Rachaelia Adrianawati - SAP Vaksin HPV
Rachaelia Adrianawati - SAP Vaksin HPV
Sasaran : Nn. I
Tujuan :
b. Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan pengetahuan Nn. I tentang HPV
2. Meningkatkan pengetahuan Nn. I tentang pemcegahan
dini HPV dengan vaksin HPV
3. Mendorong Nn. I agar senantiasa menyebarluaskan
pengetahuan tentang HPV dan vaksin HPV pada anggota
keluarga lain dan masyarakat sekitar sehingga tujuan
umum bisa tercapai
A. Definisi HPV
B. Penularan HPV
E. Vaksin HPV
Rencana Evaluasi :
Sumber :
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/mitra_prima/article/view/2
610/1618
Supratiwi, Agnes. (2010). Inveksi Human Papilloma Virus
(HPV) dan Pencegahannya pada Remaja dan Dewasa Muda,
JURNAL BIOLOGI PAPUA, 2 (2:: 81–88). Diperoleh dari
https://core.ac.uk/download/pdf/228786204.pdf
Pembimbing, Mahasiswa,
LEVEL DOKUMEN : BAGIAN :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA FORMULIR KODE:
JUDUL : Format Satuan Acara Penyuluhan TGL DIKELUARKAN :
AREA : STIKes Panti Rapih NO.REVISI :
Lampiran Materi
A. Definisi HPV
LEVEL DOKUMEN : BAGIAN :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA FORMULIR KODE:
JUDUL : Format Satuan Acara Penyuluhan TGL DIKELUARKAN :
AREA : STIKes Panti Rapih NO.REVISI :
Human papilloma virus (HPV) merupakan penyebab infeksi menular seksual (IMS) yang
paling banyak ditemukan di Amerika Serikat (Latifah, 2021).
B. Penularan HPV
Ketika HPV mencapai sel basal melalui mikro abrasi atau melalui sekret atau cairan pada
permukaan epitel skuamos atau mukosa epitelium yang dihasilkan selama aktivitas
seksual, akan timbul infeksi fulminan (Schiffman, 2003 dicitasi oleh Latifah, 2021).
Infeksi HPV dianggap hanya dapat ditularkan melalui hubungan seksual, namun HPV
dapat juga menginfeksi daerah anogenital (daerah sekitar anus dan genital). HPV juga
dapat ditularkan melalui kontak kulit (skin to skin contact), melalui jari-jari, pada waktu
melakukan masturbasi dan onani ataupun melalui alat bantu seksual (sex toys). Meskipun
penularan HPV terjadi melalui hubungan seksual, proses perkembangan dan kesembuhan
infeksi dipengaruhi oleh respon imun seseorang (Scott et al, 2001 dicitasi oleh Supratiwi,
2010). Faktor yang paling penting dalam proses perkembangan kanker serviks adalah
adanya infeksi HPV tipe risiko tinggi yang bersifat menetap.
C. Faktor risiko HPV
Remaja dengan imunitas seluler yang rendah mempunyai angka insiden infeksi HPV
yang tinggi dan membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh. Budaya merokok,
mengkonsumsi alkohol, mempunyai pasangan seksual (pria) yang tidak disunat
(uncircumcised), paritas tinggi (melahirkan lebih dari 3 kali), mempunyai riwayat
penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama, dan adanya infeksi HSV atau C.
Trachomatis juga termasuk faktor risiko terinfeksi HPV (Ley et al, 1991; Smith et al,
2004 dicitasi oleh Lutifah, 2021). Faktor resiko lain terinfeksi HPV adalah adanya
riwayat infeksi herpes simpleks virus (HSV) atau kutil genital (genital warts) sebelumnya
karena HSV menyebabkan terjadinya peradangan dan merusak lapisan epitel, sehingga
memudahkan HPV untuk mencapai sel epitel basal (Moscicki et al, 2001 dicitasi oleh
Lutifah, 2021). Usia juga merupakan faktor penting karena infeksi HPV banyak
ditemukan pada kelompok wanita yang seksual aktif namun berusia di bawah 25 tahun
(Weinstock et al, 2004 dicitasi oleh Lutifah, 2021). Meskipun faktor usia juga
berhubungan dengan kebiasaan atau perilaku seksual yang beresiko (seperti mempunyai
banyak pasangan seksual, tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan), ada juga
bukti lain yang menyatakan bahwa remaja dan wanita usia dewasa muda lebih rentan
LEVEL DOKUMEN : BAGIAN :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA FORMULIR KODE:
JUDUL : Format Satuan Acara Penyuluhan TGL DIKELUARKAN :
AREA : STIKes Panti Rapih NO.REVISI :
terhadap infeksi HPV dibandingkan wanita usia dewasa karena alasan biologis
(Supratiwi, 2010).
