukakanRia eksplisit disebutkan dalam Undang-Undang


Casmi Arrsa, praktik politik legislasi dalam proses Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
pembentukan Rancangan Perda berbasis riset Peraturan Perundang-Undangan, Pasal 92 ayat
lR

merupakan suatu kemutlakan untuk melahirkan (1) dan (2) menyebutkan:


Perda yang berkualitas dan memiliki dasar 1) Pasal 92 ayat (1): Penyebarluasan Prolegda
keabsahan baik secara yuridis maupun akademis. dilakukan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah
Pelembagaan naskah akademik ke depan tidak sejak penyusunan Prolegda, penyusunan
na

semata-mata ditempatkan pada kerangka Rancangan Peraturan Daerah, pembahasan


Jur

24
Himawan Estu Bagijo, “Pajak Dan Retribusi Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Daerah (Studi Kasus Di
Kabupaten/Kota Dan Pemerintah Propinsi Di Jawa Timur)”, Jurnal Perspektif, Vol. XVI No. 1 (2011): 13.
25
Ria Casmi Arrsa, “Restorasi Politik Legislasi Pembentukan Peraturan Daerah Berbasis Riset”, JurnalRechtsvinding,
Vol. 2 No. 3, (Desember 2013): 413-414.

Pembentukan Peraturan Daerah Mengenai Pajak dan Retribusidi ... (Dayanto dan Asma Karim) 457
Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

Rancangan Peraturan Daerah, hingga Selama ini kita baru pernah dipanggil satu
Pengundangan Peraturan Daerah. kali untuk dengar pendapat oleh Komisi

HN
yang membidangi persoalan Pajak dan
2) Pasal 92 ayat (2) : Penyebarluasan Retribusi ini sekitar 2 (dua) Tahun lalu. Itupun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya beberapa pengusaha yang hadir
dilakukan untuk dapat memberikan informasi walaupun yang diundang sangat banyak.
Pada saat itu, sebagai pengusaha Hotel kami
dan/atau memperoleh masukan masyarakat
memberikan masukan agar nilai Pajak 10

BP
dan para pemangku kepentingan. % dapat dipertimbangkan agar seimbang
dengan kemampuan ekonomi pengunjung
Ketentuan tersebut kemudian dipertegas
dan kondisi ekonomi daerah saat ini. Namun
lagi pada Pasal 96 ayat (1) dan (2) yang menye­ ternyata, yang diputuskan adalah besar nilai
butkan : Pajak 10 % dengan alasan untuk membiayai
pembangunan daerah.27

ing
1. Masyarakat berhak memberikan masukan
secara lisan dan/atau tertulis dalam Walaupun pelibatan masyarakat sudah
pembentukan peraturan perundangan- terlihat dalam tahap penyusunan naskah
undangan. Raperda mengenai Pajak dan Retribusi, namun
2. Masukan secara lisan dan/atau tertulis dari aspek kuantitatif masih minim dan dari
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
ind aspek pelaku partisipasi masih sangat terbatas.
dilakukan melalui (a) rapat dengan pendapat Hal ini tentu menyebabkan artikulasi aspirasi
umum, (b) kunjungan kerja, (c)sosialisasi dari masyarakat dalam proses penyusunan
dan/atau (d) seminar, lokakarya dan/atau naskah Raperda mengenai Pajak dan Retribusi
V
diskusi. Daerah itu menjadi sangat tidak memadai.
Hasil penelitian menunjukan, pada Padahal partisipasi yang merupakan hak
hts

tahap penyusunan naskah Rancangan Perda masyarakat sebagai warga negara tersebut
mengenai Pajak Kabupaten Maluku Tengah, merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi
pelibatan partisipasi masyarakat umumnya oleh negara dalam hal ini DPRD dan pemerintah
mulai terlihat bahwa masyarakat yang terkena daerah.
ec

dampak kebijakan Perda dilibatkan dalam forum


d. Analisis Partisipasi Masyarakat pada
dengar pendapat untuk memberi masukan
Tahap Pembahasan
dan mengkritisi Rancangan Perda mengenai
Pajak dan Retribusi, dimana salah satu isu yang Pada ketentuan Pasal 92 ayat (1) Undang-
lR

mendapatkan perhatian khusus pada forum Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
tersebut adalah mengenai besar nilai tarif Pembentukan Peraturan Perundang-
Pajak.26 Undangan menjadi landasan normatif
na

Mengenai tahap penyusunan naskah bagi urgensipartisipasi masyarakat sejak


Rancangan Perda mengenai Pajak Daerah perencanaan, pembahasan, penetapan,
diungkapkan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha pengesahan, hingga Pengundangan Perda.
Hotel Maluku Tengah bahwa: Mekanisme tersebut kemudian disesuaikan
Jur

26
Hasil wawancara mendalam dengan Risal(Wajib Pajak Hotel), 20 April 2015 maupun dengan Ratih Sumantri
(Wajib Pajak Restoran), 19 April 2015.
27
Wawancara, 17 April 2015.

458 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 3, Desember 2015, hlm. 449-467


Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

dengan Tata Tertib DPRD dengan akses melibatkan masyarakat.28 Hal ini menunjukan
partisipasi memungkinkan masyarakat untuk proses pembentukan Perda di Kabupaten

HN
menyampaikan aspirasi atau menyumbangkan Maluku Tengah, termasuk Perda tentang Pajak
pemikirannya terhadap suatu kebijakan yang dan Retribusi bersifat sangat elitis yakni tanpa
akan diambil oleh Pemeritah Daerah. sedikitpun melibatkan partisipasi masyarakat.
Dalam Pasal 150 ayat (1) Peraturan Dewan Padahal, sesungguhnya partisipasi

BP
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Maluku masyarakat dalam tahap pembahasan
Tengah Nomor 01 Tahun 2009 tentang Tata merupakan tahapan yang sangat penting,
Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengingat pada tahap inilah suatu rancangan
Kabupaten Maluku Tengah, dirumuskan Perda akan memasuki ranah kepentingan politik
bahwa: “Pembahasan Raperda dilakukan oleh yang dilakukan oleh DPRD sebagai pemegang

ing
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama kekuasaan fungsi legislasi daerah.

Gambar 2. Tahapan Perkembangan Naskah Rancangan Peraturan Daerah


ind
V
Bupati”.Peraturan ini kemudian diganti dengan Dalam tahap pembahasan ini, Raperda
hts

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terlebih yang menggunakan naskah akademik
Nomor 01 Tahun 2014 tentang Tata Tertib Dewan akan diuji oleh kekuatan-kekuatan politik yang
Perwakilan Rakyat, yang mana pengaturan duduk di DPRD. Sebab DPRD adalah lembaga
tentang pembahasan Perda terdapat dalam politik yang keanggotaannya berasal dari
ec

Pasal 90 ayat (1) bahwa “Rancangan peraturan perwakilan partai-partai politik yang berhimpun
yang berasal dari DPRD atau Bupati dibahas dalam berbagai fraksi politiknya masing-masing.
oleh DPRD dan Bupati untuk mendapatkan Karena masing-masing partai politik memiliki
persetujuan bersama”. kepentingan, visi, agenda yang berbeda-beda,
lR

Hasil yang ditemukan oleh peneliti bahwa maka sangat mungkin dalam proses pembahasan
pada tahapan pembahasan ini pihak DPRD ini suatu Raperda memasuki wilayah kontestasi
Kabupaten Maluku Tengah berpandangan politik yang merepresentasikan kepentingan
na

bahwa peraturan tata tertib hanya mengikat masing-masing perwakilan partai politik
internal DPRD, dimana tahap pembahasan tersebut.
Raperda merupakan pembicaraan antara DPRD Pada tahap pembahasan ini pula nasib
dan Bupati sehingga tidak ada kewajiban untuk aspirasi masyarakat yang telah disalurkan
Jur

Hasil wawancara mendalam dengan M. Nur Nukuhehe, S.H. (Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah DPRD
28

Kabupaten Maluku Tengah), 15 April 2015.

Pembentukan Peraturan Daerah Mengenai Pajak dan Retribusidi ... (Dayanto dan Asma Karim) 459
Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

pada tahap sebelumnya terutama pada tahap e. Analisis Partisipasi Masyarakat Pada
penyiapan naskah Raperda dipertaruhkan. Tahap Pengundangan Peraturan Daerah

HN
Tahapan ini mengandaikan dua kemungkinan Tempat pengundangan resmi Perda
sekaligus apakah aspirasi itu terus diperjuangkan dilakukan dalam Lembaran Daerah, untuk
hingga akhir pembahasan ataukah direduksi menempatkan secara resmi berbagai Perda
bahkan diabaikan sama sekali akibat dominasi agar diketahui oleh masyarakat luas. Adapun

