Anda di halaman 1dari 3

WOC ASFIKSIA NEONATORUM

FAIZA JIHAN FIKRIYAH


NPM. 20210940100193

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2022
WOC
ASFIKSIA NEONATORUM
FAKTOR MATERNAL
Definisi:  Hipoksia
FAKTOR PLASENTA DAN FAKTOR UTERUS FAKTOR JANIN
Menurut WHO, Asfiksia TALI PUSAT  Gangguan  Presentasi abnormal
 Anemia maternal
 Solusio plasenta vaskular  Infeksi
Neonatorum adalah  Penyakit paru
 Kompresi tali pusat  Aktivitas  Anemia janin
kegagalan bernafas secara  Malnutrisi
 Simpul mati, lilitan tali kontraksi  Perdarahan
 Asidosis dan dehidrasi
spontan dan teratur segera  Hipoventilasi
pusat memanjang/  Trauma persalinan
setelah lahir (Depkes RI,  Hilangnya Jelly hiperaktivitas  Stenosis saluran napas
Wharton
2008:6)

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Tindakan umum  PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan Aliran darah menuju plasenta berkurang
1) Pengawasan suhu status parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia
2) Pembersihan jalan nafas bermakna.
3) Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan  Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan
b. Tindakan khusus Ht 43%-61%.
1) Asfiksia berat (nilai apgar 0-3)  Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan Transport O2 & nutrisi janin tidak cukup
Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dilakukan yaitu adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah
dengan : merah, menunjukkan kondisi hemolitik.
 Memberikan O secara langsung dan berulang atau dengan
2
melakukan intubasi endotracheal dan O2 dimasukkan dengan MANISFESTASI KLINIS ASFIKSIA Pembuangan CO2 terganggu
tekanan tidak lebih dari 30 ml. 1. Pada Kehamilan

Memberikan natrikus bikarbonat dengan (2-4 mEQ/kg BB) Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau

Masase jantung kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya

Memberikan obat-obatan 1/10.000 andrelin dengan dosis pengeluaran mekonium. Metabolisme anaerob
0,5- 1 cc dan kalsium glukonat 50-100 mm/kg BB secara  Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai
intravena asfiksia.
2) Asfiksia sedang (Nilai Apgar 4-6)  Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin
Dilakukan rangsangan untuk menimbulkan reflek pernafasan sedang asfiksia Timbunan asam laktat dan piruvat
dengan :  Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin

Melakukan rangsangan 30-60 detik setelah penilaian APGAR dalam gawat
1 menit. 2. Pada bayi setelah lahir

Melakukan nafas buatan dengan memasukkan pipa ke dalam Bayi pucat dan kebiru-biruan, Usaha bernafas minimal atau
hidung, O2 dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter/menit. tidak ada, Hipoksia, Asidosis metabolik atau respiratori,
Asidosis

Melakukan pernafasan mulut ke mulut Perubahan fungsi jantung, Kegagalan sistem multiorgan,
Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada
gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis
kurang baik/ tidak menangis.
ASFIKSIA
KOMPLIKASI ASFIKSIA
 Edema otak & Perdarahan otak
 Anuria atau oliguria
 Kejang Janin kekurangan O2 dan kadar
 Koma CO2 meningkat
 Obstruksi usus yang fungsional
 Komplikasi akibat resusitasinya
sendiri (pneumothorak) Suplai O2 dalam darah ↓ Rangsangan
Pernapasan n. vagus
cepat Suplai O2 ke paru ↓
INTERVENSI
a. Buka jalan nafas RESIKO HIPOTERMI
Kerusakan otak
b. Posisikan bayi POLA NAPAS Apneu
DJJ lambat
TIDAK EFEKTIF
c. Auskultasi suara nafas
d. Keluarkan lender dengar suction
DJJ dan TD ↓ Kematian bayi
RESIKO CEDERA
e. Monitor adanya cuping hidung n. vagus tidak
f. Monitor respirasi dapat
Janin tidak INTERVENSI mengkompensasi
g. Berikan O2 sesuai indikasi
bereaksi terhadap lagi
h. Pertahankan kepatenan jalan a. Cuci tangan sebelum dan
rangsangan
nafas dengan suction sesudah kontak dengan pasien

i. Kolaborasi dengan untuk b. Pakai sarung tangan steril Rangsangan n.


PERUBAHAN
pemeriksaan AGD dan terapi PROSES c. Ajarkan keluarga tentang simpatikus
KELUARGA tanda dan gejala infeksi
INTERVENSI Asidosis DJJ↑, Irreguler
Gangguan d. Bebaskan dari cidera dan
a. Kaji bunyi paru, frekuensi, respiratorik dan
metabolisme asam komplikasi menghilang
kedalaman pernafasan dan produksi GANGGUAN basa Paru-paru terisi
sputum PERTUKARAN GAS Gangguan
RESIKO INFEKSI cairan
perfusi
b. Pantau saturasi O2 dengan oksimetri Janin
ventilasi
c. Pantau keadaan dan keluhan pasien mengadakan
BERSIHAN JALAN pernapasan
d. Pantau vital sign
NAPAS TIDAK intrauterin
EFEKTIF
INTERVENSI INTERVENSI INTERVENSI INTERVENSI
PERUBAHAN PROSES KELUARGA RESIKO INFEKSI WOC BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK RISIKO
a. Tentukan proses tipe keluarga
b. Identifikasi efek pertukaran peran
ASFIKSIA
a. Cuci NE
tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan bayi
NATORUM
EFEKTIF
a. Bersihkan jalan nafas
HIPOTERMI
a. Hangatkan bayi
dalam anggota keluarga b. Lakukan tehnik aseptic dan b. Auskultasi suara nafas b. Monitor gejala hipotermi
c. Bantu anggota keluarga antiseptic dalam pemberian askep c. Berikan O2 baik nasal atau dengan atau hipertermi
menggunakan metode support c. Lakukan perawatan tali pusat headbox c. Monitor vital sign
yang ada d. Jaga kebersihan badan dan d. Monitor status O2 d. Monitor
d. Bantu anggota kelaurga untuk lingkungan bayi e. Monitor respirasi adanya bradikardi
merencanakan strategi yang e. Observasi tanda infeksi f. Lakukan fisioterapi dada e. Monitor pernafasn
f. Hindarkan bayi kontak dengan g. Posisikan bayi untuk f. Kaji warna kulit dan
yang sakit memaksimalkan ventilasi gejala sianosis
h. Kalaborasi dengan tim medis untuk
pemberian obat

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta :EGC


Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta :EGC
Santosa, B.(2006). Panduan Diagnosa NANDA 2005-2006: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC
Straight, B. (2004). Keperawatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :EGC
Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Wilkinson, J.M. (2002). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai