Anda di halaman 1dari 3

Para ahli menyatakan bahwa interferensi morfologis merupakan interferensi yang paling

sering terjadi (Mutoharoh, dkk., 2018: 87). Interferensi morfologis berarti penggunaan
bentuk-bentuk morfologis bahasa lain oleh masyarakat Indonesia dalam berbahasa Indonesia,
baik itu menyangkut bentuk terikat ataupun bentuk bebas (Mokhtar, 2000: 220). Biasanya,
interferensi morfologis menyerap afiks-afiks dari bahasa lain. Dalam data penelitian ini,
peneliti menemukan interferensi morfologis dalam beberapa lagu Sule.
Pertama, pada lagu “Prikitiew Bye Bye” interferensi morfologis ditemukan di dalam lirik:
“Kenapa sih lo nyebelin banget” dan “Daripada aku pusing mikirin kamu”. Dari kedua lirik
tersebut, dapat diidentifikasi bunyi [nyebelin] dan [mikirin] merupakan kata-kata yang
berasal dari bahasa Indonesia, yakni “menyebalkan” dan “memikirkan” yang mendapat
pengaruh bahasa Betawi dengan penghilangan prefiks me(N)-, pergantian sufiks –kan
menjadi sufiks bahasa Betawi –in, dan perubahan fonem [a] pada kata dasar kata pertama
menjadi fonem [e].
Kemudian, dalam lagu “Santuykan Saja” interferensi morfologis digambarkan melalui lirik
“ngomongin yang sini” pada bunyi [ngomongin] yang berasal dari kata bahasa Indonesia
“mengomongkan”. Interferensi dilihat melalui penghilangan prefiks me- dan perubahan
sufiks –kan menjadi sufiks bahasa Betawi –in sehingga menjadi “ngomongin”. Lalu, pada
lirik: “Jogetin aja kawan”, bunyi [jogetin] merupakan kata bahasa Indonesia ‘berjoget” yang
mengalami interferensi morfologis dengan bahasa Betawi melalui penghilangan prefiks ber-
dan penambahan sufiks bahasa Betawi –in. Selanjutnya, lirik “jangan dipikirin” mengalami
interferensi morfologis pada bunyi [dipikirin] yang berasal dari kata pasif bahasa Indonesia
“dipikirkan” dan terpengaruh oleh bahasa Betawi dengan perubahan sufiks –kan menjadi
sufiks –in. Terakhir, lirik sekaligus judul lagu: “Santuykan saja” yang mengalami interferensi
morfologis melalui bunyi [santuykan] dengan asal kata bahasa Indonesia “bersantai” dan
terpengaruh bahasa Betawi menjadi hilangnya prefiks ber-, perubahan diftong [ai] menjadi
bunyi [uy], serta penambahan sufiks -kan.
Interferensi morfologis juga ditemukan dalam lagu Sule berjudul “Papa Telepon” yang
dinyanyikannya bersama Rizky Febian. Pada lirik: “Bentar ya om, aku panggilin dulu yah,
papa”, bunyi [panggilin] merupakan hasil interferensi kata bahasa Indonesia “panggil” yang
mendapat pengaruh sufiks –in dari bahasa Betawi. Kemudian, lirik “bilangin papa gak ada”,
bunyi [bilangin] mengalami interferensi morfologis dari kata bahasa Indonesia “bilang” yang
ditambah sufiks bahasa Betawi –in. Selanjutnya, pada lirik “Papa ga ada gitu, ih, pake
diomongin”, interferensi morfologis dapat dilihat dari bunyi [diomongin] yang berasal dari
kata pasif dalam bahasa Indonesia “diomongkan” yang mendapat pengaruh bahasa Betawi
sehingga mengubah sufiks –kan menjadi –in. Lalu, lirik “Dan orang-orang akan ngejauhin
kita” mengalami interferensi morfologis pada bunyi [ngejauhin] yang merupakan kata bahasa
Indonesia “menjauhi”. Kata tersebut mengalami perubahan prefiks me(N)- menjadi nge- dan
sufiks –i menjadi –in yang mendapat pengaruh dari bahasa Betawi. Terakhir, pada lirik:
“Becanda yang penting Rizky gak ngebohong kan”, interferensi morfologis dialami oleh
bunyi [ngebohong] yang berasal dari kata bahasa Indonesia “berbohong” dan telah
mengalami perubahan prefiks ber- menjadi prefiks nge- dalam bahasa Betawi.
Inteferensi morfologis yang terdapat dalam lagu-lagu Sule mendapat pengaruh dari afiks-
afiks bahasa Betawi. Lagu-lagu yang mengalami interferensi morfologis didominasi oleh
lagu-lagu bernada ceria dengan lirik-lirik yang ringan dan mudah dipahami. Pengaruh bahasa
Betawi paling banyak terlihat pada penggunaan sufiks –in dan prefiks ng-. Biasanya, lagu-
lagu Sule sejenis ini akan bergandengan pula dengan interferensi leksikal dengan bahasa
Sunda, Jawa, bahkan Inggris.
DAFTAR PUSTAKA
Mokhtar, Masrurah. (2000). Interferensi Morfologis Penutur Bahasa Bugis dalam Bahasa
Indonesia. Jurnal Humaniora, 12(2), 219-224.
Mutoharoh, dkk. (2018). Interferensi Morfologis dalam Karangan Narasi Mahasiswa
Thailand Semester IV Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas
Muhammadiyah Tangerang. Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa
Indonesia, Daerah, dan Asing, 1(1), 84-97.

Anda mungkin juga menyukai