Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Selama bumi masih berputar, selama itulah ilmu akan terus berkembang seiring
dengan perkembangan zaman, dengan demikian kualitas kompetensi PNS pun harus
diperbaharui agar dapat selalu menciptakan inovasi dan kreativitas serta memberikan
pelayanan terbaik untuk masyarakat Indonesia. Sesuai dengan nilai dasar ASN yaitu Adaptif
yang memiliki definisi terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun
menghadapi perubahan serta nilai Kompeten yang memiliki definisi terus belajar dan
mengembangkan kapabilitas.
Hal hal tersebut perlu ditunjang dengan keikutsertaan instansi dalam
merealisasikannya. Instansi pemerintah perlu melaksanakan program pengembangan
kompetensi pegawai yang dilakukan secara reguler sesuai dengan kebutuhan tiap tiap instansi
agar para pegawai selalu terpapar dengan ilmu dan pengalaman baru karena hal tersebut
dapat menunjang pekerjaan sebagai PNS nantinya.
Selain itu kualitas kompetensi Pegawai ASN yang beragampun mengharuskan
instansi pemerintah melaksanakan program pengembangan kompetensi pegawai sebagai
kebijakan yang terkait dengan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan
instansi pemerintah. Program ini dilaksanakan secara terintegrasi dengan program
pengembangan karier PNS dengan mempertimbangkan aspek integritas dan moralitas.
Regulasi mengenai pengembangan kompetensi bagi PNS pun sudah ditetapkan dalam
beberapa undang-undang, salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN).

REGULASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PNS

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


(UU ASN), pengembangan kompetensi Pegawai ASN diatur sebagai berikut:
1. Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi
antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, dan penataran yang harus
dievaluasi oleh PyB dan digunakan sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan
pengembangan karier (Pasal 70 ayat (1),(2) dan (3))
Penyelenggaraan Pengembangan Kompetensi Pegawai ASN juga terdiri
atas:
a. Pelaksanaan Pengembangan Kompetensi melalui jalur pendidikan yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jenis Pengembangan Kompetensi ini dilakukan
melalui jalur pemberian tugas belajar pada jenjang pendidikan formal tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan. Mekanisme yang perlu diperhatikan oleh Unit kerja
yang mengelola penyelenggaraan urusan di bidang SDM dalam penentuan nama PNS yang
akan ditetapkan sebagai peserta pendidikan melalui tugas belajar oleh PPK, harus sesuai
dengan rencana pengembangan kompetensi yang telah ditetapkan.
b. Pelaksanaan Pengembangan Kompetensi melalui jalur pelatihan yang dilaksanakan secara:
1) Mandiri oleh internal
Instansi pemerintah dapat menyelenggarakan pengembangan kompetensi secara mandiri oleh
lembaga pelatihan atau unit kerja/lembaga yang ditunjuk untuk
mengembangkan kompetensi.
2) Bersama dengan instansi pemerintah yang terakreditasi.
3) Bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi yang independen.
Sebagai contoh :
a. pelatihan kepemimpinan/struktural/manajerial
b. seminar atau konferensi
c. workshop atau lokakarya;
d. kursus
e. penataran
f. coaching
Selain itu, khusus terkait PNS, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
2020 Pasal 203 ayat 3 dan 4 tentang Manajemen Pegawai negeri Sipil (PP Manajemen
PNS) “Setiap PNS memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk diikutsertakan dalam
pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan memperhatikan
hasil penilaian kinerja dan penilaian kompetensi PNS yang bersangkutan. (4) Pengembangan
kompetensi bagi setiap PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan paling sedikit 20
(dua puluh) jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun.
Dari segi profesi dokter juga mempunyai UU Praktik Kedokteran no.29/2004 pasal
28 yang mengatur mengenai peningkatan kompetensi dokter yang berbunyi “Setiap dokter
atau dokter gigi yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau
kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain
yang diakreditasi oleh organisasi profesi dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran atau kedokteran gigi” dan pasal 51 poin E,“ Dokter
atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban : menambah
ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi”

Selain itu seorang dokter juga wajib memperpanjang STR (Surat Tanda Registrasi)
sebagai tanda bahwa ia masih berwenang menjalankan profesinya sebagai dokter di
Indonesia. Dalam proses perpanjangan STR tersebut, seorang dokter harus mengumpulkan
sejumlah SKP (Satuan Kredit Profesi) yang merupakan bukti kesertaan dokter/dokter
spesialis yang diperoleh dari kegiatan yang bernilai pendidikan profesi. Kredit ini diberikan
baik untuk kegiatan yang bersifat klinis (berhubungan dengan layanan kedokteran langsung
maupun tak langsung) maupun non klinis (mengajar, meneliti, manajemen) dan pengabdian
profesi/masyarakat. Dan dari beberapa poin yang harus dilakukan untuk mengumpulkan SKP
salahsatunya dokter harus mengikuti seminar, konferensi atau membaca jurnal dimana hal hal
tersebut adalah salah satu usaha dalam meningkatkan kompetensi dari dokter.

