Anda di halaman 1dari 33

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ------------------------------------------------------------- 1

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Asuhan Kebidanan Komprehensif---------------------------------------- 5
2.1.1 Definisi Asuhan Kebidanan-------------------------------------- 5
2.1.2 Tujuan Asuhan Kebidanan--------------------------------------- 5
2.1.3 Lingkup Asuhan--------------------------------------------------- 6
2.2 Bayi Baru Lahir------------------------------------------------------------- 109
2.2.1 Definisi-------------------------------------------------------------- 109
2.2.2 Tanda-tanda Bayi Baru Lahir Normal-------------------------- 110
2.2.3 Tanda – Tanda Bayi Baru Lahir Tidak Normal---------------- 110
2.2.4 Refleks Pada Bayi------------------------------------------------- 111
2.2.5 Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir-------------------------- 112
2.2.6 Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir------------------------------- 113
2.2.7 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)------------------------------------ 117
2.2.8 Imunisasi------------------------------------------------------------ 118

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


6.1 Bayi Baru Lahir----------------------------------------------------------- 152
6.2 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir----------------------------- 173

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting,

terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. ASI juga merupakan

nutrisi alamiah bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat

yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun,

adakalanya seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI.

Kendala yang utama adalah karena produksi ASI tidak lancar, dan teknik

menyusui bayi yang tidak benar (Saleha, 2015).

Menurut WHO pada tahun 2015 angka kesakitan ibu nifas karena

bendungan ASI, ditingkat nasional 6% dari 5 juta kelahiran hidup.

Sedangkan WHO memperkirakan 10% kelahiran hidup mengalami

komplikasi. Kesakitan ibu terdiri atas komplikasi ringan sampai berat

berupa komplikasi permanen yang terjadi sesudah masa nifas. Infeksi juga

merupakan penyebab penting kematian dan kesakitan ibu. Insidensi infeksi

nifas sangat berhubungan dengan praktik tidak bersih pada waktu

persalinan dan masa nifas. Kesakitan yang menyusul penyebab tidak

langsung misalnya anemia dan bendungan ASI. Bendungan ASI yang

tidak disusukan dengan adekuat akan menyebabkan terjadinya mastitis

pada payudara menimbulkan pembengkakan lokal atau seluruh payudara,

merah, dan nyeri. Peradangan mengenai payudara yang terdiri dari

1
2

jaringan ikat, lemak, pembuluh darah, dan getah bening. Biasanya

didahului oleh putting lecet, payudara bengkak, atau sumbatan saluran

susu. (Wisnuwardhani, 2015).

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2014 menunjukan

bahwa 57% tenaga kerja di Indonesia adalah wanita. Faktor-faktor yang

menghambat keberhasilan menyusui pada ibu bekerja adalah pendeknya

waktu cuti kerja, kurangnya dukungan tempat kerja, pendeknya waktu

istirahat saat bekerja (tidak cukup waktu untuk memerah ASI), tidak

adanya ruangan untuk memerah ASI. Pertentangan keinginan ibu antara

mempertahankan prestasi kerja dan produksi ASI (Suradi, 2014).

Dengan adanya kesibukan keluarga dalam pekerjaan menurunkan tingkat

perawatan dan perhatian dalam keluarga, maka dengan adanya kesibukan

menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan

perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya

peningkatan angka kejadian engorgement (payudara bengkak). Payudara

bengkak disebabkan oleh bendungan vena dan pembuluh getah bening.

Hal ini semua merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak di sekresi,

namun pengeluaran belum lancar. Bila karena nyeri ibu tidak mau

menyusui, keadaan ini akan berlanjut. ASI disekresi akan menumpuk

sehingga payudara bertambah tegang, nyeri, terasa lebih penuh. Bayi

menjadi sulit menyusu. Pada saat ini, payudara tampak lebih merah, ibu

demam, dan payudara terasa nyeri sekali. Putting susu nyeri terjadi karena

posisi bayi saat menyusui salah, yakni karena putting tidak masuk kedalam
3

mulut bayi sampai aerola susu sehingga bayi hanya menghisap pada

putting susu saja. Tekanan terus-menerus hanya pada tempat tertentu akan

menimbulkan putting nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.

Iritasi pada putting juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah yang

pendek sehingga bayi tidak dapat menghisap sampai aerola susu dan

lidahnya menggeser ke putting.

Ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya supaya tidak

terjadi pembengkakan pada payudara yang menyebabkan terjadinya abses

payudara ibu perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika, penurun panas,

dan pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi

reaksi sistemik (demam). Bilamana mungkin, ibu anjurkan melakukan

senam laktasi (senam menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara

berputar sehingga persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama.

Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran darah dan

limfe di daerah payudara sehingga statis dapat di hindari yang berarti

mengurangi kemungkinan terjadinya Bendungan ASI pada payudara.

