Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER DAN ANTI KORUPSI

“Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, dan Gemar Membaca”

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Fahril Mohamad G20121047

MD GD A Manu Prateka G20121015

Moh. Diki AlamSah G20121051

Nuraini G20121041

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 13 Februari 2022

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

SAMPUL………………………………………………………………………………..... 1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………... 3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………... 4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………. 5
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………… 5
1.3 Tujuan………………………………………………………………………….. 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………. 6
2.1 Pengertian Nilai – nilai………………………………………………………… 6
2.1.1 Nilai Bersahabat/Komunikatif………………………………………….. 6
2.1.2 Nilai Cinta Damai………………………………………………………. 6
2.1.3 Nilai Gemar Membaca………………………………………………….. 7
2.2 Biografi Singkat Bung Hatta…………………………………………………... 8
2.3 Analisis Nilai dalam Sosok Bung Hatta……………………………………….. 9
2.3.1 Nilai Bersahabat/Komunikatif dalam sosok Bung Hatta………………... 9
2.3.2 Nilai Cinta Damai dalam sosok Bung Hatta…………………………….. 10
2.3.3 Nilai Gemar Membaca dalam Sosok Bung Hatta……………………….. 10
2.4 Teladan yang terdapat dalam Sosok Bung Hatta bagi Mahasiswa…………….. 12
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………. 13
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 13
3.2 Saran……………………………………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan karakter saat ini sangat penting untuk generasi muda, karena generasi muda
akan menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan bangsa. Sebagai penerus bangsa
diharapkan generasi muda dapat memberikan toladan baik sikap maupun tingkah lakunya.
Generasi muda bukan hanya harus pintar secara intelektual saja namun juga harus pintar dan
cerdas secara moralnya. Seharusnya pendidikan karakter bukan untuk generasi muda saja
melainkan untuk seluruh Warga Negara Indonesia, hal ini sejalan dengan program
pemerintah pusat melalui Kementrian Pendidikan sejak tahun 2010 yang dimana setiap
sekolah dapat menanamkan dan menerapkan nilai-nilai karakter bangsa.
Untuk memperoleh hal tersebut, usaha yang dapat dilakukan untuk hal ini melalui
pembinaan, pemeliharaan, dan pengembangan karakter anak yang akan menjadi bekal dimasa
depan. Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (Hasbullah,2012:307).
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Tujuan dan fungsi pendidikan menurut saya ini sudah sangat baik, akan
tetapi dalam realitanya masih banyak generasi muda yang kurang berkarakter dan rendahnya
moral yang dimiliki oleh generasi penerus bangsa.
Oleh sebab itu melihat pentingnya pendidikan karakter serta nilai – nilai yang terkandung
didalamnya, hal tersebutlah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini, terkhususnya pada
nilai bersahabat/komunikatif, cinta damai, dan gemar membaca.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari nilai bersahabat/komunikatif, cinta damai, dan gemar membaca ?
2. Bagaimana biografi dari seorang Bung Hatta ?
3. Bagaimana analisis nilai bersahabat/komunikatif, cinta damai, dan gemar membaca
dalam sosok Bung Hatta ?
4. Teladan apa yang dapat diambil dari tokoh Bung Hatta bagi mahasiswa ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari nilai bersahabat/komunikatif, cinta damai, dan gemar
membaca.
2. Untuk mengetahui biografi dari seorang Bung Hatta.
3. Untuk mengetahui analisis nilai bersahabat/komunikatif, cinta damai, dan gemar
membaca dalam sosok Bung Hatta.
4. Untuk mengetahui teladan yang dapat diambil dari tokoh Bung Hatta bagi mahasiswa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nilai Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, dan Gemar Membaca

2.1.1 Nilai Bersahabat/Komunikatif

Menurut Elfindri (Elfindri, 2012) Orang yang bersahabat/komunikatif adalah


orangyang mudah bergaul dengan orang lain dan biasanya selain mampu
menyampaikan, juga mampu mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang
lain untuk kemudiandirespon dengan cara yang tepat. Orang yang
bersahabat/komunikatif biasanyadapat dengan mudah diterima dilingkungannya.