BP
kepentingan DPRD atau Bupati. Dengan produk Perda mengenai Pajak dan Retribusi
tertutupnya akses partisipasi masyarakat pada berdasarkan tahun pengundangannya di
tahap pembahasan dalam Tata Tertib DPRD, Kabupaten Maluku Tengah, yakni:
maka nasib kepentingan masyarakat yang telah

ing
Tabel 2. Jumlah Produk Perda Kabupaten Maluku Tengah Mengenai Pajak dan Retribusi

Tahun Perihal
No Pengundangan Total
Pajak Daerah Retribusi Daerah
1. 2007
ind 6 9 15
2. 2009 - 9 9
3. 2012 6 9 15
Total 12 27 39
V
Sumber: Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Maluku Tengah (Diolah Peneliti, 2015)
hts

diaspirasikan pada tahap sebelumnya menjadi Partisipasi masyarakat dalam tahapan ini
tidak jelas. tidak terlihat. Hal ini disertai pula dengan
Adapun bentuk partisipasi masyarakat yang terbatasnya publikasi dan sosialisasi produk
ec

dapat dilakukan pada tahap ini untuk menjamin Perda mengenai Pajak dan Retribusi yang telah
adanya tahapan pembahasan Raperda yang di undangkan dalam lembaran daerah. Publikasi
responsif adalah dalam bentuk (i) audiensi/ hanya dilakukan dalam bentuk buku yang
Rapat Dengar Pendapat Umum; (ii) mengajukan dicetak secara terbatas untuk kalangan internal
lR

Raperda Alternatif; (iii) memberikan masukan DPRD dan Pemerintah Daerah sedangkan
melalui media cetak; (iv) memberikan masukan sosialisasi sejauh ini belum pernah dilakukan.29
melalui media elektronik; (v) melakukan unjuk Padahal pada tahap inilah suatu produk
na

rasa; dan (vi) melakukan diskusi, lokakarya, dan Perda mempunyai makna dalam kehidupan riil
seminar. masyarakat. Sebab, dengan pengundangannya
Jur

Hasil wawancara mendalam dengan Ketua Asosiasi Pengusaha Hotel Maluku Tengah, 17 April 2015, begitu pula
29

hasil wawancara dengan M. Nur Nukuhehe, S.H. (Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah DPRD Kabupaten
Maluku Tengah), 15 April 2015 dan Z. Latekay, S.H. (Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Maluku
Tengah), 21 April 2015.

460 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 3, Desember 2015, hlm. 449-467


Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

di lembaran daerah maka Perda sebagai produk berdasarkan undang-undang, dengan tidak
hukum secara positif memiliki sifat formil untuk mendapatkan imbalan secara langsung dan

HN
berlaku. digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-
Agar tahapan pengundangan Perda dapat besarnya kemakmuran rakyat.30
dilaksanakan menjadi tahapan yang responsif, Pajak Daerah dibedakan atas Pajak Provinsi
maka bentuk partisipasi masyarakat yang dapat dan Pajak Kabupaten/Kota. Jenis Pajak Provinsi

BP
dilakukan adalah dalam bentuk: (i) unjuk rasa terdiri atas: (a) Pajak Kenderaan Bermotor; (b)
terhadap Perda yang baru; (ii) tuntutan uji Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor; (c) Pajak
materiil terhadap Perda; dan (iii) melakukan Bahan Bakar Kenderaan Bermotor; (d) Pajak Air
sosialisasi Perda. Permukaan; dan (e) Pajak Rokok. Sedangkan
jenis Pajak Kabupaten/Kota meliputi: (a) Pajak

ing
2. Materi Muatan Peraturan Daerah Hotel; (b) Pajak Restoran; (c) Pajak Hiburan;
Mengenai Pajak di Maluku Tengah (d) Pajak Reklame; (e) Pajak Penerangan Jalan;
a. Jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; (g)
yang Dapat Diatur oleh Kabupaten ind Pajak Parkir; (h) Pajak Air Tanah; (i) Pajak Sarang
Maluku Tengah Burung Walet; (j) Pajak Bumi dan Bangunan
Secara normatif, materi muatan yang Perdesaaan dan Perkotaan; serta (k) Pajak
terdapat dalam Perda Kabupaten Maluku Tengah Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
mengenai Pajak dan Retribusi merupakan Berdasarkan hal tersebut, jenis Pajak Daerah
kesatuan tata norma dalam sistem perundang- yang menjadi kewenangan pengaturan oleh
V
undangan Indonesia, sebagaimana yang Kabupaten Maluku Tengah adalah seluruh
dirumuskan dalam Pasal 14 Undang-undang jenis Pajak yang termasuk dalam Jenis Pajak
hts

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Kabupaten/Kota.