PEMBAHASAN

Sebagai seorang calon PNS di instansi kesehatan pemerintah tepatnya di RSUD, saya
sangat mendukung akan regulasi tersebut. “Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk mengembangkan kompetensi antara lain melalui pendidikan dan pelatihan,
seminar, kursus, dan penataran yang harus dievaluasi oleh PyB dan digunakan sebagai salah
satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karier (Pasal 70 ayat (1),(2) dan
(3))” regulasi tersebut sangat membantu ASN untuk bisa berkembang lebih baik lagi,baik
dari segi ilmu maupun kemampuan, terlebih jika hal tersebut ternyata ditunjang dan didukung
oleh pemerintah. Di instansi saya sendiri saat ini memang sudah ada beberapa program rutin
sebagai media untuk mengembangkan ilmu atau mengulas ulang ilmu yang sudah ada.
Sebagai contoh adanya pelatihan tentang kegawat daruratan yang tidak hanya diperoleh
petugas medis tapi juga seluruh karyawan Rumah Sakit, kemudian adanya seminar atau yang
diadakan oleh beberapa dokter spesialis untuk memperbaharui ilmu tidak hanya untuk dokter
tapi juga untuk perawat dan bidan. Tidak hanya itu, adanya program tugas belajar untuk bisa
mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggipun bisa dilakukan. Hal hal tersebut sudah
sesuai dengan peraturan undang undang yang berlaku saat ini.
Harapan saya saat ini mengenai pengembangan kompetensi untuk para ASN adalah agar
kegiatan kegiatan tersebut lebih banyak lagi walaupun saat ini mungkin agak sulit karena
terbatas ruang pertemuan disebabkan pandemi Covid 19. Tapi untuk kedepannya mudah
mudahan kegiatan seperti pelatihan, seminar, diskusi dan lain lain akan lebih sering lagi agar
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil,
mengenai pengembangan kompetensi bagi setiap PNS dilakukan paling sedikit 20 JP dalam
satu tahun dapat terealisasi dengan baik. karena peningkatan kemampuan SDM sudah pasti
akan berdampak pada kualiatas instansi nantinya dan peningkatan kualitas instansi akan
berdampak pula pada peningkatan kualiatas pelayanan sehingga masyarakat bisa merasakan
dampak langsung dari peningkatan kualitas SDM dikarenakan program pengembangan
kompetensi yang berjalan dengan baik.
Sebagai dokter demi memenuhi UU Praktik Kedokteran no.29/2004 pasal 28 dan pasal 51
saya berharap bisa mengikuti beberapa pelatihan sebagai evaluasi dan pembaruan llmu yang
saya miliki seperti ACLS (Advance Cardiac Life Support) sebuah pelatihan kegawat
daruratan di bidang jantung dan pembuluh dara, ATLS (Advanced Trauma Life Support)
adalah salah satu nama pelatihan atau kursus tentang penanganan terhadap pasien korban
kecelakaan, Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak guna menambah ilmu di
bidang ilmu kesehatan anak dan harapan saya bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih
tinggi yaitu mengikuti program pendidikan spesialis kulit dan kelamin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang


Praktik Kedokteran. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116.
Jakarta (https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/uu292004.pdf)
2. Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6. Jakarta
(https://www.kemhan.go.id/ropeg/wp-content/uploads/2019/03/uu_5_2014-_asn.pdf)
3. Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 68.
Jakarta. (https://peraturan.go.id/common/dokumen/ln/2020/pp17-2020bt.pdf)
4. Indonesia. 2018. Salinan. Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai
Aparatur Sipil Negara. Jakarta.
(http://sister.lan.go.id/documents/625872/3789706/Peraturan+Lembaga+Administrasi
+Negara+Nomor+5+Tahun+2018+tentang+Pengembangan+Kompetensi+Pegawai+A
paratur+Sipil+Negara/64b1811c-475d-465e-b01c-6cee49f826b0)
5. Kolegium Dokter Indonesia. 2014. Petunjuk Teknis Program Pengembangan
Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) Bagi Dokter Edisi II. Jakarta.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. (http://idikabbekasi.org/wp-
content/uploads/2016/03/Juknis-P2KB-DPU.pdf)

Anda mungkin juga menyukai