Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Definisi dan Fungsi Ilmu Kalam secara Ontology, Epistimologi, dan Aksiologi

Dosen Pengampu:

Kholid Akhmad Muzakki M. Pd

Disusun oleh:

1. Chalvin Ayuba (2011060220)


2. Dwi wildayanti (2011060358)
3. Uswah Dian Ma’arifah (2011060171)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, tuhan
semesta alam. Yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, akal dan pikiran kepada kita
sehingga dalam penulisan dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam yang tercurah
limpahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingannya kepada kita
dari kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti sekarang ini sehingga kita menjadi umat
muslim yang beriman secara kaffah.

Tujuan pembuatan makalah ini untuk menyelesaikan tugas kelompok ILMU KALAM dengan
pembahasan materi yaitu tentang DEFINISI DAN FUNGSI ILMU KALAM SECARAONTOLOGY,
EPISTIMOLOGI, dan AKSIOLOGI. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa mahasiswi di
UIN RADEN INTAN LAMPUNG. Mohon maaf apabila banyak kesalahan dalam penulisan ataupun
kurang dalam materi yang disampaikan. Atas perhatiannya kami mohon kritik dan sarannya.

Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak atau rekan-rekan
kelompok yang secara langsung ikut serta dalam membantu proses pembuatan makalah ini.
Terutama kepada dosen pembimbing yaitu bapak Kholid Akhmad Muzakki M. Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah ILMU KALAM. Dan tak lupa penulis juga menyampaikan banyak terima kasih
kepada sahabat-sahabat yang telah berpatisipasi secara maksimal dalam menyelesikan makalah ini.

Demikian hanya ini yang penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan menfaat nyata untuk masyarakat luas.

Lampung, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam...............................................................................2


B. Pengertian Aspek-aspek Ilmu Kalam...........................................................3
C. Ruang Lingkup Ilmu Kalam...........................................................................4
D. Fungsi Ilmu Kalam.......................................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................8
B. Saran.........................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangan agama islam banyak dipelajari berbagai ilmu-ilmu keagamaan,
misalnya ilmu fiqih, ilmu aqidah, dan ilmu tauhid. Ilmu-ilmu tersebut mempunyai peranan
tersendiri dalam mempelajari ilmu-ilmu tentang agama islam. Ilmu fiqih mempelajari
tentang hukum-hukum dalam agama islam. Ilmu aqidah mempelajari tentang tingkah laku
baik buruk manusia menurut agama islam. Dan ilmu tauhid mempelajari tentang keesaan
tuhan.
Ilmu tauhid juga disebut ilmu kalam, ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan
tentang wujudnya Tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti ada padaNya, sifat-sifat yang tidak
ada padaNya, dan sifat-sifat yang mungkin ada padaNya. Dan membicarakan tentang rasul-
rasul Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya dan sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-
sifat yang mungkin ada padanya, dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada dirinya.
Dalam sejarah perkembangan, dalam mempelajari ilmu tuhid, muncul banyak model-model
penilitian ilmu kalam, oleh sebab itu dalam makalah ini penulis membahas tentang “model
penelitian ilmu kalam”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu kalam?
2. Apa pengertian ilmu kalam secara aspek?
3. Apa saja ruang lingkup ilmu kalam?
4. Apa saja fungsi ilmu kalam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian ilmu kalam
2. Untuk mengetahui apa pengertian ilmu kalam secara aspek
3. Untuk mengetahui apa saja fungsi ilmu kalam
4. Untuk mengetahui apa saja fungsi ilmu kalam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengetian Ilmu Kalam