Menurut Zainuddin (Zainuddin, 2012) Bersahabat/komunikatif ditunjukkan


dengansikap atau tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
yangmembutuhkan

Maka dapat disimpulkan bahwa bersahabat/komunikatif adalah sikap atau


tindakanyang berhubungan dengan orang lain yang didalamnya terdapat komunikasi
yangmudah dimengerti sehingga terwujud suasana yang menyenangkan dalam
bekerjasama. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia bersahabat
adalah berteman/berkawan yang menyenangkan dalam pergaulan, sedangkan komunikat
ifadalah keadaan saling berhubungan, bahasanya mudah dipahami sehingga pesan
yangdisampaikan mudah diterima dengan baik. Karakter sikap bersahabat/komunikatif
menunjukkan kemampuan sesorang dalam menyampaikan ide-idenya atau sebuah
pikirannya kepada orang lain dalam bergaul.Karakter ini menjadi modal penting dalam
hidup bermasyarakat.

2.1.2 Nilai Cinta Damai

Nilai karakter cinta damai terdiri dari dua kata, yaitu cinta dan damai. Cinta dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa berarti suka sekali, dan juga bisa diartikan sebagai
sayang benar. Selanjutnya menurut KBBI, damai diartikan sebagai tidak ada perang;
tidak ada kerusuhan; aman. Selain itu juga diartikan sebagai tenteram; tenang. Lebih

6
lanjut lagi, menurut KBBI, damai juga berarti keadaan tidak bermusuhan; rukun.
Berdasarkan pengertian tersebut titik berat cinta damai adalah kesadaran diri sebagai
warga negara untuk menjaga kedamaian. Sehingga menumbuhkan karakter ini akan
menjadikan anak memiliki sikap tersebut. Namun, hal tersebut tidak dapat terjadi secara
otomatis. Membutuhkan proses pembelajaran yang panjang. Selain itu, anak juga
memerlukan dukungan sekitar agar bisa mempelajarinya.

Nilai cinta damai dalam pendidikan karakter bersumber dari Pancasila. Nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya telah tertanam kuat sejak zaman dahulu kala hingga
sekarang. Namun, sayangnya terkadang bagi sebagian nilai-nilai tersebut sudah mulai
luntur. Oleh karena itu, menumbuhkannya pada anak sejak usia dini merupakan
kewajiban kita semua. Tujuannya agar anak dapat menerapkan nilai-nilai tersebut secara
nyata dalam kehidupan. Contohnya, yaitu melalui pikiran, tutur kata, dan perilaku yang
berdasarkan Pancasila.

Nilai karakter cinta damai meliputi perilaku yang mengutamakan kesatuan. Selain
itu juga terkait perilaku mewujudkan harmoni dalam lingkungan yang majemuk.
Selanjutnya akan mampu menumbuhkan dorongan untuk bisa hidup berdampingan
dalam masyarakat multikultural.

2.1.3 Nilai Gemar Membaca

Gemar membaca ialah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai


bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Pendidikan karakter gemar membaca
adalah pendidikan yang menekankan pada kesadaran untuk mencari informasi dari
berbagai sumber yang nantinya akan melekat pada diri peserta didik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pendidikan karakter gemar membaca merupakan suatu usaha untuk
menumbuhkan semangat, kegemaran atau kesukaan membaca yang melekat pada diri
peserta didik terhadap suatu bacaan yang dijadikan sebagai sarana dalam memperoleh
berbagai informasi dan wawasan.

7
Secara sederhana pengertian gemar membaca adalah suatu pola kebiasaan
seseorang untuk melakukan aktivitas membaca dari berbagai bacaan dan tidak hanya
dari satu sumber saja yang bertujuan untuk memperoleh informasi secara luas dan
merupakan salah satu cara untuk memperoleh ilmu.

2.2 Biografi Singkat Bung Hatta

Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 12 Agustus 1902. Memiliki
nama asli dari orangtuanya, Mohammad Athar. Hatta lahir dari keluarga ulama
Minangkabau. Semasa kecil, Hatta menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu Fort de
Kock, kemudian melanjutkan ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Semasa
sekolah, Hatta terkenal sebagai anak yang cerdas. Meski lulus ujian masuk ke HBS di
Batavia, Hatta harus mengurungkan niatnya karena permintaan ibunya untuk tetap di
Padang. Akhirnya Hatta melanjutkan sekolah ke MULO di Padang. Keaktivan pada
organisasi sudah ditunjukkan Hatta ketika berusia 15 tahun. Berbagai organisasi sudah
diikutinya, salah satunya Jong Sumatranen Bond Cabang Padang. Ilmu politiknya
berkembang karena sering datang ke pertemuan-pertemuan politik. Salah satu tokoh politik
idola Hatta adalah Abdul Muis. Setelah lulus dari MULO, beliau melanjutkan pendidikan ke
Batavia di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School pada tahun 1919.

