2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan........................................................................... 1
C. Proses Penyusunan Makalah......................................................... 2
BAB V PEMBAHASAN....................................................................... 27
DAFTAR KEPUSTAKAAN.................................................................. 30
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................... 31
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halusinasi merupakan akibat adanya gangguan dalam proses berpikir dan
orientasi realitas. Individu tidak mampu membedakan rangsangan internal dan
eksternal. Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori dari suatu obyek
tanpa adanya suatu rangsangan dari luar. Gangguan persepsi ini meliputi seluruh
panca indra.
Disfungsi yang terjadi pada halusinasi menggambarkan hilangnya kemampuan
menilai realitas, klien hidup dalam dunianya sendiri dan merasa terganggu dalam
interaksi sosialnya sehingga menyebabkan gangguan berhubungan sosial,
komunikasi susah, dan kadang-kadang membahayakan diri klien, orang lain
maupun lingkungan, menunjukan bahwa klien memerlukan pendekatan asuhan
keperawatan secara intensif dan komprenhensif.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di ruang Perkutut, terdapat 70 % (dari
24 klien) yang mengalami halusinasi. Masalah keperawatan yang ada, yakni
klien belum tahu bagaimana cara mengontrol halusinasinya, klien menunjukan
perilaku menarik diri, hubungan interpersonal dan komunikasi kurang sebagai
dampak dari timbulnya halusinasi.
Menilik kondisi tersbut di atas kami kelompok terdorong mengambil topik
“Asuhan Keperawatan Klien S. dengan Masalah Utama Halusinasi Dengar “
dengan harapan dapat bersama-sama tim keperawatan ruang Perkutut pada
khususnya untuk memberikan asuhan keperawatan klien halusinasi.
B. Tujuan
Tujuan kelompok mahasiswa merawat klies S., melakukan seminar dan menulis
laporan studi kasus adalah :
Mengerti asuhan keperawatan klien halusinasi berdasarkan konsep dan
teori yang benar.
Menerapkan asuhan keperawatan klien halusinasi
Menyebarluaskan asuhan keperawatan yang telah dilakukan kepada klien
dengan halusinasi dengar.
4
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok di ruang Perkutut, sebagian besar klien
di ruang tersebut banyak yang menarik diri. Dan setelah dikaji klien banyak
mengalami halusinasi dengar. Selanjutnya kelompok tertarik dan memilih kasus
klien dengan halusinasi, khususnya halusinasi dengar.
Selanjutnya, kelompok menyiapkan diri dengan mempelajari konsep-konsep
yang berhubungan dengan kasus halusinasi dengar, memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada klien berdasarkan konsep yang telah
dipelajari, mempresentasikan pada seminar, dan menulis seluruh hasilnya pada
makalah atau laporan ini.
5
BAB II
GAMBARAN KASUS
A. Pengkajian
Tn. S. , laki-laki, usia 40 tahun, pendidikan terakhir SMP kelas III, status
menikah tidak mempunyai anak, pernah bekerja di Koperasi Simpan Pinjam
selama 3 tahun, kemudian keluar karena merasa jenuh / bosan, kemudian bekerja
di bengkel bubut selama 1 tahun, kemudian keluar karena klien merasa capek.
Setelah itu klien tidak bekerja. Klien beragama Islam, suku jawa. Klien
merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara.
Klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Jakarta pada bulan Pebruari 1994 dengan
keluhan klien sering menyendiri, melamun, marah-marah, yaitu dengan
membanting gelas, piring karena disuruh roh halus yang membisiki ditelinganya.
Klien dirawat di RSJ Jakarta untuk keempat kalinya dengan masalah atau
keluhan utama yang sama. Dari RSJ Jakarta klien dinyatakan sembuh, tetapi
sampai di rumah kambuh lagi, lalu keluarga membawanya ke RSJ Jakarta.
Sebelum dirawat di RSJP. Jakarta, 10 tahun yang lalu klien mengalami kecelakaan
ketika mengendarai sepeda motor. Menurut klien waktu itu ada yang mendorong
dari belakang sehingga klien terjatuh. Kemudian klien dirawat di RSU
Pekalongan - Jawa Tengah dan dilakukan operasi pada lengan bawah karena
patah.
Dari hasil observasi tanggal 10 April 1997 sampai dengan 24 April 1997, klien
sering menyendiri, tidur di tempat tidur, jarang berinteraksi dengan klien lainnya.
Klien cenderung diam, mendengarkan pembicaraan orang lain dalam
berinteraksi, klien tampak putus asa. Klien memberikan jawaban bila ditanya
oleh perawat, meskipun jawabannya singkat, jarang membicarakan masalahnya
dengan orang lain. Pada saat tiduran kadang sepertinya klien mendengar sesuatu,
mulut komat-kamit, dan kadang-kadang tersenyum sendiri. Penampilan diri klien
: rambut tidak disisir rapih, gigi kotor, pakaian kusut, klien malas mandi, klien
mandi satu kali sehari, gosok gigi jarang, ganti pakaian dua hari sekali, mencuci
rambut seminggu sekali, kulit agak kotor, rambut kotor, kuku panjang dan hitam.
Jarang melakukan aktifitas.
Pada pengkajian keluarga: keluarga mengatakan belum bisa merawat klien
dengan halusinasi, dengan marah, dengan menarik diri, dan gangguan kebersihan
diri. (Pengkajian lengkapnya ada di lampiran)
6
B. Masalah Kperawatan
Dari data diatas dapat dirumuskan masalah keperawatan sebagai berikut:
Halusinasi dengar
Data Subyektif: Klien mengatakan :
Sering mendengar suara-suara, terutama kalau sedang melamun ,
menjelang tidur.
Saya dibawa ke rumahh sakit karena membanting gelas dan piring karena
disuruh oleh roh halus.
“Bolehkah saya berteman dengan roh halus karena ia yang sering
mengajak saya berbicara ?”
Data Obyektif :
Klien tampak sedang mendengar sesuatu.
Klien sering senyum sendiri, mulut komat-kamit
Data Obyektif :
Kulit agak kotor, rambut kotor tidak disisir, gigi kotor, pakaian kusut,
kuku panjang dan hitam.
7
Kurangnya minat
Data Subyektif : Klien mangatakan:
Malas untuk mandi, mencuci rambut, memotong kuku, menggosok gigi.
Data Obyektif:
Klian banyak tiduran di tempat tidur
Bila klien disuruh mandi, klien menunda-nunda untuk mandi.
Potensial amuk
Data Subyektif : Klien mengatakan :
Kalau di rumah pernah mengamuk
Jika kesal berdiam diri dan masuk ke kamar
Klien tidak tahu cara mengatasi marah yang baik.
C. Pohon Masalah (Problem Tree)
Melukai diri sendiri , orang lain Gangguan kebersihan diri
dan lingkungan
Halusinasi dengar
(Core Problem)
Menarik diri
Harga diri rendah
8
BAB III
TINJAUAN TEORI
9
klien berada pada tingkat listening, pemikiran internal lebih menonjol seperti
gambaran suara dan sensasi.
Satu bulan yang lalu klien mendengar suara-suara tersebut dan klien
menanyakan kepada perawat apakah boleh berteman dengan roh halus, karena dia
yang sering mengajaknya berbicara. Sesuai dengan tahapan halusinasi, klien berada
pada fase ketiga, yaitu halusinasi lebih menonjol, menguasai, halusinasi
memberikan kesenangan tersendiri dan rasa aman yang sementara.
Dan selanjutnya klien memasuki fase keempat yaitu dengan gejala halusinasi bersifat
mengancam yaitu klien mendengar suara-suara “ Saya tidak takut sama kamu !”.
Lalu klien S. menjawab “ Saya juga tidak takut sama kamu !”
Dengan adanya halusinasi ini, maka masalah yang timbul pada klien S.
adalah potensial amuk, potensial melukai diri sendiri dan orang lain, gangguan
kebersihan diri, gangguan ADL. Klien cenderung menarik diri, tersenyum dan
berbicara sendiri.
Akibatnya ia tidak dapat memberi respon emosional yang adekuat, klien
tampak bisar, tidak sesuai (Fortinash, 1991; Benner, 1989; Hater,1987). Potensial
melukai diri sendiri dan orang lain, potensial amuk dapat terjadi pada klien S, karena
klien S. mendengar suara-suara yang bersifat mengancam, mengejek, klien S disuruh
oleh roh halus untuk membanting piring dan gelas.
