Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

“MALPRAKTEK YANG MENYEBABKAN BAYI PATAH LEHER”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Neneng Fadila (211540126) Silvia Monica (211540132)

Neranda Ogata (211540127) Sofi Martini (211540133)

Rianti Aprieriasya (211540128) Sri Handika Aprilia (211540134)

Riska Pradini (211540129) Tisyach Arwandani (211540137)

Salwa Raisha (211540130) Windiya Januarita Imelda (211540139)

Sherly Marsela (211540131) Yesi Devika (211540140)

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus Ny.Y dengan Bayi patah leher. Tidak
lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Laporan Kasus tentang “Malpraktek menyebabkan Bayi patah leher” disusun guna
memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan Neonatus dan Bayi serta Balita”,dimana sebelum
Menyusun laporan ini kami sudah melakukan diskusi kelompok. Selain itu, penulis juga berharap
agar Laporan Kasus ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan Laporan Kasus ini. Terimakasih juga kami ucapkan untuk Dosen kami Ibu Eka
Safitri Yanti, Bd., S.Keb,M.Keb , juga teman-teman yang telah banyak membantu dan
bekerjasama dengan sangat baik selama berlangsungnya diskusi kelompok. Kami menyadari
Laporan Kasus ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan Laporan Kasus ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, Semoga Laporan Kasus ini dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Pangkalpinang, 6 Juli 2022

2
DAFTAR ISI

LAPORAN KASUS.......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..........................................................................................................................5
1.1 Latar belakang...................................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................6
1.3 Tujuan................................................................................................................................................6
1.4 Manfaat.............................................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................7
2.1 Definisi Letak Sungsang.....................................................................................................................7
2.2 Penyebab Letak Sungsang.................................................................................................................7
2.3 Klasifikasi Letak Sungsang..................................................................................................................8
BAB III.........................................................................................................................................10
KASUS..........................................................................................................................................10
BAB IV..........................................................................................................................................11
PEMBAHASAN KASUS.............................................................................................................11
4.1 Kepmenkes 320 Tahun 2020............................................................................................................11
4.2 PMK No.21 Tahun 2021...................................................................................................................12
4.3 UU No 4 Tahun 2019........................................................................................................................13
4.4 Pelanggaran Kode Etik Bidan...........................................................................................................14
BAB V...........................................................................................................................................15
PENUTUP....................................................................................................................................15
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................................15
5.2 Saran................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Letak sungsang merupakan dimana keadaan janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri tipe letak sungsang yaitu: frank breech
(50,70%) yaitu kedua tungkai fleksi, complete breech (5,70%) yaitu tungkai atas lurus keatas,
tungkai bawah ekstensi, flooting (10,30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi presentasi
kaki. Penyebab letak sungsang yaitu terdapat plasenta previa, keadaan janin, keadaan air
ketuban, keadaan kehamilan, keadaan uterus, keadaan dinding abdomen, keadaan tali pusat
(Manuba, 2007 dalam Prawirohardjo, 2010).

Penyebab utama kematian ibu di Indonesia, diantaranya akibat pendarahan (25%), infeksi (14%),
kelainan hipertensi dalam kehamilan (13%), letak sungsang (13%) serta akibat persalinan yang
lama (7%). Kejadian letak sungsang pada janin aterm kira-kira 3%, jauh lebih tinggi pada
permulaan masa kehamilan kira-kira 400% daripada kehamilan sebelum 28 minggu antara 17
sampai 31 minggu. Janin letak bokong berada pada resiko morbilitas dan mortalitas prenatal
yang lebih tinggi tidak hanya akibat partus tetapi juga karena presentasi. Dalam persalinan
terdapat beberapa presentasi di antaranya: presentasi kepala 96,8%, letak sungsang 2,7%, letak
lintang 0,3%, letak muka 0,05% dan letak dahi 0,01%. Letak sungsang terjadi pada 25%
persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, 7% persalinan sungsang terjadi
umur kehamilan 32 minggu dan 1,3% persalinan sungsang yang terjadi pada kehamilan aterm
(kehamilan cukup bulan).

Pada pasien dengan diagnosa bayi posisi sungsang sering terjadi di Indonesia. Seharusnya kasus
dengan kasus bayi sungsang ditangani maupun dirujuk ke rumah sakit dan tidak boleh ditangani
langsung sendirian oleh bidan. Namun pada kenyataannya banyak bidan yang melampaui
wewenangnya dalam membantu kasus bayi sungsang, sehingga terjadilah malpraktek di tengah
persalinan, hal tersebut akhirnya bukan hanya membahayakan nyawa ibu dan bayi namun juga
merusak citra seorang bidan dalam memberikan pelayanan yang paripurna kepada klien dan
masyarakat sesuai dengan standar prosedur operasional.

1.2 Rumusan Masalah

4
1. Apa saja kemungkinan penyebab bayi lahir sungsang?

2. Bagaimana hubungan kasus malpraktek yang menyebabkan bayi patah leher jika dikaitkan
dengan Kepmenkes 320 Tahun 2020, PMK No. 21 Tahun 2021, dan UU No. 4 Tahun 2019

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui penyebab bayi sungsang hingga dan malpraktek yang dilakukan oleh bidan
pada kasus “Bayi Patah Leher”, serta untuk mengetahui hubungan kasus tersebut jika dikaitkan
dengan Kepmenkes 320 tahun 2020, PMK No.21 tahun 2021, dan UU No.4 Tahun 2019.

1.4 Manfaat

Laporan Kasus ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan referensi mengenai kasus
bayi sungsang yang menyebabkan malpraktek bayi patah leher. Laporan ini juga diharapkan bisa
membantu mahasiswi kebidanan untuk mengetahui batas-batas kewenangan bidan dalam
menolong persalinan terutama pada persalinan yang mengalami komplikasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Letak Sungsang

5
Letak sungsang adalah suatu keadaan dimana posisi janin memanjang (membujur) dalam
rahim dengan kepala berada pada bagian atas rahim (fundus uteri) dan bokong berada dibagian
bawah ibu. Persalinan sungsang disarankan untuk dilakukan oleh dokter spesialis kandungan
yang berpengalaman dan dilakukan di fasilitas Kesehatan yang mampu melakukan seksio
caesarea darurat. Persalinan sungsang adalah kondisi dimana bayi lahir dengan bagian bawah
terlebih dahulu, bukannya kepala.

2.2 Penyebab Letak Sungsang

Letak janin tergantung pada proses adaptasinya didalam rahim. Jadi tidak perlu khawatir jika
posisi sungsang terjadi pada usia kehamilan dibawah 32 minggu. Pada usia kehamilan ini,
jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga janin masih dapat bergerak bebas. Dari posisi
sungsang berputar menjadi posisi melintang lalu berputar lagi sehingga posisi kepala dibagian
bawah rahim. Sehingga frekuensi letak sungsang menjadi lebih tinggi pada kehamilan belum
cukup bulan.

Memasuki usia kehamilan 37 minggu ke atas, letak sungsang sudah sulit untuk berubah karena
bagian terendah janin sudah masuk ke pintu atas panggul. Tetapi seharusnya di trimester ketiga,
bokong janin dengan tungkai terlipat yang ukurannya lebih besar dari kepala janin akan
menempati ruangan yang lebih besar yaitu dibagian atas rahim (fundus uteri), sedangkan kepala
menempati ruangan yang lebih kecil, disegmen bawah rahim ibu. Masalahnya, mengapa posisi
sungsang masih dapat terjadi hingga kehamilan cukup bulan.

Penyebab Letak Sungsang dapat berasal dari faktor janin maupun faktor ibu.

1. Dari faktor janin, antara lain :

 Gemeli(kehamilanganda)

Kehamilan dengan dua janin atau lebih dalam rahim, sehingga menyebabkan terjadinya
perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada
kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.

 Hidramnion(kembar air)

Didefinisikan jumlah air ketuban melebihi normal (lebih 2000 cc) sehingga hal ini bisa
menyebabkan janin bergerak lebih leluasa walau sudah memasuki trimester ketiga.

 Hidrocepalus

Keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak, sehingga
kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Karena ukuran kepala

6
janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi dibagian bawah uterus, maka sering ditemukan
dalam letak sungsang.

2. Dari Faktor Ibu, diantaranya :

 Plasentapraevia

Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (osteum uteri internal).
Akibatnya keadaan ini menghalangi turunnya kepala janin ke dalam pintu atas panggul sehingga
janin berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni dibagian atas rahim.

