Anda di halaman 1dari 24

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama : Arifin Noviyadi, S.Pd.Kom


No. UKG : 201900839978

Masalah yang telah


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi

1 Pedagogik Hasil Kajian Literatur Pedagogik


Sebagian guru masih a) Pedagogik Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
memiliki kompetensi 1. Mariana Ulfah Hoesny, dkk (2020), faktor-faktor kajian literatur dan hasil wawancara, serta
pedagogik yang penyebab rendah profesionalisme guru di Indonesia dikonfirmasi melalui observasi/pengamatan
antara lain:
rendah. dapat diketahui bahwa penyebab masalah
 Sebagian besar guru belum serius menekuni
profesinya. kompetensi pedagogik guru yang masih
Literasi  Institusi pencetak guru kurang memperhatikan rendah adalah:
Sebagian besar peserta bagaimana output yang akan dihasilkan. 1. Disiplin ilmu sebagian guru bukan berlatar
didik memiliki  Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan belakang pendidikan.
pemahaman literasi kualitas dirinya. 2. Minat dan motivasi guru dalam
Sumber: meningkatkan kompetensinya masih
yang rendah pada
(Mariana Ulfah Hoesny, dkk (2020). Permasalahan dan rendah.
mata pelajaran 3. Sebagian guru belum mempersiapkan
Solusi Guru Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru:
Administrasi Sistem perangkat ajar dengan baik.
Sebuah Kajian Pustaka)
jaringan. 4. Sebagian guru belum serius menekuni
https://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/download
profesinya.
/3595/1776
Numerasi (diakses 30/08/2022)
Sebagian peserta didik Literasi
memiliki pemahaman Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
2. Saripudin (2014), Penyebab rendahnya profesionalisme
dan kemampuan guru yaitu: kajian literatur dan hasil wawancara, serta
numerasi yang masih  Guru tidak memiliki waktu yang cukup dalam dikonfirmasi melalui observasi/pengamatan
rendah. mengembangkan kompetensinya. dapat diketahui bahwa penyebab masalah
 Belum ada standar profesional guru pemahaman literasi peserta didik pada
sebagaimana tuntutan negara-negara maju. mata pelajaran Administrasi Sistem
 Kurangnya minat dan motivasi guru dalam
Jaringan adalah:
meningkatkan kualitas diri.
Sumber: 1. Sarana-prasarana yang masih kurang
(Saripudin (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi memadai.
Kompetensi Profesional Guru Bidang Kompetensi 2. Lingkungan sekolah (guru sebagai role
model) belum mendukung budaya
Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK)
membaca buku.
https://media.neliti.com/media/publications/65726-ID- 3. Minat baca buku peserta didik rendah
faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kompeten.pdf seiring pesatnya perkembangan teknologi.
(diakses 30/08/2022) 4. Lingkungan keluarga yang kurang
mendukung budaya literasi.
3. Leni Yulia, dkk (2022), faktor-faktor penyebab
rendahnya profesionalisme guru antara lain:
 Belum adanya standar profesional guru. Numerasi
 Beberapa perguruan tinggi pencetak guru tidak Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
berorientasi pada kualitas output.
kajian literatur dan hasil wawancara, serta
 Rendahnya motivasi guru dalam meningkatkan
budaya meneliti/penelitian. dikonfirmasi melalui observasi/pengamatan
 Sebagian besar guru belum serius menekuni dapat diketahui bahwa penyebab masalah
profesinya. pemahaman dan kemampuan numerasi
Sumber: peserta didik rendah adalah:
(Leni Yulia, dkk (2014), Korelasi Pedagogik dan 1. Proses pembelajaran oleh guru belum
Kebijakan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu sepenuhnya menumbuhkan kemampuan
Pendidikan) numerasi peserta didik.
https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/downl 2. Pemahaman konsep dan kemampuan
oad/2648/pdf matematika peserta didik pada jenjang
pendidikan sebelumnya tidak tuntas.
(diakses 30/08/2022)
3. Kurangnya kesadaran, motivasi dan
disiplin peserta didik dalam meningkatkan
b) Literasi kemampuan numerasinya.
1) Husnul Fuadi, dkk (2020), faktor-faktor penyebab 4. Sebagian peserta didik tidak menyukai
rendahnya kemampuan literasi peserta didik yaitu matematika.
sebagai berikut:
 Sebagian peserta didik masih bergantung pada
buku pelajaran saja.
 Pembelajaran dilakukan secara parsial (terpisah)
atau belum terpadu.
 Pembelajaran tidak kontekstual dan tidak dapat
mengaitkannya dengan fenomena-fenomena
yang terjadi.
Sumber:
(Husnul Fuadi, dkk (2020), Analisis Faktor Penyebab
Rendahnya Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik)
https://jipp.unram.ac.id/index.php/jipp/article/downlo
ad/122/110/352
(diakses 30/08/2022)

2) Azmi Risky Anisa, dkk (2021), faktor-faktor penyebab


rendahnya budaya literasi di Indonesia, yaitu:
a) Di lingkungan sekolah
 Terbatasnya sarana-prasaran membaca.
 Buku bacaan kurang bervariasi (didominasi
buku paket saja), ruang perpustakaan yang
sempit dan buku-buku tidak diatur dengan
sistematis/rapi).
 Situasi belajar kurang memotivasi siswa untuk
mempelajari buku-buku di luar buku paket
pelajaran.
 Guru belum dapat menjadi role model atau
teladan terkait budaya literasi.

b) Di luar lingkungan sekolah


 Minat membaca buku semakin berkurang
karena perkembangan teknologi informasi.
 Banyak keluarga belum menanamkan kebiasaan
wajib membaca kepada anaknya.
 Keterjangkauan daya beli masyarakat terhadap
buku rendah.
 Buku masih dianggap sebagai barang mewah
bagi sebagian besar kalangan masyarakat
Indonesia.
Sumber:
(Azmi Risky Anisa, dkk (2021), Pengaruh Kurangnya
Literasi Serta Kemampuan dalam Berpikir Kritis yang
Masih Rendah dalam Pendidikan di Indonesia)
https://ejournal.upi.edu/index.php/crecs/article/down
load/32685/pdf
(diakses 30/08/2022)

3) I Ketut Suparya, dkk (2022), faktor-faktor penyebab


rendahnya literasi sains, yaitu:
 Penggunaan buku ajar belum tepat.
 Miskonsepsi siswa.
 Pembelajaran tidak kontekstual.
 Rendahnya kemampuan membaca.
 Lingkungan dan iklim belajar tidak mendukung.
 Infrastruktur sekolah belum memadai.
 Sumber daya manusia yang kurang.
 Manajemen sekolah.
Sumber:
(I Ketut Suparya, dkk (2022), Rendahnya Literas Sains:
Faktor Penyebab dan Alternatif Solusinya)
https://jurnalilmiahcitrabakti.ac.id/jil/index.php/jil/art
icle/download/580/264/
(diakses 30/08/2022)

c) Numerasi
1) Seruni Rahmatul Nasoha, dkk (2022), faktor yang
menyebabkan rendahnya kemampuan numerasi
peserta didik yaitu:
 Proses pembelajaran kurang diintegerasikan
dengan soal-soal literasi matematis.
 Pembelajaran matematika di sekolah belum
sepenuhnya menumbuhkan kemampuan
numerasi peserta didik.
Sumber:
(Seruni Rahmatul Nasoha, dkk (2022), Kemampuan
Numerasi Siswa Melalui Implementasi Bahan Ajar
Matematika Berbasis Problem Based Learning)
https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/indiktika/article/download
/7903/5890
(diakses 30/08/2022)

2) Siera Ferri Putri (2022), rendahnya kemampuan literasi


numerasi peserta didik disebabkan oleh hal-hal
berikut:
 Rendahnya pemahaman peserta didik dalam
konsep matematika.
 Representasi numerik peserta didik smasih
kurang tepat.
Sumber:
(Siera Ferri Putri (2022), Proses Berpikir Kreatif dan
Literasi Numerasi Siswa Pada Pemecahan Masalah
Matematika Ditinjau Dari Gaya Kognitif)
https://eprints.umm.ac.id/86256/1/Tesis%20SIERA%2
0FERRI%20PUTRI%20%28201920530211020%29.pdf
(diakses 30/08/2022)

3) Nurhayati, dkk (2022), faktor-faktor penyebabnya


yaitu:
 Peserta didik kurang memahami proses
penyelesaian soal matematika.
 Kurang dalam memahami soal.
 Kesulitan mengelola angka dan simbol dengan
tepat.
 Tidak mampu menganalisis informasi yang
disajikan.
Sumber:
(Nurhayati, dkk (2022), Analisis Kemampuan Numerasi
Siswa Kelas Tinggi dalam Penyelesaian Soal Pada Materi
Geometri Di SDN 1 Teniga)
https://www.jipp.unram.ac.id/index.php/jipp/article/d
ownload/678/416
(diakses 30/08/2022)
Wawancara
a) Pedagogik
Kepala Sekolah:
 Disiplin ilmu sebagian guru bukan berlatar
belakang pendidikan.
 Guru tidak meningkatkan kemampuannya.
Guru:
 Guru kurang mendalami materi.
 Sebagian guru belum mempersiapkan
perangkat ajar dengan baik.
Teman Sejawat:
 Guru terlalu sibuk dengan rutinitas.
 Guru sudah puas dengan kompetensi yang
dimilikinya.
Pakar:
 Sebagian guru tidak disiplin menjalankan
tugasnya.
 Sebagian guru tidak menekuni profesinya
secara penuh.
 Sebagian guru tidak menguasai kurikulum
yang digunakan.

b) Literasi
Kepala Sekolah:
 Sarana prasarana sekolah masih kurang
memadai.
 Lingkungan sekolah kurang mendukung
budaya literasi.

Guru:
 Sebagian besar peserta didik tidak suka
membaca.
 Peserta didik lebih senang menghabiskan waktu
bermain game.
Teman Sejawat:
 Sebagian besar peserta didik malas membaca
buku.
 Lingkungan keluarga dan pergaulan tidak
mendukung.
Pakar:
 Rendahnya antusiasme peserta didik
meningkatkan pemahaman literasinya.
 Sebagian besar orangtua tidak membiasakan
anaknya belajar di rumah.

c) Numerasi
Kepala Sekolah:
 Guru belum memaksimalkan numerasi pada
proses pembelajaran.
 Banyak peserta didik belum tuntas pemahaman
numerasi pada jenjang sebelumnya.
Guru:
 Peserta didik kurang latihan/belajar
matematika di rumah.
 Sebagian besar peserta didik tidak menyukai
pelajaran matematika.
Teman Sejawat:
 Sebagian peserta didik belum menguasai
matematika dasar.
 Kurangnya kesadaran peserta didik
meningkatkan kemampuan numerasinya.
Pakar:
 Peserta didik menganggap matematika
pelajaran yang sulit.
 Penyampaian materi terkait numerasi kurang
menarik bagi peserta didik.

