MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
INDONESIA
TAHUN 2022
TINJAUAN TEORITIS
A. Karsinoma Nasofaring
1 Definisi
Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan karsinoma yang muncul pada daerah nasofaring (area di atas
tenggorokn dan di belakang hidung), yang menunjukkan bukti adanya diferensiasi skuamosa
mikroskopik ringan atau ultrastruktur. KNF merupakan keganasan terbanyak ke-4 setelah kanker
payudara, kanker serviks, dan kanker paru (Adham, et al., 2017). KNF merupakan kanker yang
mempunyai keunikan dan berbeda dari tumor ganas di daerah kepala dan leher lainnya dalam hal
epidemiologi, spektrum gambaran histopatologi, karakteristik klinik dan sifat biologi. (Faiza, Rahman
& Asri, 2016).
2 Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian KNF adalah (Adham, et al., 2017):
1) Jenis kelamin: karsinoma nasofaring lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.
2) Ras: kanker jenis ini lebih sering memengaruhi orang-orang di Asia dan Afrika Utara. Di Amerika
Serikat, imigran Asia memiliki risiko lebih tinggi dari jenis kanker, dibandingkan orang Asia
kelahian Amerika.
3) Usia: kanker nasofaring dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering didiagnosis pada orang
deasa usia 30-50 tahun.
4) Makanan yang diawetkan: bahan kimia yang dilepaskan dalam uap saat memasak makanan, seperti
ikan dan sayuran yang diawetkan, dapat masuk ke rongga hidung, meningkatkan risiko karsinoma
nasofaring. Paparan bahan kimia ini pada usia dini, lebih dapat meningkatkan risiko.
5) Virus Epstein-Barr: virus ini umumnya menghasilkaan tanda-tanda dan gejala ringan, seperti pilek.
Kadang-kadang juga dapat menyebabkan infeksi mononucleosis. Infeksi virus Epstein Barr primer
biasa terjadi pada anak usia dini, asimptomatik tetapi menghasilkan virus yang persisten sepanjang
hidup. Virus Epstein Barr memiliki respons yang kuat terhadap limfosit manusia dan epitel saluran
napas atas. Orofaring menjadi lokasi primer infeksi dan juga replikasi virus. Virus Epstein Barr
menginfeksi limfosit B primer untuk membentuk infeksi laten dan menimbulkan proliferasi (Wijaya
& Soeseno, 2017).
6) Sejarah keluarga: memiliki anggota keluarga dengan karsinoma nasofaring dapat meningkatkan
risiko penyakit KNF.
7) Rokok (Wijaya & Soeseno, 2017): nasofaring rentan terhadap rokok/ tembakau; perokok memiliki
peningkatan risiko KNF 30%–100% dibandingkan bukan perokok. Partikel asap pembakaran yang
tidak sempurna dari batu bara, kayu, dan material lain juga dapat terdeposit di nasofaring.
3 Manifestasi Klinis
Menurut Wijaya & Soeseno (2017) disebutkan ahwa terdapat empat kelompok gejala, yaitu gejala
massa leher, gejala hidung, gejala telinga, dan kelumpuhan saraf kranial. Kelompok gejala tersebut
berhubungan dengan lokasi tumor primer, struktur yang diinfiltrasi, atau metastasis nodul limfatik
servikal.
Massa di nasofaring dapat membuat gejala obstruksi nasal dan hidung menghasilkan lendir. Saat ukuran
tumor kecil, itemukan obstruksi unilateral namun seiring pertumbuhan tumor akan menjadi bilateral.
Jika tumor berulkus, maka akan muncul epistaksis dengan jumlah perdarahan yang tidak cukup banyak.
Sebagian besar tumor di nasofaring dengan atau tanpa ekstensi posteolateral ruang paranasofaring
sering dikaitkan dengan disfungsi tuba Eustachius, sehingga terjadi tuli konduktif unilateral. Gejala
otologi lainnya adalah otalgia dan tinnitus.
Tumor primer dapat tumbuh ke bagian superior menginfiltrasi basis kranii dan mneimbulkan nyeri
kepala. Jika tumor mengenai sinus cavernous dan dinding lateralnya, saraf kranial III, IV, dan VI dapat
terlibat dan timbul diplopia. Gejala yang paling sering ditemuan adalah massa tidak nyeri di leher
bagian atas.