(Sarwono, 2015).

Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama bagi ujung

tombak pembangunan kesehatan dalam masalah pada ibu masa nifas. Untuk

itu dibutuhkan tenaga bidan yang terampil dalam melakukan prosedural klinis

dengan kemampuan analisis, kritis, dan tepat dalam penatalaksanaan asuhan

pada perempuan. Oleh karena wewenang dan tanggung jawab profesionalnya

sangat dengan tenaga kesehatan lain (Kemenkes 2010).


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Kebidanan Komprehensif

2.1.1 Definisi Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan

tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang

memiliki kebutuhan dan atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan,

nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita dan

pelayanan kesehatan masyarakat).Tujuan asuhan kebidanan adalah

menjamin kepuasan dan keselamatan ibu dan bayinya sepanjang siklus

reproduksinya, mewujudkan keluarga bahagia dan berkualitas melalui

pemberdayaan perempuan dan keluarganya dengan menumbuhkan rasa

percaya diri (Suryati, 2011).

2.1.2 Tujuan Asuhan Kebidanan

Adapun secara umum tujuan Asuhan Kebidanan yaitu, memantau

kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental

dan sosial ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan

atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat

penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan

persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya

dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas

berjalan normal dan pemberian ASI Ekslusif, dan mempersiapkan peran

4
5

ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh

kembang secara normal (Saifuddin, 2010).

2.1.3 Lingkup Asuhan

Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus

memberikan pelayanan secara komprehensif atau menyeluruh. Adapun

lingkup asuhan kebidanan meliputi : antenatal care atau kehamilan,

intranatal care atau persalinan, masa nifas dan penanganan bayi baru

lahir.

2.2 Bayi Baru Lahir

2.2.1 Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram

sampai 4000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan

(Rukiyah, 2010).

Asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang

diberikan pada bayi selama jam pertama setelah lahir (Sudarti, 2010).

Pelaksanaan pelayanan neonatus:

A. Kunjungan neonatal ke-1 (KN 1) dilakukakn pada kurun waktu 6-

48 jan setelah lahir


6

B. Kunjungan neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari

ke 3 sampai hari ke 7

C. Kunjungan neonatal ke- 3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu

hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

2.5.1 Tanda-tanda Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa

tanda sebagai berikut :

A. Warna kulit (appearance color) kemerah – merahan

B. Frekuensi jantung (pulse) > 100 x per menit

C. Reaksi terhadap rangsang (grimace), menangis, batuk/bersin,

activity (tonus otot), gerakan aktif, usaha nafas, bayi menangis

kuat (Rukiyah, 2010).

2.5.2 Tanda – Tanda Bayi Baru Lahir Tidak Normal

A. Masalah/kondisi akut perlu tindakan segera dalam 1 jam

kelahiranyaitu tidak bernafas, sesak napas, sianosis sentral (kulit

biru), bayi berat lahir rendah (BBLR) < 2.500 gram, letargis,

hipotermia/sters dingin ( suhu aksila < 36,5 0C ), dan kejang.

B. Kondisi perlu tindakan awal :

1. Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah dini atau pecah

lama)

2. Potensial sifilis (ibu dengan gejala atau serologis positif)

C. Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan

segera (oleh tenaga di kamar bersalin).


7

1. Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama

setelah kelahiran bayi.

2. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai

(Rukiyah, 2010).

2.5.3 Refleks Pada Bayi

A. Refleks kedipan (glabelar reflex).

Merupakan respons terhadap cahaya terang yang mengindikasikan

normalnya saraf optik.

B. Refleks mencari (rooting reflex).

Merupakan refleks bayi yang membuka mulut atau mencari puting

saat akan menyusui.

C. Sucking reflex.

Yaitu refleks menghisap yang dilihat pada pada waktu bayi

menyusu.

D. Tonick neck reflex.

Letakkan bayi dalam posisi telentang, putar kepala ke satu sisi

dengan badan ditahan, ekstremitas terekstensi pada sisi kepala

yang diputar, tetapi ekstremitas pada sisi lain fleksi. Pada keadaan

normal, bayi akan berusaha untuk mengembalikan kepala ketika

diputar ke sisi pengujian saraf asesori.

E. Grasping reflex.

Normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemerksa

meletakkan jari telunjuk pada palmar yang ditekan dengan kuat.


8

F. Refleks moro.

Tangan pemeriksa menyangga pada punggung dengan posisi 45

derajat, dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan 10 derajat.

Normalnya akan terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan.

G. Walking reflex.

Bayi akan menunjukkan respons berupa gerakan berjalan dan kaki

akan bergantian dari fleksi ke ekstensi.

H. Babinsky reflex.

Dengan menggores telapak kaki, dimulai dari tumit lalu gores

pada sisi lateral telapak kaki ke arah atas kemudian gerakkan jari

sepanjang telapak kaki (Dewi, 2013).

2.5.4 Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

A. Memulai mempertahankan pernapasan dengan paru-paru

B. Memulai perubahan sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan

oksigen.

C. Kemampuan mengatur dan mempertahankan suhu tubuh.

D. Kemampuan memenuhi kebutuhan nutrisi melalui saluran cerna.

E. Kemampuan mengeluarkan produk buangan.

F. Kemampuan untuk mempertahankan fungsi-fungsi sistem dalam

tubuh.

G. Kemampuan untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi.


9

2.5.5 Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

A. Penilaian Awal

Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan menilai hal

berikut :

1. Apakah menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?

2. Apakah Bayi bergerak dengan aktif atau lemas?

Jika bayi tidak bernafas atau megap-megap, atau lemah

maka segera lakukan resusitasi bayi baru lahir (Rukiyah, 2010).

B. Penilaian Klinik

Tujuannya adalah mengetahui derajat vitalitas dan

mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas

bayi adalah kemampuan jumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial

dan kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi

seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah, dan refleks-

refleks primitive seperti menghisap dan mencari (Manuaba, 2010).

Tabel 2.12
Nilai APGAR SCORE
SCORE 2 1 0
Tidak teraba
Frekuensi
>dari 100 Kurang dari 100 atau tidak
Jantung
terlihat
Sudah terjadi Sama sekali
Intermiten, sekali-
Respirasi dan hampir tidak tampak
kali menarik napas
teratur bernapas
Warna Kulit Seluruh tubuh Bagian tengah Sianosis atau
berwarna tubuh merah muda pucat
merah muda tapi
10

ekstremitasnya
biru
Baik-biasanya Cukup baik-
Tidak ada-
Tonus Otot menendang- tampak beberapa
tampak lunglai
nendang gerakan
Respon
terhadap Penarikan
Penarikan kaki
stimulasi kaki yang Tidak ada
minimal
(menggelitik kuat
telapak kaki)
Sumber: Rukiyah, 2010

C. Penanganan bayi baru lahir

Tujuan utama perawatan bayi baru lahir adalah :

1. Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,

membersihkan jalan nafas degan cara:

a. Letakan bayi pada posisi terlentang di tempat keras dan

hangat.

b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu

sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk.

Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.

c. Bersihkan hidung, rongga mulutdan tenggorokan bayi

dengan tangan yang dibungkus kasa steril.

d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau

gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar (Saifuddin,

2010).
11

2. Memotong tali pusat

Tali pusat dipotong 5cm dari dinding perut bayi dengan

gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Sebelum

memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah di klem

dengan baik untuk mencegah perdarahan (Saufuddin, 2010).

3. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Bayi baru lahir harus dibungkus dengan hangat. Suhu

tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur

yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil (Saifuddin,

2010).

4. Memberi vitamin K

Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu

diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan

bayi risiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-

1 mg I.M (Saifuddin, 2010).

5. Identifikasi bayi

a. Peralatan identifikasi bayi harus selalu tersedia di tempat

penerimaan pasien, di kamar bersalin, dan di ruang rawat

bayi.

b. Alat yang digunakan baiknya kebal air, dengan tepi yang

halus tidak melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah

lepas.
12

c. Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum:

Nama (bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis

kelamin, nama lengkap ibu, di setiap tempat tidur harus

diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal

lahir,nomor identifikasi.

d. Pemantauan Bayi baru lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk

mengetahui aktifitas bayi normal atau tidak, dan identifikasi

masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan

perhatian dari keluarga dan penolong persalinan serta

tindak lanjut massalah kesehatan.

Yang perlu di pantau pada bayi baru lahir adalah:Suhu

badan dan lingkungan, tanda-tanda vital, berat badan,

mandi dan perawatan kulit, pakaian, perawatan tali pusat

(Saifuddin, 2010).

e. Perawatan tali pusat

Biasanya tali pusat akan puput pada waktu bayi

berumur 6-7 hari. Bila tali pusat belum puput setiap

sesudah mandi tali pusat harus dibersihkan dan dikeringkan

(Wiknjosastro, 2006).

f. Nasihat Untuk Merawat Tali Pusat

Nasihat ini sebaiknya diberikan pada ibu dengan cara

memberi stimulasi bagaimana cara melakukannya antara


13

lain : jangan membungkus tali pusat atau mengoleskan

cairan atau bahan apapun, boleh mengoleskan alcohol atau

betadine apabila pemotongan tali pusat tidak terjamin

DTT/steril namun tidak boleh dikompres karena akan

mengakibatkan tali pusat basah dan lembab.lipat popok

dibawah punting tali pusat, jika tali pusat kotor bersihkan

dengan air DTT dan sabun lalu keringkan, meminta

bantuan jika tali pusat menjadi merah, mengeluarkan nanah

atau berdarah maka langsung rujuk ke fasilitas yang

dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir(Rukiyah, 2010).

