Anda di halaman 1dari 16

TUGAS RESUME

BAHASA INDONESIA
“ SEJARAH EJAAN DAN RUANG LINGKUP EJAAN”

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Nur Amalia, M.Pd.


Disusun oleh : Mariyana Fitria Nurmalisa (2001105021)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2020/2021
RESUME BAHASA INDONESIA 2

Sabtu,27 Maret 2021


Yang dipresentasikan oleh kelompok 3:
1. Ainur Ayu Maulina ( 2001105054 )
2. Raden Siti Aaisyah Logistica ( 2001105050 )

Ringkasan materi
1. Aspek Ejaan
A. Fonologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam
linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian
fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi tiga bagian, yakni:
 Fonetik
Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi –bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap
manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Macam–macam fonetik :
a. Fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ
manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa
b. Fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan
oleh telinga manusia
c. Fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak mengolah
data yang masuk sebagai suara
 Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai
pembeda makna.
B. Morfologi
Morfologi dalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai
satuan gramatikal.
Jenis-jenis Morfem

1. Ditinjau dari Hubungannya


Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari hubungan
struktural dan hubungan posisi.
 Ditinjau dari Hubungan Struktur
Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu morfem
bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif (penggantian), dan yang bersifat substraktif
(pengurangan).
 Ditinjau dari Hubungan Posisi
Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam yakni; morfem
yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis morfem ini akan jelas bila diterangkan
dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya.
2. Ditinjau dari Distribusinya
Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu morfem bebas dan
morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan biasa , atau morfem
yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya : bunga, cinta, sawah, kerbau. Morfem ikat yaitu
morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an.
Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan
baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar.
C. Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein
yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-
kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
 Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan
keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektifa, dan numeralia
berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku, penderita, dan penerima berkenaan
dengan peran sintaksis.
 Satuan Sintaksis
Kata
Satuan terkecil dalam sintaksis. Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, harus dibedakan adanya
dua macam kata yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang secara leksikal
mempunyai makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan
kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan. Kata tugas adalah kata yang
secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas
tertutup, dan di dalam peraturan dia tidak dapat berdiri sendiri.
Frase
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek -
predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu
fungsi sintaksis di dalam kalimat.
Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di
dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berungsi sebagai predikat;
dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan.
Kalimat
Susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap . Sedangkan dalam kaitannya
dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah
satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi
dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.

2. Perkembangan Ejaan
1. Ejaan van Ophuisjen Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang diterbitkan
pada tahun 1901. Bahasa Indonesia waktu itu masih disebut sebagai bahasa Melayu.
Bisa ditebak dari namanya, ejaan ini disusun oleh orang Belanda bernama Charles A.
van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

2. Ejaan Soewandi Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada
tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran,
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A.

3. Ejaan Pembaharuan Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, Prof.
M. Yamin menyarankan agar ejaan Soewandi disempurnakan. Pembaharuan yang
disarankan panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo antara lain: membuat standar
satu fonem satu huruf, dan diftong ai, au, dan oi dieja menjadi ay, aw, dan oy. Selain
itu, tanda hubung juga tidak digunakan dalam kata berulang yang memiliki makna
tunggal seperti kupukupu dan alunalun.

4. Ejaan Melindo Melindo ini akronim dari Melayu-Indonesia. Draft penyusunan ejaan ini
disusun pada tahun 1959 atas kerja sama Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu,
yang dalam hal ini adalah Malaysia. Perubahan yang diajukan dalam ejaan ini tidak
jauh berbeda dari Ejaan Pembaharuan. Ejaan Melindo ini bertujuan untuk
menyeragamkan ejaan yang digunakan kedua negara karena Indonesia dan Malaysia
bahasanya lumayan mirip.

5. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan) Ejaan ini bisa dibilang adalah lanjutan
dari Ejaan Melindo yang nggak jadi itu. Panitianya masih campuran antara Indonesia
dan Malaysia dan dibentuk pada tahun 1967. Isinya juga nggak jauh berbeda dari Ejaan
yang Disempurnakan (yang akan dijelaskan selanjutnya), hanya ada perbedaan di
beberapa kaidahnya saja. Ada pun huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o,
a. Dalam ejaan ini, istilah-istilah asing sudah mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb
→ kalbu; guerilla → gerilya.
6. Ejaan ini berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan” ejaan di
atas, EYD ini yang paling awet. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah
penulisan bahasa Indonesia, antara lain: tentang unsur bahasa serapan, tanda baca,
pemakaian kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan huruf kapital, dan penggunaan cetak
miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental dengan unsur bahasa
asing resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia.

7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia, EBI pun resmi berlaku sebagai ejaan baru Bahasa Indonesia.
Katanya, latar belakang diresmikan ejaan baru ini adalah karena perkembangan
pengetahuan, teknologi, dan seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin luas.

3. Pemakaian Huruf
 Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf A sampai Z.
 Huruf Vokal
Huruf vokal adalah huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf
a, e, i, o, dan u.
 Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d,
f, h, j, k, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
 Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au dan oi. Misalnya
: pandai, saudara dan amboi.
 Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan,
yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan. Misalnya :
khusus, ngilu, nyata dan syarat.
 Pemenggelan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
 Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu. Misalnya : ma-in, sa-at
 Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, diantara
dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya : ba-
pak, ba-rang, su-lit.
 Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya : man-di, som-bong, swas-ta.
 Jika ditengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan
antar huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya : in-stru-
men, ul-tra, bang-krut.
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
serta partikel yang biasanyaa ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada
pergantian baris.
Misalnya : makan-an, me- rasa-kan, mem-bantu.
3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung
dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakuakan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada
unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c dan 1d di atas.
Misalnya :
 foto-grafi, fo-to-gr-afi,
 kilo-meter,ki-lo-me-ter
4. Penulisan Huruf
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh : Saya
membaca buku.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh : Adik bertanya,
“ Kenapa kita pulang ?”
 Huruf kapital dipakai sebagi huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh : Tuhan
merahmati hamba- Nya.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang di ikuti nama orang. Contoh : Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi
Sulaiman, Dia baru saja diangkat menjadi Sultan.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang.
Contoh : Presiden Soekarno, Wakil Presiden Adam Malik.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama sebagi nama orang. Contoh : Muhammad
Maulana Rizki, Syarifah Masitoh
 Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Contoh : bangsa Indonesia, suku Melayu, bahasa Arab.
 Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya dan
peristiwa sejarah. Contoh : tahun Masehi, bulan Januari, hari Selasa, hari Lebaran,
Proklamasi Kemerdekaan.
 Huruf kapital sebagai huruf pertama nama khas dalam Geografi. Contoh ; Peta Sumatra,
Danau Toba, Sungai Musi.
 Huruf kapital sebagai huruf pertama nama badan resmi, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan serta nama dokumen resmi Contoh: Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Departemen Luar Negeri, Undang – Undang Dasar Republik Indonesia.
 Huruf Kapital dipakai sebagai Huruf pertama nama semua kata didalam nama
buku,majalah,surat kabar , kecuali kata partikel , seperti di,ke,dari,untuk,dan,yang
untuk,yang tidak terletak pada posisi awal. Contoh: Dari Gajah Mada ke Jalan Gatot
Subroto, Gaul, Analisa
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam singkatan nama gelar,pangkat, dan
sapaan. Contoh: a.di depan nama : – Dr. Doktor Prof. Profesor b.di belakang nama: -
M.A. Master of Arts
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak,ibu,saudara,kakak,adik dan paman yang dipakai sebagai ganti sapaan.
Contoh : Apakah Ibu jadi ke Belawan besok?
B. Huruf Miring
 Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,majalah,dan surat
kabar yang dikutip dalam karangan. Contoh: Majalah Bahasa dan Kesusastraan
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf,bagian kata atau kelompok kata. Contoh: Huruf pertama kata ajeg ialah a
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing , kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya. Dalam tulisan tangan atau ketikan,
huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi garis dibawahnya.
Contoh: Weltarschauung diterjemahkan menjadi “ pandangan hidup”.

5. Penulisan Kata
Hal-hal yang akan dibicarakan dalam penulisan kata yaitu sebagai berikut:
 Kata Dasar
Kata Dasar di tulis sebagai satu kesatuan. Contoh: pagar, rumah, tanah
 Kata Turunan
 Imbuhan (awalan, akhiran, sisipan) di tulis serangkai dengan kata dasar. Contoh:
berduri, diangkat.
 Awalan atau akhiran di tulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau
mendahuluinya bila bentuk dasarnya gabungan kata. Contoh: bertanggung jawab,
membabi buta.
 Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran
maka kata-kata itu ditulis serangkai. Contoh: memberitahukan, penyalahgunaan.
 Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungan
itu ditulis serangkai. Contoh: Pancasila, antarkota,
 Kata Ulang
Kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Contoh: lari-lari, sayur-mayur.
 Gabungan Kata
 Gabungan kata yang biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, kambing hitam.
 Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubungun
untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh: alat pandang-
dengar, ibu-bapak, anak pegawai-teras, buku sejarah-lama.
 Gabungan kata yang sudah di anggap satu kata di tulis serangkai. Contoh:
Alhamdulillah, akhirulkalam, daripada, bumiputra.
 Kata Ganti ku, kau, mu dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kau, mu¸dan nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
 Buku ini ku baca.
 Jangan sampai kau melupakan hal itu! Itu bukan milikmu.
KataDepan di,ke dan dari
Kata Depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh:
 Kiki pergi ke Jakarta.
 Lilis berasal dari Sumatera Utara.
 Erva berdiri di depan tugu Monas.
Kata Sandang si dan sang
Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh:
 Anak itu digelari sang pengembara.
 Syarifah tidak menyukai si malas itu.

6. Partikel,Singkatan dan Akronim


 Partikel
Terdapat lima partikel dalam bahasa Indonesia, yaitu lah, kah, tah, per, dan pun.
 Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh:
Apakah kucing ini milik Anda?; Tengoklah ke kiri dan ke kana jika hendak
menyeberang jalan!
 Partikel per yang berarti ‘tiap-tiap,’ ‘demi,’ ‘dan ‘mulai’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului dan mengikutinya. Namun, partikel per pada bilangan
pecahan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh: Harga kain itu
adalah sepuluh ribu rupiah per meter; dua pertiga.
 Partikel pun yang sudah dianggap padu benar ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Sedangkan partikel pun yang ditulis setelah kata benda, kata sifat, kata
kerja, dan kata bilangan, dituliskan terpisah. Contoh: walaupun; meskipun; biarpun;
adapun; bagaimanapun; kendatipun; maupun; sekalipun; sungguhpun;
 Contoh yang ditulis terpisah: Jika tak ada yang kuning, merah pun tidak masalah, asal
bunganya bisa dipajang.

 Singkatan
Singkatan merupakan bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih, macam-
macam singkatan sebagai berikut:
 Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti tanda titik.
Contoh: W.R. Supratman, Dr.
 Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan dan organisasi
serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
dan tidak diikuti tanda titik. Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), PGRI
(Persatuan Guru Republik Indonesia).
 Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Contoh:
dll. (dan lain-lain), Yth. (Yang terhormat).
 Singkatan Lambang Kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan dan mata uang
tidak diikuti tanda titik. Contoh: Cm (sentimeter), kg (kilogram).

 Akronim
Akronim merupakan singkatan yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari kata ditulis dengan huruf awal kapital. Macam-macam akronim sebagai berikut:
 Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital. Contoh: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), SIM
(Surat Izin Mengemudi).
 Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh: Akabri (Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia), Kowani (Kongres Wanita Indonesia).
 Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh: pemilu (pemilihan umum), rudal (peluru kendali)
7. Penulisan Angka dan Lambang
 Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
 Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
 Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1.000), V̄ (5.000), M̄ (1.000.000)

 II.I.1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
a. Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
b. Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.
 Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
a. Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
b. Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
 Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya:
a. Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
b. Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
 Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta
(b) nilai uang.
Misalnya:
a. 0,5 sentimeter
b. 5 kilogram
 Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
a. Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
b. Jalan Tanah Abang I/15
 Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
a. Bab X, Pasal 5, halaman 252
b. Surah Yasin: 9
 Penulisan bilangan dengan huruf
Misalnya:
a. dua belas (12)
b. tiga puluh (30)
 Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
a. abad XX
b. abad ke-20
 Penulisan angka yang mendapat akhiran -an
Misalnya:
a. lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
b. tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
 Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan
perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
 Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf
Misalnya:
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan
pada laporan pertanggungjawaban.
 Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf
Misalnya:
a. Kelapadua
b. Kotonanampek

8. Penulisan Unsur Serapan


Penulisan unsur serapan biasanya masih menggunakan bahasa asing, namun tetap dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia.Unsur asing tersebut sudah diserap dan disesuaikan ke dalam
bahasa Indonesia, sehingga sering digunakan dalam kehidupan sehari-hariHal ini. Berikut
adalah kategori penulisan unsur serapan asing:

1. Adaptasi
Unsur serapan satu ini terbentuk karena terjadinya proses adaptasi yang dilakukan bahasa
Indonesia dengan bahasa asing. Kebanyakan kata serapan yang disesuaikan akan memiliki arti
yang sama dengan kata sebelumnya. Contohnya maksimal yang merupakan kata serapan dari
maximal.
2. Kreasi
Secara garis besar, proses kreasi ini menggunakan sistem terjemahan untuk melakukan
serapannya. Hanya saja, bentuk fisik yang diterapkan tidak harus sama. Misalnya ketika
terdapat dua kata asing yang terdiri dari 2 kata atau lebih, maka unsur serapannya bisa saja
berbentuk satu kata. Contohnya adalah spare part yang berubah menjadi suku cadang.
3. Terjemahan
Sesuai dengan namanya, penulisan unsur serapan ini menggunakan konsep arti dari bahasa
asing itu sendiri. Setelah diartikan, bahan tersebut akan disesuaikan dengan kaidah penulisan
Indonesia. Contohnya adalah uji coba yang diambil dari bahasa asing try out.
4. Adopsi
Proses adopsi akan menyerap bahasa asing untuk disusun kembali dalam bahasa Indonesia
dengan cara mengambil keseluruhan arti, namun penulisannya sering kali berbeda. Misalnya
kata sembahyang dalam bahasa Indonesia menjadi sholat dalam bahasa Arab. Perubahan yang
diakibatkan dari penyerapan unsur ini membuat kebanyakan orang menjadi lebih nyaman
ketika melafalkannya tanpa mengurangi artinya. Kebanyakan kata yang menggunakan proses
penyerapan adopsi memiliki arti yang sama.

9. Pemakaian Tanda Baca (Pungtuasi)


A. Tanda Titik (.)
Menjadi penanda akhir dari rangkaian kata, tanda titik lazim diletakkan di akhir sebuah kalimat.
Namun, ada juga beberapa penulisan dan pemakaian tanda baca titik (.) lainnya yang harus
kamu pahami.
 Dipakai untuk mengakhiri singkatan yang belum resmi. Sebagai contoh, tanda ini
ditaruh setelah yang merupakan singkatan yang terhormat, hlm. yang merupakan
singkatan dari halaman, ataupun a.n. yang merupakan singkatan dari atas nama.
 Tanda titik (.) tidak dipakai pada judul ataupun keterangan pengirim maupun tujuan
pada surat.
 Dipakai untuk membatasi singkatan pada gelar sarjana dengan bidang yang diambilnya,
contohnya S.Pd yang merupakan sarjana pendidikan
Dipakai untuk mengakhiri angka ataupun huruf pada bentuk laporan ataupun tabel.
 Dipakai dalam daftar pustaka sebagai pembatas antara keterangan yang satu dengan
yang lain.
 Dipakai sebagai pembatas untuk angka atau bilangan ribuan ataupun kelipatannya dan
dipakai pada pembatas jam dan menit dalam hitungan waktu.
B. Tanda Tanya (?)
Berfungsi sebagai penunjuk kalimat tanya, tanda tanya kerap menggantikan posisi tanda titik
(.) di akhir kalimat. Hanya saja, jika (.) lebih mengarah pada kalimat pernyataan, tanda tanya
(?) cenderung mengarah pada kalimat yang bersifat pertanyaan.
C. Tanda Seru (!)
Satu lagi tanda baca yang sering menggantikan posisi tanda titik (.) di akhir kalimat adalah
tanda seru (!). Tanda baca yang satu ini membentuk sebuah kalimat menjadi bersifat perintah
atau seruan. Akan tetapi, penggunaan tanda seru (1) juga biasa berfungsi untuk menegaskan,
mengajak, atau memengaruhi seseorang.
D. Tanda Koma (,)
Ada beberapa fungsi dari tanda koma (,) yang cenderung ditemukan dalam percakapan ataupun
kalimat sehari-hari. Berikut ini adalah pemakaian dan penulisan tanda koma (,) yang tepat
dalam bahasa Indonesia.
 Menjadi pemerinci dalam sebuah kalimat yang memiliki subjek, objek, maupun
keterangan yang lebih dari dua. Pemakaiannya selalu berada di akhir kata yang
dirincikan. Khusus pada kata terakhir, pastikan (,) berada sebelum dan maupun atau
yang menjadi kata hubung.
 Menjadi pemisah antara anak kalimat yang letaknya berada mendahului induk kalimat.
 Menjadi pemisah antara petikan kalimat langsung dengan kalimat utama. Jika
petikannya berada belakang pengujar, tanda koma (,) diletakkan sebelum petikan
langsung. Namun, jika petikan kalimat langsungnya mendahului pengujar, tanda koma
(,) diletakkan di akhir petikan, sebelum tanda kutip (“).
 Menjadi pemisah antara nama dengan gelar.
 Menjadi pemisah nama pengarang yang dibalik pada daftar pustaka.
 Menjadi pembatas antara satu keterangan dengan keterangan lain yang ada di catatan
kaki.
 Mengapit keterangan tambahan di dalam kalimat.
E. Tanda Titik Dua (:)
Meskipun jarang ditemui pada kalimat sehari-hari, kenyataannya tanda baca yang satu ini
masih penting digunakan dalam beberapa tipe tulisan, seperti berikut ini.
 Dipakai untuk membatasi antara sebuah keterangan dengan rinciannya.
 Dipakai dalam dialog pada naskah drama yang membatasi antara pengujar dan kalimat
yang diucapkan.
 Dipakai sebagai batas antara penerbit dengan kota penerbit dalam daftar pustaka.
 Dipakai sebagai pembatas keterangan dalam tulisan yang bersifat laporan.
F. Tanda Titik Koma (;)
Pada dasarnya, tanda baca yang satu ini bersifat hampir sama dengan tanda koma (,) di dalam
kalimat. Namun, titik koma (;) baru digunakan jika ada dua penempatan tanda koma (,) yang
salah satunya bersifat lebih tinggi daripada yang lain. Contohnya pada kalimat majemuk yang
memiliki rincian di dalamnya.
G. Tanda Hubung (-)
Tanda baca yang satu ini juga termasuk yang sering dijumpai penggunaannya dalam kalimat
sehari-hari. Berikut ini adalah kondisi-kondisi yang membaut tanda hubung harus dicantumkan
dalam sebuah kalimat.
 Dipakai sebagai penghubung antara kata-kata yang mengalami pengulangan.
 Dipakai sebagai penghubung antara imbuhan Indonesia dengan kata asing.
H. Tanda Pisah (—)
Berikut ini adalah pemakaian dan penulisan tanda pisah (—) yang tepat dalam bahasa
Indonesia. Seperti fungsi tanda koma (,); tanda baca yang satu ini juga dipakai sebagai pengapit
keterangan tambahan dalam sebuah kalimat dan menjadi pengganti kata sampai atau hingga
dalam keterangan waktu.
I. Tanda Petik (‘…’)
Ada dua pemakaian tanda petik yang penting dalam kalimat di bahasa Indonesia, seperti berikut
ini.
 Dipakai mengapit istilah yang maknanya bersifat konotatif atau tidak sebenarnya.
 Dipakai untuk mengapit makna kata yang memang dicantumkan dalam kalimat.
J. Tanda Kutip (“…”)
Tanda baca yang satu ini sebenarnya adalah penggunaan ganda dari tanda petik. Hanya saja,
fungsinya jauh berbeda dari tanda petik. Beberapa pemakaian tanda kutip (“…”) yang tepat
kalimat di bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
 Dipakai untuk mengapit judul rubrik, judul makalah, bab buku, atau judul karangan lain
yang berlum diterbitkan.
 Dipakai sebagai pengapit kalimat langsung.
K. Tanda Garis Miring (/)
Sering dianggap sebagai tanda baca yang kurang formal, sebenarnya garis miring (/) punya
peran penting dalam persuratan, yaitu menjadi pembatas dalam nomor surat. Selain itu, pada
dasarnya fungsi tanda baca ini adalah menggantikan kata tiap.