2 Sebagian peserta didik Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
mengalami kesulitan 1) I Putu Mas Dewantara (2017), faktor-faktor penyebab kajian literatur dan hasil wawancara, serta
berbicara (gugup) kesulitan belajar siswa terkait keterampilan berbicara dikonfirmasi melalui observasi/pengamatan
dalam menyampaikan dalam menyampaikan ide dan gagasannya: dapat diketahui bahwa penyebab masalah
 Motivasi belajar yang rendah.
ide dan gagasannya kesulitan berbicara (gugup) peserta didik
 Kebiasaan belajar yang kurang baik.
pada mata pelajaran  Penguasaan komponen kebahasaan yang rendah dalam menyampaikan ide dan gagasannya
meliputi; (a) lafal, nada, intonasi, sendi, durasi,
Administrasi Sistem (b) diksi, (c) struktur kebahasaan, (d) gaya pada mata pelajaran Administrasi Sistem
Jaringan. bahasa. Jaringan adalah:
Sumber: 1. Kurangnya pemahaman dan kemampuan
(I Putu Mas Dewantara (2017), Identifikasi Faktor komponen kebahasaan (meliputi lafal,
Penyebab Kesulitan Belajar Keterampilan Berbicara nada, intonasi, durasi, diksi, struktur dan
Siswa Kelas VII-E SMPN 5 Negara dan Strategi Guru gaya bahasa).
Untuk Mengatasinya) 2. Kurangnya upaya meningkatkan
kemampuan kebahasaannya.
https://media.neliti.com/media/publications/206998-
3. Pengaruh lingkungan dan keluarga.
identifikasi-faktor-penyebab-kesulitan-b.pdf
4. Kurangnya kepedulian dan motivasi dari
(diakses 30/08/2022) orangtua.
5. Rasa rendah diri dan takut menjadi bahan
2) Afifatur Rahmah, dkk (2021), faktor-faktor yang perundungan temannya.
menyebabkan terjadinya kesulitan belajar khususnya
dalam keterampilan berbicara dalam kelas, yaitu:
 Kebiasaan belajar siswa yang masih salah.
 Kurangnya motivasi yang diberikan pada peserta
didik.
 Kurangnya penguasaan terhadap komponen
kebahasaan.
 Kurangnya hubungan/interaksi antara guru dan
peserta didik.
Sumber:
(Afifatur Rahmah, dkk (2021), Identifikasi Faktor
Penyebab Kesulitan Belajar Keterampilan Berbicara
Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 15 Gresik dan Solusinya)
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bapala/article/
view/41437/35700
(diakses 30/08/2022)

3) Wiwin Astutik (2022), faktor-faktor penyebab kesulitan


berbicara yaitu:
 Peserta didik belum terbiasa berbicara di depan
kelas.
 Sebagian peserta didik belum berpengalaman
berbicara di depan umum.
 Kurangnya kemampuan berbicara meskipun
hanya menceritakan pengalaman sehari-hari.
 Kurangnya upaya dalam meningkatkan
kemampuan kebahasaannya.
Sumber:
(Wiwin Astutik (2022), Peningkatan Keterampilan
Berbicara Menggunakan Metode Debat Pada Siswa
Kelas X Bahasa 1 MA Al Mahrusiyah Lirboyo Kota Kediri)
http://repository.unpkediri.ac.id/4403/3/RAMA_88201
_19101070019_0730066403_0711038903_01_Front_re
f.pdf
(diakses 30/08/2022)

Wawancara
Kepala Sekolah:
 Kemampuan peserta didik yang berbeda.
 Pengaruh lingkungan/pergaulan sehari-hari.
Guru:
 Rasa rendah diri.
 Malu dijadikan bahan perundungan temannya.
Teman Sejawat:
 Kurang mengembangkan kemampuan
berbicara.
 Pengaruh lingkungan dan keluarga.
Pakar:
 Pemahaman dan kemampuan kebahasaan yang
rendah.

3 Komunikasi antara Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil


guru/walikelas, 1) Ilfi Nur Diana, dkk (2020), faktor-faktor yang kajian literatur dan hasil wawancara, serta
orangtua/wali dan menghambat komunikasi antara guru/wali kelas, dikonfirmasi melalui observasi/pengamatan
peserta didik masih orangtua/wali dan peserta didik, yaitu: dapat diketahui bahwa penyebab masalah
 Orangtua kesulitan membagi waktu antara
kurang. kurangnya komunikasi anatara
bekerja dan memperhatikan pendidikan
anaknya. guru/walikelas, orangtua/wali dan peserta
 Guru kesulitan membagi waktu karena lebih didik adalah:
berfokus pada jadwal definitif serta beban kerja 1. Orangtua sibuk dengan pekerjaannya.
yang sekolah berikan.
 Orangtua menyerahkan tanggung jawab 2. Orangtua menyerahkan sepenuhnya
pendidikan anak mereka sepenuhnya kepada tanggung jawab pendidikan anaknya
guru. kepada sekolah.
 Rasa percaya diri orangtua yang masih rendah. 3. Peserta didik berasal dari pedalaman dan
 Masih rendahnya pemahaman guru dan tinggal jauh dari orangtua.
orangtua tentang pentingnya kerjasama. 4. Sarana-prasarana komunikasi orangtua
Sumber: kurang memadai.
(Ilfi Nur Diana, dkk (2020), Kerjasama Orang Tua dan 5. Guru terlalu sibuk dengan beban tugas
Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Di mengajar.
6. Peserta didik tidak terbuka/jujur kepada
Kelompok Bermain Mambaul Ulum)
guru dan orangtua terkait permasalahan
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal- yang dihadapinya.
pendidikan-luar-sekolah/article/view/42383/36436
(diakses 30/08/2022)

2) Eka Faridah Wahyuningtyas (2018), faktor-faktor yang


menghambat kerjasama, yaitu:
 Kurangnya sumberdaya yang dimiliki orangtua.
 Kurangnya informasi dari guru kepada orangtua
tentang aktivitas peserta didik di sekolah.
 Kekhawatiran dari pihak guru dan orangtua.
 Asumsi-asumsi guru mengenai keadaaan
keluarga peserta didik yang tidak tepat.
Sumber:
(Eka Faridah Wahyuningtyas (2018), Pengaruh
Kerjasama Antara Guru dan Orangtua Terhadap
Perilaku Siswa di SMP Muhammadiyah Plus Gunung
Pring)
http://eprintslib.ummgl.ac.id/2986/1/14.0401.0037_B
AB%20I_BAB%20II_BAB%20III_BAB%20V_DAFTAR%20
PUSTAKA_Eka%20Faridah%20Wahyuningtyas.pdf
(diakses 30/08/2022)

3) Fitri Yana, dkk (2021), faktor-faktor penyebabnya


antara lain sebagai berikut:
 Orangtua kurang respon karena kesibukan.
 Jaringan internet yang kurang bagus.
 Kuota internet yang terbatas.
 Banyak informasi yang tidak penting (spam)
dalam group diskusi guru dan orangtua.
Sumber:
(Fitri Yana, dkk (2021), Whatsapp Group: Media
Komunikasi Orang Tua dan Guru)
https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/azkiya/artic
le/download/2614/1575
(diakses 30/08/2022)

Wawancara
Kepala Sekolah:
 Orangtua yang kurang peduli pendidikan
anaknya.
 Sebagian besar peserta didik berasal dari luar
kota.
Guru:
 Peserta didik tinggal jauh dari orangtua.
 Orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan.

Teman Sejawat:
 Sarana-prasarana komunikasi orangtua
peserta didik kurang memadai.
 Guru/wali kelas sibuk dengan beban tugas
mengajar.
Pakar:
 Sebagian besar orangtua menyerahkan
sepenuhnya tanggung jawab pendidikan
anaknya kepada sekolah.
 Sebagian besar orangtua masih belum
terbiasa/mahir menggunakan sarana
komunikasi (HP).