2.5.6 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan

menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah

lahir.Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the

breast crawl atau merangkak mencari payudara.

Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut

ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya

setidaknya satu jam, semua bayi akan melalui lima tahapan perilaku

(pre-feeding behavior) sebelum ia berhasil menyusui.

Berikut ini lima tahapan perilaku bayi tersebut.

1. Dalam 30 menit pertama: stadium istirahat/diam dalam keadaan

siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali

matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa


14

ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam

kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan

dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman.

2. Antara 30-40 menit: mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti

ingin minum, mencium, dan menjilat tangan. Bau dan rasa ini

akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting

susu ibu.

3. Mengeluarkan air liur: saat menyadari bahwa ada makanan di

sekitarnya, bayi mengeluarkan air liurnya.

4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara: areola sebagai sasaran,

dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu,

menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan

kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan

sekitarnya dengan tangannya yang mungil.

5. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar,

dan melekat dengan baik (Saleha, 2010).

2.4.5 ASI Eksklusif

Pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa

jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun air putih, sampai bayi

berumur 6 bulan. Alasan ASI diberikan sampai usia bayi 6 bulan yakni :

Pertama, komposisi ASI cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi

apabila diberikan tepat dan benar sampai umur bayi 6 bulan; Kedua, bayi

saat umur 6 bulan sistem pencernaannya mulai matur, jaringan usus bayi
15

sehingga kemungkinan kuman atau protein dapat langsung masuk sistem

peredaran darah yang menimbulkan alergi, pori-pori tersebut tertutup saat

bayi berumur 6 bulan.

A. Pengelompokan ASI

1. ASI stadium I

Pada ASI stadium I terdapat kolostrum yakni cairan pertama yang

diekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4 setelah

persalinan; kolostrum berwarna kuning keemasan mengandung tingginya

komposisi lemak dan sel-sel hidup, kolostrum sebagai pencahar sehinga

mekonium cepat terkuras dan bayi siap menerima ASI, kandungan

antibodi tinggi, kandungan Ha lebih rendah dibanding ASI matur, mineral

lebih tinggi dari ASI matur.

2. ASI stadium II

Pada stadium II merupakan ASI peralihan yang diproduksi pada

hari ke-4 sampai hari ke-10, komposisi protein lebih rendah, sedangkan

lemak dan Ha tinggi, volume ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik

ibu, keluhan nyeri payudara berkurang, perlu peningkatan kandungan

protein dan kalsium pada makanan ibu.

2. ASI stadium III

Pada ASI stadium III ASI sudah matur pada hari ke 10 dan

seterusnya, nutrisi berubah sesuai kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan,

setelah 6 bulan bayi dikenalkan dengan makanan lain, telur lebih aman
16

diberikan pada bayi berumur setelah 1 tahun sampai sistem pencernaan

terhadap alergi telah siap (Rukiyah, 2010).

B. Teknik Menyusui yang Benar

1. Sebelum mulai menyusui ibu harus mencuci tangan dengan

sabun sampai bersih.

2. Sebelum menyusui keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting

dan areola sebagai desinfektan dan untuk menjaga

kelembaban.

3. Bayi diletakan menghadap payudara ibu.

a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih

baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu

menggantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran

kursi.

b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu

lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu

(kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan

dengan telapak tangan).

c. Satu tangan bayi diletakan dibelakang badan ibu, dan

yang satu di depan.

d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi

menghadap payudara (tidak hanya membelokan kepala

bayi).

e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.


17

f. Ibu menatap bayi dengan penuh rasa kasih sayang

4. Untuk memasukan payudara ke mulut bayi, pegang payudara

dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang dibawahnya

(seperti huruf “C“) jangan menekan puting susu atau areolanya

saja.

5. Beri bayi rangsangan membuka mulut (rootingrefleks) dengan

cara menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting.

Setelah bayi membuka mulut, segera dekatkan puting kemulut

bayi. Jangan menjejalkan puting kemulutnya, biarkan bayi

mengambil inisiatif.

6. Pastikan bayi tidak hanya menghisap pada putingnya saja

tetapi seluruh areola masuk kedalam mulut agar tidak lecet dan

ASI yang dikeluarkan akan maksimal karena adanya tekanan

di kelenjar – kelenjar susu.

7. Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan

hidung bayi agar pernafasan tidak terganggu.

8. Jika bayi telah berhenti menyusu, tetapi bertahan di payudara

jangan menariknya dengan kuat karena akan menimbulkan

luka. Pertama – tama hentikan hisapan bayi dengan cara jari

kelingking ibu dimasukan ke mulut bayi melalui sudut mulut

atau dagu bayi ditekan ke bawah.

9. Selama menyusui lakukan bergantian antara payudara kiri-

kanan dan tataplah mata bayi dengan kasih sayang.


18

10. Jangan khawatir jika bayi belum terampil menghisap karena

baik ibu maupun bayi masih belajar. Dibutuhkan ketenangan,

kesabaran dan latihan agar proses menyusu menjadi lancar.

11. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan

kering dengan sendirinya.

12. Setelah bayi selesai menyusu sendawakan bayi.

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara

dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh - Jawa) setelah

menyusui.

Cara menyendawakan bayi adalah:

a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu,

kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan.

b. Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu,

lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa

Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka

akanmemperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :

1) bayi tampak tenang

2) badan bayi menempel pada perut ibu

3) mulut bayi terbuka lebar

4) dagu bayi menempel pada payudara ibu

5) Sebagian atau seluruh areola masuk ke dalam mulut

bayi (Saleha, 2010).


19

2.5.7 Imunisasi

Imunisasi adalah salah satu cara untuk memberikan kekebalan

pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga dengan

imunisasi di harapkan bayi dan anak tetap tumbuh dalam keadaan

sehat (Rukiyah, 2010).


Tabel 2.13
Jadwal Imunisasi Wajib
Umur Vaksin Keterangan
Saat lahir Hepatitis HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam
B-1/HB-1 setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1-6 bulan.
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama,
untuk bayi yang lahir di RB atau RS polio oral
diberikan saat bayi dipulangkan (untuk
transmisi vius pada bayinya)
1 bulan HB-2 HB-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval
HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Vaksin ulang
BCG tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya
diragukan
2 bulan DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6
minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap.
DTP-1 dapat diberikan dengan interval 4-6
minggu
Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan
DTP-1. Vaksin polio ulang sati tahun sejak
diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4
selanjutnya 5-6 tahun
DTP-2 DTP dapat diberikan terpisah atau
4 bulan
dikombinasikan dengan HIB-2
Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2
DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau
dikombinasikan dengan HIB-3. Dapat diulang
6 bulan
diberikan 1 tahun setelah imunisasi DPT-3 dan
pada umur 5 tahun. DT diberikan pada anak
umur 5 tahun
Hepatitis Hepatitis B-3 dinerikan umur 6 bulan, interval
B-3 anntara HB-2 dan HB-3 adalah minimal 2
bulan. Terbaik 5 bulan
Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3
Campak- Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan
9 bulan
1
Sumber : Rukiyah, 2010
6.5 Bayi Baru Lahir

Kunjungan 6 jam Neonatus Tanggal 15 Juli 2018

Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat, menangis kuat, sudah

BAK ± 2 kali, BAB 1x , dan bayi sudah mendapatkan imunisasi hepatitis

B.

Penulis melakukan pemeriksaan dengan hasil keadaan umum bayi

baik, kulit tampak kemerahan, kesadaran composmentis. Setelah

melakukan pemeriksaan didapat hasil suhu 370C, nadi 135 x/menit, reflex

hisap positif, tidak ada pendarahan dan infeksi tali pusat, sklera tidak

kuning, konjungtiva tidak pucat, BB 3200 gram, BAB dan BAK positif.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa bayi neonatus cukup

bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam

Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa bayi dalam

keadaan baik/sehat dan tanda-tanda infeksi tidak ada. Memberitahu ibu

untuk tetap memberikan ASI sesering mungkin dan tanpa dijadwal (on

demand). Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi dengan

membungkus bayi dengan kain bedong, jika popok basah beritahu ibu

untuk segera menggantinya. Memberitahu ibu tentang cara merawat tali

pusat, yaitu setiap kali bayi mandi kassa steril diganti dan jangan diberi

obat-obatan apapun dan jaga tali pusat agar tetap kering dan bersih. Jika

tali pusat bernanah dan berbau serta bayi demam beritahu ibu untuk segera

melapor kepetugas kesehatan. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga


kebersihan bayinya yaitu selalu perhatikan kebersihan bayi dari ujung

rambut sampai ujung kaki dan mandikan bayi 2 kali/hari dan jika popok

kotor segera untuk menggantinya, merencanakan pulang yaitu jika kondisi

ibu dan bayi dalam keadaan sehat ibu boleh pulang. Memberitahu ibu

untuk kontrol ulang tanggal 22 Juni 2018 atau bila ada keluhan.

Kunjungan 6 Hari Neonatus Tanggal 20 Juli 2018

Ibu mengatakan bayinya sehat, menghisap ASI kuat (baik), tali

pusat belum terlepas.

Penulis melakukan pemeriksaan fisik dengan hasil keadaan umum

tampak baik, kulit bayi kemerahan, kesadaraan composmentis. tali pusat

belum puput. Suhu 36,7C, berat badan 3500 gram, kenaikan berat badan

100 gram, nadi 120 x/menit, pernafasan 45 x/menit, refleks hisap positif ,

mata sklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat, BAB dan BAK positif.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa neonatus cukup bulan

sesuai masa kehamilan usia 6 hari.