D. Pencegahan dan Penanganan HPV
Pada tahun 2003, American Cancer Society menyarankan sebaiknya seorang wanita
segera melakukan pemeriksaan serviks dalam waktu 3 tahun sejak pertama kali
melakukan hubungan seksual. Pemeriksaan dilakukan setiap tahun dengan tes sitologi
Papanicolaou test atau, lebih dikenal dengan, Pap smear. Apabila selama 3 tahun
berturut-turut, pemeriksaan Pap smear memberikan hasil normal, maka pemeriksaan rutin
selanjutnya dilakukan setiap 2 tahun. Pada usia 30 tahun, pemeriksaan serviks dapat
dilakukan setiap 2-3 tahun sekali dengan catatan tidak mempunyai faktor resiko
(misalnya imunosupresi) atau adanya riwayat abnormal pada hasil pemeriksaan Pap
smear sebelumnya. Selain Pap smear, pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan metode
sitologi, DNA HPV dan colposcopy (Saslow et al, 2002 dicitasi oleh Fitri, 2021).
E. Vaksin HPV
Vaksin HPV sudah mulai dapat diperoleh di pasaran, meskipun vaksin tersebut belum
termasuk dalam Program Imunisasi Nasional di Indonesia. Saat ini, dua jenis vaksin
HPV, kuadrivalen dan bivalen, telah dipasarkan. Keduanya dikembangkan dari partikel
serupa-virus-non-infeksius yang diciptakan melalui teknik DNA rekombinan. Vaksin
kuadrivalen mengandung partikel serupa-virus-non-infeksius untuk HPV tipe 6, 11, 16
dan 18, sedangkan vaksin bivalen memiliki target eksklusif, yaitu HPV tipe 16 dan 18.
Tiga dosis vaksin intramuskuler direkomendasikan selama periode 6 bulan, sedangkan
kebutuhan untuk dosis booster belum ditetapkan (WHO, 2009 dicitasi oleh Fitri, 2021).
Seperti juga vaksinasi yang umumnya diberikan pada bayi dan anak, vaksin HPV
berperan sebagai profilaksis dan harus diberikan sebelum terpapar virus HPV agar
imunitas yang dihasilkan dapat efektif. Program imunisasi HPV sebaiknya diprioritaskan
pada populasi target wanita berumur 9-13 tahun. Program-program tersebut harus
menjadi bagian strategi terkoordinasi yang mencakup pendidikan mengenai perilaku-
perilaku berisiko terinfeksi HPV (WHO, 2009 dicitasi oleh Fitri, 2021).
F. Jenis vaksin HPV
Menurut Novita, D., Nababan, T. & Paninsari, D. (2019) ada 3 jenis vaksin HPV, yaitu :
1. Vaksin HPV kuadrivalen (Gardasil)
LEVEL DOKUMEN : BAGIAN :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA FORMULIR KODE:
JUDUL : Format Satuan Acara Penyuluhan TGL DIKELUARKAN :
AREA : STIKes Panti Rapih NO.REVISI :
Untuk HPV tipe 6, 11, 16, dan 18. Vaksin gardasil® merupakan jenis vaksin HPV
kuadrivalen bentuk suspensi untuk injeksi dalam pre-filled syringe sebagai dosis
tunggal (0,5 ml) untuk mencegah infeksi HPV tipe 6,11,16, dan 18. Vaksin
Gardasil juga disebut Quadrivalent yang berfungsi untuk melindungi terhadap
empat jenis tipe HPV yaitu 6, 11, 16,dan 18. FDA telah menyetujui Gardasil
untuk digunakan pada perempuan untuk pencegahan kanker seviks, vulva dan
kanker vagina yang disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Selain pada wanita,
Vaksin ini juga di anjurkan untuk digunakan pada laki-laki untuk pencegahan
kanker dubur dan lesi prakanker dubur yang disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18.
Selain itu, Gardasil juga terbukti untuk pencegahan kutil kelamin yang
disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. Vaksin ini lebih efektif di berikan usia 9
sampai 26 tahun (Novita dkk., 2019)
2. Vaksin 9-valent (Gardasil 9)
Untuk tipe HPV yang sama dengan vaksin kuadrivalen (6, 11, 16, dan 18) serta
tipe 31, 33, 45, 52, dan 58. Vaksin Gardasil 9 ® merupakan jenis vaksin HPV 9-
valen bentuk suspensi untuk injeksi dalam pre-filled syringe sebagai dosis tunggal
(0,5 ml) untuk mencegah infeksi HPV tipe 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58.
Dikembangkan dari pendahulunya yang memiliki 4 valensi, vaksin HPV 9 valen
dibuat dari partikel mirip virus. melindungi dari strain 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45,
52, dan 58, untuk pria dan wanita antara usia 9 dan 45 tahun (Novita dkk., 2019.
3. Vaksin bivalen (Cervarix)
Untuk HPV tipe 16 dan 18. Vaksin cervarix® merupakan jenis vaksin HPV
bivalen bentuk suspensi untuk injeksi dalam pre-filled syringe sebagai dosis
tunggal (0,5 ml) yang digunakan untuk mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18.