Peraturan Perundang-Undangan, bahwa: Sedangkan, Retribusi daerah merupakan
“Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi pengutan Daerah sebagai pembayaran atas
dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
ec

materi muatan dalam rangka penyelenggaraan disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
otonomi daerah dan tugas pembantuan serta Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
menampung kondisi khusus daerah dan/atau badan.31 Adapun penggolongan Retribusi
lR

penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang- Daerah dalam Undang-Undang Nomor 28


undangan yang lebih tinggi”. Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Pajak Daerah dirumuskan sebagai kontribusi Daerah adalah sebagai berikut:32
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
na

pribadi atau badan yang bersifat memaksa


Jur

30
Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
31
Pasal 1 angka 64 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
32
Dalam Pasal 150 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditegaskan
bahwa selain yang ditetapkan dalam Pasal 110 ayat (1), Pasal 127, dan Pasal 141 dapat dipungut dengan kriteria
sebagaimana yang telah ditentukan.

Pembentukan Peraturan Daerah Mengenai Pajak dan Retribusidi ... (Dayanto dan Asma Karim) 461
Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

Tabel 3. Penggolongan Retribusi Daerah

HN
Jasa Umum Jasa Usaha Perizinan Tertentu
 Retribusi Pelayanan  Rertribusi Pemakaian  Rertribusi Izin Mendirikan
Kesehatan Kekayaan Daerah Bangunan
 Retribusi Pelayanan  Retribusi Pasar Grosir dan/  Retribusi Izin Tempat
Persampahan/Kebersihan atau Pertokoan Penjualan Minuman

BP
 Retribusi Penggantian Biaya  Retribusi Tempat Pelelangan Beralkohol
Cetak KTP dan Akta Catatan  Retribusi Terminal  Retribusi Izin Gangguan
Sipil  Retribusi Tempat Khusus  Retribusi Izin Trayek, dan
 Retribusi Pelayanan Parkir  Retribusi Izin Usaha
Pemakaman dan Pengabuan  Retribusi Tempat Perikanan
Mayat Penginapan atau

ing
 Retribusi Pelayanan Parkir di Pesanggrahan atau Villa
Tepi Jalan Umum  Retribusi Rumah Potong
 Retribusi Pemeriksaan Alat Hewan
Pemadam Kebakaran  Retribusi Pelayanan
 Retribusi Penggantian Biaya Kepelabuhanan
Cetak Peta
 Retribusi Penyediaan dan/
ind
 Retribusi Tempat Rekreasi
dan Olahraga
atau Penyedotan Kakus  Retribusi Penyeberangan di
 Retribusi Pengolahan Limbah Air, dan
Cair  Retribusi Penjualan Produksi
 Retribusi Pelayanan Tera/ Usaha Daerah
V
Tera Ulang
 Retribusi Pelayanan
Pendidikan, dan
hts

 Retribusi Pengendalian
Menara Telekomunikasi
Sumber : Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah (Diolah Peneliti, 2015)
ec

Mengacu pada ketentuan itu, maka sumber otonom dalam menerbitkan Peraturan Daerah
normatif pengaturan materi muatan Peraturan mengenai Pajak dan Retribusi.
Daerah Mengenai Pajak dan Retribusi adalah
lR

dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah b. Analisis Akomodasi Aspirasi Masyarakat


sekaligus penjabaran lebih lanjut Peraturan dalam Materi Muatan Peraturan Daerah
Perundang-undangan yang lebih tinggi, yakni Kabupaten Maluku Tengah Mengenai
Pajak dan Retribusi
na

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Selain proses pembentukan yang partisipatif,
Dengan demikian, keberadaan Undang- indikator legislasi responsif berkaitan dengan
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak materi muatannya yang aspiratif yakni materi-
Jur

Daerah dan Retribusi Daerah menjadi landasan materi yang diatur dalam suatu Peraturan
kewenangan baik secara formil maupun materiil Daerah secara umum sesuai dengan aspirasi
bagi Kabupaten Maluku Tengah sebagai daerah atau kehendak masyarakat yang dilayaninya.