Sesi Penambahan Materi dari Kelompok Lain


1. Kelompok 1 oleh Aliffia Salfa Nabila :
Tadi saat kelompok 3 membacakan materi,tidak terdapat tambahan kata si dan sang digunakan
ketika apa,maka dari itu izinkan saya menambahkan. Kata Si merupakan kata sandang yang
bersifat netral. Penggunaannya telah dijelaskan lebih lanjut pada KBBI, yaitu: kata yang
dipakai di depan nama diri (pada ragam akrab atau kurang hormat), kata untuk mengkhususkan
orang yang melakukan atau terkena sesuatu, kata yang dipakai di depan nama orang untuk
merendahkan diri, kata yang dipakai di depan kata sifat untuk timang-timangan, pujian,
panggilan, ejekan, dan sebagainya yang menyatakan bahwa yang disebut itu mempunyai
sesuatu atau menyerupai sesuatu yang sama dengan sebutan itu, dan kata yang dipakai pada
berbagai-bagai nama tumbuhan atau binatang. Kalau kata sang,kata sang merupakan kata
sandang bermakna tunggal dan berfungsi merujuk sesosok tokoh dengan derajat atau martabat
yang baik. Tidak hanya secara literal, kata sandang ini kadang dipakai juga untuk menyindir,
seperti yang dijelaskan pula pada makna katanya menurut KBBI: kata yang dipakai di depan
nama orang, binatang, atau benda yang dianggap hidup atau dimuliakan, dan kata yang dipakai
di depan nama benda untuk berolok-olok.
2. Kelompok 2 oleh Riska Amelia Putri :
Saya izin menambahkan masukan terhadap slide 24 bahwa tanda kutip berfungsi untuk
mengutip kata kata yang mempunyai maksud tersendiri.
3. Kelompok 4 oleh Fiqratudzakiyah
Saya izin menambahkan masukan terhadap makalah pada hal 23 unsur serapan dibagi menjadi
2 yaitu unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan unsur
serapan yang penulisan nya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia
4. Kelompok 6 oleh Farhan Muldani
Saya izin menambahkan masukan untuk ppt pada ejaan Soewandi. Bahwa ejaan Soewandi di
rumuskan oleh Mr. Raden Soewandi yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan.
5. Kelompok 7 oleh Flowrita Maylindasari
Saya izin menambahkan masukan pada materi sinonim dan akronim. Bahwa Jumlah suku kata
akronim jangan melebihi suku yang lazim pada kata Indonesia.Akronim dibentuk dengan
memperhatikan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata
Indonesia yang lazim. Contoh: tilang (bukti pelanggaran)-menilang-ditilang-penilangan,dan
PHK (putus hubungan kerja)-mem-PHK, di-PHK-kan.

Sesi Tanya Jawa


1. Kelompok 1 oleh Mariyana Fitria Nurmalisa
Pertanyaan :
Cara penulisan kata ulang terus-menerus,apakah perlu ada kata hubung atau tanda hubung atau
tidak?
Jawaban :
Untuk kata terus menerus ini adalah bentuk ulang dan ditulisnya harus menggunakan tanda
hubung. Jadi,harus menggunakan tanda hubung, terus- (strip) menerus.
2. Kelompok 2 oleh Vinka Reviansa
Pertanyaan :
Apa perbedaan spesifik antara EYD dengan PUEBI ?
Jawaban :
Ada 5 hal yang menjadi perbedaan antara EYD dan PUEBI,yaitu pemakaian huruf dan tanda
baca,ada tambahan diftong e i ,jika sebelumnya ada 3 diftong di PUEBI ada 4 diftong.Lalu
pemakaian huruf kapital,terdapat pada aturan penulisan huruf kapital,dan penggunaan tanda
baca.
3. Kelompok 4 oleh Revi Afifah
Pertanyaan :
Kalian tadi menjelaskan tentang fonem. Tolong berikan contoh dari fonem tersebut!
Jawaban :
Dalam Bahasa Indonesia bunyi k dan j merupakan bunyi fonemyang berbeda, misalkan dalam
kata cagar dan cakar. Contoh lain pada katamari,dari,tari,lari dan sari. Jika satu unsur diganti
dengan unsur lain,maka berdampak akibatyang besar sebab dapat terganti maknanya.
4. Kelompok 5 oleh Andika Rahadianto
Pertanyaan :
Kalau dahulu kan o e itu diganti jadi u,kalau jaman sekarang apakah kata-kata lain selain o e?
Atau huruf vokal lain selain o e ?
Jawaban :
Kalau selain oe itu ada huruf dj misalkan,seperti nama saya sendiri yaitu caca jadi djadja,kalau
untuk huruf vokal lain tidak ada selain o e.
5. Kelompok 6 oleh Farhan Muldani
Pertanyaan :
Setiap kita menulis atau mengetik harus ada tanda baca. Saya ingin bertanya sepenting apa
tanda baca tersebut menurut anda?
Jawaban :
Tanda baca merupakan hal penting karena dapat membantu kita dalam memahami teks yang
sering kita baca. Juga sulit bagi kita ketika membaca teks yang tidak adatanda bacanya,kalau
salah tanda baca maknanya pun akan berbeda. Jadi,tanda baca adalah unsur penting didalam
sebuah kalimat.
6. Kelompok 7 oleh Flowrita Maylindasari
Pertanyaan :
Tadi Aaisyah menjelaskan bahwa menggunakan tanda baca ketika menulis sebuah kalimat atau
mebuat sebuah paragraf adalah hal penting,namun mengapa seseorang masih suka salah dalam
menggunakan tanda baca tersebut,alasannya apa?
Jawaban :
Salah satunya adalah seseorang tersebut belum paham betul fungsi dari tanda baca. Seperti
tanda koma sebelum kata karena yang ada di sebuah kalimat.Tanda koma tidak diperbolehkan
ditulis sebelum kata karena. Jadi,salah satu hal yangmenjadikan kita masih salah dalam
penulisan tanda baca ialah kita belum paham betul fungsi dari tanda baca tersebut,entah itu
peletakannya atau sebagainya.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka kita bisa menarik kesimpulan atau penulis mencoba memberikan
kesimpulan berdasarkan data-data dan fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa masih
banyak orang yang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai
dengan kaidah-kaidahnya.
Jika dilihat dari fungsinya, bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa
kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.
Maka dari itu, kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa
Indonesia yang baik dan benar karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari
bagaimana kita menggunakan bahasa yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa
lain.

Anda mungkin juga menyukai