Disusun Oleh :
Kelompok 5
Nuraini G20121041
JURUSAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
SAMPUL………………………………………………………………………………..... 1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………... 3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………... 4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………. 5
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………… 5
1.3 Tujuan………………………………………………………………………….. 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………. 6
2.1 Pengertian Nilai – nilai………………………………………………………… 6
2.1.1 Nilai Bersahabat/Komunikatif………………………………………….. 6
2.1.2 Nilai Cinta Damai………………………………………………………. 6
2.1.3 Nilai Gemar Membaca………………………………………………….. 7
2.2 Biografi Singkat Bung Hatta…………………………………………………... 8
2.3 Analisis Nilai dalam Sosok Bung Hatta……………………………………….. 9
2.3.1 Nilai Bersahabat/Komunikatif dalam sosok Bung Hatta………………... 9
2.3.2 Nilai Cinta Damai dalam sosok Bung Hatta…………………………….. 10
2.3.3 Nilai Gemar Membaca dalam Sosok Bung Hatta……………………….. 10
2.4 Teladan yang terdapat dalam Sosok Bung Hatta bagi Mahasiswa…………….. 12
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………. 13
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 13
3.2 Saran……………………………………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari nilai bersahabat/komunikatif, cinta damai, dan gemar membaca ?
2. Bagaimana biografi dari seorang Bung Hatta ?
3. Bagaimana analisis nilai bersahabat/komunikatif, cinta damai, dan gemar membaca
dalam sosok Bung Hatta ?
4. Teladan apa yang dapat diambil dari tokoh Bung Hatta bagi mahasiswa ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari nilai bersahabat/komunikatif, cinta damai, dan gemar
membaca.
2. Untuk mengetahui biografi dari seorang Bung Hatta.
3. Untuk mengetahui analisis nilai bersahabat/komunikatif, cinta damai, dan gemar
membaca dalam sosok Bung Hatta.
4. Untuk mengetahui teladan yang dapat diambil dari tokoh Bung Hatta bagi mahasiswa.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Nilai karakter cinta damai terdiri dari dua kata, yaitu cinta dan damai. Cinta dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa berarti suka sekali, dan juga bisa diartikan sebagai
sayang benar. Selanjutnya menurut KBBI, damai diartikan sebagai tidak ada perang;
tidak ada kerusuhan; aman. Selain itu juga diartikan sebagai tenteram; tenang. Lebih
6
lanjut lagi, menurut KBBI, damai juga berarti keadaan tidak bermusuhan; rukun.
Berdasarkan pengertian tersebut titik berat cinta damai adalah kesadaran diri sebagai
warga negara untuk menjaga kedamaian. Sehingga menumbuhkan karakter ini akan
menjadikan anak memiliki sikap tersebut. Namun, hal tersebut tidak dapat terjadi secara
otomatis. Membutuhkan proses pembelajaran yang panjang. Selain itu, anak juga
memerlukan dukungan sekitar agar bisa mempelajarinya.
Nilai cinta damai dalam pendidikan karakter bersumber dari Pancasila. Nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya telah tertanam kuat sejak zaman dahulu kala hingga
sekarang. Namun, sayangnya terkadang bagi sebagian nilai-nilai tersebut sudah mulai
luntur. Oleh karena itu, menumbuhkannya pada anak sejak usia dini merupakan
kewajiban kita semua. Tujuannya agar anak dapat menerapkan nilai-nilai tersebut secara
nyata dalam kehidupan. Contohnya, yaitu melalui pikiran, tutur kata, dan perilaku yang
berdasarkan Pancasila.
Nilai karakter cinta damai meliputi perilaku yang mengutamakan kesatuan. Selain
itu juga terkait perilaku mewujudkan harmoni dalam lingkungan yang majemuk.
Selanjutnya akan mampu menumbuhkan dorongan untuk bisa hidup berdampingan
dalam masyarakat multikultural.
7
Secara sederhana pengertian gemar membaca adalah suatu pola kebiasaan
seseorang untuk melakukan aktivitas membaca dari berbagai bacaan dan tidak hanya
dari satu sumber saja yang bertujuan untuk memperoleh informasi secara luas dan
merupakan salah satu cara untuk memperoleh ilmu.
Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 12 Agustus 1902. Memiliki
nama asli dari orangtuanya, Mohammad Athar. Hatta lahir dari keluarga ulama
Minangkabau. Semasa kecil, Hatta menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu Fort de
Kock, kemudian melanjutkan ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Semasa
sekolah, Hatta terkenal sebagai anak yang cerdas. Meski lulus ujian masuk ke HBS di
Batavia, Hatta harus mengurungkan niatnya karena permintaan ibunya untuk tetap di
Padang. Akhirnya Hatta melanjutkan sekolah ke MULO di Padang. Keaktivan pada
organisasi sudah ditunjukkan Hatta ketika berusia 15 tahun. Berbagai organisasi sudah
diikutinya, salah satunya Jong Sumatranen Bond Cabang Padang. Ilmu politiknya
berkembang karena sering datang ke pertemuan-pertemuan politik. Salah satu tokoh politik
idola Hatta adalah Abdul Muis. Setelah lulus dari MULO, beliau melanjutkan pendidikan ke
Batavia di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School pada tahun 1919.
Lulus dari Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School pada 1921, Hatta pergi ke
Rotterdam untuk belajar ilmu bisnis di Nederland Handelshogeschool, Belanda. Dilansir dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Hatta tinggal di Belanda
selama 11 tahun. Di sana, Hatta aktif bergabung dalam organisasi pergerakan dan tergabung
dalam Perhimpunan Indonesia. Salah satu dampak aktivitasnya dalam organisasi
menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah Belanda. Namun, kemudian dibebaskan karena
Hatta melakukan pembelaannya yang terkenal, Indonesia Free. Gemar membaca dalam buku
Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya (2015) oleh Meutia Farida Hatta, Bung Hatta merupakan
orang Indonesia yang mengoleksi buku sejak bnerusia 16 tahun. Dari situ, koleksi bukunya
semakin bertambah. Bahkan selama 11 tahun tinggal di Belanda, Hatta merupakan
mahasiswa yang memiliki koleksi buku terbanyak di antara mahasiswa yang lainnya. Bapak
Pendidikan Bangsa Koleksi buku-buku Bung Hatta mulai dari ilmu ekonomi, hukum, tata
negara, administrasi negara, filsafat, agama, politik, sejarah, sosiologi, antropologi, dan
8
sastra. Bahkan ketika akan kembali ke Indonesia dariBelanda, Hatta yang dibantu rekan-
rekannya, harus mengemas 14 peti berukuran 1x1x1 meter untuk buku-bukunya. Kecintaan
Bung Hatta akan membaca buku, mengantarnya sebagai orang penting di Indonesia. Buku-
buku Hatta selalu tertata rapi dan tampak seperti baru. Karena Hatta selalu memperlakukan
buku-bukunya dengan baik. Ketika Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI,
Hatta memiliki ruangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan adanya. Sampai-sampai
Hatta memiliki seorang ahli perpustakaan yang membantunya menata buku-buku sesuai
subyejknya. Dia adalah Gustav Apituley, seorang ambon.
Akhir Hayat Mohammad Hatta wafat pada 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, Jakarta. Kemudian dikebumikan di Pemakaman Umum Tanah Kusir,
Jakarta. Bung Hatta diberikan gelar Pahlawan Proklamator pada 23 Oktober 1986 bersama
dengan Bung Karno, melalui Keppres No 81/TK/1986. Kemudian Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menetapkan gelar Pahlawan Nasional kepada Bung Hatta pada 7 November
2012.
2.3 Analisis Nilai Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, dan Gemar Membaca dalam
Sosok Bung Hatta
9
beralih ke tangan Presiden Soeharto. Soekarno harus hidup tersiolasi dari dunia luar,
tinggal di Wisma Yarso, dalam kondisi sakit secara psikis dan fisik. Ketika sahabatnya
menjenguk kamar di RSPAD Gatot Soebroto menjadi saksi bisu, dua sosok yang dulu
sangat dikenal dengan sebutan Dwi Tunggal. Dua orang sahabat senasib
seperjuangan yang berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Itulah satu
babak terpenting dalam hidup Hatta, saat ia harus mengurai kembali sejarah lukanya
sekaligus menutupnya dengan sebuah kata maaf untuk sahabatnya, Soekarno. Hatta
menyadari bahwa seringkali penderitaan berubah menjadi sebuah keberanian untuk
terus hidup dan memaafkan. Fakta sejarah membuktikan, dua hari setelah Hatta
menjenguk di RSPAD, tanggal 21 Juni 1970, Soekarno meninggal dunia.