Menurut ahli tata bahasa Arab, kalam adalah kata atau lafadz dengan bentuk
majemuk (ketentuan atau perjanjian). Secara teknis, kalam adalah alasan atau argumen
rasional untuk memperkuat perkataan. Secara tata bahasa, kalam merupakan kata umum
tentang perkataan, sedikit atau banyak, yang dapat digunakan untuk setiap bentuk
pembicaraan (likulli ma yatakallamu bihi) atau ekspresi suara yang berturut-turut hingga
pesan-pesan suara itu jelas maksudnya. Dalam ayat 144 surat al-A’raf, menyebut bi kalami
yang ditunjukkan kepada Nabi Musa AS, menurut al-Baidawi maksudnya bi kalami iyyaka
(Aku berbicara langsung kepadamu). Dalam ayat 15 surat al-Fath, kalama Allah diartikan
janji atau ketentuan Allah SWT yang harus diikuti oleh seluruh umat manusia.
Sebagai kata benda dari kata taklim, kalam mengandung dua pengertian, yaitu
berbicara dan hukum (undang-undang). Ayat 75 surat al-Baqarah, kalam berarti Allah SWT
berbicara langsung kepada Nabi Musa AS atau hukum Allah SWT yang dikenal dengan din al-
islam. Ayat 6 surat at-Taubat, kalam adalah Firman Allah SWT atau isi yang terkandung
dalam agama islam secara nyata dan menyeluruh. Kalam sebagai kata kerja banyak
digunakan dalam al-Qur’an yang artinya berbicara kepada seseorang yang dikenai
perbuatan. Abu Hasan Al-Asy’ari dalam al-Ibanah mengartikan kata taklim dengan Al-
Musyafahah bi al-kalam (berbicara dengan pembicaraan tertentu). Kata kalam lainnya yang
mempunyai pengertian yang netral yaitu berbicara, bercakap-cakap, dan diskusi yaitu la
takallamu terdapat dalam surat Hud ayat 105, Na takallamu dalam surat an-Nur ayat 16,
dan ya takallamu dalam surat ar-Rum ayat 35 dan an-Naba ayat 38.
Berkenaan dengan pengertian ilmu kalam, banyak ahli yang telah memberikan
penjelasan. Musthafa Abd ar-Raziq menyebut ilmu kalam dengan beberapa nama, antara
lain: ilmu ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh al-Akbar, dan teologi islam. Disebut ilmu ushuluddin
karena ilmu ini membahas tentang pokok-pokok agama. Sementara itu, ilmu tauhid adalah
suatu ilmu yang di dalamnya dikaji tentang asma’ (nama-nama) dan sifat yang wajib,
mustahil, dan jaiz bagi Allah, juga sifat yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi Rasul-Nya. Ilmu
tauhid juga membahas tentang keesaan Allah SWT, dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya.
Sementara fiqhul akbar adalah ilmu yang membahas tentang keyakinan. Kondisi seperti ini
menunjukkan kepada kita bahwa ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, hanya saja
argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika.
Ilmu tauhid dengan ilmu kalam sebenarnya dimaksudkan untuk membedakan antara
mutakallimun dengan filosof muslim. Mutakallimun dan filosof muslim mempertahankan
atau memperkuat keyakinan mereka dengan menggunakan metode filsafat tetapi mereka
berbeda dalam landasan awal berpijak. Mutakallimun lebih dahulu bertolak dari al-Qur’an
dan Hadist (wahyu) yang diyakininya (diimani), kemudian disertakan pembuktian dalil-dalil
rasional. Sementara filosof berpijak kepada logika. Artinya, mereka melakukan sebuah
pembuktian secara rasional, kemudian meyakininya. Meskipun demikian, tujuan yang ingin
dicapai adalah satu yaitu ke-Esaan Allah dan ke-Maha kuasaan Allah SWT.
Beberapa alasan penamaan ilmu kalam adalah:
1. Persoalan terpenting diantara pembicaraan-pembicaraan masa-masa pertama Islam adalah
firman Allah SWT, al-Qur’an, apakah azali atau baru. Oleh karena itu, keseluruhan isi ilmu
kalam merupakan bagian yang penting sekali.
2. Dasar ilmu kalam yaitu dalil-dalil rasional yang pengaruhnya nampak nyata pada
pembicaraan-pembicaraan para ulama islam, sehingga kelihatan mereka sebagai ahli bicara.
Dalil al-Qur’an sunnah baru dipakai sesudah mereka menetapkan kebenaran suatu persoalan
dari segi akal pikiran.
3. Pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika dan filsafat. Pembuktian-
pembuktian dengan logika disebut ilmu kalam. Orang yang ahli ilmu kalam disebut
mutakallim (jamaknya mutakallimin).