 Panggulsempit

Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang.

 Multiparitas

Adalah ibu/ wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali (lebih dari 4 kali),
sehingga rahimnya sudah sangat elastis, keadaan ini membuat janin berpeluang besar untuk
berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.

 Kelainan uterus(seperti uterus arkuatus,uterus bikornis,miomauteri)

Adanya kelainan didalam uterus akan mempengaruhi posisi dan letak janin dalam rahim, janin
akan berusaha mencari ruang / tempat yang nyaman.

2.3 Klasifikasi Letak Sungsang

Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan beberapa bentuk letak sungsang :

1. Letak bokong murni

a. Teraba bokong

b. Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi

c. Kedua kaki bertindak sebagai spalk

2. Letak bokong kaki sempurna

a. Teraba bokong

b. Kedua kaki berada disamping bokong

3. Letak bokong tak sempurna

7
a. Teraba bokong

b. Disamping bokong teraba satu kaki

4. Letak kaki

a. Bila bagian terendah teraba salah satu dan kedua kaki atau lutut

b. Dapat dibedakan : letak kaki, bila kaki terendah, letak lutut bila lutut terendah

PROGNOSIS

 Bagi ibu

Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, ketuban pecah lebih cepat, partus lama,
sehingga mudah terkena infeksi

 Bagi bayi

Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong
lahir dan setelah perut lahir, tali pusat terjapit antara kepala dan panggul, sehingga bayi bisa
mengalami asfiksia.

Oleh karena itu supaya janin hidup, kepala janin harus dilahirkan dalam waktu maksimal delapan
( 8 ) menit sejak lahir sebatas pusat.

8
BAB III

KASUS

Ny R melahirkan bayi yang dikandungnya dalam keadaan tak bernyawa, usai menjalani
persalinan di Praktek Bidan I. Bayi laki-laki tersebut, harus lahir dalam keadaan leher yang
patah, sekujur tubuh yang mengalami luka, dan tali pusar yang telah terlepas.

Sebelum bayi lahir bidan mengatakan bayi dalam keadaan sungsang, namun saat keluar bayi
sudah dalam keadaan tak bernyawa, Namun setelah bayi lahir bidan mengatakan bayi sudah
meninggal tiga hari di dalam kandungan. Padahal ibu merasakan Kesakitan sebelum melahirkan.

9
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

4.1 Kepmenkes 320 Tahun 2020

Area kompetensi 1 : Etik legal dan Keselamatan Klien

A. Point G : Pencegahan dugaan mal praktik dan kelalaian dalam praktik kebidanan
B. Point K : Konsep keselamatan pasien dan komunitas
C. Point M : Manajemen yang aman secara klinis maupun budaya

Penjelasan:

Bidan gagal dalam melakukan pencegahan malpraktek di tengah persalinan, kelalaian yang
terjadi pada saat persalinan bisa saja mengancam nyawa ibu dan bayi. Seharusnya bidan harus
mengetahui sampai manakah batas wewenangnya dapat membantu persalinan normal. Karena
sesuai dengan kode etik, bidan haruslah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya terhadap
klien, sehingga Ketika terjadi sesuatu pada klien bidan harus bersedia menerima konsekuensi
yang akan terjadi di hari kemudian.

Area kompetensi 2 : komunikasi efektif

Point D : Komunikasi yang efektif dengan pasien dan keluarga

Penjelasan:

Bidan yang menangani pasien dengan diagnosa bayi sungsang tidak bisa mengkomunikasikan
hasil diagnosanya dengan baik sehingga terjadi miss communication antara bidan dengan ibu
hamil juga keluarganya, seharusnya bidan bisa menyampaikan hasil diagnosa dengan singkat,
jelas dan detail kepada keluarga.

Area kompetensi 5 : keterampilan klinis dalam praktik kebidanan

A. Huruf A tentang BBL (neonatus) ayat 6 yang berbunyi tatalaksana awal


kegawatdaruratan pada bayi, balita dan rujukan

10
B. Huruf F tentang masa persalinan ayat 1 berbunyi pemantauan dan asuhan kala 1; ayat 6
berbunyi deteksi dini, komplikasi dan penyulit persalinan; serta ayat 8 yang berbunyi
tatalaksana awal kegawatdaruratan pada masa persalinan dan rujukan.