Hatta menyebutkan sebagai harmoni kolektif, sebuah persatuan yang damai dari
masyarakat yang majemuk. Di dalam harmoni yang terjaga itulah, segala golongan
dapat memajukan dirinya masing-masing. Dengan demikian, persatuan akan dapat di
wujudkan dalam menopang keberlangsungan Indonesia, bangsa yang besar ini,
dengan bebagai suku bangsa yang mendiami ribuan pulau, dialek beraneka ragam,
adat dan nilai hidup yang bermacam-macam, juga agama yang tidak satu. Bagian ini
akan mengelaborasiakan bagaimana pandangan-pandangan Bung Hatta mengenai
kemajemukan bangsa dan pemecah-pemecah untuk menciptakan harmoni dalam
pembangunan negara.
Salah satu bentuk pedidikan multikultural yang diajarkan Bung Hatta adalah
toleransi, yang bertujuan untuk menciptakan kedamaian. Baginya, tujuan tertinggi dari
kemajemukkan adalah keselamatan bersama dan kedamaian.
Sosok Hatta patut dicontoh dalam hal karakter gemar membaca. Dalam segala
kesempatan, buku menjadi hal utama dalam keseharian kehidupan Hatta. Bahkan, saat
dalam penjara pun, buku-buku yang menemani Hatta menghabiskan waktu dalam
kungkungan fisik tembok penjara atau tempat-tempat pengasingan.
10
Hatta dan buku adalah gambaran nyata aktivitas dan kegemaran membaca.
Kecintaan pada buku yang dapat dikatakan sangat berlebihan dalam diri Hatta salah
satunya ditunjukkan melalui peristiwa penting dalam hidupnya. Saat menikah dengan
Rahmi binti Rachim, Hatta memilih sebuah buku berjudul Alam Pikiran Yunani
sebagai maskawin. Hal itu tentu saja dianggap sesuatu yang aneh dan tidak lazim,
bahkan bagi ibu kandungnya. Siti Saleha, ibu kandungnya, sudah berkali-kali
membujuk untuk menyertakan pecahan emas, sebagai mahar pernikahan. Bagi Hatta,
buku lebih bernilai daripada uangdan emas.
2.4 Teladan yang dapat diambil dari Sosok Bung Hatta bagi Mahasiswa
Sebagai generasi penerus, sudah sepatutnya kita meneladani Bung Hatta. Berikut ini
adalah lima nilai semangat Mohammad Hatta yang perlu kita tiru.
11
sendiri tidak ikut ambil bagian atau larut di dalamnya,” tulis Zed dalam buku Cara Baik
Bung Hatta.
5. Jiwa Kesatria
Bung Hatta memiliki jiwa ksatria, yakni kebesaran hati yang tidak mengandung balas
dendam. Seseorang yang berjiwa ksatria berani membela kebenaran dan melawan
kejahatan. Pada saat yang sama, ia juga berbesar hati dan mengakui kelemahan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bersahabat/komunikatif adalah sikap atau tindakanyang berhubungan dengan orang lain
yang didalamnya terdapat komunikasi yangmudah dimengerti sehingga terwujud suasana
yang menyenangkan dalam bekerjasama. Karakter sikap bersahabat/komunikatif
menunjukkan kemampuan sesorang dalam menyampaikan ide-idenya atau sebuah
pikirannya kepada orang lain dalam bergaul.Karakter ini menjadi modal penting dalam
hidup bermasyarakat.
Nilai karakter cinta damai meliputi perilaku yang mengutamakan kesatuan. Selain itu
juga terkait perilaku mewujudkan harmoni dalam lingkungan yang majemuk. Selanjutnya
akan mampu menumbuhkan dorongan untuk bisa hidup berdampingan dalam masyarakat
multikultural.
Secara sederhana pengertian gemar membaca adalah suatu pola kebiasaan seseorang
untuk melakukan aktivitas membaca dari berbagai bacaan dan tidak hanya dari satu sumber
saja yang bertujuan untuk memperoleh informasi secara luas dan merupakan salah satu cara
untuk memperoleh ilmu.
Teladan yang dapat diambil dari tokoh Bung Hatta yaitu Jiwa Solidaritas dan
Kesetiakawanan, Pro Patria dan Primus Patrialis, Jiwa Toleransi atau Tenggang Rasa, Jiwa
Tanpa Pamrih dan Bertanggung Jawab, serta Jiwa Kesatria.
13
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Muchlas Samani, HariyantO, 2012, konsep dan modal Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Nurul Zuriah, 2011, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam perspektif perubahan, Jakarta:
Bumi Aksara
15