Istilah teologi islam, ilmu kalam, dan ilmu tauhid pada intinya memiliki kesamaan
pengertian, yaitu disekitar masalah-masalah berikut:

1. Kepercayaan tentang tuhan dengan segala seginya, Yang berarti termasuk di dalamnya soal-
soal wujud-Nya, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, dan sebagainya.
2. Pertalian-Nya dengan alam semesta, yang berarti termasuk di dalamnya persoalan terjadi
nya alam, keadilan dan kebijaksaan Tuhan, serta Qada dan Qadar. Pengutusan rasul-rasul
juga termasuk di dalam persoalan pertalian manusia dengan Tuhan, yang meliputi juga soal
penerimaan wahyu dan berita-berita alam gaib atau akhirat.

B. Pengertian Aspek-aspek Ilmu kalam


1. Aspek Epistimologi
Secara bahasa kata Epistimologi berasal dari bahasa Yunani, episteme yang artinya
pengetahuan dan logos artinya teori, uraian, atau alasan. Maka berdasar baasa,
epistimologi adalah sebuah teori tentang pengetahuan atau theory of knowledg.
Epistimologi mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan, justifikasi, dan rasional
keyakinan. Melalui epistemologi manusia berusaha mengungkapkan dan menentukan
kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta
pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Banyak
perdebatan dalam epistimologi berpusat pada analisis ilmu kalam yang terkait dengan
hakikat dari pengetahuan dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan konsep-konsep
seperti kebenaran, keyakinan, dan justifikasi dan juga berbagai masalah skeptisisme
beserta sumber-sumbernya dalam sebuah ruang lingkup pengetahuan atas keyakinan
sebagai kriteria dalam pengetahuan dan justifikasi ilmu kalam.
Epistimologi dalam ilmu kalam adalah cara yang digunakan oleh para pemuka aliran
kalam dalam menyelesaikan persoalan kalam ketika menafsirkan al-Qur’an yang dalam
konteksnya disesuaikan dengan sudut pandang tertentu, penafsiran-penafsiran teologis
yang telah mendekati al-Qur’an secara atomistik dan persial serta yang melingkupi
konteks kesejarteraan dan kesusastraannya.
Dalam kancah pemikiran islam (Arab), menurut Abid al-Jabari setidaknya ada tiga
jenis epistemologi yang digunakan sebagai sumber kebenaranyaitu epistemologi bayani,
epistemologi burhani, dan e*istemologi ‘irfani.
Bayani adalah metode pemikiran Arab yang menekankan pada otoritas teks (sulthat
al-nas), baik secara langsung maupun tidak langsung dan di justifikasi oleh logika
kebahasaan yang dihasilkan lewat istidlal (inferensi). Secara langsung artinya memahami
teks sebagai pengetahuan jadi dan langsung mengaplikasikannya tanpa perlu pemikiran.
Secara tidak langsung berati memahami teks sebagai pengetahuan mentah sehingga
perlu tafsir dan penalaran.
Epistemologi burhani (demonstrasi) adalah epistren yang mendasarkan
kebenarannya pada kekuatan akal atau rasio yang dilakukan lewat dalil-dalil logika.
Prinsip-prinsip logis inilah yang menjadi acuan sehingga dalili-dalil agama s
2. Aspek Ontologi
Menurut bahasa Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau Ontos yang
berarti ada dan logos yang berarti ilmu. Jadi yang dimaksud Ontologi adalah ilmu
tentang yang ada, sedangkan menurut istilah Ontologi adalah ilmu yang membahas
tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate realita baik yang terbentuk dalam
aspek-aspek kehidupan dalam pembahasan ilmu kalam.
Ilmu kalam mencakup diskursus aliran-aliran kalam yang ada pada persoalan-
persoalan ketuhanan dan yang berkaitan dengannya, yang berkesan samar dan
persoalan-persoalan yang terjadi dalam kehidupan manusia.
3. Aspek Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axion yang berarti nilaidan logos berarti
teori, jadi yang dimaksud dengan aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan
menurut istilah Aksiologi adalah nilai yang suatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai dalam realita kehidupan yang menjadi
pembahasan dalam suatu ilmu kalam.
Pada aspek aksiologi ilmu kalam menyangkut pada kegunaan ilmu itu sendiri dalam
menyikapi hakikat kebenaran yang terjadi dalam realita-realita kehidupan yang tidak
terlepas oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan
perkembangan zaman.
Setiap disiplin ilmu harus mempunyai nilai guna atau manfaat bagi orang yang
mempelajarinya, diantara nilai guna ilmu kalam paling tidak mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1) Untuk mempertahankan kebenaran dan keyakinan ajaran agama islam
2) Menolak segala pemikiran yang sengaja merusak atau menolak keyakinan islam
yang popular dengan terminology bid’ah.