Penjelasan:

Bidan seharusnya tau batas kewenangannya dan mengetahui kegawatdaruratan yang


kemungkinan terjadi pada ibu dan bayinya. Bidan harus terus mengobservasi keadaan ibu dan
janin untuk menghindari resiko komplikasi saat persalinan sehingga jika terjadi hal-hal yang
menyimpang/kegawatdaruratan saat persalinan bidan harus segera merujuk ibu hamil kerumah
sakit untuk segera mendapatkan pertolongan persalinan.

4.2 PMK No.21 Tahun 2021

A. Pasal 17
1) Ibu dan janin dengan komplikasi kehamilan dan persalinan, maka persalinan
dilakukan di rumah sakit sesuai kompetensinya.
2) Dalam hal ibu dan janin mengalami komplikasi atau kegawatdaruratan saat di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama, pihak Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tingkat pertama harus melakukan tindakan prarujukan dan segera dirujuk ke rumah
sakit.(Ninla Elmawati Falabiba et al., 2014)

Penjelasan :

Pasien dengan komplikasi seharusnya dirujuk sesuai dengan standar prosedur operasional.
Seperti yang sudah disebutkan pada kepmenkes 320 tahun 2020 yang membahas tentang standar
kompetensi bidan. Sehingga jika bidan belum memenuhi kompetensinya bidan tidak diharuskan
untuk menolong persalinan sendirian karena hal tersebut menyangkut langsung dengan nyawa
ibu dan bayi. Bidan diharuskan merujuk pasien tersebut kerumah sakit untuk Tindakan
persalinan.

B. Pasal 16 ayat (4)

Dalam hal terdapat keterbatasan akses persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2), persalinan tanpa komplikasi dapat dilakukan
oleh tim paling sedikit 2 (dua) orang tenaga kesehatan.

11
Penjelasan :

Dalam pasal ini jelas bidan melanggar standar prosedur operasional, karena seharusnya jika
bidan mengetahui persalinan tersebut sangat beresiko bagi ibu dan janin mestinya bidan harus
segera merujuk ibu tersebut ke fasilitas Kesehatan agar bisa mendapatkan pertolongan tim di
pelayanan Kesehatan.

4.3 UU No 4 Tahun 2019

Pasal 41(2) Praktik Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan sesuai
dengan kompetensi dan kewenangan serta mematuhi kode etik, standar profesi, standar
pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional.(Undang-undang RI, 2019)

Penjelasan :

Pada pasal 41 ayat 2 bidan jelas melanggar tindakan yang seharusnya tidak dia lakukan diluar
dari kewenangannya. Saat terjadi komplikasi atau hal yang tak seharusnya bidan tangani sendiri
maka ia wajib merujuk pasien dengan komplikasi seperti yang sudah disebutkan ke rumah sakit.
Selain menyebabkan nyawa ibu dan bayj terancam bidan tersebut juga merusak citra dirinya
sendiri sebagai seorang bidan yang profesional.

A. Pasal 60

Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berhak:

a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan


kompetensi, kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan
profesi, dan standar prosedur operasional;
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur, dan lengkap dari Klien dan/atau
keluarganya;

Penjelasan :

Saat bidan melakukan suatu Tindakan hendaklah bidan tersebut berpedoman pada standar profesi
pelayanan dan standar prosedur operasional, sebab jika bidan tidak melaksanakan Tindakan
sesuai dengan standar prosedur dan pelayanan profesi yang sudah ditetapkan masalah tersebut
akan berdampak besar bagi bidan tersebut dan bisa diproses lebih lanjut hingga ke jalur hukum.

12
Bidan juga harus memberikan informasi secara jelas dan jujur dengan klien, karena hal tersebut
merupakan kewajiban bidan, agar citra bidan selalu terjaga.

4.4 Pelanggaran Kode Etik Bidan

A. Bidan melakukan pelanggaran Kewajiban terhadap klien dan masyarakat Yang mana
Seorang bidan saat menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada tugas dan
tanggung jawab terhadap klien, keluarga dan masyarakat.

