BAHASA INDONESIA
“ SEJARAH EJAAN DAN RUANG LINGKUP EJAAN”
2020/2021
RESUME BAHASA INDONESIA 2
Ringkasan materi
1. Aspek Ejaan
A. Fonologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam
linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian
fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi tiga bagian, yakni:
Fonetik
Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi –bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap
manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Macam–macam fonetik :
a. Fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ
manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa
b. Fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan
oleh telinga manusia
c. Fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak mengolah
data yang masuk sebagai suara
Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai
pembeda makna.
B. Morfologi
Morfologi dalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai
satuan gramatikal.
Jenis-jenis Morfem
2. Perkembangan Ejaan
1. Ejaan van Ophuisjen Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang diterbitkan
pada tahun 1901. Bahasa Indonesia waktu itu masih disebut sebagai bahasa Melayu.
Bisa ditebak dari namanya, ejaan ini disusun oleh orang Belanda bernama Charles A.
van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
2. Ejaan Soewandi Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada
tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran,
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A.
3. Ejaan Pembaharuan Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, Prof.
M. Yamin menyarankan agar ejaan Soewandi disempurnakan. Pembaharuan yang
disarankan panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo antara lain: membuat standar
satu fonem satu huruf, dan diftong ai, au, dan oi dieja menjadi ay, aw, dan oy. Selain
itu, tanda hubung juga tidak digunakan dalam kata berulang yang memiliki makna
tunggal seperti kupukupu dan alunalun.
4. Ejaan Melindo Melindo ini akronim dari Melayu-Indonesia. Draft penyusunan ejaan ini
disusun pada tahun 1959 atas kerja sama Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu,
yang dalam hal ini adalah Malaysia. Perubahan yang diajukan dalam ejaan ini tidak
jauh berbeda dari Ejaan Pembaharuan. Ejaan Melindo ini bertujuan untuk
menyeragamkan ejaan yang digunakan kedua negara karena Indonesia dan Malaysia
bahasanya lumayan mirip.
5. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan) Ejaan ini bisa dibilang adalah lanjutan
dari Ejaan Melindo yang nggak jadi itu. Panitianya masih campuran antara Indonesia
dan Malaysia dan dibentuk pada tahun 1967. Isinya juga nggak jauh berbeda dari Ejaan
yang Disempurnakan (yang akan dijelaskan selanjutnya), hanya ada perbedaan di
beberapa kaidahnya saja. Ada pun huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o,
a. Dalam ejaan ini, istilah-istilah asing sudah mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb
→ kalbu; guerilla → gerilya.
6. Ejaan ini berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan” ejaan di
atas, EYD ini yang paling awet. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah
penulisan bahasa Indonesia, antara lain: tentang unsur bahasa serapan, tanda baca,
pemakaian kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan huruf kapital, dan penggunaan cetak
miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental dengan unsur bahasa
asing resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia.
3. Pemakaian Huruf
Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf A sampai Z.
Huruf Vokal
Huruf vokal adalah huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf
a, e, i, o, dan u.
Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d,
f, h, j, k, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au dan oi. Misalnya
: pandai, saudara dan amboi.
Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan,
yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan. Misalnya :
khusus, ngilu, nyata dan syarat.
Pemenggelan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu. Misalnya : ma-in, sa-at
Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, diantara
dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya : ba-
pak, ba-rang, su-lit.
Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya : man-di, som-bong, swas-ta.
Jika ditengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan
antar huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya : in-stru-
men, ul-tra, bang-krut.
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
serta partikel yang biasanyaa ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada
pergantian baris.
Misalnya : makan-an, me- rasa-kan, mem-bantu.
3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung
dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakuakan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada
unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c dan 1d di atas.
Misalnya :
foto-grafi, fo-to-gr-afi,
kilo-meter,ki-lo-me-ter
4. Penulisan Huruf
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh : Saya
membaca buku.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh : Adik bertanya,
“ Kenapa kita pulang ?”
Huruf kapital dipakai sebagi huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh : Tuhan
merahmati hamba- Nya.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang di ikuti nama orang. Contoh : Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi
Sulaiman, Dia baru saja diangkat menjadi Sultan.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang.
Contoh : Presiden Soekarno, Wakil Presiden Adam Malik.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama sebagi nama orang. Contoh : Muhammad
Maulana Rizki, Syarifah Masitoh
Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Contoh : bangsa Indonesia, suku Melayu, bahasa Arab.
Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya dan
peristiwa sejarah. Contoh : tahun Masehi, bulan Januari, hari Selasa, hari Lebaran,
Proklamasi Kemerdekaan.
Huruf kapital sebagai huruf pertama nama khas dalam Geografi. Contoh ; Peta Sumatra,
Danau Toba, Sungai Musi.
Huruf kapital sebagai huruf pertama nama badan resmi, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan serta nama dokumen resmi Contoh: Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Departemen Luar Negeri, Undang – Undang Dasar Republik Indonesia.
Huruf Kapital dipakai sebagai Huruf pertama nama semua kata didalam nama
buku,majalah,surat kabar , kecuali kata partikel , seperti di,ke,dari,untuk,dan,yang
untuk,yang tidak terletak pada posisi awal. Contoh: Dari Gajah Mada ke Jalan Gatot
Subroto, Gaul, Analisa
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam singkatan nama gelar,pangkat, dan
sapaan. Contoh: a.di depan nama : – Dr. Doktor Prof. Profesor b.di belakang nama: -
M.A. Master of Arts
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak,ibu,saudara,kakak,adik dan paman yang dipakai sebagai ganti sapaan.