C. Nama-nama Ilmu Kalam


1. Ilmu Kalam
Disebut ilmu kalam karena membahas tentang ketuhanan yang logika maksudnya
dalil-dalil Aqliyah dari permasalahan sifat kalam bagi Allah SWT seperti, persoalan
Apakah al-Qur’an itu Qodim (dahulu) atau Hadist (baru).
2. Ilmu Ushuluddin
Disebut ilmu Ushuluddin sebab penamaan ilmu ushuluddin terfokus pada aqidah
atau keyakinan Allah SWT, atau yang membahas pokok-pokok dalil Agama.
3. Ilmu Tauhid
Disebut ilmu tauhid karena membahas keesaan Allah SWT, baik menyangkut dzat,
sifat dan perbuatan.
4. Fiqh al-Akbar
Menurut Abu Hanifah hukum islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi menjadi
dua yaitu fiqh al-akbar (membahas keyakinan/pokok-pokok agama/ilmu tauhid) dan fiqh
al-asghar (membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah muamalah).
5. Teologi Islam
Teologi islam merupakan istilah yang diambil dari bahasa inggris, theology Wiliam L
Reese mendefinisikan dengan “discourse or concerning” (diskursus/pemikiran tentang
Tuhan). Ilmu kalam disebut juga Ilmu Teologi karena Teologi membicarakan dzat Tuhan
dari segala aspeknya. Dan perhatian tuhan dengan alam semesta karena teologi sangat
luas sifatnya. Teologi setiap agama bersifat luas maka bila dipautkan dengan islam
(teologi islam) pengertiannya sama dengan ilmu kalam disebut pula ilmu jaddal (debat)
ilmu aqoid.

D. Ruang Lingkup Ilmu Kalam


Masalah yang dibahas dalam aqidah ilmu kalam adalah mempercayai adanya Allah,
malaikat, kitab-kitab Allah, nabi dan rasul Allah, hari kiamat, Qadha’ dan Qadar, Akhirat,
akal dan wahyu, surga, neraka, dosa besar, dan masalah iman dan kafir. Yang diperkuat
dengan dalil-dalil rasional agar terhindar dari aqidah yang menyimpang.
Jika digolongkan, maka ruang lingkup ilmu kalam terbagi dengan 3 aspek, yaitu:
1. Illahiyat yaitu masalah ketuhanan membicarakan masalah: dzat Tuhan, Nama dan sifat
Tuhan, Perbuatan Tuhan.
2. An Nubuwwat yaitu masalah kenabian membicarakan: kemukjizat Nabi, Nabi terakhir.
3. As sam’iyyaat yaitu hal-hal yang tak mungkin kita ketahui melaikan ada informasi dari
nabi, yaitu berbicara masalah wahyu. Masalah sam’iyyaat meliputi antara lain: masalah
adzab kubur, Neraka, dan surga.