5 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa ditegakkan berdasarkan pengkajian, peemriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pengambilan sampel jaringan atau biasa yang disebut biopsi
nasofaring. Dari hasil biopsy nantinya akan menghasilkan keterangan histopatologi dan jenis sel
kankernya. Hal tersebut dapat digunkana untuk penentuan terapi.
Pemeriksaan berikutnya yaitu pemeriksaan radiologi:
- Foto Thoraks: untuk mengetahui adanya metastasis tumor karena paru merupkan daerah metastase
yang cukup sering
- CT Scan nasofaring: bertujuan untuk melihat tumor primer yang tersembunyi. Dapat juga
mengetahui apakaha ada perluasan tumo dan erosi dasar tengkorak.
- MRI: dapat menunjukkan perhiasan tumor
- USG Hepar: untuk melihat apakah ada metastasis pada hepar
- Bone scintigraphy: untuk melihat adanya metastasis ke tulang.
Pemeriksaan laboratorium:
Diagnosis KNF ditunjang beberapa pemeriksaan tambahan yaitu pemeriksaan serologi, misalnya
imunoglobulin A anti-viral capsid antigen (Ig anti-VCA), Ig G anti-early antigen (EA),
imunohistokimia, dan polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan serologi dapat dilakukan sebagai
skrining untuk deteksi dini, sering mendahului munculnya KNF dan berfungsi sebagai petanda tumor
remisi dan kekambuhan. Bentuk endemik KNF dikaitkan dengan VEB, meskipun peran VEB yang tepat
dalam patogenesis KNF masih belum jelas.
Deteksi antibodi IgG (dijumpai pada masa awal infeksi virus) dan antibodi IgA VCA mendukung
diagnosis karsinoma nasofaring. Titer antibodi IgA untuk VEB viral capsid antigen (EBV-IgA- VCA)
dan VEB antigen awal (EBV-EA) pada pemeriksaan immunofluorescent dapat digunakan untuk
skrining KNF. Peningkatan titer Peningkatan titer IgA ini dapat diketahui sebelum perkembangan KNF
dan berkorelasi dengan besar tumor, remisi, dan rekurensi. Dalam beberapa tahun terakhir, tes enzyme-
linked immunosorbent assay (ELISA) yang menggunakan antigen VEB rekombinan dimurnikan makin
dianjurkan untuk menggantikan immunofluorescent tradisional. Virus juga dapat dideteksi pada tumor
dengan pemeriksaan hibridisasi in situ dan teknik imunohistokimia. Selain itu, dapat juga dideteksi
dengan teknik PCR pada material aspirasi biopsi jarum metastasis kelenjar getah bening leher (Wijaya
& Soeseno, 2017).
6 Patofisiologi KNF
7 Penatalaksanaan
Radioterapi merupakan pilihan utama khususnya KNF tidak berdiferensiasi (WHO tipe III), karena
bersifat radiosensitif. Radioterapi dilakukan pada stadium dini (stadium I dan II). Indikasi
kemoterapi pada KNF antara lain stadium lanjut (stadium III dan IV), disertai atau dicurigai ada
metastasis jauh, tumor persisten, dan rekuren. Pembedahan dilakukan untuk membuang kelenjar
getah bening yang menetap atau kambuh apabila tumor primer di nasofaring hilang setelah
pemberian radioterapi dan kemoterapi.
Manajemen KNF stadium lanjut (stadium III dan IV) adalah kemoterapi kombinasi dengan
radioterapi. Kemoterapi dapat diberikan sebelum, selama, atau setelah radiasi yang dinamakan
kemoterapi neoadjuvan, konkuren, dan adjuvan. Rekomendasi terkini menggunakan kemoterapi
cisplatin, 5-fluorouracil, taxane, gemcitabine, vinorelbine. Kemoterapi bertujuan untuk membunuh
sel-sel kanker namun juga merusak sel-sel yang normal. Selalu ada sejumlah sel-sel normal yang
dapat rusak ketika pengobatan dengan obat-obat sitotoksik (kemoterapi). Sumsum tulang, epitelium
gastrointestinal, dan folikel rambut sangat rawan terhadap kemoterapi. Kemoterapi juga
mempunyai efek toksik pada sumsum tulang dan dapat mengakibatkan neutropenia (50%),
trombositopenia (10-25%), anemia (32%), konstipasi (16%), alopesia (65%), rasa lelah
(fatigue),psikologis, depresi (12%), Aspek spiritual 54,5% rendah (Ladjar, 2016).