4 Guru belum Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil


memaksimalkan 1) Mislinawati, dkk (2018), faktor-faktor penyebab guru kajian literatur dan hasil wawancara, serta
penerapan model belum dapat menerapkan model pembelajaran inovatif dikonfirmasi melalui observasi/pengamatan
pembelajaran yang secara maksimal, yaitu: dapat diketahui bahwa penyebab masalah
inovatif sesuai dengan guru belum memaksimalkan penerapan
karakteristik materi  Guru kurang memahami sintak model model pembelajaran inovatif sesuai
dan siswa. pembelajaran. karakteristik materi dan siswa adalah:
 Guru kurang mampu dalam menstimulus siswa 1. Guru kurang memahami sintak-sintak
untuk menemukan sendiri masalah yang ada dalam model pembelajaran inovatif.
pada materi pembelajaran.
2. Guru perlu persiapan yang matang dalam
 Kurang mampu menyiasati waktu yang tersedia.
menyiapkan materi ajar.
 Pengelolaan dan pengawasan kelas yang tidak
berjalan maksimal. 3. Guru kesulitan membagi waktu.
 Peserta didik kurang aktif dalam proses 4. Peserta didik yang tidak aktif dalam proses
pembelajaran. pembelajaran.
Sumber: 5. Sarana-prasarana sekolah kurang
(Mislinawati, dkk (2018), Kendala Guru dalam mendukung pembelajaran inovatif.
Menerapkan Model-Model Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 Pada SD Negeri 61 Banda Aceh)
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/PEAR/article/downl
oad/12194/9462
(diakses 30/08/2022)

2) Fitri Delviyani (2020), beberapa faktor penyebab guru


belum menerapkan model pembelajaran inovatif
antara lain sebagai berikut:
 Keterbatasan kemampuan guru.
 Bahan ajar yang tersedia masih terbatas.
 Sekolah yang kekurangan guru.
 Sarana-prasarana yang kurang memadai.
 Perlu perencanaan yang matang dari guru dalam
menyiapkan materi ajar.
Sumber:
(Fitri Delviyani (2020), Problematika Guru dalam
Menerapkan Model Pembelajaran Tematik Tema
Benda-Benda Sekitar Kelas V Semester 2 Pada
Kurikulum 2013 Di MIN 2 Deli Serdang)
http://repository.uinsu.ac.id/10575/1/SKRIPSI%20FI
DEL%20FIX-dikonversi.pdf
(diakses 30/08/2022)
3) Nilam Pangestika, dkk (2022), faktor-faktor guru
kesulitan menerapkan model pembelajaran inovatif
yaitu:
 Kesulitan mengakses platform belajar.
 Keterbatasan ekonomi peserta didik.
 Keterbatasan jaringan internet peserta didik.
 Biaya yang dikeluarkan tidak sedikit.
 Kurangnya bimbingan guru.
 Kurang pendampingan dari orangtua.
Sumber:
(Nilam Pangestika, dkk (2022), Analisis Faktor
Penghambat Implementas Pembelajaran Daring Siswa
SD Inpres 68 Kota Sorong)
https://unimuda.e-
journal.id/jurnalpendidikandasar/article/download/2
065/916
(diakses 30/08/2022)

Wawancara
Kepala Sekolah:
 Persiapan guru yang kurang matang.
 Sebagian besar guru enggan belajar hal-hal
baru.
Guru:
 Sudah terbiasa/nyaman dengan cara lama.
 Kemampuan setiap guru berbeda.