Dari hasil pemeriksaan tersebut penatalaksanannya adalah memberitahu

hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa bayi dalam keadaan baik/sehat dan

tanda-tanda infeksi tidak ada serta ada peningkatan berat badan bayi.

Memberitahu kepada ibu untuk tetap memberikan ASI sampai bayi

berusia 2 tahun dan ASI eksklusif tanpa tambahan apapun sampai 6

bulan. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi antara

pukul 07.00 s/d 09.00 sekitar 15-30 menit dengan sinar matahari pagi

agar bayi tidak kuning dan pakaian bayi dibuka saat bayi dijemur.
Menjelaskan tentang cara perawatan pada tali pusat yang sudah lepas

yaitu dengan cara setiap selesai mandi keringkan pusat dengan kasa steril

jangan dibubuhi apapun. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga

kehangatan bayinya, jika popok bayi basah beritahu ibu untuk segera

menggantinya. Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu

bayi tidak mau menyusu, demam, pendarahan tali pusat, bayi kejang, bayi

menangis terus menerus, dan apabila ibu menemukan hal tersebut segera

membawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat, Menganjurkan ibu

agar bayinya di imunisasi sehingga bayinya tidak terkena beberapa

penyakit, diantaranya imunisasi hepatitis, BCG, DPT1, DPT2, DPT3,

polio dan campak. Memberitahu kepada ibu untuk kunjungan ulang pada

tanggal 27 juli 2018 atau bila ada keluhan dan mendokumentasikan hasil

pemeriksaan.

Kunjungan 2 Minggu Neonatus Tanggal 27 Juli 2018

Ibu mengatakan bayinya sehat dan masih mau menyusu,

menghisap kuat dan tidak ada keluhan.

Setelah pemeriksaan didapatkan hasil keadaan umum bayi baik,

kesadaraan composmentis, kulit tampak kemerahan, gerakan aktif, tidak

ada perdarahan dan infeksi pada pusat, RR : 48 x/menit, suhu 36,80 C, nadi

138 x/menit, berat badan 4000 gram kenaikan BB 500 gram, daerah

genitalia bersih.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa neonatus cukup bulan

sesuai masa kehamilan usia 14 hari.


Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi dalam

keadaan baik/sehat dan tanda-tanda infeksi tidak ada serta ada peningkatan

berat badan bayi. Memberitahu kepada ibu untuk tetap memberikan ASI

sampai bayi berusia 2 tahun dan ASI eksklusif tanpa tambahan apapun

sampai 6 bulan. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi

antara pukul 07.00 s/d 09.00 sekitar 15-30 menit dengan sinar matahari

pagi agar bayi tidak kuning dan pakaian bayi dibuka saat bayi dijemur.

Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu bayi tidak mau

menyusu, demam, pendarahan tali pusat, bayi kejang, bayi menangis terus

menerus, dan apabila ibu menemukan hal tersebut segera membawa ke

tempat pelayanan kesehatan terdekat. Menganjurkan ibu agar bayinya di

imunisasi BCG pada saat kunjungan ulang pada tanggal 20 Juli 2018 atau

bila ada keluhan, Ibu memahami semua saran yang sudah disampaikan dan

bersedia melaksanakannya.

Kunjungan 6 Minggu Neonatal Tanggal 23 Agustus 2018

Ibu mengatakan bayinya sehat, menghisap ASI kuat ( baik ).

Berdasarkan Hasil Pemeriksaan didapat hasil keadaan umum bayi

baik, kesadaraan composmentis, kulit tampak kemerahan, pernafasan: 35

x/menit, Suhu 370C, nadi 120 x/menit, sklera tidak kuning, konjungtiva

tidak pucat, berat badan 4300 gram, kenaikan berat badan 300 gram.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa bayi cukup bulan

sesuai masa kehamilan usia 6 minggu.


Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa bayi dalam

keadaan baik/sehat dan tanda-tanda infeksi tidak ada serta ada peningkatan

berat badan bayi. Memberitahu kepada ibu untuk tetap memberikan ASI

sampai bayi berusia 2 tahun dan ASI eksklusif tanpa tambahan apapun

sampai 6 bulan. Memberikan imunisasi BCG dan polio 1 dan menjelaskan

pada ibu bahwa akan timbul koreng dari bekas suntikan BCG.

Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu bayi tidak mau

menyusu, demam, pendarahan tali pusat, bayi kejang, bayi menangis terus

menerus, dan apabila ibu menemukan hal tersebut segera membawa ke

tempat pelayanan kesehatan terdekat. Menganjurkan ibu agar bayinya di

imunisasi 1 bulan kemudian untuk dilakukan imunisasi DPT 1 pada

tanggal 23 Agustus 2018 atau bila ada keluhan. Ibu mengerti semua

nasehat yang disampaikan dan bersedia melaksanakannya dan

mendokumentasikan hasil pemeriksaan.

6.9 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir normal dilakukan dengan baik pada bayi

Ny.A. Asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang

diberikan pada bayi selama jam pertama setelah lahir. Pelaksanaan

pelayanan neonatus yaitu kunjungan neonatal ke-1 (KN 1) dilakukakan pada

kurun waktu 6-48 jam setelah lahir, kunjungan neonatal ke-2 (KN 2)

dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai hari ke 7, kunjungan neonatal

ke- 3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke

28 setelah lahir (Sudarti, 2010).


Bayi baru lahir usia 1 jam penulis memperoleh data pada bayi baru

lahir yaitu bayi Ny. A lahir dengan usia kehamilan cukup bulan yaitu 39-40

minggu pada tanggal 14 Juli 2018 pukul 19.00 WIB secara spontan dengan

letak belakang kepala, jenis kelamin laki-laki, dalam keadaan sehat,

langsung menangis dengan berat 3200 gram, panjang badan 48 cm, keadaan

fisik bayi normal. Penatalaksanaan yang diberikan adalah melakukan

perawatan bayi baru lahir yaitu, membersihkan jalan nafas, menjaga bayi

agar tetap hangat agar tidak mengalami hipotermi, memasang pakaian bayi

dan membungkus bayi dengan kain yang kering dan mengganti popok bayi

setiap kali basah, melakukan perawat tali pusat,yaitu dengan membungkus

kasa steril tanpa dibubuhi apapun, menyuntikkan vit K dengan dosis 0,5 cc

pada 1/3 paha kiri secara IM untuk mencegah terjadinya perdarah pada otak,

memberikan salep mata chlorampenicol 0,5% pada mata kanan dan kiri,

memantau keadaan umum dan TTV bayi (Saifuddin, 2010).

Pada pemantauan 1 jam bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan

refleks pada bayi Ny. A dengan hasil refleks moro (+), rooting (+), sucking

(+), tonicneck (+), palmagraps (+), swallowing (+) dan babinski (+).

Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada bayi seperti demam,

hipotermi/warna kulit kebiruan, nafas cepat >60x/menit, tali pusat berbau

busuk, warna kulit kuning (ikterus), refleks menghisap lemah, tali pusat

berdarah (Rukiyah, 2010). Hal ini sesuai dengan teori (Dewi, 2010)

mengatakan bahwa yang perlu diperhatikan pada bayi baru lahir adalah
refleks yang terdiri dari refleks moro, sucking, rooting, tonicneck,

palmagraps dan babinski.

Bayi baru lahir usia 6 jam. Ibu mengatakan bayinya mau minum ASI

dan menghisap ASI kuat, bayi sudah BAK dan BAB. bayi menangis jika

popoknya basah atau lapar. Keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital

dalam batas normal. Melakukan pemotongan tali pusat. Sebelum memotong

tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah di klem dengan baik untuk

mencegah perdarahan (Saufuddin, 2010). Memandikan bayi, dilakukan

pemeriksaan fisik tidak ada kelainan. Bayi sudah di berikan imunisasi Hb0 1

jam setelah lahir.

Bayi Baru lahir usia 6 hari Ibu mengatakan bayinya sehat dan selalu

tidur nyenyak. Ibu juga mengatakan bayinya mau minum ASI dan

menghisap dengan kuat, BAK lancar, BAB agak kental, dan tali pusat

belum puput. Keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas

normal, pada pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, atau tanda-tanda infeksi.

Pada kunjungan 14 hari neonatus, bayi Ny. A, tali pusat sudah puput

pada tanggal 21 Juli 2018 atau saat bayi berusia 7 hari. Hal ini sesuai

dengan teori (Wiknjosastro, 2006) yang mengatakan tali pusat akan puput

pada waktu bayi berumur 6-7 hari. Bayi masih menyusu dengan kuat dan

ibu masih memberikan ASI, mengingatkan ibu untuk membawa bayinya ke

tempat kesehatan untuk diberikan imunisasi BCG saat bayi berumur 1 bulan

dan memberitahu tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir. Berdasarkan


kunjungan neonatus dari 6 hari sampai 14 hari berjalan dengan normal dan

tidak ada masalah.

Pada kunjungan 6 minggu, bayi Ny.A masih menyusu dengan kuat

dan ibu masih memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya tanpa makanan

tambahan apapun termasuk air putih, berat badan meningkat, bayi Ny. A

sudah disuntik imunisasi BCG dan Polio dan memberitahu tanda-tanda

bahaya pada bayi baru lahir.