Nasofaringektomi dilakukan bila tumor nasofaring persisten atau rekuren dan telah berekstensi ke
spasia paranasofaring. Pada tumor kecil namun tebal, reseksi adekuat dapat dilakukan
menggunakan endoskopi melalui kavum nasi atau oral. Tumor yang lebih ekstensif memerlukan
reseksi terbuka (Wijaya & Soeseno, 2017).
8. Penatalaksanaan
a. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah terapi pilihan karena sangat efektif terhadap pengobatan tumor yang
belum mengadakan invasi ke intrakranial. Selain efektif biaya yang relatif murah menjadikan
radioterapi ini sebagai pilihan pengobatan pertama untuk kanker nasofaring (Rahman, 2014).
b. Kemoterapi
Kombinasi kemoradiasi sebagai radio sesnsitizer prioritas diberikan kepada pasien kanker
nasofaring yang sudah meluas ke otak serta mengenai syaraf otak dan sudah ada pembesaran kelanjar.
(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2017).
c. Pembedahan
Selain tindakan terapi dan farmakologi, bisa juga dilakukan Tindakan operasi berupa diseksi leher
radikal, hal ini dilakukan jika masih ada sisa kelenjar tidak menghilang pasca radiasi (residu) atau
adanya kekambuhan kelenjar timbul kembali setelah penyinaran, tetapi dengan syarat bahwa tumor
primer sudah dinyatakan bersih, atau sudah hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan
serologi (Primadina dan imanto, 2017).
d. Dukungan Nutrisi
Pasien kanker nasofaring sering mengalami kejadian malnutrisi dengan angka kejadian 35%
dan 6,7% mengalami malnutrisi berat. Malnutrisi tersebut dapat mempengaruhi respon terapi yang
sedang dilakukan dan kualitas hidup pasien. Efek samping yang dialami stelah melakukan pengobatan
terapi, berupa mukositis, xerostomia, mual, muntah, diare, disgeusia, dan lain-lain. Kondisi tersebut
dapat meningkatkan stres metabolisme, sehingga pasien perlu mendapatkan pemenuhan nutrisi secara
optimal (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2017).
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. Nama : Tn. M
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 64 Tahun
4. Agama : Islam
5. Status perkawinan : Cerai Mati
6. Pendidikan terakhir : SD
7. Pekerjaan terakhir : Pedagang
8. Alamat rumah : Menteng, Jakarta Pusat
B. ALASAN MRS:
a. Keluhan utama
Tn. M datang ke RS dengan Keluhan saat ini sesak, Lemas dan rencana kemoterapi.
b. Keluhan saat ini.
Saat pengkajian 04 September 2022, Tn. M mengeluh sesak, hidung terdapat
sumbatan, mengeluh lemas, Terdapat benjolan di leher kiri pasien. Pasien terpasaang
NGT. Pasien menghabiskan susu hanya setengah gelas Pasien di diagnosa Ca
Nasofaring 1 tahun yang lalu dari dokter sudah mendapatkan therapi obat kemoterapi
Brexel-Karboplatin satu seri ( 6 siklus, setiap 21 hari dan 25 kali radiasi ).
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Masalah kesehatan yang saat ini
T n . M mengatakan lemas, mengeluh mual. Hanya menghabiskan setengah gelas susu.
Tn. M juga mengatakan akhir-akhir ini dia susah tidur.
2. Masalah kesehatan yang pernah dialami
Kakek M tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti DM dan hipertensi dan
menular seperti TB.
3. Masalah kesehatan keluarga/ keturunan
Kakek M mengatakan ibunya meninggal karena kanker kelenjar getah bening.
D. KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. BIOLOGIS
a. Pola Makan
Tn. M terpasang NGT. Akhir-akhir ini tidak mampu makan menghabiskan
porsi susu, skor MNA 9 (Malnutrisi).
b. Pola Minum
Tn. M minum air putih 1 gelas selama x kali, ± 900 ml per hari.
c. Pola Tidur
Tn. N mengatakan kesulitan untuk tidur malam sekitar 1 bulan terakhir.