462 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 3, Desember 2015, hlm. 449-467


Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

Dalam konteks ini, perspektif legislasi responsif Daerah dimaksud. Dalamforum dengar
berkaitan dengan jenis Pajak Daerah dan pendapat tersebut isu yang mendapatkan

HN
Retribusi Daerah yang diatribusikan kewenangan perhatian khusus adalah mengenai besar nilai
pengaturannya melalui Peraturan Daerah tarif Pajak.
mengakomodasi adanya aspirasi masyarakat Namun, pada tahap selanjutnya yakni
dalam materi muatannya. pembahasan, pengesahan, penetapan, dan

BP
Berdasarkan temuan Peneliti, pada tahap pengundangan, aspirasi masyarakat yang
perencanaan Peraturan Daerah mengenai Pajak mengedepan di forum dengar pendapat
dan Retribusi tidak menampakkan adanya mengenai besar nilai tarif yang diharapkan
aspirasi masyarakat. Hal ini disebabkan karena untuk disesuaikan dengan kemampuan ekonomi
pada tahap penyusunan program legislasi pengunjung dan kondisi ekonomi daerah saat

ing
daerah Kabupaten Maluku Tengah sama ini dalam kenyataannya tidak diakomodir.
sekali tidak melibatkan sedikitpun partisipasi Besar nilai tarif Pajak Hotel dan Pajak Restoran
masyarakat. Padahal idealnya, sejak pada tahap yang diharapkan oleh masyarakat di forum itu
perencanaan ini, program legislasi daerah ind adalah sekitar 5 %, tetapi yang disepakati dan
sudah dapat mencerminkan aspirasi masyarakat ditetapkan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah
tentang rencana legislasi yang diprioritaskan tetap mengacu pada nilai maksimal yang
termasuk rencana Peraturan Daerah mengenai ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 28
Pajak dan Retribusi. Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Adapun pada tahap penyusunan Rancangan Daerah, yakni sebesar 10 %.33
V
Peraturan Daerah mengenai Pajak dan Retribusi Adapun Produk Peraturan daerah
khususnya pada tahap penelitian dan pengkajian berdasarkan Jenis Pajak dan Retribusi yang
hts

menunjukan kenyataan yang sama, yakni tidak telah diundangkan dalam Lembaran daerah
ada aspirasi masyarakat yang berkaitan dengan Kabupaten Maluku Tengah, sebagai berikut:
landasan akademis dari rancangan Peraturan
Daerah dimaksud. Hal ini berkaitan dengan
ec

tidak adanya partisipasi masyarakat terutama


dari kalangan akademisi ataupun para pakar
yang kompeten dalam bidang yang akan diatur
lR

oleh Peraturan Daerah mengenai Pajak dan


Retribusi.
Sedangkan pada tahap penyusunan naskah
Rancangan Peraturan Daerah mengenai Pajak
na

dan Retribusi, pada umumnya sudah terlihat


adanya partisipasi masyarakat dalam bentuk
forum dengar pendapat (public hearing) untuk
Jur

memberi masukan tentang rancangan Peraturan

Hasil wawancara mendalam dengan Ketua Asosiasi Pengusaha Hotel Maluku Tengah, 17 April 2015.
33

Pembentukan Peraturan Daerah Mengenai Pajak dan Retribusidi ... (Dayanto dan Asma Karim) 463
Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

Tabel 4. Produk Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tengah Mengenai Pajak dan Retribusi Tahun 2012

HN
Jumlah Besar Tarif Pajak/
No Nama Peraturan Daerah Lembaran Daerah
Pasal Retribusi
1. Peraturan Daerah Kabupaten 38 Pasal 20 % Lembaran Daerah Kabupaten
Maluku Tengah Nomor 15 Maluku Tengah Tahun 2012
Tahun 2012 Tentang Pajak Air Nomor 121
Tanah

BP
2. Peraturan Daerah Kabupaten 41 Pasal Variatif berdasarkan Lembaran Daerah Kabupaten
Maluku Tengah Nomor 16 jenis hiburan Maluku Tengah Tahun 2012
Tahun 2012 Tentang Pajak Nomor 122
Hiburan
3. Peraturan Daerah Kabupaten 41 Pasal 10 % Lembaran Daerah Kabupaten

ing
Maluku Tengah Nomor 17 Maluku Tengah Tahun 2012
Tahun 2012 Tentang Pajak Nomor 123
Hotel
4. Peraturan Daerah Kabupaten 40 Pasal 25 % Lembaran Daerah Kabupaten
Maluku Tengah Nomor 18 Maluku Tengah Tahun 2012
Tahun 2012 Tentang Pajak Nomor 124
Mineral Bukan Logam dan
ind
Batuan
5. Peraturan Daerah Kabupaten 41 Pasal 10 % Lembaran Daerah Kabupaten
Maluku Tengah Nomor 19 Maluku Tengah Tahun 2012
Tahun 2009 Tentang Pajak Nomor 125
V
Restoran
6. Peraturan Daerah Kabupaten 37 Pasal 5% Lembaran Daerah Kabupaten
Maluku Tengah Nomor 20 Maluku Tengah Tahun 2012
hts

Tahun 2012 Tentang Bea Nomor 126


Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan
7. Peraturan Daerah Kabupaten 20 Pasal Variatif berdasarkan Lembaran Daerah Kabupaten
Maluku Tengah Nomor 21 jenis usaha perikanan Maluku Tengah Tahun 2012
ec

Tahun 2012 Tentang Retribusi tangkap dan perikanan Nomor 127


Izin Usaha Perikanan budidaya.
8. Peraturan Daerah Kabupaten 24 Pasal Variatif berdasarkan Lembaran Daerah Kabupaten
Maluku Tengah Nomor jenis fasilitas, Maluku Tengah Tahun 2012
lR

22 Tahun 2012 Tentang lokasi, jangka waktu Nomor 128


Retribusi Tempat Penginapan/ pemakaian.
Pesanggrahan/Vila
9. Peraturan Daerah Kabupaten 22 Pasal Variatif berdasarkan Lembaran Daerah Kabupaten
Maluku Tengah Nomor 23 frekuensi, jenis, Maluku Tengah Tahun 2012
na

Tahun 2012 Tentang Retribusi dan jangka waktu Nomor 129


Tempat Rekreasi dan Olahraga layanan tempat
rekreasi, pariwisata
dan olahraga yang
disediakan, dimiliki,
Jur

dan atau dikelola oleh


Pemerintah Daerah.

464 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 3, Desember 2015, hlm. 449-467


Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

Jumlah Besar Tarif Pajak/


No Nama Peraturan Daerah Lembaran Daerah
Pasal Retribusi

HN
10. Peraturan Daerah Kabupaten 25 Pasal Variatif berdasarkan, Lembaran Daerah Kabupaten
Maluku Tengah Nomor 24 jangka waktu Maluku Tengah Tahun 2012
Tahun 2012 Tentang Retribusi pemakaian, jenis Nomor 130
Pelayanan Kepelabuhanan pelayanan dan volume
11 Peraturan Daerah Kabupaten 34 Pasal Variatif berdasarkan Lembaran Daerah Kabupaten

BP
Maluku Tengah Nomor 25 tingkat penggunaan Maluku Tengah Tahun 2012
Tahun 2012 Tentang Retribusi jasa, jenis bangunan, Nomor 131
Izin Mendirikan Bangunan dan harga dasar
bangunan atau rencana
anggaran biaya (RAB)
12 Peraturan Daerah Kabupaten 20 Pasal Variatif berdasarkan Lembaran Daerah Kabupaten

ing
Maluku Tengah Nomor 26 jenis minuman Maluku Tengah Tahun 2012
Tahun 2012 Tentang Retribusi beralkohol yang dijual Nomor 132
Izin Tempat Penjualan
Minuman Beralkohol
13 Peraturan Daerah Kabupaten 21 Pasal
ind Variatif berdasarkan Lembaran Daerah Kabupaten
Maluku Tengah Nomor 27 jenis, luas ukuran Maluku Tengah Tahun 2012
Tahun 2012 Tentang Retribusi dan jangka waktu Nomor 133
Pasar Grosir dan / Pertokoan pemakaian pasar grosir
dan /pertokoan
14 Peraturan Daerah Kabupaten 22 Pasal Variatif berdasarkan Lembaran Daerah Kabupaten
Maluku Tengah Nomor 28 jenis, luas ukuran, Maluku Tengah Tahun 2012
V
Tahun 2012 Tentang Retribusi dan jangka waktu Nomor 134
Pelayanan Pasar pemakaian dari masing-
masing fasilitas serta
hts

kelas pasar yang


digunakan
15 Peraturan Daerah Kabupaten 23 Pasal Variatif berdasarkan Lembaran Daerah Kabupaten
Maluku Tengah Nomor 29 setiap sentimeter Maluku Tengah Tahun 2012
Tahun 2012 Tentang Retribusi persegi peta dan jenis Nomor 135
ec

Penggantian Biaya Cetak Peta bahan kertas peta yang


disediakan
Sumber: Bagian Hukum Setda Kabupaten Maluku Tengah (Diolah Penulis, 2015)
lR