Lulus dari Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School pada 1921, Hatta pergi ke
Rotterdam untuk belajar ilmu bisnis di Nederland Handelshogeschool, Belanda. Dilansir dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Hatta tinggal di Belanda
selama 11 tahun. Di sana, Hatta aktif bergabung dalam organisasi pergerakan dan tergabung
dalam Perhimpunan Indonesia. Salah satu dampak aktivitasnya dalam organisasi
menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah Belanda. Namun, kemudian dibebaskan karena
Hatta melakukan pembelaannya yang terkenal, Indonesia Free. Gemar membaca dalam buku
Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya (2015) oleh Meutia Farida Hatta, Bung Hatta merupakan
orang Indonesia yang mengoleksi buku sejak bnerusia 16 tahun. Dari situ, koleksi bukunya
semakin bertambah. Bahkan selama 11 tahun tinggal di Belanda, Hatta merupakan
mahasiswa yang memiliki koleksi buku terbanyak di antara mahasiswa yang lainnya. Bapak
Pendidikan Bangsa Koleksi buku-buku Bung Hatta mulai dari ilmu ekonomi, hukum, tata
negara, administrasi negara, filsafat, agama, politik, sejarah, sosiologi, antropologi, dan

8
sastra. Bahkan ketika akan kembali ke Indonesia dariBelanda, Hatta yang dibantu rekan-
rekannya, harus mengemas 14 peti berukuran 1x1x1 meter untuk buku-bukunya. Kecintaan
Bung Hatta akan membaca buku, mengantarnya sebagai orang penting di Indonesia. Buku-
buku Hatta selalu tertata rapi dan tampak seperti baru. Karena Hatta selalu memperlakukan
buku-bukunya dengan baik. Ketika Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI,
Hatta memiliki ruangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan adanya. Sampai-sampai
Hatta memiliki seorang ahli perpustakaan yang membantunya menata buku-buku sesuai
subyejknya. Dia adalah Gustav Apituley, seorang ambon.

Akhir Hayat Mohammad Hatta wafat pada 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, Jakarta. Kemudian dikebumikan di Pemakaman Umum Tanah Kusir,
Jakarta. Bung Hatta diberikan gelar Pahlawan Proklamator pada 23 Oktober 1986 bersama
dengan Bung Karno, melalui Keppres No 81/TK/1986. Kemudian Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menetapkan gelar Pahlawan Nasional kepada Bung Hatta pada 7 November
2012.

2.3 Analisis Nilai Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, dan Gemar Membaca dalam
Sosok Bung Hatta

2.3.1 Nilai Bersahabat/Komuniktif dalam Sosok Bung Hatta

Karakter bersahabat/komunikatif yang menonjol adalah sikap keikhlasan sosok


Muhammad Hatta terhadap tindakan yang pernah dilakukan Presiden Soekarno.
Dalam catatan sejarah ada beberapa peristiwa yang menjadikan Dwi Tunggal
(Soekarno – Hatta) yang akhirnya harus berpisah jalan karena perbedaan prinsip.
Puncaknya, Muhamad Hatta mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Tampaknya,
pilihan sikap Hatta itu membawa konsekuensi, antara lain: harus pindah dari rumah
dinas dan tinggal di rumah yang sederhana dengan tanggungan biaya pribadi dan
bertarif mahal. Bahkan, Hatta pernah dilarang (diberhentikan secara sepihak) sebagai
dosen di UGM

Sikap persahabatan/kounikatif ditunjukkan Hatta di masa-masa akhir kehidupan


Presiden Soekarno. Sejarah membuktikan bahwa Soekarno juga mengalami nasib yang
tragis, tersingkir dari puncak kejayaan sebagai presiden, ketika tampuk pimpinan