E. Fungsi Ilmu Kalam


Ada beberapa fungsi ilmu kalam yaitu:
a. Internal
Atau fungsi yang berasal dari dalam, diantaranya:
• Menjelaskan aqidah atau keimanan dalam islam secara tepat dan benar.
• Memberi jawaban atas permasalahan-permasalahan tentang penyimpangan teologi
agama lain yang merusak aqidah umat islam.
• Menguatkan landasan keimanan umat islam melalui pendekatan filosofi logis sehingga
kebenaran islma tidak saja dibenarkan dengan waktu dengan wahyu tetapi juga dapat
diterima dan dibenarkan logika
b. Eksternal
Atau fungsi dari luar, diantaranya:
• Menjaga prinsip-prinsip agama dari upaya pengaburan yang dilakukan oleh musuh-
musuh islam yang menjelaskan argumen-argumen agama terhadap orang-orang yang
menentangnya.
• Memberi petunjuk kebenaran kepada pencari kebenaran dan menguetkan hujjah
kepada orang yang menentang kebenaran.
• Menjaga prinsip-prinsip agama dari upaya perorangan.
Selain dua fungsi diatas ada fungsi kalam lain yang harus kita ketahui, diantaranya:

1. Ilmu kalam Untuk menolak aqidah yang sesaat


Berusaha menghindari tantangan-tantangan dengan cara memberikan penjelasan
duduk perkaranya timbul pertentangani itu, selanjutnya membuat suatu garis kritik
sehat berdasarkan logika. Dengan ilmu kalam bisa memulihkan kembali ke jalan yang
murni, pembaharuan dan perbaikan terhadap ajaran-ajaran yang sesaat.
2. Ilmu kalam untuk Memperkuat, membela dan menjelaskan aqidah islam
Dengan adanya ilmu kalam bisa menjelaskan, memperkuat dan membelanya dari
berbagai penyimpangan yang tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.

F. Faktor-faktor Timbulnya Aliran-aliran Ilmu Kalam


1. Faktor dari dalam (internal)
a. Adanya pemahaman dalam islam yang berbeda
Perbedaan ini terdapat dalam hal pemahaman ayat al-Qur’an, sehingga berbeda
dalam menafsirkan pula. Musafir satu menemukan penafsirannya berdasarkan
hadist yang shahih, sementara musafir yang lain penafsirannya belum mnemukan
hadist yang shahih. Bahkan ada yang mengeluarkan pendapatnya sendiri atau
hanya mengandalkan rasional belaka tanpa merujuk kepada hadist.
b. Adanya pemahaman ayat al-Qur’an yang berbeda
Para pemimpin aliran pada waktu itu dalam mngambil dalil al-Qur’an berintinbat
menurut pemahaman masing-masing.