Dengan demikian, jika dicermati substansi Sekalipun secara umum substansi materi
yang dikehendaki oleh masyarakat dalam forum muatan Peraturan Daerah mengenai Pajak
dengar pendapat pada tahap perancangan dan Retribusi yang telah diundangkan dalam
na

Peraturan Daerah mengenai Pajak dan Retribusi Lembaran Daerah di atas tidak aspiratif,
terlihat bahwa forum dengar pendapat atau namun dalam tahap pengundangan tidak
public hearing tersebut hanya bersifat formalitas terdapat respon atau reaksi masyarakat untuk
belaka sebab pada tahapan selanjutnya yakni mengkritisi ataupun menolak Peraturan Daerah
Jur

pembahasan, pengesahan, penetapan, dan tersebut baik dalam bentuk unjuk rasa ataupun
pengundangan, aspirasi masyarakat tentang mengajukan tuntutan uji materiil terhadap
besar nilai Tarif tidak terealisir sebagaimana Peraturan Daerah.
yang dikehendaki.

Pembentukan Peraturan Daerah Mengenai Pajak dan Retribusidi ... (Dayanto dan Asma Karim) 465
Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

D. Penutup maka hendaknya dalam proses pembentukan


Peraturan Daerah mengenai Pajak dan Retribusi

HN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisisnya
di Kabupaten Maluku Tengah harus melibatkan
dapat dirumuskan kesimpulan bahwa: Pertama,
partisipasi amsyarakat mulai dari perencanaan,
Proses pembentukan Peraturan Daerah
pembahasan, dan pengundangannya di
mengenai Pajak dan Retribusi di Kabupaten
Lembaran Daerah. Begitu juga materi muatan
Maluku Tengah belum berperspektif legislasi

BP
Peraturan Daerah haruslah seluas mungkin
responsif, sebab secara umum, dalam
dapat mengakomodir aspirasi atau kehendak
keseluruhan tahapan pembentukan Peraturan
masyarakat.
Daerah mengenai Pajak dan Retribusi tersebut
Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka
belum terlihat adanya partisipasi masyarakat
prioritas pembenahan perlu dimulai dari merevisi

ing
yang memadai. Pada tahap penyusunan
Peraturan DPRD Kabupaten Maluku Tengah
rancangan Peraturan Daerah terdapat
Nomor 01 Tahun 2014 tentang Peraturan Tata
partisipasi masyarakat dalam bentuk forum
Tertib DPRD sehingga memungkinkan adanya
dengar pendapat (public hearing), namun dari
akses partisipasi masyarakat pada keseluruhan
aspek kuantitatif masih minim dan dari aspek
pelaku partisipasi masih bersifat terbatas.
ind tahapan proses pembentukan Peraturan
Daerah serta transformasi dan pemberdayaan
Sedangkan pada tahap selanjutnya yakni tahap
kultur politik masyarakat yang masih bersifat
pembahasan dan pengundangan, sama sekali
top down atau konservatif menjadi kultur politik
tidak melibatkan partisipasi masyarakat.
yang button up atau responsif.
V
Kedua, adapun materi muatan yang
terkandung dalam Peraturan Daerah mengenai
DAFTAR PUSTAKA
hts

Pajak dan Retribusi di Kabupaten Maluku


Tengah belum berperspektif legislasi responsif, Buku
sebab aspirasi masyarakat yang mengemuka Fadjar, Mukhtie, Teori-Teori Hukum Kontemporer
di forum dengar pendapat (public hearing) (Malang: Setara Press, 2013)
Hamidi, Jazim et.al, Panduan Praktis Pembentukan
pada tahap penyusunan naskah rancangan
ec

Peraturan Daerah Partisipatif (Jakarta: Prestasi


Peraturan Daerah mengenai Pajak dan Retribusi Pustaka Publisher, 2008)
tidak diakomodir dalam tahap pembahasan Mahfud, Moh M.D, Politik Hukum Di Indonesia
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009)
maupun pengundangannya di Lembaran
Nonet, Philippe dan Philip Selznick, Hukum Responsif,
lR

Daerah. Sebelumnya, pada tahap perencanaan Penerjemah (Raisul Muttaqien), Cetakan Kedua
Peraturan Daerah dalam wujud program (Bandung: Nusa Media, 2008)
legislasi daerah juga tidak mencerminkan Ruslan, Achmad, Teori dan Panduan Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia
adanya aspirasi masyarakat dalam menentukan
na