9
beralih ke tangan Presiden Soeharto. Soekarno harus hidup tersiolasi dari dunia luar,
tinggal di Wisma Yarso, dalam kondisi sakit secara psikis dan fisik. Ketika sahabatnya
menjenguk kamar di RSPAD Gatot Soebroto menjadi saksi bisu, dua sosok yang dulu
sangat dikenal dengan sebutan Dwi Tunggal. Dua orang sahabat senasib
seperjuangan yang berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Itulah satu
babak terpenting dalam hidup Hatta, saat ia harus mengurai kembali sejarah lukanya
sekaligus menutupnya dengan sebuah kata maaf untuk sahabatnya, Soekarno. Hatta
menyadari bahwa seringkali penderitaan berubah menjadi sebuah keberanian untuk
terus hidup dan memaafkan. Fakta sejarah membuktikan, dua hari setelah Hatta
menjenguk di RSPAD, tanggal 21 Juni 1970, Soekarno meninggal dunia.

2.3.2 Nilai Cinta Damai dalam Sosok Bung Hatta

Hatta menyebutkan sebagai harmoni kolektif, sebuah persatuan yang damai dari
masyarakat yang majemuk. Di dalam harmoni yang terjaga itulah, segala golongan
dapat memajukan dirinya masing-masing. Dengan demikian, persatuan akan dapat di
wujudkan dalam menopang keberlangsungan Indonesia, bangsa yang besar ini,
dengan bebagai suku bangsa yang mendiami ribuan pulau, dialek beraneka ragam,
adat dan nilai hidup yang bermacam-macam, juga agama yang tidak satu. Bagian ini
akan mengelaborasiakan bagaimana pandangan-pandangan Bung Hatta mengenai
kemajemukan bangsa dan pemecah-pemecah untuk menciptakan harmoni dalam
pembangunan negara.

Salah satu bentuk pedidikan multikultural yang diajarkan Bung Hatta adalah
toleransi, yang bertujuan untuk menciptakan kedamaian. Baginya, tujuan tertinggi dari
kemajemukkan adalah keselamatan bersama dan kedamaian.

2.3.3. Nilai Gemar Membaca dalam Sosok Bung Hatta

Sosok Hatta patut dicontoh dalam hal karakter gemar membaca. Dalam segala
kesempatan, buku menjadi hal utama dalam keseharian kehidupan Hatta. Bahkan, saat
dalam penjara pun, buku-buku yang menemani Hatta menghabiskan waktu dalam
kungkungan fisik tembok penjara atau tempat-tempat pengasingan.

10
Hatta dan buku adalah gambaran nyata aktivitas dan kegemaran membaca.
Kecintaan pada buku yang dapat dikatakan sangat berlebihan dalam diri Hatta salah
satunya ditunjukkan melalui peristiwa penting dalam hidupnya. Saat menikah dengan
Rahmi binti Rachim, Hatta memilih sebuah buku berjudul Alam Pikiran Yunani
sebagai maskawin. Hal itu tentu saja dianggap sesuatu yang aneh dan tidak lazim,
bahkan bagi ibu kandungnya. Siti Saleha, ibu kandungnya, sudah berkali-kali
membujuk untuk menyertakan pecahan emas, sebagai mahar pernikahan. Bagi Hatta,
buku lebih bernilai daripada uangdan emas.

2.4 Teladan yang dapat diambil dari Sosok Bung Hatta bagi Mahasiswa
Sebagai generasi penerus, sudah sepatutnya kita meneladani Bung Hatta. Berikut ini
adalah lima nilai semangat Mohammad Hatta yang perlu kita tiru.

1. Jiwa Solidaritas dan Kesetiakawanan


Solidaritas adalah simpati untuk kepentingan bersama yang dilandasi oleh rasa
kesetiakawanan. Bung Hatta bahu membahu memperjuangkan kemerdekaan bersama
seluruh lapisan masyarakat.

2. Pro Patria dan Primus Patrialis


Artinya Bung Hatta selalu mencintai dan mendahulukan kepentingan Tanah Air. Beliau
pernah diasingkan ke Boven Digul karena dianggap membangkan terhadap pemerintah
kolonial. Meski demikian, Bung Hatta tidak gentar.Bahkan, Bung Hatta berikrar tidak
akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Bung Hatta menepati janjinya. Beliau
menikah pada 18 November 1945.

3. Jiwa Toleransi atau Tenggang Rasa


Toleransi merupakan sikap tenggang rasa antarumat beragama, suku, golongan, dan
bangsa. Ini tercermin dari sikap Bung Hatta yang menghargai kultur orang lain meskipun
ia tidak ikut ambil bagian dalam kultur tersebut.“Banyak kesaksian kawan-kawannya
maupun penuturan ia sendiri dalam memoir-nya, betapa Hatta sangat asketik, tidak mau
tergoda dengan beberapa kultur Barat yang dianggapnya bertentangan dengan nilai-nilai
Islam. Meskipun demikian, Hatta amat menghargai kultur orang lain itu meskipun ia

11
sendiri tidak ikut ambil bagian atau larut di dalamnya,” tulis Zed dalam buku Cara Baik
Bung Hatta.

4. Jiwa Tanpa Pamrih dan Bertanggung Jawab


Hatta berjuang semata-mata agar negeri tercintanya lepas dari cengkeraman penjajah. Ia
tidak memiliki maksud untuk menguntungkan diri sendiri.Ia paham dan siap terhadap
semua konsekuensi dari jalan politik yang ia tempuh. Saat itu, berani melawan
kolonialisme artinya siap untuk hidup menderita.

5. Jiwa Kesatria
Bung Hatta memiliki jiwa ksatria, yakni kebesaran hati yang tidak mengandung balas
dendam. Seseorang yang berjiwa ksatria berani membela kebenaran dan melawan
kejahatan. Pada saat yang sama, ia juga berbesar hati dan mengakui kelemahan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bersahabat/komunikatif adalah sikap atau tindakanyang berhubungan dengan orang lain
yang didalamnya terdapat komunikasi yangmudah dimengerti sehingga terwujud suasana
yang menyenangkan dalam bekerjasama. Karakter sikap bersahabat/komunikatif
menunjukkan kemampuan sesorang dalam menyampaikan ide-idenya atau sebuah
pikirannya kepada orang lain dalam bergaul.Karakter ini menjadi modal penting dalam
hidup bermasyarakat.

Nilai karakter cinta damai meliputi perilaku yang mengutamakan kesatuan. Selain itu
juga terkait perilaku mewujudkan harmoni dalam lingkungan yang majemuk. Selanjutnya
akan mampu menumbuhkan dorongan untuk bisa hidup berdampingan dalam masyarakat
multikultural.

Secara sederhana pengertian gemar membaca adalah suatu pola kebiasaan seseorang
untuk melakukan aktivitas membaca dari berbagai bacaan dan tidak hanya dari satu sumber
saja yang bertujuan untuk memperoleh informasi secara luas dan merupakan salah satu cara
untuk memperoleh ilmu.

Sikap bersahabat/komunikasi, cinta damai, dan gemar membaca sebagaimana


ditunjukkan tokoh Bung Hatta sangat diperlukan dalam kehidupan sehari- hari, baik dalam
lingkup keluarga maupun masyarakat luas. Sikap – sikap tersebut akan menumbuhkan
perilaku yang mengedepankan jalinan kerukunan, kenyamanan, relasi, dan wawasan dalam
berinteraksi sebagai salah satu upaya nyata menghindari perselisihan, permusuhan,
pembodohan, dan hal hal negatif lainnya.

Teladan yang dapat diambil dari tokoh Bung Hatta yaitu Jiwa Solidaritas dan
Kesetiakawanan, Pro Patria dan Primus Patrialis, Jiwa Toleransi atau Tenggang Rasa, Jiwa
Tanpa Pamrih dan Bertanggung Jawab, serta Jiwa Kesatria.

13
3.2 Saran

Pendidikan karakter merupakan tonggak kehidupan berkebangsaan yang nilai nilainya


tertuang dalam dasar Negara. Apabila pendidikan karakter mampu direalisasikan tujuan
mulia bangsa senantiasa terwujud dengan dengan baik. Semoga makalah ini dapat
memberikan sedikit gambaran mengenai Pendidikan Karakter di Indonesia. Harapannya
agar sikap teladan dari sosok Bung Hatta dapat kita implementasikan dalam kehidupan
sehari – hari sehingga dapat menumbuhkan insan yang berkarakter.

14
DAFTAR PUSTAKA

Muchlas Samani, HariyantO, 2012, konsep dan modal Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja
Rosdakarya

Ngainun Naim, 2012, Charakter Building, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Nurul Zuriah, 2011, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam perspektif perubahan, Jakarta:
Bumi Aksara

15

Anda mungkin juga menyukai