Kakek M mulai tidur sekitar pukul 23.00, sering terbangun dan tidak bisa
tidur lagi. GDS score: 9 (depresi sedang).
d. Pola Eliminasi (BAB / BAK)
Pasien mengatakan BAB biasanya 2-3 hari sekali. Karakteristik feses
berwarna kuning kecoklatan, lunak, tidak terdapat darah. Pasien tidak
mengeluh mengenai kebiasaan BAB-nya. Pola BAK pasien dapat dikontrol
dengan baik, frekuensi BAK bisa 3 – 4x/hari. Pasien BAK ke toilet
dengan bantuan anaknya. Karakteristik urin yaitu kuning jernih, tidak
terdapat darah. Pasien juga mengatakan tidak ada keluhan mengenai pola
eliminasinya.
e. Kebersihan diri
Tn. M mengatakan tidak mampu mandi sendiri. Setiap hari mandi hanya 1 kali,
(mandi pagi saja) karena kalau sore suka kedinginan sehingga pinggang suka
sakit. Tn.. M mengaku rutin sikat gigi setiap mandi dan keramas cukup 2-3 hari
sekali. Saat berinteraksi, Tn. M tampak berpakaian rapi, memakai baju yang
bersih dan
sesuai, tidak tercium bau yang tidak enak dari badannya. Keadaan mulut bersih,
lidah bersih. Kakek M memakai gigi palsu pada bagian atas dan bawah, kecuali
bagian geraham
2. PSIKOLOGIS
Emosi
Tn. M tidak menunjukan rasa kesal saat berinteraksi. Hasil pemeriksaan Geriatric
Depression Scale 15-item Kakek M dalam kondisi depresi sedang (skor = 9), kondisi
psikis kakek M tidak tenang. Hasil Mini Mental Status Exam (MMSE) pasien
menunjukkan skor 20 yang berarti kerusakan aspek fungsi mental ringan. Pasien
mampu mengorientasikan waktu, tempat, tidak mampu mnyebutkan tanggal dan hari
dan tidak dapat mengulang apa yang telah dijelaskan sebelumnya.
3. SOSIAL
a. Dukungan Keluarga
Keluarga mengatakan Tn. M sering diajak jalan-jalan oleh cucunya. Saat sakit
semua anak-anak Tn. M secara giliran untuk menemani Tn. M di RS.
b. Hubungan Dengan Orang Lain
Hubungan antara Tn. M dengan perawat dan petugas lain sangat baik dan
berperilaku sopan terhadap petugas. Tn. M mau berbicara dengan perawat, dan
tenaga kesehatan lainya, Tn. M mampu untuk berkomunikasi ketika banyak orang
di dekatnya.
4. SPIRITUAL / KULTURAL
a. Pelaksanaan Ibadah
Karena sakit, Tn. M melakukan ibadah sholat di tempat tidur.
b. Keyakinan tentang Kesehatan
Tn. M mengatakan kesehatan itu sangat penting, karena dengan badan sehat maka
semua aktivitas.
5. AKTIFITAS
Tn. M makan, mandi berpakaian, dan mobilisasi masih dibantu keluarga. Skor
Barthel Index: 60.
6. REKREASI
Tn. M lebih senang berada di rumah bila tidak ada kegiatan, sering menonton Televisi.
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital:
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Suhu : 36.7oC
c. Nadi : 69 x/menit
d. Tekanan darah : 125/70mmHg
e. Pernafasan : 24 x/menit
f. Tinggi Badan : 165 cm
g. Berat badan : 59 kg
h. BMI : 17.57
f. Leher
5. Kulit
turgor kulit menurun atau kurang elastis, kulit agak kering dan terasa lengket
karena keringat.
G. INFORMASI PENUNJANG
1. LABORATORIUM :
2. TERAPI MEDIS :
o Paracetamol 500 mg (setiap 8 jam intra oral) via NGT
o Lansoprazole 30 mg (setiap 24 jam intra vena)
o Ondancetron 8 mg (setiap 12 jam intra
vena)
3. Obat Kemoterapi
(Formulir
Pengkajian Nutrisi
Mini)
2. Apakah anda kehilangan berat badan 0: kehilangan berat badan lebih dari 3 kg 0
selama 3 bulan terakhir? 1: Tidak tahu
2: kehilangan berat badan antara 1
sampai 3 kg
3: tidak kehilangan berat badan
Petunjuk Penilaian: 1). Untuk setiap pertanyaan, lingkarilah salah satu pilihan yang sesuai dengan
kondisi anda (1 atau 0). 2). Jumlahkan seluruh pertanyaan yang mendapat point 1.