Cervarix Injeksi adalah vaksin yang mempunyai kandungan Strain 16 dan 18
virus HPV. Cervarix diindikasikan pada wanita dari usia 9 hingga 25 tahun untuk
pencegahan infeksi persisten, lesi serviks premaligna dan kanker serviks
(squamous cellcarcinoma dan adenocarcinoma) yang disebabkan oleh oncogenic
Human Papillomavirus (HPV) tipe 16, dan 18 (Novita dkk., 2019).
G. Waktu Pelaksanaan Vaksin HPV
Di Indonesia, vaksin HPV sudah mulai bisa diberikan kepada anak perempuan yang
berusia 9 tahun hingga perempuan dewasa berusia 55 tahun. Waktu pemberian yang
LEVEL DOKUMEN : BAGIAN :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA FORMULIR KODE:
JUDUL : Format Satuan Acara Penyuluhan TGL DIKELUARKAN :
AREA : STIKes Panti Rapih NO.REVISI :
paling disarankan adalah saat usia 9-26 tahun atau yang belum aktif berhubungan
seksual. Untuk laki-laki, pemberian vaksin HPV disarankan mulai diberikan pada usia
19–26 tahun. Vaksin HPV direkomendasikan untuk rutin diberikan pada remaja usia 11-
12 tahun, dapat dimulai sejak usia 9 tahun. Apabila vaksin HPV bivalen, kuadrivalen,
atau 9-valen terlewatkan saat usia tersebut, vaksin HPV tetap direkomendasikan pada
usia 13-26 tahun bagi wanita dan usia 13-21 tahun bagi pria. Menurut Tilong (2012) yang
dicitasi oleh Novita (2021) menyatakan bahwa Imunisasi Vaksin Human Papilloma Virus
(HPV) sebaiknya dipakai pada orang-orang yang belum aktif secara seksual.
H. Efek Samping Vaksin HPV
Menurut Novita dkk (2021) ada beberapa efek samping yang ditimbulkan antara lain:
1. Nyeri, bengkak, gatal, atau kemerahan di area bekas suntikan
2. Sakit kepala
3. Muala dan muntah
4. Nyeri otot dan muntah
5. Rasa lelah
6. Demam
7. Pusing samapai dengan pingsan (jarang terjadi)
I. Kontraindikasi Vaksin HPV
Penggunaan vaksin HPV bersama dengan antikoagulan dapat meningkatkan risiko
terjadinya perdarahan. Selain itu, penurunan respons imun dapat terjadi jika vaksin HPV
digunakan bersama obat-obatan untuk kemoterapi, radioterapi, atau kortikosteroid
dengan dosis tinggi (Novita dkk., 2021).
Referensi
Boy, S., Alex, M.L. & Tengku, M.F. (2021). HUBUNGAN INFEKSI HUMAN PAPILLOMA
VIRUS (HPV) DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS, Jurnal Kedokteran
Methodist, 14 (2). Diperoleh dari
https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/jkm/issue/view/65
Fitrah, S.N. & Girah, N.P. (2021). SOSIALISASI KESEHATAN TENTANG PENTINGNYA
VAKSINASI HPV UNTUK PENCEGAHAN CA CERVIKS DI SMA BUDI UTOMO
LEVEL DOKUMEN : BAGIAN :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA FORMULIR KODE:
JUDUL : Format Satuan Acara Penyuluhan TGL DIKELUARKAN :
AREA : STIKes Panti Rapih NO.REVISI :
Fitri, E.A., Yuniarti, M., Jumrotul, I.J., Hasanah, M., Sulastri, Qurniasih, N. & Anggista, N.P.
(2021). PROMOSI KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN KANKER SERVIKS
MELALUI PEMANFAATAN MEDIA ONLINE HEALTH PROMOTION OF
CERVICAL CANCER PREVENTION USING ONLINE MEDIA, Jurnal Kreativitas
Pengabdian Kepada Masyarakat, 5 (1:155-160). DOI:
https://doi.org/10.33024/jkpm.v1i1.5390
Latifah, E.N. (2021). Imunisasi MR, Publish Buku UNPRI Press ISBN, 1 (1). Diperoleh dari
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/ISBN/article/view/2312
Novita, D., Nababan, T. & Paninsari, D. (2019). PENYULUHAN VAKSIN HPV PENCEGAH
KANKER SERVIKS SEDINI MUNGKIN, Jurnal Mitra Prima, 3 (1). Diperoleh dari
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/mitra_prima/article/view/2610/1618
Supratiwi, Agnes. (2010). Inveksi Human Papilloma Virus (HPV) dan Pencegahannya pada
Remaja dan Dewasa Muda, JURNAL BIOLOGI PAPUA, 2 (2:: 81–88). Diperoleh dari
https://core.ac.uk/download/pdf/228786204.pdf
Lampiran Poster
LEVEL DOKUMEN : BAGIAN :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA FORMULIR KODE:
JUDUL : Format Satuan Acara Penyuluhan TGL DIKELUARKAN :
AREA : STIKes Panti Rapih NO.REVISI :