Berdasarkan kunjungan neonatus dari 6 hari sampai 6 minggu tidak

terdapat masalah atau normal. Sehingga bayi Ny. A sehat dan mau

menyusui.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

I. Pengumpulan Data
A. Identitas
Nama Bayi : By. Ny Agy Sela
Tanggal/Jam Lahir : 14 Juli 2018 (19.00WIB)
Jenis Kelamin : Perempuan

B. Anamnesa ( Data Subjektif )


Pada Tanggal : 14 Juli 2018
Oleh : Cynthia Johana

C. Pemeriksaan Fisik ( Data Objektif )


KU : Baik Kesadaran : Compos Mentis
TTV : S : 36,5°C RR : 33 x/menit Denyut Jantung : 140 x/menit
Pemeriksaan Antropometri
1. Berat badan : 3200 gram
Panjang badan : 48 cm
Jenis kelamin : Perempuan
2. Kepala :
DMO : 35 cm
DFO : 34 cm
DSOB : 32 cm
3. Lingkar Dada : 35 cm
Lingkar Lengan : 13 cm

Pemeriksaan Fisik Bayi :


a. Kepala :
UUB : Normal
Penyusupan : Tidak
Hidrosefalus : Tidak Ada
Fraktur : Tidak Ada
b. Mata :
Posisi : Simetris
Konjungtiva : Tidak Pucat
Sklera : Tidak Ikterik
Kotoran : Tidak Ada
Perdarahan : Tidak Ada
c. Hidung :
Simetris : Iya
Lubang : Ada
Kotoran : Tidak Ada
Tulang Hidung : Ada
d. Mulut :
Bibir : Kemerahan
Labioschiziz : Tidak Ada
Palatumschiziz : Tidak Ada
Reflex : Positif
e. Telinga :
Simetris : Ya
Lubang : Ada
f. Dada :
Simetris : Ya
Retraksi Dinding Dada : Normal
Puting : Simetris
Bunyi Jantung : Normal
g. Abdomen :
Pembesaran Lien : Tidak Ada
Benjolan : Tidak Ada
Perdarahan Tali Pusat : Tidak Ada
h. Ekstremitas Atas Dan Bawah :
Gerakan : Aktif
Jumlah Jari-Jari : Normal
i. Refleks :
Sucking : Positif
Moro : Positif
Rooting : Positif
Babinsky : Positif
Swallowing : Positif
Walking : Positif
Graps : Positif
Tonicneck : Positif
j. Anogenitalia :
Laki-Laki :
Skrotum :-
Testis :-
Lubang Uretra : Ada
Perempuan :
Labia mayora : Labia mayora sudah menutupi
labia minora
Labia minora : Labia minora sudah ditutupi
labia mayora
k. Anus
Mekonium : Sudah Ada
l. Punggung dan Pinggang : Pembengkakan : Tidak Ada
Kunjungan Neonatus : 6 Jam Postpartum
Hari /tanggal : Selasa, 15 Juli 2018
Oleh : Cynthia Johana
Pukul : 01.00 WIB
Bayi : Ny. A

S : Ibu mengatakan bayinya sudah BAB dan BAK


O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Denyut jantung : 135x/menit,
RR:36x/menit, suhu: 37˚C, perdarahan tali pusat: tidak ada, oedema: tidak ada.
A : Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan, umur 6 jam
P :
1. Melakukan informed conset kepada ibu.
2. Memandikan bayi dengan air hangat, mengganti kasa pembungkus tali pusat
3. Melakukan penyuntikan imunisasi HB0.
4. Mengingatkan ibu untuk menggantikan popok bayi jika BAB dan BAK dengan yang
bersih dan kering.
5. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat yang benar yaitu dengan prinsip bersih dan
kering dimana ibu dianjurkan untuk membungkus tali pusat dengan kasa kering saja,
bila tali pusat/sekitarnya kotor dapat dibersihkan dengan air DTT namun setelahnya
dikeringkan, ibu diminta untuk tidak membubuhi apapun pada tali pusat agar tali
pusat cepat mengering dan tidak terjadi infeksi.
6. Mengajarkan kembali cara meyusui yang benar.
7. Memberitahu kepada ibu tentang tanda–tanda bahaya pada bayi seperti demam, warna
kulit kebiruan, hipotermi/kedinginan, nafas cepat > 60 x/menit atau lambat < 30
x/menit, tidak mau menyusui, tali pusat merah, berbau busuk, ikterik/ kuning, reflex
menghisap lemah, tali pusat berdarah.
8. Menganjurkan ibu untuk menjaga bayi tetap hangat agar tidak terjadi hipotermi serta
mengingatkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya.
9. Menganjurkan ibu agar memberikan ASI minimal 2 jam sekali, bila bayi tertidur
pulas agar dibangunkan.
10. Ibu mendengarkan dan mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh bidan.
11. Mengingatkan kembali untuk kunjungan ulang bayi pada tanggal 28 April 2018

Anda mungkin juga menyukai