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin:
Nilai Respon
No Keadaan yang Dialami Selama Seminggu
Ya Tidak
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? 0 1
02 Apakah anda telah banyak meninggalkan kegiatan dan hobi 1 0
anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? 1 0
4 Apakah anda sering merasa bosan? 1 0
5 Apakah andamasih memiliki semangat hidup? 0 1
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada 1 0
anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? 0 1
8 Apakah anda sering merrasa tidak berdaya? 1 0
9 Apakah anda lebih suka tinggal di rumah, daripada pergi 1 0
keluar untuk mengerjakan sesuatu yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan 1 0
daya ingat anda dibandingkan orang lain?
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang 0 1
menyenangkan? 1 0
12 Apakah anda merasa tidak berharga? 0 1
13 Apakah anda merasa penuh semangat? 1 0
14 Apakah anda merasa keadaan anda tidak ada harapan? 1 0
15 Apakah anda merasa bahwa orang lain lebih baik
keadaannya daripada anda? 9
Skor
Interpretasi
1. Normal :0–4
2. Depresi ringan :5–8
3. Depresi sedang : 9 – 11
4. Depresi berat : 12 – 15
Morse Fall Scale (MFS)
Tidak 0 0
2.Diagnosa sekunder; apakah lansia memiliki lebih dari satu penyakit?
Ya 15
30
0
Alat bantu jalan;
Bed rest/ dibantu perawat 15
Kruk/ tongkat/ walker
berpegangan pada benda-benda di sekitar (kursi, lemari, meja) 30
Tidak 0 20
4.Terapi Intravena; apakah saat ini lansia terpasang infus?
Ya 20
10
Gaya berjalan/ cara berpindah 0
Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat bergerak sendiri)
Lemah (tidak bertenaga) 10
Gangguan/ tidak normal (pincang, diseret)
20
0
6. Status Mental 0
Lansia menyadari kondisi dirinya sendiri
Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Skala
Tingkatan Risiko Jatuh
TOTAL NILAI 30 20
Interpretasi hasil
>23 : aspek kognitif dari fungsi
mental baik 18-22 : kerusakan
aspek fungsi mental ringan
<17 : terdapat kerusakan aspek fungsi
mental berat ………,…..........20…
Pemeriksa,
( )
FORMAT
BARTHEL INDEX
menyeka, menyiram
8. Transfer (tidur-duduk) Mandiri 15
Dibantu satu orang 10 10
Dibantu dua orang 5
Tidak mampu 0
9. Mobilisasi (Berjalan) Mandiri 15
Dibantu satu orang 10 10
Dibantu dua orang 5
Tergantung orang lain 0
10. Naik turun tangga Mandiri 10
Perlu bantuan 5 5
Tidak mampu 0
3. Penguat
(Mencengkeram atau memegang furnitur, peralatan,
atau area yang terpengaruh selama gerakan)
4. Gelisah
(Pergeseran posisi yang konstan atau intermiten,
goyang, intermiten, atau
gerakan tangan yang konstan, ketidakmampuan untuk
diam)
5. Menggosok
(Memijat area yang terkena/ tersentuh)
2
Skor Subtotal
Skor total
Penilaian:
Beri skor 0 jika perilaku tidak diamati. Skor 1 jika perilaku tersebut terjadi meski hanya
sebentar selama aktivitas atau saat istirahat.
Jumlah total indikator dijumlahkan untuk perilaku yang diamati saat istirahat, dengan
gerakan, dan secara keseluruhan. Tidak ada skor batas yang jelas untuk menunjukkan
tingkat keparahan nyeri; sebagai gantinya, keberadaan salah satu perilaku tersebut
mungkin menunjukkan rasa sakit, memerlukan penyelidikan lebih lanjut, pengobatan,
dan pemantauan oleh praktisi.
Sumber:
x Feldt KS. Daftar periksa indikator nyeri nonverbal (CNPI). Pain Manag Nurs . 2000
Mar; 1 (1): 13-21.
x Horgas AL. Menilai nyeri pada orang dengan demensia. Masuk: Boltz M, seri ed. Coba
Ini: Praktik Terbaik
dalam Asuhan Keperawatan untuk Lansia Dewasa Rawat Inap dengan Demensia. 2003
Musim Gugur; 1 (2). Institut Hartford untuk
Perawatan Geriatri. www.hartfordign.org