Kel 5 Emerging Adult
Kel 5 Emerging Adult
EMERGING ADULT
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
DISUSUN OLEH:
1. AISYAH PUTRI (20011183)
2. AUDA SHUFI AWALIA (20011191)
3. BRENDA PUTRI DEFAKY (20011194)
4. HARI BAYU PRASETIA (20011221)
5. M. AIQAL KAMIL (20011228)
KODE SESI
202010110207
DOSEN PENGAMPUH:
DURYATI,S.PSI.,M.A
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDAKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan Laporan 2
D. Manfaat Penulisan Laporan 2
E. Metode Pengumpulan Data 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Emerging Adult 4
B. Tugas Perkembangan Emerging Adult 5
C. Ciri-ciri Utama Emerging Adult 7
D. Aspek Fisik Emerging Adult 9
E. Aspek Kognitif Emerging Adult 12
F. Aspek Sosioemosional Emerging Adult 12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Emerging adult adalah periode transisi dari orang dewasa menuju dewasa
(Papalia, 2007). Emerging adulthood merupakan suatu tahapan perkembangan yang
muncul setelah individu mengalami atau melewati masa orang dewasa (adolescence)
dan sebelum memasuki masa dewasa awal (young adulthood), dengan rentang usia
antara 18 hingga 25 tahun (Arnett, 2004). Namun dalam penelitiannya, Arnett (2000)
menegaskan bahwa emerging adult tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa
ataupun dewasa. Emerging adult paling tepat digambarkan pada individu di negara-
negara industri, khususnya di kota-kota besar, yang mulai memikirkan pernikahan,
tidak memiliki anak, tidak tinggal di rumah mereka sendiri, atau tidak memiliki
pendapatan yang cukup untuk menjadi sepenuhnya independen di usia 18 sampai 25
tahun. Emerging adult merupakan struktur populasi baru yang terus berubah dan
memiliki karakteristik yaitu identity exploration, instability, self-focus, feeling in-
between, dan the age of possibilities.
Menurut Learner dan Ovea on (2008), arah perkembangan yang muncul pada
emerging adulthood ditentukan oleh beberapa interaksi antara individu dan konteks
hidup yang saling memengaruhi dan bercabang (bidirectional). Individu pada masa ini
berperan sebagai co-developers dalam jalur perkembangannya sendiri, melakukan
reapon yang adaptif terhadap berbagai konteks seperti biologis, kultural, dan
lingkungan fisik yang mereka pengaruhi dan sebaliknya memengaruhi mereka.
Apabila individu mampu menjalani tantangan perkembangan yang ada pada
emergfng adulthood, maka ia mampu memengœuhi œah perkembangan yang nantinya
menentukan aspek penting dalam kehidupan dewasanya sepeøi hidup yang mandiri,
hubungan inlim, dan juga pencapaian baik secara kejuruan maupun pendidikan
(Wood, et al., 2018).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu periode perkembangan Emerging Adult?
2. Bagaimana tugas perkembangan yang dimiliki periode perkembangan Emerging
Adult?
3. Apa saja tahapan perkembangan berdasarkan aspek fisik?
4. Apa saja tahapan perkembangan berdasarkan aspek kognitif?
5. Apa saja tahapan perkembangan berdasarkan aspek sosioemosional?
1
1.3 Tujuan Penulisan Laporan
Penulisan laporan ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kematangan
fisik, kognitif, bahasa, ketidak matangan berpikir, psikososial, sosioemosional,
permasalahan yang dihadapi orang Dewasa, identitas dan Peer and romantic
relationship pada orang dewasa, dengan memaparkan secara rinci mengenai aspek-
aspek perkembangan tersebut.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Emerging Adult
Emerging adulthood adalah suatu periode perkembangan individu dari masa orang
dewasa akhir hingga usia dua puluh tahun akhit, yang berfokus secara spesifik di usia 18
hingga 25 tahun (Amett, 2015). Individu yang tengah melalui periode perkembangan ini
disebut dengan emerging adult. Periode ini identik dengan kemandirian yang relative dari
peran social serta ekspetasi normative. Kemandirian yang dimaksud ialah emerging adult
telah meninggalkan ketergantungan pada masa kanak-kanak dan orang dewasa namun
belum memilki tanggung jawab yang secara normative akan dialami pada masa dewasa.
Pada periode perkembangan ini emerging adult melakukan eksplorasi terkait
kehidupannya baik cinta, pekerjaan, dan cara pandang terhadap dunia (Amett, 2000).
Emerging adult menggambarkan adanya perubahan-perubahan dalam konteks
kognitif, emosional, fisik individu, dan juga dalam segi social. Jalur yang akan dipilih
oleh emerging adult ditentukan oleh interaksi yang bersifat resiprokal secara dinamis dan
berkelanjutan antara individu dengan lingkungannya. Jalur dan eksplorasi peran yang
beragam pada emerging adult menghasilkan potensi bertumbuhnya fungsi emosional dan
intelektual (Amett, 2000 dalam Wood, et al, 2018).
Masa-masa ini diwarnai oleh perasaan antusias khususnya dalam merancang rencana-
rencana untuk menghadapi tantangan menuju masa dewasa. Ada banyak tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada masa transisi menuju kedewasaan
ini, antara lain tinggal terpisah dari orangtua, terdapat peningkatan dalam hal karier dan
akademis, membangun hubungan interpersonal yang intim dan mendalam, membuat
keputusan-keputusan sendiri serta memiliki kematangan emosional (Miller, 2011).
Nelson dan Barry (2005) menjelaskan bahwa individu pada tahap emerging adult
akan lebih menggunakan kualitas-kualitas diri seperti sikap bertanggung jawab terhadap
segala tindakan yang dilakukan, pengambilan keputusan secara mandiri, serta mampu
terlepas dari ketergantungan secara finansial dari orangtua. Selain itu, Levinson (1986,
dalam Sciaba, 2006) juga menyebutkan bahwa rentang usia 20 hingga 30 tahun adalah
tahap dimana individu sudah memiliki kepuasan dalan hal cinta, seksualitas, kehidupan
keluarga, kreativitas, pencapaian karier, dan realisasi dari tujuan-tujuan utama dalam
kehidupannya. Pada tahap ini individu akan mengambil keputusan yang penting dalam
urusan pernikahan, pekerjaan dan gaya hidup sebelum merasa diri cukup bijaksana dan
4
berpengalaman. Selain itu, ada pula tuntutan dari keluarga, teman dan lingkungan sekitar
yang berlawanan dengan ambisi personal.
Individu pada rentang usia emerging adult tidak berjalan di jalur yang sama,
melainkan membangun jalurnya masing-masing dimana semuanya bergantung pada
pilihan-pilihan yang sebagian besar bukanlah pilihan individu itu sendiri melainkan
bagian dari eksperimen dan eksplorasi diri. Pada tahap emerging adulthood, perencanaan
masa depan menjadi semakin sulit dan kompleks. Masing-masing individu akan
menggunakan strateginya sendiri untuk menentukan arah mana yang akan mereka ambil
untuk masa depan. Banyak kesempatan yang tersedia namun individu justru semakin
bingung dan kerap dihinggapi keraguan. Sehingga, status sebagai orang dewasa dimaknai
sebagai tantangan yang sangat besar bagi individu di tahap emerging adulthood (Lanz &
Tagliabue, 2007).
5
c. Meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga
Setelah menyelesaikan pendidikan formal, pada umumnya dewasa awal
memasuki dunia kerja untuk menerapkan ilmu dan keahlian mereka. Mereka berupaya
menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan
masa depan keuangan yang baik. Jika mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut,
mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak
atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti
dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera.
Masa dewasa awal adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan
semangat yang membara dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing
dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi
kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi
kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya.
d. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata
aturan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan
cara-cara, seperti :
1) Mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat
paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri)
2) Membayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor,
pajak penghasilan)
3) Menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar
tidak tercela di mata masyarakat
4) Mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat
dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki
jalan, dan sebagainya).
Secara umum, tugas perkembangan masa dewasa awal meliputi :
1. Pekerjaan
Seorang individu diharapkan sudah mendapatkan suatu pekerjaan yang layak
ketika ia berada pada masa dewasa dini sehingga ia bisa dianggap mampu dan
mempunyai peran atau posisi dalam masyarakat.
2. Pengakuan Sosial
Masa ini adalah masa dimana seseorang ingin mendapatkan legalitas dan
pengakuan dari masyarakat/kelompok sekitarnya. Ia menerima tanggungjawab
6
sebagai warga Negara dan akan bergabung dengan komunitas sosial yang cocok
dengannya.
3. Keluarga
Pada masa ini seseorang mulai mencari dan memilih pasangan hidup yang
cocok, lalu menikah, mempunyai anak, kemudian membina rumah tangga. Ia
mempunyai peran baru yaitu sebagai orang tua.
8
Salah satu tugas perkembangan yaitu mencari pasangan hidup menyebabkan mulai
munculnya keinginan individu khususnya wanita untuk tampil lebih cantik dan menarik.
Menurut Sunartio, Sukamto, & Dianovinina (2012), penampilan dianggap penting dan utama
bagi seorang wanita. Oleh sebab itu, wanita sering membandingkan penampilan fisiknya,
khususnya bentuk tubuhnya, dengan tubuh wanita lain yang dianggap lebih menarik.
Munculnya pandangan negatif wanita pada dirinya dikarenakan banyaknya wanita yang
merasa tidak puas dengan tubuhnya. Verplanken (dalam Herabadi, 2007) melakukan
penelitian mengenai kebiasaan seseorang untuk berpikiran negatif dalam menilai dirinya
sendiri. Penilaian negatif menjadi kebiasaan serta terus menerus muncul secara otomatis,
sering dan menetap dalam benak seseorang sehingga dapat menurunkan self esteem serta
membuat seseorang rentan untuk mengalami gangguan kecemasan dan depresi.
9
memacu seseorang di dalam mengatur pola makan, penggunaan obat-obatan dan
olahraga. Pada masa ini, penggunaan obat-obatan seperti obat pelangsing dan berbagai
suplemen menjadi kecenderungan seseorang di dalam menjaga kondisi fisiknya.
Pada masa muda, salah satu hal yang banyak dilakukan seseorang dalam menjaga
kondisi dan penampilan fisiknya adalah dengan melakukan olahraga. Sebagian besar,
anak muda telah menjadikan olahraga sebagai kebiasaan yang pasti dilakukan setiap
minggu dan gaya hidup mereka seperti senam aerobik, gym, berlari, dll. Berhubungan
dengan puncak kemampuan fisik yang dialami, maka sebagian besar anak muda juga
banyak melakukan kegiatan fisik yang menyenangkan dengan melakukan olahraga
permainan.
Ketergantungan pada obat-obatan merupakan persoalan yang umum terjadi.
Ketergantungan terhadap obat-obatan terbagi menjadi dua, yaitu ketergantungan fisik dan
ketergantungan psikologis. Ketergantungan fisik pada suatu obat karena penarikan diri
dari rasa sakit yang tidak diinginkan dan ketagihan yang dialami oleh penderita
ketergantungan pada saat obat-obatan yang dibutuhkan tidak ada. Ketergantungan
psikologis adalah kebutuhan untuk menggunakan obat-obatan untuk mengatasi masalah
dan stress. Pada masa muda, ketergantungan dengan alkohol yang paling menonjol.
Penggunaan alkohol sering digunakan anak muda yang sedang menghadapi berbagai
masalah seperti permasalahan tentang kebosanan kuliah, pekerjaan, putus cinta dll.
Perkembangan fisik yang dialami mempengaruhi produksi hormon dan siklus mentruasi
pada wanita. Terdapat hubungan amtara siklus mentruasi dan produksi hormon terhadap
perubahan kepribadian. Perkembangan fisik yang terjadi mempengaruhi banyak hal yang
berkaitan dengan seksualitas. Pada masa ini, anak muda memiliki kecenderungan untuk
melakukan aktivitas seks kepada pasangannya, teman atau dari tempat prostitusi.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan seksualitas, pada masa ini mulai muncul seperti
penyakit kelamin, perilaku seksual memaksa, dan kelainan perilaku seksual. Adanya
pemberian pengetahuan seksual menjadi penting di dalam mengatasi masalah-masalah
yang berkaitan dengan seksualitas yang terjadi pada masa ini.
Minchinton (dalam Susandi, 2014) mengatakan bahwa aspek dari self esteem individu
adalah perasaan mengenai diri sendiri yang dapat dilihat dari penerimaan diri, menghargai
nilai yang ada pada diri dan dapat mengendalikan emosi serta memiliki keyakinan yang
dapat membuat individu memaafkan diri sendiri. Selain itu perasaan terhadap hidup yang
dijalani individu menjadi salah satu aspek yang juga penting yang diharapkan individu
dapat memegang kendali atas dirinya sendiri dan menerima kenyataan yang ada di
10
hidupnya. Aspek yang terakhir adalah hubungan individu dengan orang lain yang dapat
terlihat dari sikap individu menghargai dan bijaksana dalam berhubungan dengan orang
lain.
Self esteem menurut Burns (dalam Sari dkk, 2006), memiliki dua makna yaitu
kecintaan pada diri sendiri (self love) dan percaya diri (self confidence). Kedua makna
tersebut terpisah tetapi saling berhubungan. Seseorang bisa menyukai dirinya, namun juga
dapat merasa kurang percaya diri. Disisi lain, seseorang juga dapat merasa percaya diri
tetapi tidak merasa berharga. Selain itu menurut Robinson (dalam Aditomo & Retnowati,
2004), self esteem merupakan salah satu komponen yang lebih spesifik dari self concept,
yang melibatkan unsur evaluasi atau penilaian terhadap diri.
Dewasa awal diharapkan memiliki self esteem tinggi karena self esteem dianggap
penting untuk dimiliki oleh setiap individu khususnya wanita dewasa awal. Menurut
Baron, Byrne, & Branscombe (dalam Sarwono & Meinarno, 2011) self esteem yang
positif membuat orang dapat mengatasi kecemasan, kesepian dan penolakan sosial. Selain
itu menurut Michener dan DeLamater (dalam Sari dkk, 2006), individu dengan self
esteem tinggi akan mampu untuk bersikap asertif, terbuka dan memiliki kepercayaan diri
terhadap dirinya. Maka dari itu self esteem memiliki peran yang penting untuk individu.
Individu yang memiliki self esteem tinggi berarti memandang dirinya secara positif dan
sadar akan kelebihankelebihan yang dimilikinya sehingga dapat memandang kelebihan-
kelebihan tersebut lebih penting daripada kelemahannya.
Rombe (dalam Prastowo, 2012) mengatakan salah satu yang mempengaruhi self
esteem adalah faktor fisik, yaitu ciri fisik dan penampilan wajah individu. Sama halnya
dengan Myers (2012) mengatakan bahwa self esteem seseorang mungkin bergantung
pada prestasi sekolah dan daya tarik fisik. Orang yang menghargai dirinya secara umum
yaitu mereka yang memiliki self esteem tinggi, cenderung menghargai penampilan,
kemampuan, dan domain mereka yang lain. Harter (dalam Berk, 2012) juga mengatakan
bahwa body image merupakan satu prediktor kuat bagi penghargaan diri dari anak muda.
Body image dipandang dapat mempengaruhi self esteem.
Menurut Tiggemann (dalam Cash & Smolak, 2011) body image negatif lebih banyak
dialami oleh sebagian besar wanita yaitu banyak yang tidak puas dengan tubuh mereka,
terutama dengan ukuran tubuh dan berat badan. Menurut Feingold & Mazzella (dalam
Davison & McCabe, 2006) persepsi yang salah mengenai tubuh ideal membuat sebagian
orang merasa khawatir dan kurang percaya diri dengan tubuh yang mereka miliki
sehingga dapat memunculkan ketidakpuasan terhadap body image.
11
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian pada body image
sangat kuat terjadi pada dewasa awal, khususnya wanita. Bagi wanita, penampilan adalah
yang utama sehingga dapat mempengaruhi self esteem. Rumusan masalah yang dikaji
dalam penelitian ini adalah peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara body
image dengan self esteem pada wanita dewasa awal pengguna skincare.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua manusia di berbagai belahan dunia akan mengalami suatu masa transisi dalam
kehidupannya. Pada masa ini akan terjadi banyak perubahan baik secara mental, fisik atau
sosial. Perubahan yang akan mengantar seorang remaja menuju kedewasaan (Patterson,
2012). Untuk artian sosiologis sendiri, menurut Papalia & Feldman (2013), individu
dianggap dewasa ketika mereka mampu menanggung diri mereka sendiri atau telah
memilih sebuah karier, telah menikah, membentuk hubungan romantis yang signifikan,
atau dapat juga memulai berumah tangga. Hal ini terlihat pada remaja di Amerika yang
apabila telah berusia 18 tahun dapat memilih untuk tinggal terpisah dengan orangtuanya.
Sementara di Jepang, transisi masa remaja ke dewasa terjadi pada usia 20 tahun. Secara
umum, ketika seseorang menyelesaikan setidaknya satu atau lebih dari tugas-tugas
perkembangan, mereka dianggap sudah seperti orang dewasa dengan standar sosial
kebudayaan mereka masing-masing (Patterson, 2012).
Pada umumnya masa emerging adulthood diketahui sebagai masa pencarian pasangan
hidup, penentuan karier yang layak, berusaha untuk dapat menjadi mandiri secara
finansial, dan juga masa seseorang mencoba mencari makna hidup selama masa peralihan
dari remaja ke masa dewasa (Robinson & Smith, 2010). Menurut Ishida (2013), masa
peralihan ini telah tertunda di banyak negara dikarenakan beberapa hal tersebut di atas
dan individu pada masa peralihan ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
melangkah lebih maju melaluinya. Selain itu, menurut Fraley & Davis (dalam Fraley,
Roisman, Booth-LaForce, Owen, & Holland, 2013) menyatakan bahwa individu yang
berada di masa peralihan ini membutuhkan banyak ikatan dengan lingkungan dan
menentukan pilihan. Selama masa ini juga, banyak anak muda memperoleh kemampuan
yang berguna bagi pendapatan serta prestasi kerja mereka di masa dewasa mereka kelak
(Arnett, 2000).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah peneliti paparkan pada kesimpulan, maka
peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1) Orang tua dan pendidik harus selalu mendampangi remaja agar tidak menyebabkan
remaja merasa kurang diperhatikan sehingga dapat mengakibatkan kenakalan remaja
pada anak dikarenakan keingin tahuan remaja yang begitu tinggi.
14
2) Laporan ini hanya berupa laporan sederhana, maka untuk itu pelu adanya laporan dan
penelitian lebih lanjut.
15
Daftar Pustaka
Papalia, D. E., Olds, S.W., Feldman, R.D. (2008). Human Development. 11th edition.
New York: McGraw-Hill
Santrock, John W. (2011). Life-Span Development. 13th edition. New York: McGraw-
Hill
Allen, K Eileen dan Marotz, Lynn R. (2010). Profil perkembangan anak prakelahiran
hingga usia 12 tahun (edisi 5). Jakarta : PT Indeks.
http://e-journal.uajy.ac.id/6268/3/TA213322.pdf
file:///C:/Users/User/Downloads/1417-2428-1-PB%20(3).pdf
fisik dan kognitif dewasa awal.pptx
2013-2-00594-PS Bab2001 {compatibility Mode}-Microsoft Word
16