(Yogyakarta: Mahakarya Rangkang Offset, 2011)


prioritas legislasi mengenai Pajak dan Retribusi Sutedi, Adian, Hukum Pajak dan Retribusi Daerah
yang akan di bentuk. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008)
Berdasarkan hal tersebut maka untuk dapat
Makalah/Artikel/Prosiding/Hasil Penelitian
Jur

mewujudkan suatu Peraturan Daerah mengenai


Arianto, Henry, “Hukum Responsif dan Penegakkan
Pajak dan Retribusi yang berperspektif
Hukum Di Indonesia”, Jurnal Lex Jurnalica, Vol. 7
legislasi responsif yang pada gilirannya dapat No. 2, April (2010)
berkesesuaian dengan tujuan otonomi daerah,

466 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 3, Desember 2015, hlm. 449-467


Volume 4, Nomor 3, Desember 2015

Arrsa, Ria Casmi, “Restorasi Politik Legislasi Rumesten, Iza R.S, “Model Ideal Partisipasi
Pembentukan Peraturan Daerah Berbasis Riset”, Masyarakat Dalam Pembentukan Peraturan

HN
Jurnal Rechtsvinding, Vol. 2 No. 3, Desember Daerah”, Jurnal Dinamika Hukum,Vol. 12 No.1,
(2013) Januari (2012)
Bagijo, Himawan Estu, “Pajak Dan Retribusi Daerah Rumesten, Iza, R.S, “Strategi Hukum dan Penerapan
Sebagai Sumber Pendapatan Daerah (Studi Partisipasi Masyarakat dalam Penyelesaian
Kasus Di Kabupaten/Kota Dan Pemerintah Sengketa Batas Daerah di Sumatera Selatan”,
Propinsi Di Jawa Timur)”, Jurnal Perspektif, Vol. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, Vol. 20 No. 4

BP
XVI No. 1 (2011) (2013)
Basyir, Abdul, “Pentingnya Naskah Akademik Saragih, Tomy M, “Konsep Partisipasi Masyarakat
Dalam Pembentukan Peraturan Perundang- Dalam Pembentukan Peraturan Daerah Rencana
undangan Untuk Mewujudkan Hukum Aspiratif Detail Tata Ruang dan Kawasan”, Jurnal Sasi, Vol.
Dan Responsif”, Jurnal Ius, Vol. II No.5, Agustus 17, No. 3 (2011)
(2014) Syaifuddin, Muhammad, et.al, “Demokratisasi

ing
Hattu, Hendrik, “Tahapan Undang-Undang Peraturan Daerah: Pengembangan Model Ideal
Responsif”, Jurnal Mimbar Hukum, Vol. 23 No. Pembentukan Peraturan Daerah Demokratis di
2, Tahun (2011) Bidang Ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi
Hattu, Hendrik, 2010. Model Undang-Undang Sumatera Selatan”, Jurnal MMH, Jilid 39 No. 2
Berkarakter Responsif (Studi Atas Undang- ind (2010)
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah), Ringkasan Disertasi Peraturan
(Makassar: Program Pasca Sarjana Universitas
Hasanuddin, 2010) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Hikmawati, “Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Perumusan Kebijakan Publik”, Jurnal Politik Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Maluku Tengah Nomor 01 Tahun
V
Profetik, Vol. 1 No. 1 (2013)
Isrok, “Korelasi Antara Peraturan Daerah (Perda) 2009 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan
bermasalah dengan Tingkat Investasi Ke Daerah”, Rakyat Daerah Kabupaten Maluku Tengah.
hts

Jurnal Hukum, Vol. 16 No. 4 (2009) Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Jusup,H.M, “Perda Pajak Dan Retribusi Daerah Di Era Kabupaten Maluku Tengah Nomor 01 Tahun
Otonomi Daerah, Jurnal Ekonomi , Vol. 1 No. 1 2014 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan
September-Desember (2012) Daerah Kabupaten Maluku Tengah.
Rodiyah, “Aspek Demokrasi Pembentukan Peraturan Keputusan Menteri Dalam Negeri Tentang
Pembatalan Peraturan Daerah dan Keputusan
ec

Daerah Dalam Perspektif Socio-Legal”, Jurnal


MMH, Jilid 41 No. 1 (2012) Kepala Daerah Tahun 2005-2009
lR
na
Jur

Pembentukan Peraturan Daerah Mengenai Pajak dan Retribusidi ... (Dayanto dan Asma Karim) 467

Anda mungkin juga menyukai