B. Masalah Keperawatan
Dari masalah-masalah itu ditemukan masalah keperawatan sejumlah sebelas buah,
yaitu :
1. Gangguan orientasi realitas
2. Gangguan hubungan interpersonal : Menarik diri
3. Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal
4. Koping individu tidak efektif
5. Gangguan persepsi: Halusinasi dengar
6. Gangguan perawatan mandiri
7. Koping keluarga tidak efektif
8. Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
9. Potensial amuk
10. Potensial gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
11. Potensial kambuh
10
Pada klien S. ini timbul masalah keperawatan sebagai berikut:
1. Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
2. Menarik diri
3. Potensial amuk
4. Kurangnya minat terhadap kebersihan diri
5. Potensial kambuh.
Rencana tindakannya :
Psikoterapeutik:
Adakan kontak yang sering dan singkat
Observasi tingkah laku verbal dan nonverbal yang berhubungan dengan
halusinasi
Berikan kesempatan kepada klien mengungkapkan apa yang dirasakan klien
sesuai dengan respon verbal dan nonverbal klien.
Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan berikan pendapat bahwa
halusinasi tidak nyata pada perawat.
Ajukan pertanyaan terbuka yang membutuhkan jawaban luas.
Psikofarmaka
11
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
Dampingi klien saat minum obat
Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi Lingkungan
Sediakan alat penunjuk waktu : jam dinding dan kelender.
Beri tanda / nama di ruangan klien
Panggilah klien sesuai nama panggilan yang disukai klien
Petugas memakai papan nama.
Kenalkan nama setiap beriteraksi dengan klien
Dampingi klien dalam kegiatan kelompok secara bertahap
Tingkatkan respon klien pada realita dengan cara menunjukan kelender, jam,
nama ruang.
Pendidikan Kesehatan :
Mendiskusikan bersama klien tentang faktor pencetus timbulnya halusinasi.
Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat jika timbul halusinasi
Beri informasi pada klien termpat klien minta bantuan apabila sulit
mengendalikan diri saat halusinasi timbul.
Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi, cara mengatasi, situasi yang
menimbulkan halusinasi serta fasilitas yang dapat digunakan apabila mengalami
kesulitan.
Masalah keperawatan 2:
Isolasi sosial sehubungan dengan menarik diri
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak menarik diri dan berinteraksi dengan orang lain
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
Bina hubungan saling percaya
12
Dengarkan apa yang diungkapkan oleh klien
Lakukan kontak yang sering dan singkat
Support dan anjurkan klien untuk berkomunikasi dengan perawat bila ada sesuatu
yang dipikirkan.
Berikan reinforcement positif
Dorong klien untuk melihat hal-hal yang positif tentang dirinya.
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
Dampingi klien saat minum obat
Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi Lingkungan
Anjurkan klien untuk berkenalan dengan orang lain, satu kali tiap hari.
Diskusikan cara berinteraksi lebih lanjut.
Temani klien dengan berada di samping klien mulai dari diam sampai
berkomunikasi verbal sederhana, bertahap sesuai dengan kemampuan klien.
Libatkan klien dalam berinteraksi kelompok yang dilakukan secara bertahap dari
kelompok yang kecil sampai kelompok yang besar.
Libatkan klien dalam kegiatan aktifitas kelompok (TAK: Sosialisi)
Sediakan sarana informasi dan hiburan seperti majalah, surat kabar, TV.
Pendidikan Kesehatan
Libatkan keluarga untuk selalu untuk selalu kontak dengan klien, misalnya
keluarga mengunjungi klien minimal satu seminggu.
13
Mengajarkan klien cara berkenalan pada klien lain.
Diskusikan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri
Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan
menarik diri
Anjurkan pada keluarga mengikutisertakan klien dalam keluarga dan lingkungan
masyarakat.
Berikan penjelasan pentingnya minum obat secara teratur pada klien dan
keluarga.
Masalah Kepererawatan 3
Ketidakmampuan mengungkapkan cara marah yang konstruktif.
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak amuk dan dapat mengungkapkan marah yang konstruktif
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
Berespons terhadap respons verbal dan nonverbal klien dengan sikap yang tenang
dan tidak mengancam
Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan hal-hal yang
menyebabkan marah.
Anjurkan klien untuk mengungkapkan cara-cara mengekspresikan marah yang
dilakukan selama ini.
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
Dampingi klien saat minum obat
Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
14
Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi Lingkungan
Siapkan ruangan yang akan dipakai untuk perawatan klien
Pindahkan alat-alat yang membahayakan klien dan lingkungannya. seperti benda
tajam, dan alat pecah belah.
Orientasi klien pada sarana yang tersedia untuk menyalurkan energi yang
berlebihan pada dirinya.