c. Adanya penyerapan tentang hadist yang berbeda


Penyerapan hadist berbeda, ketika para sahabat menerima berita dari para
perawinya dari aspek “matan” ada yang disebut hadist riwayat (asli dari rasul) dan
diroyah (redaksinya disusun oleh para sahabat), ada pula yang dipengaruhi oleh
hadist (isra’iliyah), yaitu hadist yang disusun oleh orang-orang yahudi dalam rangka
mengacaukan islam.
d. Adanya kepentingan kelompok atau golongan
Kepentingan kelompok pada umumnya mendominasi sebab timbulnya suatu aliran,
sangat jelas dimana syiah sangat berlebihan dalam mencintai dan memuji Ali bin
Abi Thalib, sedangkan khawarij sebagai kelompok yang sebaliknya.
e. Mengedepankan akal
Dalam hal ini, akal digunakan setiap keterkaitan dengan kalam sehingga terkesan
berlebihan dalam pnggunaan akal, seperti aliran mu’tazilah.
f. Adanya kepentingan politik
Kepentingan ini bermula ketika ada kekacauan politik pada zaman Ustman bin Affan
yang menyebabkan wafatnya beliau, kepentingan ini bertujuan sebagai sumber
kekuasaan untuk menata kehidupan.
g. Adanya perbedaan dalam kebudayaan
Orang islam masih mewarisi yang dilakukan oleh bangsa quraish di masa jahiliyah.
Seperti menghalalkan kawin kontrak yang hal itu sebenernya sudah di larang sejak
zaman Rasulullah. Kemudian muncul lagi pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib oleh
aliran syi’ah.
2. Faktor dari luar (eksternal)
a. Banyak diantara pemeluk islam yang mula-mula beragama yahudi, masehi dan
lain sebagainya. Seteleh fikiran tenang dan sudah memegang teguh islam,
mereka mulai mengingat-ingat agama mereka yangdulu dan dimasukkannya
dengan ajaran-ajaran agama islam.
b. Golongan islam yang dulu, terutama golongan mu’tazilah memusatkan
perhatiannya untuk menyiarkan agama islam dan membantah alasan-alasan
mereka yang memusuhi islam. Mereka tidak akan bisa menghadapi lawan-
lawannya kalau mereka sendiri tidak mengetahuipendapat-pedapat lawan-
lawannya beserta dalil-dalilnya sehingga kaum muslimin memakai filsafat untuk
menghadapi musuh-musuhnya.

BAB III

A. Kesimpulan
Menurut ahli tata bahasa Arab, kalam adalah kata atau lafadz dengan
bentuk majemuk (ketentuan atau perjanjian). Secara teknis, kalam adalah
alasan atau argumen rasional untuk memperkuat perkataan. Secara tata
bahasa, kalam merupakan kata umum tentang perkataan, sedikit atau banyak,
yang dapat digunakan untuk setiap bentuk pembicaraan (likulli ma yatakallamu
bihi) atau ekspresi suara yang berturut-turut hingga pesan-pesan suara itu jelas
maksudnya.
Epistimologi dalam ilmu kalam adalah cara yang digunakan oleh para
pemuka aliran kalam dalam menyelesaikan persoalan kalam ketika menafsirkan
al-Qur’an yang dalam konteksnya disesuaikan dengan sudut pandang tertentu,
penafsiran-penafsiran teologis yang telah mendekati al-Qur’an secara atomistik
dan persial serta yang melingkupi konteks kesejarteraan dan kesusastraannya.
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate realita baik yang terbentuk dalam aspek-aspek kehidupan
dalam pembahasan ilmu kalam.
Aksiologi adalah nilai yang suatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai dalam realita kehidupan yang
menjadi pembahasan dalam suatu ilmu kalam.
Pada aspek aksiologi ilmu kalam menyangkut pada kegunaan ilmu itu sendiri
dalam menyikapi hakikat kebenaran yang terjadi dalam realita-realita kehidupan
yang tidak terlepas oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdasarkan perkembangan zaman.
Adapun nama-nama ilmu kalam yaitu ilmu kalam, ilmu ushuluddin, ilmu
tauhid, fiqh al-Akbar, teologi islam.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami yakin makalah ini pastinya masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun segi tulisan. Untuk
itu kami sebagai penulis meminta kritik dan saran dari berbagai pihak guna
untuk memperbaiki dan menyempurnakan makalah selanjutnya. Kami harap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kami selaku
penulis dan umumnya bagi para pembaca, sekian terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Hardono Hadi, P. 1994. Epistemologi: Filsafat pengetahuan. Yogyakarta:


kanisius.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Kitab Syarah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Cetakan I: Pustaka at-Taqwa.
Maghfur, Muhammad. 2002. Koreksi atas pemikiran kalam dan Filsafat
islam. Bangil: al-Izzah.
Syech Muhammad Abduh. 1963. Risalah Tauhid. Jakarta cetakan pertama:
KH. Firdaus, AN-PN Bulan Bintang.
Wardani. 2003. Epistemologi Kalam Abad pertengahan. Yogykarta: LKiS

Anda mungkin juga menyukai