Teman Sejawat:
 Kesulitan menentukan model pembelajaran
yang sesuai kondisi di lapangan.
 Memerlukan waktu untuk beradaptasi.
Pakar:
 Sebagian besar guru sibuk dengan beban ajar
di sekolah.
 Guru tidak memahami sintak dalam model
pembelajaran inovatif.
5 Sebagian siswa masih Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
mengalami 1) Hanifah Nurus Sopiany (2019), faktor-faktor penyebab kajian literatur dan hasil wawancara, serta
miskonsepsi materi miskonsepsi yaitu sebagai berikut: dikonfirmasi melalui observasi/pengamatan
pada mata pelajaran  Lingkungan belajar di rumah tidak mendukung. dapat diketahui bahwa penyebab masalah
 Pengetahuan awal peserta didik yang masih
Administrasi Sistem miskonsepsi materi dan belum menerapkan
salah.
Jaringan.  Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran HOTS dalam rangkaian proses pembelajaran
rendah. adalah:
Sebagian besar guru  Kemampuan mengonstruksi antara pengetahuan a) Miskonsepsi
belum sepenuhnya yang sudah dimiliki dan sedang dipelajari  Pengetahuan awal peserta didik yang
menerapkan HOTS rendah. masih salah.
dalam rangkaian Sumber:  Kemampuan peserta didik tidak sama.
proses pembelajaran. (Hanifah Nurus Sopiany (2019), Analisis Miskonsepsi  Metode mengajar guru kurang
Siswa Ditinjau Dari Kontruktivisme Pada Materi bervariasi.
Segiempat)  Konsep materi pelajaran yang
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/do disampaikan guru tidak dipahami
wnload/6773/pdf peserta didik.
(diakses 30/08/2022) b) Penerapan HOTS
 Guru belum siap menerapkan HOTS
2) Samsidar (2022), faktor-faktor penyebab guru belum dalam rangkaian proses pembelajaran.
sepenuhnya belum menerapkan HOTS yaitu sebagai  Guru sudah terbiasa dengan
berikut: pembelajaran yang berbasis LOTS.
a) Faktor Internal  Kurangnya minat belajar peserta didik
 IQ setiap siswa bervariasi/tidak sama. berkaitan dengan HOTS.
 Sikap belajar yang cenderung menahan diri  Peserta didik kesulitan dalam
untuk tidak terlibat dalam kegiatan membangun ide dan gagasan untuk
pembelajaran. menyelesaikan (menganalisis) masalah.
 Motivasi belajar yang rendah.
b) Faktor Eksternal
 Metode mengajar guru kurang bervariasi.
 Pemilihan penggunaan media pembelajaran
belum bervariasi.
 Sarana dan prasarana sekolah kurang
menunjang.
 Lingkungan rumah yang tidak mendukung.
Sumber:
(Samsidar (2022), Analisis Kesulitan dalam
Menyelesaikan Soal High Order Thinking Skill (HOTS)
Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Gantarangkeke)
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/20442-
Full_Text.pdf
(diakses 30/08/2022)

3) Madinatun Munawaroh (2021), faktor-faktor penyebab


miskonsepsi pada peserta didik yaitu:
 Peserta didik tidak dapat membangun ide atau
gagasan dalam menyelesaikan masalah.
 Kurangnya minat belajar.
 Pertentangan konsep antara yang disampaikan
guru dan buku paket.
 Sudah terbiasa mengerjakan soal LOTS dari
guru.
Sumber:
(Madinatul Munawaroh (2021), Deteksi Miskonsepsi
Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Rasio dan
Perbandingan Tipe HOTS Menggunakan Four Tier
Diagnostic Test)
http://digilib.uinsby.ac.id/50850/2/Madinatul%20Mu
nawaroh_D04217016.pdf
(diakses 30/08/2022)

Wawancara
Kepala Sekolah:
 Guru belum siap menyampaikan materi
pelajaran berbasis HOTS.
 Guru tidak mengikuti perkembangan teknologi.
Guru:
 Peserta didik belum terbiasa dengan proses
pembelajaran yang HOTS.
 Motivasi belajar peserta didik masih kurang.
Teman Sejawat:
 Sebagian besar guru belum memahami HOTS.
 Sebagian besar guru masih kesulitan membuat
soal/latihan HOTS.
Pakar:
 Guru masih kesulitan beradaptasi menerapkan
HOTS dalam proses pembelajaran.
 Guru tidak mau meningkatkan
kemampuannya.

