Anda di halaman 1dari 6

BUAH AKHLAK

TUGAS MATA KULIAH


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individual
pada Mata Kuliah Ilmu Akhlak

DOSEN PENGAMPU
Dr. Yusup Tajri, S.Sos.I., M.Pd.

Oleh:
AHMAD ZAKI RAIHAN
NIM: 2021010025

Kelas A
PROGRAM STUDI ILMU HADITS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS GARUT
1443 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, ‘inayah, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa risalah-Nya sehingga kita menjadi umat yang satu untuk kehidupan
yang lebih baik di dunia dan akhirat dalam keridhoan-Nya. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Garut, 4 Oktober 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara bahasa Akhlak, (Bahasa Arab: akhlāq) berarti bentuk kejadian; dalam
hal ini tentu bentuk batin seseorang.1 Kata akhlāq merupakan bentuk jama'
dari kata khuluq. Kata khuluq disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Qalam
ayat 4

‫ك لَ َعلَ ٰى ُخلُ ٍق َع ِظيم‬


َ َّ‫َوِإن‬
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

Dalam Kamus al-Munjid, kata khuluq berarti budi pekerti, perangai,


tingkah laku, atau tabiat. 2 Secara istilah akhlak adalah sifat yang terdapat di dalam
diri seseorang yang membuat perbuatan yang di lakukannya termasuk dalam
kategori akhlak baik atau akhlak buruk.3 Pada hakikatnya akhlak adalah gambaran
kondisi batin seseorang, yang tertanam di dalam jiwa, yang darinya muncul
berbagai macam tingkah laku secara mudah dan tanpa pertimbangan, yang bisa
memunculkan tindakan terpuji ataupun tercela.

B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang masalah diatas, disusunlah bahasan yang
mencangkup rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa itu buah akhlak?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:

1. Untuk mengetahui maksud dari buah akhlak.

1
Murni Jamal, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:
Departemen Agama, 1984), hlm. 53.
2
Luis Ma’luf, Al-Munjid, (Bairut: Dar al-Masyriq, t.t.), hlm. 194.
3
Ahmad Hawassy, Kajian Akhlak Dalam Bingkai Aswaja, (Jakarta Selatan: PT Naraya
Elaborium Optima,2020) Cetakan Pertama, Hlm 1.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Buah Akhlak
Islam menjadikan akhlak sebagai sebuah hal yang sangat mendasar bagi
seorang mukmin, karena seorang mukmin tidaklah disebut mukmin yang hakiki
kecuali telah tertanam dalam dirinya akhlak yang mulia, Nabi Muhammad
sallallahu 'alaihi wasalllam seorang nabi yang telah Allah utus ke seluruh bangsa
jin dan manusia disamping untuk menyampaikan risalah untuk mentauhidkan
Allah juga mengemban  tugas untuk memperbaiki akhlak  manusia yang sudah
rusak pada zaman itu, Nabi bersabda yang artinya :”Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Akhlak mulia adalah buah dari tauhid yang bersih dan ibadah yang benar.
Karenanya, akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan
aqidah dan syariah atau ibadah. Ibarat pohon, akhlak merupakan buah
kesempurnaan dari pohon tersebut setelah akar dan batangnya kuat, Sehingga
tidak mungkin akhlak itu akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak
memiliki aqidah dan syariah yang baik. Akhlak mulia juga buah dari takwa
kepada Allah yang menyebabkan seseorang masuk surga. Akhlak yang mulia dan
ketaqwaan adalah dua sisi yang tak boleh dipisahkan dari seorang mukmin, karena
keduanya merupakan sebab kebanyakan mukmin bisa meraih ganjaran Allah
berupa surga, dalam sebuah hadits Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wasallam
dari sahabat Abu Hurairah radiallahu 'anhu , Nabi ditanya tentang sebab
kebanyakan mukmin dimasukkan ke surga, maka ia mengatakan : " Taqwa kepada
Allah dan akhlak yang mulia". Akhlak disini mengatur bagaimana seorang
mukmin bisa berhubungan dengan sesamanya sesuai dengan perintah Allah atau
hamblumminannas dan ketakwan yang berkaitan dengan hubungan dengan sang
pencipta Allah subhanahu wata'ala atau hablumminallah yang berupa
mengerjakan segala perintah Allah serta meninggalkan segala macam
larangannya.

Dengan Ganjaran yang luar bisa inilah yang kita sebagai seorang mukmin
patut bersunggung sungguh dalam meraihnya dan berusaha meperbaiki diri
menuju lebih baik serta menghiasi nya dengan akhlak yang mulia serta ketakwaan
kepada Allah  karena itulah kesimpulan dari agama islam yang lurus ini serta
berusaha agar istiqomah dalam menjalaninya dalam kehidupan sehari-hari.

Di antara contoh lain dari buah akhlak mulia adalah sikap yang santun,
sopan, tutur kata lembut penuh kasih sayang, tidak marah, bisa menjadi teladan
yang baik, taat beribadah, dan berbuat jujur. Adapun sumber akhlak adalah
tuntunan al-Qur’an dan Hadis.

Al-Gazali berpendapat bahwa pengertian akhlak yaitu mengemukakan


buah (hasil) dari kebagusan akhlak. Tidak dari kebagusan akhlak itu sendiri.
Kemudian, tidak pula meliputi dengan semua buah itu. Dan mengungkapkan yang
tertutup dari hakikat itu adalah lebih utama daripada menyalinkan kata-kata yang
bermacam-macam itu.4

Akhlak mulia dalam pandangan umum yang dilihat dari segi buah yang
ditampilkan adalah sesuatu yang wajar. Akhlak (dalam pengertian hakikatnya)
memiliki hubungan yang sangat erat dengan perbuatan lahiriah yang tampak,
demikian sebaliknya perbuatan lahiriah dapat menunjukkan batinnya. Dan hal
yang demikian diakui oleh al-Gazali, dan beliau mengatakan: “Maka jiwa yang
terlihat dengan mata hati itu lebih besar nilainya, dibandingkan dengan tubuh
yang terlihat dengan mata kepala. Oleh sebab itu, urusan jiwa diagungkan oleh
Allah swt., dengan disandarkannya kepada-Nya”.5 Sebagaimana tertera dalam
(Q.S. Sad: 71-72), Allah memberitahukan, bahwa jasad (tubuh) itu dihubungkan
kepada tanah, sedang ruh (jiwa) dihubungkan kepada Tuhan.

4
Al-Gazali, Ihyaa’ ‘Ulum al-Diin ..., hlm. 1034.
5
Al-Gazali, Ihyaa’ ‘Ulum al-Diin ..., hlm. 1034.
DAFTAR PUSTAKA
Ghazali, Imam, Ihya’ Ulumiddin, terj. Ismail Ya’kub, (Singapura : Pustaka
Nasional, 2003).

Hawassy, ahmad. 2020, kajian akhlak dalam bingkai aswaja. Jakarta


selatan: PT  naraya elaborium  optima cetakan 1.

Mustopa. 2014, Akhlak Mulia dalam Pandangan Masyarakat, (Semarang :


IAIN Walisongo, Vol. 8, Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai