Anda di halaman 1dari 19

1

2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan........................................................................... 1
C. Proses Penyusunan Makalah......................................................... 2

BAB II GAMBARAN KASUS


A. Pengkajian...................................................................................... 3
B. Masalah Keperawatan.................................................................... 4
C. Pohon Masalah (Problem Tree)...................................................... 6

BAB III TINJAUAN TEORITIS


A. Proses Terjadinya Halusinasi.......................................................... 7
B. Masalah Keperawatan.................................................................... 8
C. Tindakan Keperawatan Untuk Semua Masalah Pada Klien............. 9

BAB IV PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN............................. 21

BAB V PEMBAHASAN....................................................................... 27

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 29

DAFTAR KEPUSTAKAAN.................................................................. 30

LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................... 31

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Halusinasi merupakan akibat adanya gangguan dalam proses berpikir dan
orientasi realitas. Individu tidak mampu membedakan rangsangan internal dan
eksternal. Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori dari suatu obyek
tanpa adanya suatu rangsangan dari luar. Gangguan persepsi ini meliputi seluruh
panca indra.
Disfungsi yang terjadi pada halusinasi menggambarkan hilangnya kemampuan
menilai realitas, klien hidup dalam dunianya sendiri dan merasa terganggu dalam
interaksi sosialnya sehingga menyebabkan gangguan berhubungan sosial,
komunikasi susah, dan kadang-kadang membahayakan diri klien, orang lain
maupun lingkungan, menunjukan bahwa klien memerlukan pendekatan asuhan
keperawatan secara intensif dan komprenhensif.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di ruang Perkutut, terdapat  70 % (dari
24 klien) yang mengalami halusinasi. Masalah keperawatan yang ada, yakni
klien belum tahu bagaimana cara mengontrol halusinasinya, klien menunjukan
perilaku menarik diri, hubungan interpersonal dan komunikasi kurang sebagai
dampak dari timbulnya halusinasi.
Menilik kondisi tersbut di atas kami kelompok terdorong mengambil topik
“Asuhan Keperawatan Klien S. dengan Masalah Utama Halusinasi Dengar “
dengan harapan dapat bersama-sama tim keperawatan ruang Perkutut pada
khususnya untuk memberikan asuhan keperawatan klien halusinasi.

B. Tujuan
Tujuan kelompok mahasiswa merawat klies S., melakukan seminar dan menulis
laporan studi kasus adalah :
 Mengerti asuhan keperawatan klien halusinasi berdasarkan konsep dan
teori yang benar.
 Menerapkan asuhan keperawatan klien halusinasi
 Menyebarluaskan asuhan keperawatan yang telah dilakukan kepada klien
dengan halusinasi dengar.

C. Proses Penyusunan Makalah

4
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok di ruang Perkutut, sebagian besar klien
di ruang tersebut banyak yang menarik diri. Dan setelah dikaji klien banyak
mengalami halusinasi dengar. Selanjutnya kelompok tertarik dan memilih kasus
klien dengan halusinasi, khususnya halusinasi dengar.
Selanjutnya, kelompok menyiapkan diri dengan mempelajari konsep-konsep
yang berhubungan dengan kasus halusinasi dengar, memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada klien berdasarkan konsep yang telah
dipelajari, mempresentasikan pada seminar, dan menulis seluruh hasilnya pada
makalah atau laporan ini.

5
BAB II
GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian
Tn. S. , laki-laki, usia 40 tahun, pendidikan terakhir SMP kelas III, status
menikah tidak mempunyai anak, pernah bekerja di Koperasi Simpan Pinjam
selama 3 tahun, kemudian keluar karena merasa jenuh / bosan, kemudian bekerja
di bengkel bubut selama 1 tahun, kemudian keluar karena klien merasa capek.
Setelah itu klien tidak bekerja. Klien beragama Islam, suku jawa. Klien
merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara.
Klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Jakarta pada bulan Pebruari 1994 dengan
keluhan klien sering menyendiri, melamun, marah-marah, yaitu dengan
membanting gelas, piring karena disuruh roh halus yang membisiki ditelinganya.
Klien dirawat di RSJ Jakarta untuk keempat kalinya dengan masalah atau
keluhan utama yang sama. Dari RSJ Jakarta klien dinyatakan sembuh, tetapi
sampai di rumah kambuh lagi, lalu keluarga membawanya ke RSJ Jakarta.
Sebelum dirawat di RSJP. Jakarta, 10 tahun yang lalu klien mengalami kecelakaan
ketika mengendarai sepeda motor. Menurut klien waktu itu ada yang mendorong
dari belakang sehingga klien terjatuh. Kemudian klien dirawat di RSU
Pekalongan - Jawa Tengah dan dilakukan operasi pada lengan bawah karena
patah.
Dari hasil observasi tanggal 10 April 1997 sampai dengan 24 April 1997, klien
sering menyendiri, tidur di tempat tidur, jarang berinteraksi dengan klien lainnya.
Klien cenderung diam, mendengarkan pembicaraan orang lain dalam
berinteraksi, klien tampak putus asa. Klien memberikan jawaban bila ditanya
oleh perawat, meskipun jawabannya singkat, jarang membicarakan masalahnya
dengan orang lain. Pada saat tiduran kadang sepertinya klien mendengar sesuatu,
mulut komat-kamit, dan kadang-kadang tersenyum sendiri. Penampilan diri klien
: rambut tidak disisir rapih, gigi kotor, pakaian kusut, klien malas mandi, klien
mandi satu kali sehari, gosok gigi jarang, ganti pakaian dua hari sekali, mencuci
rambut seminggu sekali, kulit agak kotor, rambut kotor, kuku panjang dan hitam.
Jarang melakukan aktifitas.
Pada pengkajian keluarga: keluarga mengatakan belum bisa merawat klien
dengan halusinasi, dengan marah, dengan menarik diri, dan gangguan kebersihan
diri. (Pengkajian lengkapnya ada di lampiran)

6
B. Masalah Kperawatan
Dari data diatas dapat dirumuskan masalah keperawatan sebagai berikut:
Halusinasi dengar
Data Subyektif: Klien mengatakan :
 Sering mendengar suara-suara, terutama kalau sedang melamun ,
menjelang tidur.
 Saya dibawa ke rumahh sakit karena membanting gelas dan piring karena
disuruh oleh roh halus.
 “Bolehkah saya berteman dengan roh halus karena ia yang sering
mengajak saya berbicara ?”

Data Obyektif :
 Klien tampak sedang mendengar sesuatu.
 Klien sering senyum sendiri, mulut komat-kamit

Gangguan hubungan sosial : Isolasi sosial


Data Subyektif : Klien mengatakan:
 Sering tiduran di tempat tidur dan jarang berbicara dengan klien lain atau
perawat.
 Bila berinteraksi klien lebih suka diam dan mendengarkan pembicaraan.
 Jarang membicarakan masalahnya dengan orang lain.
Data Obyektif:
 Klien sering tiduran, bengong di tempat tidur, melamun
 Klien tampak putus asa

Gangguan kebersihan diri


Data Subyekti : Klien mengatakan:
 Mandi sehari sekali, kadang-kadang dua hari sekali, mencuci rambut
seminggu sekali, mengganti pakaian dua hari sekali.

Data Obyektif :
 Kulit agak kotor, rambut kotor tidak disisir, gigi kotor, pakaian kusut,
kuku panjang dan hitam.

7
Kurangnya minat
Data Subyektif : Klien mangatakan:
 Malas untuk mandi, mencuci rambut, memotong kuku, menggosok gigi.

Data Obyektif:
 Klian banyak tiduran di tempat tidur
 Bila klien disuruh mandi, klien menunda-nunda untuk mandi.

Potensial melukai diri sendiri dan orang lain.


Data Subyektif : Klien mengatakan:
 Saya di bawa ke rumah sakit karena membanting gelas dan piring karena
disuruh oleh roh halus.
 Klien mendengar suara-suara yang mengancam, yaitu: “saya tidak takut
sama kamu !” Klien juga menjawab: “Saya juga tidak takut pada kamu !”

Potensial amuk
Data Subyektif : Klien mengatakan :
 Kalau di rumah pernah mengamuk
 Jika kesal berdiam diri dan masuk ke kamar
 Klien tidak tahu cara mengatasi marah yang baik.
C. Pohon Masalah (Problem Tree)
Melukai diri sendiri , orang lain Gangguan kebersihan diri
dan lingkungan

Halusinasi dengar
(Core Problem)

Menarik diri

Harga diri rendah

8
BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Proses Terjadinya Halusinasi


Halusinasi dapat terjadi oleh karena berbagai faktor diantaranya gangguan
mental organik, harga diri rendah, menarik diri, sidrome putus obat, keracunan obat,
gangguan afektif dan gangguan tidur.
Halusinasi klien timbul karena perubahan hubungan sosial. Perkembangan
sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan
mempertahankan komunikasi dengan orang lain. Akibatnya klien cenderung
memisahkan diri dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak
memerlukan kontrol orang lain. Sehingga timbulnya kesepian, isolasi sosial,
hubungan yang dangkal dan tergantung (Haber, 1987).
Akibat dari menikmati suara-suara yang didengar, maka klien S. hanya terlibat
dalam pikirannya sendiri, sehingga klien malas atau kurang berminat dalam
melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti; kebersihan diri, makan, dan lain-lain.
Pada klien S. terjadi halusinasi dengar, hal ini disebabkan oleh karena klien
mempunyai riwayat putus cinta dengan kekasihnya satu kali, kemudian oleh
keluarga klien dinikahkan. Setelah menikah selama tiga bulan, isteri
meninggalkannya dan klien S. merasa sangat kecewa, sering menyendiri, melamun,
tak mau makan kemudian klien dirawat di rumah sakit jiwa Jakarta selama 8 bulan.
Hal ini sesuai dengan proses terjadinya halusinasi pada fase pertama yang
diungkapkan oleh Haber, Dkk, 1982. Pada fase ini klien mengalami kecemasan,
stress, perasaan yang terpisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan
pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres .
Cara ini menolong sementara, klien masih dapat mengontrol kesadarannya dan
mengenal pikirannya namun intensitas persepsi meningkat.
Setelah delapan bulan dirawat, klien dinyatakan sembuh dan boleh pulang.
Pada saat di rumah, klien mangalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor
kemudian dirawat di rumah sakit. Setelah keluar dari rumah sakit, beberapa hari
kemudian klien mulai melamun dan mendengar suara-suara yang mengatakan atau
menyuruh dia melemparkan gelas dan piring. Gejala-gejala pada klien S. ini
menunjukan bahwa klien mengalami gejala halusinasi fase ke dua, yaitu dimana

9
klien berada pada tingkat listening, pemikiran internal lebih menonjol seperti
gambaran suara dan sensasi.
Satu bulan yang lalu klien mendengar suara-suara tersebut dan klien
menanyakan kepada perawat apakah boleh berteman dengan roh halus, karena dia
yang sering mengajaknya berbicara. Sesuai dengan tahapan halusinasi, klien berada
pada fase ketiga, yaitu halusinasi lebih menonjol, menguasai, halusinasi
memberikan kesenangan tersendiri dan rasa aman yang sementara.
Dan selanjutnya klien memasuki fase keempat yaitu dengan gejala halusinasi bersifat
mengancam yaitu klien mendengar suara-suara “ Saya tidak takut sama kamu !”.
Lalu klien S. menjawab “ Saya juga tidak takut sama kamu !”
Dengan adanya halusinasi ini, maka masalah yang timbul pada klien S.
adalah potensial amuk, potensial melukai diri sendiri dan orang lain, gangguan
kebersihan diri, gangguan ADL. Klien cenderung menarik diri, tersenyum dan
berbicara sendiri.
Akibatnya ia tidak dapat memberi respon emosional yang adekuat, klien
tampak bisar, tidak sesuai (Fortinash, 1991; Benner, 1989; Hater,1987). Potensial
melukai diri sendiri dan orang lain, potensial amuk dapat terjadi pada klien S, karena
klien S. mendengar suara-suara yang bersifat mengancam, mengejek, klien S disuruh
oleh roh halus untuk membanting piring dan gelas.

B. Masalah Keperawatan
Dari masalah-masalah itu ditemukan masalah keperawatan sejumlah sebelas buah,
yaitu :
1. Gangguan orientasi realitas
2. Gangguan hubungan interpersonal : Menarik diri
3. Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal
4. Koping individu tidak efektif
5. Gangguan persepsi: Halusinasi dengar
6. Gangguan perawatan mandiri
7. Koping keluarga tidak efektif
8. Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
9. Potensial amuk
10. Potensial gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
11. Potensial kambuh

10
Pada klien S. ini timbul masalah keperawatan sebagai berikut:
1. Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
2. Menarik diri
3. Potensial amuk
4. Kurangnya minat terhadap kebersihan diri
5. Potensial kambuh.

C. Tindakan Keperawatan untuk semua masalah kepada klien


Adapun tindakan keperawatan pada klien S adalah sebagai berikut :
Masalah Keperawatan 1
Halusinasi dengar.
Tujuan jangka panjang :
Klien dapat mengontrol halusinasinya dan tidak melukai diri sendiri atau orang lain.

Rencana tindakannya :
Psikoterapeutik:
 Adakan kontak yang sering dan singkat
 Observasi tingkah laku verbal dan nonverbal yang berhubungan dengan
halusinasi
 Berikan kesempatan kepada klien mengungkapkan apa yang dirasakan klien
sesuai dengan respon verbal dan nonverbal klien.
 Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan berikan pendapat bahwa
halusinasi tidak nyata pada perawat.
 Ajukan pertanyaan terbuka yang membutuhkan jawaban luas.

Kegiatan sehari-hari (Actifity Daily Living)


 Bersama klien membuat jadwal aktifitas untuk menghidari kesendirian
 Bersama klien mendiskusikan cara mengontrol halusinasi dengar: seperti
bergabung dengan orang lain utnuk bercakap-cakap, nonton TV, mengikuti
kegiatan TAK aktifitas group.
 Bimbing klien pada kegiatan yang disukai

Psikofarmaka

11
 Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
 Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
 Dampingi klien saat minum obat
 Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
 Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
 Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.

Terapi Lingkungan
 Sediakan alat penunjuk waktu : jam dinding dan kelender.
 Beri tanda / nama di ruangan klien
 Panggilah klien sesuai nama panggilan yang disukai klien
 Petugas memakai papan nama.
 Kenalkan nama setiap beriteraksi dengan klien
 Dampingi klien dalam kegiatan kelompok secara bertahap
 Tingkatkan respon klien pada realita dengan cara menunjukan kelender, jam,
nama ruang.

Pendidikan Kesehatan :
 Mendiskusikan bersama klien tentang faktor pencetus timbulnya halusinasi.
 Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat jika timbul halusinasi
 Beri informasi pada klien termpat klien minta bantuan apabila sulit
mengendalikan diri saat halusinasi timbul.
 Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi, cara mengatasi, situasi yang
menimbulkan halusinasi serta fasilitas yang dapat digunakan apabila mengalami
kesulitan.

Masalah keperawatan 2:
Isolasi sosial sehubungan dengan menarik diri
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak menarik diri dan berinteraksi dengan orang lain
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
 Bina hubungan saling percaya

12
 Dengarkan apa yang diungkapkan oleh klien
 Lakukan kontak yang sering dan singkat
 Support dan anjurkan klien untuk berkomunikasi dengan perawat bila ada sesuatu
yang dipikirkan.
 Berikan reinforcement positif
 Dorong klien untuk melihat hal-hal yang positif tentang dirinya.

Kegiatan sehari-hari (ADL)


 Batasi klien untuk tidak melamun / menyendiri dengan cara libatkan klien dalam
aktifitas rutin di ruangan, misalnya menyiapkan makanan, menyapu, merapikan
tempat tidur, mencuci piring.

Psikofarmaka
 Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
 Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
 Dampingi klien saat minum obat
 Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
 Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
 Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.

Terapi Lingkungan
 Anjurkan klien untuk berkenalan dengan orang lain, satu kali tiap hari.
 Diskusikan cara berinteraksi lebih lanjut.
 Temani klien dengan berada di samping klien mulai dari diam sampai
berkomunikasi verbal sederhana, bertahap sesuai dengan kemampuan klien.
 Libatkan klien dalam berinteraksi kelompok yang dilakukan secara bertahap dari
kelompok yang kecil sampai kelompok yang besar.
 Libatkan klien dalam kegiatan aktifitas kelompok (TAK: Sosialisi)
 Sediakan sarana informasi dan hiburan seperti majalah, surat kabar, TV.

Pendidikan Kesehatan
 Libatkan keluarga untuk selalu untuk selalu kontak dengan klien, misalnya
keluarga mengunjungi klien minimal satu seminggu.

13
 Mengajarkan klien cara berkenalan pada klien lain.
 Diskusikan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri
 Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan
menarik diri
 Anjurkan pada keluarga mengikutisertakan klien dalam keluarga dan lingkungan
masyarakat.
 Berikan penjelasan pentingnya minum obat secara teratur pada klien dan
keluarga.

Masalah Kepererawatan 3
Ketidakmampuan mengungkapkan cara marah yang konstruktif.
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak amuk dan dapat mengungkapkan marah yang konstruktif
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
 Berespons terhadap respons verbal dan nonverbal klien dengan sikap yang tenang
dan tidak mengancam
 Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan hal-hal yang
menyebabkan marah.
 Anjurkan klien untuk mengungkapkan cara-cara mengekspresikan marah yang
dilakukan selama ini.

Kegiatan sehari-hari (ADL)


 Anjurkan klien untuk makan makanan yang telah disajikan.
 Anjurkan klien untuk menyalurkan energi dengan melakukan kegiatan yang
bermanfaat seperti mengepel lantai, membersihkan got, merapihkan tempat tidur,
membersihkan kamar mandi, bersihkan taman, dan lain-lain.
 Buat jadwal bersama klien tantang kegiatan yang disenangi.

Psikofarmaka
 Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
 Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
 Dampingi klien saat minum obat
 Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.

14
 Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
 Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.

Terapi Lingkungan
 Siapkan ruangan yang akan dipakai untuk perawatan klien
 Pindahkan alat-alat yang membahayakan klien dan lingkungannya. seperti benda
tajam, dan alat pecah belah.
 Orientasi klien pada sarana yang tersedia untuk menyalurkan energi yang
berlebihan pada dirinya.

Pendidikan Kesehatan
 Diskusikan dengan klien tentang cara-cara mengungkapkan marah yang
destruktif
 Diskusikan dengan klien tentang cara-cara mengungkapkan marah yang
konstruktif
 Diskusikan dengan klien tentang tanda-tanda marah yang destruktif
 Anjurkan klien untuk mengungkapkan cara marah yang konstruktif
 Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda marah
 Ajarkan cara mengarahkan klien agar mengungkapkan marah secara konstruktif.
 Anjurkan keluarga untuk menciptakan lungkungan rumah yang baik untuk
mengendalikan klien marah.

Masalah Keperawatan 4
Kurangnya minat terhadap kebersihan diri
Tujuan Jangka Panjang:
Klien berminat dan mampu memelihara kebersihan dirnya
Rencana tindakan
Psikoterpeutik
 Kaji perasaan klien dan pengetahuan tentang kebersihan diri
 Berikan dukungan yang posisif terhadap hal-hal yang dicapai oleh klien
 Support secara terus menerus agar mempertahankan dan meningkatkan
kebersihan dirinya.

15
 Beri reinforcement positif terhadap hal-hal yang telah dilakukan klien

Kegiatan sehari-hari (ADL)


 Buat jadwal bersama klien tentang perawatan diri : mandi, gosok gigi, cuci
rambut, potong kuku.
 Bersama klien menyiapkan alat-alat kebersihan diri.
 Buat jadwal bersama klien tantang kegiatan kebersihan diri.
 Mengingatkan klien tentang waktu melakukan kebersihan diri
 Mengajak klien untuk melakukan kegiatan kebersihan diri sesuai jadwal.

Psikofarmaka
 Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
 Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
 Dampingi klien saat minum obat
 Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
 Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
 Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.

Terapi lingkungan
 Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok (TAK: Kebersihan diri)
 Orientasikan klien pada fasilitas / sarana untuk kebersihan diri, seperti : kamar
mandi, lemari pakaian, washtafel, jemuran handuk.
 kolaborasi dengan perawat ruangan dan keluarga untuk mengadakan kebersihan
diri: handuk, sabun, sikat gigi, odol, guntuing kuku, dan lain-lain.
 Bersama klien menciptakan suasana lingkungan yang bersih.
 Berikan gambar-gambar / poster, lukisan yang mendukung klien untuk
kebersihan diri, seperti: Bersih itu sehat, sudah rapikah anda, gambar cara
menggosok gigi yang benar.

Pendidikan kesehatan
 Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri

16
 Diskusikan cara-cara kebersihan diri, antara lain : mandi dua kali dengan sabun,
ganti pakaian setiap hari, sikat gigi dengan odol, mencuci rambut dua sampai tiga
kali seminggu, potong kuku kalau panjang.
 Diskusikan cara mandi yang benar.
 Anjurkan klien ganti baju, celana, gosok gigi setiap hari
 Kaji pengetahuan klien tentang kebersihan diri.
 Diskusikan dengan keluarga tentang kebersihan diri, arti bersih, tanda-tanda
bersih, tujuan kebersihan diri
 Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara menjaga kebersihan diri.

Masalah Keperawatan 5
Ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
Tujuan Jangka Panjang :
Klien tidak kambuh
Recana tindakannya :
Psikoterapeutik:
 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
 Kaji persepsi keluarga tentang perilaku maldaptif klien
 Ajak klien untuk mengunjungi sanak keluarga lainnya.
 Libatkan seluruh anggota keluarga untuk menerima klien apa adanya
 Libatkan klien dalam pertemuan keluarga.
 Libatkan klien dalam aktifitas kegiatan di rumah sesuai dengan kemampuan klien
 Buat jadwal bersama klien (kegiatan yang dapat dilakukan klien)

Kegiatan sehari-hari (ADL)


 Libatkan klien dalam aktifitas kegiatan di ruangan sesuai dengan
kemampuannya.
 Buatlah jadwal tentang kegiatan yang dapat dilakukan klien di rumah

Psikofarmaka
 Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
 Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
 Dampingi klien saat minum obat

17
 Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
 Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
 Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.

Terapi Lingkungan
 Libatkan klien dan keluarga dalam menyiapkan kamar klien
 Batasi peralatan rumah tangga yang dapat menimbulkan stimulus bagi klien
untuk amuk.
 Hindarkan barang-barang yang berbahaya seoerti; berang dari kaca, benda tajam
 Menyiapkan sarana untuk kebersihan diri
 Ciptakan suasana rumah yang memungkinkan klien menyendiri.

Pendidikan Kesehatan
 Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian keluarga tentang klien dan sikap
keluarga terhadap tingkah laku klien yang maladaptif.
 Diskusikan tentang harapan keluarga pada prilaku maladaptif klien.
 Diskusikan bersama keluarga tentang pentingnya membesuk klien saat klien
dirawat di rumah sakit.
 Jelaskan pada keluarga tentang permasalahan klien yang timbul saat ini.
 Diskusikan dengan keluarga dalam membuat perencanaan cara merawat klien
apabila klien pulang ke rumah meliputi jadwal kegiatan yang dapat dilakukan
oleh klien, seperti memelihara kebersihan diri, merapihkan tempat tidur, dan
lain-lain.
 Anjurkan keluarga untuk memberikan reinforcement positif bila klien melakukan
kegiatan
 Ajarkan keluarga untuk penanganan awal bila timbul keluhan
 Anjurkan pada keluarga untuk kontrol secara teratur sesuai dengan jadwalnya.

18
19

Anda mungkin juga menyukai