Contoh : Apakah Ibu jadi ke Belawan besok?
B. Huruf Miring
Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,majalah,dan surat
kabar yang dikutip dalam karangan. Contoh: Majalah Bahasa dan Kesusastraan
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf,bagian kata atau kelompok kata. Contoh: Huruf pertama kata ajeg ialah a
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing , kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya. Dalam tulisan tangan atau ketikan,
huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi garis dibawahnya.
Contoh: Weltarschauung diterjemahkan menjadi “ pandangan hidup”.
5. Penulisan Kata
Hal-hal yang akan dibicarakan dalam penulisan kata yaitu sebagai berikut:
Kata Dasar
Kata Dasar di tulis sebagai satu kesatuan. Contoh: pagar, rumah, tanah
Kata Turunan
Imbuhan (awalan, akhiran, sisipan) di tulis serangkai dengan kata dasar. Contoh:
berduri, diangkat.
Awalan atau akhiran di tulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau
mendahuluinya bila bentuk dasarnya gabungan kata. Contoh: bertanggung jawab,
membabi buta.
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran
maka kata-kata itu ditulis serangkai. Contoh: memberitahukan, penyalahgunaan.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungan
itu ditulis serangkai. Contoh: Pancasila, antarkota,
Kata Ulang
Kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Contoh: lari-lari, sayur-mayur.
Gabungan Kata
Gabungan kata yang biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, kambing hitam.
Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubungun
untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh: alat pandang-
dengar, ibu-bapak, anak pegawai-teras, buku sejarah-lama.
Gabungan kata yang sudah di anggap satu kata di tulis serangkai. Contoh:
Alhamdulillah, akhirulkalam, daripada, bumiputra.
Kata Ganti ku, kau, mu dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kau, mu¸dan nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Buku ini ku baca.
Jangan sampai kau melupakan hal itu! Itu bukan milikmu.
KataDepan di,ke dan dari
Kata Depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh:
Kiki pergi ke Jakarta.
Lilis berasal dari Sumatera Utara.
Erva berdiri di depan tugu Monas.
Kata Sandang si dan sang
Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh:
Anak itu digelari sang pengembara.
Syarifah tidak menyukai si malas itu.
Singkatan
Singkatan merupakan bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih, macam-
macam singkatan sebagai berikut:
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti tanda titik.
Contoh: W.R. Supratman, Dr.
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan dan organisasi
serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
dan tidak diikuti tanda titik. Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), PGRI
(Persatuan Guru Republik Indonesia).
Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Contoh:
dll. (dan lain-lain), Yth. (Yang terhormat).
Singkatan Lambang Kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan dan mata uang
tidak diikuti tanda titik. Contoh: Cm (sentimeter), kg (kilogram).
Akronim
Akronim merupakan singkatan yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari kata ditulis dengan huruf awal kapital. Macam-macam akronim sebagai berikut:
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital. Contoh: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), SIM
(Surat Izin Mengemudi).
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh: Akabri (Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia), Kowani (Kongres Wanita Indonesia).
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh: pemilu (pemilihan umum), rudal (peluru kendali)
7. Penulisan Angka dan Lambang
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1.000), V̄ (5.000), M̄ (1.000.000)
II.I.1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
a. Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
b. Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.
Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
a. Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
b. Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya:
a. Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
b. Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta
(b) nilai uang.
Misalnya:
a. 0,5 sentimeter
b. 5 kilogram
Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
a. Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
b. Jalan Tanah Abang I/15
Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
a. Bab X, Pasal 5, halaman 252
b. Surah Yasin: 9
Penulisan bilangan dengan huruf
Misalnya:
a. dua belas (12)
b. tiga puluh (30)
Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
a. abad XX
b. abad ke-20
Penulisan angka yang mendapat akhiran -an
Misalnya:
a. lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
b. tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan
perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf
Misalnya:
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan
pada laporan pertanggungjawaban.
Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf
Misalnya:
a. Kelapadua
b. Kotonanampek
1. Adaptasi
Unsur serapan satu ini terbentuk karena terjadinya proses adaptasi yang dilakukan bahasa
Indonesia dengan bahasa asing. Kebanyakan kata serapan yang disesuaikan akan memiliki arti
yang sama dengan kata sebelumnya. Contohnya maksimal yang merupakan kata serapan dari
maximal.
2. Kreasi
Secara garis besar, proses kreasi ini menggunakan sistem terjemahan untuk melakukan
serapannya. Hanya saja, bentuk fisik yang diterapkan tidak harus sama. Misalnya ketika
terdapat dua kata asing yang terdiri dari 2 kata atau lebih, maka unsur serapannya bisa saja
berbentuk satu kata. Contohnya adalah spare part yang berubah menjadi suku cadang.
3. Terjemahan
Sesuai dengan namanya, penulisan unsur serapan ini menggunakan konsep arti dari bahasa
asing itu sendiri. Setelah diartikan, bahan tersebut akan disesuaikan dengan kaidah penulisan
Indonesia. Contohnya adalah uji coba yang diambil dari bahasa asing try out.
4. Adopsi
Proses adopsi akan menyerap bahasa asing untuk disusun kembali dalam bahasa Indonesia
dengan cara mengambil keseluruhan arti, namun penulisannya sering kali berbeda. Misalnya
kata sembahyang dalam bahasa Indonesia menjadi sholat dalam bahasa Arab. Perubahan yang
diakibatkan dari penyerapan unsur ini membuat kebanyakan orang menjadi lebih nyaman
ketika melafalkannya tanpa mengurangi artinya. Kebanyakan kata yang menggunakan proses
penyerapan adopsi memiliki arti yang sama.