6 Sebagian besar guru Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
tidak 1) Rivana Upitasari (2020), faktor-faktor penyebabnya kajian literatur dan hasil wawancara, serta
mengintegrasikan TIK yaitu sebagai berikut: dikonfirmasi melalui observasi/pengamatan
dalam proses  Kurang rasa percaya diri guru dalam dapat diketahui bahwa penyebab masalah
pembelajaran di kelas. mengintegrasikan TIK.
sebagian besar guru tidak mengintegrasikan
 Kompetensi guru belum memadai.
 Akses ke sumber daya yang masih kurang. TIK dalam proses pembelajaran adalah:
Sumber: 1. Sarana-prasarana sekolah kurang
(Rivana Upitasari (2020), Hambatan Penggunaan TIK memadai.
dalam Pembelajaran) 2. Kurangnya SDM dalam mengintegrasikan
TIK.
https://lentera.kemenag.go.id/index.php/lentera/arti
3. Sikap guru yang resistensi terhadap
cle/download/4/26/102
perubahan.
(diakses 30/08/2022)
4. Memerlukan waktu dan biaya yang tidak
sedikit.
2) Erwin Sawitri, dkk (2019), faktor-faktor penyebabnya
5. Kurangnya pendampingan dari tenaga ahli
yaitu:
a) Faktor Fisik dalam mengintegrasikan TIK.
 Sarana-prasarana belum memadai.
 Masih menggunakan perangkat bekas dari
lembaga-lembaga pendidikan setempat
(tidak sesuai spesifikasi yang dibutuhkan).
 SDM tidak dapat mengimbangi pesatnya
perkembangan teknologi.
b) Faktor Non-Fisik
 Guru kurang percaya diri menerapkan TIK.
 Kurangnya kompetensi guru
mengintegrasikan TIK ke dalam pedagogis
praktek.
 Sikap guru yang resistensi terhadap
perubahan.
Sumber:
(Erwin Sawitri, dkk (2019), Hambatan dan Tantangan
Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi)
https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/dow
nload/3026/2841
(diakses 30/08/2022)

3) Febry Fahreza (2022), faktor-faktor penyebab guru


terkendala menerapkan TIK dalam proses
pembelajaran yaitu:
 Beban kerja guru terlalu banyak.
 Tidak ada waktu untuk mengembangkan materi
yang kreatif.
 Ketidaksiapan guru mengintegrasikan TIK ke
dalam pembelajaran.
 Kurangnya kompetensi guru dalam
menggunakan TIK ke dalam pembelajaran.
Sumber:
(Febry Fahreza, dkk (2019), Analisis Pemanfatan TIK
(Teknologi Informasi dan Komunikasi) Di SD Negeri 1
Jeuram Kabupaten Nagan Raya)
https://www.ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/gm/
article/download/896/844
(diakses 30/08/2022)

Wawancara
Kepala Sekolah:
 Sarana-prasarana sekolah belum memadai.
 Sebagian besar guru masih belum mahir
memanfaatkan TIK
Guru:
 Guru sibuk dengan beban tugasnya masing-
masing.
 Guru tidak mengikuti perkembangan teknologi.
Teman Sejawat:
 Sarana-prasarana belum memadai.
 Spesifikasi sarana-prasarana tidak sesuai
standar yang dibutuhkan.
Pakar:
 Guru tidak siap menghadapi perkembangan
teknologi.
 Perlu waktu dan biaya dalam mengintegrasikan
TIK ke dalam proses pembelajaran.
NARASUMBER WAWANCARA

1. Dominikus Dasit, M.Pd (Kepala Sekolah SMKN 1 Ngabang)

2. Marselina Meryotin, M.Pd (Waka Kurikulum)

3. Rosani, S.Pd (Ketua MGMP Teknik Komputer Jaringan)

4. Januari Mamuri, S.Pd (Ketua Kaprodi Teknik Komputer Jaringan)

5. Sumiati, S.Pd (Guru BK)

Anda mungkin juga menyukai