Penjelasan:

Pelanggaran kode etik diatas meliputi kewajiban bidan terhadap klien dan memenuhi hak klien
baik itu ibu dan bayinya. Bidan harusnya mengetahui dimana batas komptensinya, dan apa saja
Tindakan yang harus dilakukan dengan segera, karena keselamatan nyawa ibu dan bayi
merupakan tanggung jawab bidan. Klien juga berhak mendapatkan pelayanan yang sesuai
dengan prosedur operasional yang berlaku.

B. Bidan melakukan pelanggaran terhadap tugasnya


a. Bidan harusnya Memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi berdasarkan kebutuhan klien.
b. Bidan harusnya Memberikan sebuah pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil suatu keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan
konsultasi atau rujukan

Penjelasan :

Bidan melakukan pelanggaran, yaitu dengan memberikan Tindakan yang kurang tepat, sehingga
menyebabkan nyawa bayi melayang dan bidan juga tidak menunjukkan kemampuan profesi
sesuai dengan kebutuhan utama. Selain itu bidan juga seharusnya tanggap untuk memberikan
pertolongan dan mempunyai kewenangan untuk mengambil suatu keputusan dalam tugasnya
terkait dengan nyawa ibu dan bayi.

13
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Seorang bidan tidak seharusnya memberikan Tindakan diluar Standar Prosedur Operasional.
Selain itu saat bidan melakukan diagnosa dan diketahui pasiennya mengalami komplikasi sudah
seharusnya bidan tersebut mengambil keputusan untuk merujuk pasien ke rumah sakit. Hal
seperti sangatlah berbahaya bagi nyawa ibu dan bayi karena malpraktek seperti kasus yang kami
ambil rentan sendiri pada persalinan dengan pasien yang beresiko.

Selain hal tersebut menyebabkan bahaya bagi nyawa ibu dan bayi, seorang bidan juga kehilangan
citranya sebagai seorang tenaga Kesehatan yang profesional. Sudah seharusnya tenaga bidan
memberikan pelayanan yang paripurna kepada klien dan masyarakat dan mendedikasikan dirinya
untuk masyarakat sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya untuk memberikan informasi
yang benar kepada klien dan keluarga menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5.2 Saran

1. untuk institusi sebagai sekolah yang bergerak dalam bidang Kesehatan, hendaknya dapat
memberikan Pendidikan yang lebih baik kepada mahasiswa/I dalam praktik pelayanan Kesehatan
dan menyediakan buku-buku penunjang sebagai acuan dalam melakukan asuhan kebidanan.

2. untuk keluarga pasien, sangat diperlukan Kerjasama keluarga dan pasien itu sendiri untuk
mendapatkan data yang bermutu sehingga tenaga Kesehatan dapat menentukan tindakan yang
akan diberikan kepada pasien agar pasien memperoleh hasil sesuai dengan hasil yang diharapkan

14
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary, MD, (1995), Obstetri William, edisi 8, alih bahasa Joko Suyono,
EGC, Jakarta.
Mochtar , Rustam (1998), Sinopsis obstetri : obstetri fisiologi, obstetri patologi, EGC,
Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gede (1998 ), Ilmu Kebidanan , penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan- EGC, Jakarta.
Saefudin Abdul Bari,dkk ( 2000), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, YBPSP, Jakarta.
Wikjosastro Hanifa, dkk (2000), Ilmu Kebidanan, YBPSP, Jakarta
Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta:
ECG, hal 29
Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta:
EGC, hal 25.
Varney, Helen, dkk. 2002. Buku Saku Bidan. Jakarta:
EGC, hal 209.
Ninla Elmawati Falabiba, Anggaran, W., Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, A., Wiyono, B.
., Ninla Elmawati Falabiba, Zhang, Y. J., Li, Y., & Chen, X. (2014). Permenkes no 21 tahun
2021. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 5(2), 40–51.
Undang-undang RI. (2019). Undang-undang RI No. 38 Tahun 2019. Tentang Kebidanan, 10, 2–
4.
Ikatan Bidan Indonesia. 2020. “Kepmenkes 320 Tahun 2020 tentang Standar Profesi Bidan”,
KEPMENKES 320 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN, diakses pada 6
Juli 2022 pukul 20.59.

15

Anda mungkin juga menyukai