Pendidikan Kesehatan
Diskusikan dengan klien tentang cara-cara mengungkapkan marah yang
destruktif
Diskusikan dengan klien tentang cara-cara mengungkapkan marah yang
konstruktif
Diskusikan dengan klien tentang tanda-tanda marah yang destruktif
Anjurkan klien untuk mengungkapkan cara marah yang konstruktif
Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda marah
Ajarkan cara mengarahkan klien agar mengungkapkan marah secara konstruktif.
Anjurkan keluarga untuk menciptakan lungkungan rumah yang baik untuk
mengendalikan klien marah.
Masalah Keperawatan 4
Kurangnya minat terhadap kebersihan diri
Tujuan Jangka Panjang:
Klien berminat dan mampu memelihara kebersihan dirnya
Rencana tindakan
Psikoterpeutik
Kaji perasaan klien dan pengetahuan tentang kebersihan diri
Berikan dukungan yang posisif terhadap hal-hal yang dicapai oleh klien
Support secara terus menerus agar mempertahankan dan meningkatkan
kebersihan dirinya.
15
Beri reinforcement positif terhadap hal-hal yang telah dilakukan klien
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
Dampingi klien saat minum obat
Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi lingkungan
Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok (TAK: Kebersihan diri)
Orientasikan klien pada fasilitas / sarana untuk kebersihan diri, seperti : kamar
mandi, lemari pakaian, washtafel, jemuran handuk.
kolaborasi dengan perawat ruangan dan keluarga untuk mengadakan kebersihan
diri: handuk, sabun, sikat gigi, odol, guntuing kuku, dan lain-lain.
Bersama klien menciptakan suasana lingkungan yang bersih.
Berikan gambar-gambar / poster, lukisan yang mendukung klien untuk
kebersihan diri, seperti: Bersih itu sehat, sudah rapikah anda, gambar cara
menggosok gigi yang benar.
Pendidikan kesehatan
Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri
16
Diskusikan cara-cara kebersihan diri, antara lain : mandi dua kali dengan sabun,
ganti pakaian setiap hari, sikat gigi dengan odol, mencuci rambut dua sampai tiga
kali seminggu, potong kuku kalau panjang.
Diskusikan cara mandi yang benar.
Anjurkan klien ganti baju, celana, gosok gigi setiap hari
Kaji pengetahuan klien tentang kebersihan diri.
Diskusikan dengan keluarga tentang kebersihan diri, arti bersih, tanda-tanda
bersih, tujuan kebersihan diri
Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara menjaga kebersihan diri.
Masalah Keperawatan 5
Ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
Tujuan Jangka Panjang :
Klien tidak kambuh
Recana tindakannya :
Psikoterapeutik:
Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
Kaji persepsi keluarga tentang perilaku maldaptif klien
Ajak klien untuk mengunjungi sanak keluarga lainnya.
Libatkan seluruh anggota keluarga untuk menerima klien apa adanya
Libatkan klien dalam pertemuan keluarga.
Libatkan klien dalam aktifitas kegiatan di rumah sesuai dengan kemampuan klien
Buat jadwal bersama klien (kegiatan yang dapat dilakukan klien)
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
Dampingi klien saat minum obat
17
Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi Lingkungan
Libatkan klien dan keluarga dalam menyiapkan kamar klien
Batasi peralatan rumah tangga yang dapat menimbulkan stimulus bagi klien
untuk amuk.
Hindarkan barang-barang yang berbahaya seoerti; berang dari kaca, benda tajam
Menyiapkan sarana untuk kebersihan diri
Ciptakan suasana rumah yang memungkinkan klien menyendiri.
Pendidikan Kesehatan
Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian keluarga tentang klien dan sikap
keluarga terhadap tingkah laku klien yang maladaptif.
Diskusikan tentang harapan keluarga pada prilaku maladaptif klien.
Diskusikan bersama keluarga tentang pentingnya membesuk klien saat klien
dirawat di rumah sakit.
Jelaskan pada keluarga tentang permasalahan klien yang timbul saat ini.
Diskusikan dengan keluarga dalam membuat perencanaan cara merawat klien
apabila klien pulang ke rumah meliputi jadwal kegiatan yang dapat dilakukan
oleh klien, seperti memelihara kebersihan diri, merapihkan tempat tidur, dan
lain-lain.
Anjurkan keluarga untuk memberikan reinforcement positif bila klien melakukan
kegiatan
Ajarkan keluarga untuk penanganan awal bila timbul keluhan
Anjurkan pada keluarga untuk kontrol secara teratur sesuai dengan jadwalnya.
18
19