Anda di halaman 1dari 5

URGENSI PANCASILA MENGATASI DISKRIMINASI:

DALAM PENDEKATAN DISKRIMINASI FISIK DAN RUPA GENERASI Z

Dosen Pengampu: Dr. Hastangka, M.Phill

Disusun oleh:
Ayuni Nanda Utami (03.05.21.0180)

Program Studi Agribisnis Hortikultura


Jurusan Pertanian
Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Tahun Ajaran 2021/2022
I. PENDAHULUAN

Sadar atau tidak, dewasa kini kebanyakan orang memandang dan menilai orang dengan
pertama kali melihat tampilan fisiknya, terutama bagian rupa. Mau dibantah seperti apa pun,
hal tersebut memang benar adanya dan benar-benar terjadi. Hal tersebut terutama terjadi pada
generasi saat ini, generasi z. Kebanyakan pula dari mereka memilih teman atas dasar fisik dan
penampilan yang bagus. Mereka membentuk sekelompok orang yang berpenampilan fisik
bagus dan rupa yang menawan dengan mengabaikan dan tak acuh kepada mereka yang
berpenampilan biasa-biasa saja. Dan parahnya, ini tidak hanya terjadi antar teman saja,
problematika seperti ini pun terjadi antar tenaga pendidik dengan muridnya. Kini tak sedikit
tenaga pendidik yang memberikan perlakuan khusus kepada mereka yang memiliki tampilan
fisik dan rupa yang bagus atau disebut dengan good looking. Hal tersebut seolah-olah
mendiskriminasikan bagi mereka yang kurang bagus dalam segi fisik dan rupa, atau dikatakan
tidak good looking. Miris. Pernah disebutkan dalam sebuah artikel yang menceritakan
mengenai kehidupan si penulis di masa sekolahnya. Sang penulis menceritakan bahwa dia
menjadi salah satu siswa yang berprestasi dan sering mendapat penghargaan berupa piala dan
sejenisnya, tetapi dia memiliki penampilan yang biasa saja dari segi fisiknya. Kemudian,
ketika ada suatu event di sekolahannya tersebut, meski dia adalah salah satu siswa berprestasi,
dia tetap kalah dengan mereka yang menyandang gelar good looking. Guru-guru tetap
memilih mereka yang good looking dalam event tersebut dan parahnya mereka yang good
looking itulah yang memegang piala sang penulis artikel tanpa memperdulikan sang pemilik.
Dari situ pun sudah terlihat, bahwa sekarang pendidikan dan prestasi pun akan kalah dengan
orang-orang yang menyandang gelar good looking. Dan dari situ pula, diskriminasi fisik
sangatlah terlihat jelas. Diskriminasi sendiri menurut Watson (1984) menyatakan bahwa
diskriminasi adalah perlakuan negatif terhadap kelompok tertentu. Sedangkan Brigham pada
tahun 1991 menyatakan bahwa diskriminasi adalah perlakuan secara berbeda karena
keanggotaannya dalam suatu kelompok etnic tertentu.

Pancasila sebagai dasar negara sangat menentang adanya perlakuan membedakan


secara sengaja terhadap golongan-golongan atau diskriminasi dalam kehidupan. Makna yang
terkandung di tiap sila Pancasila tentu saja menepis masalah diskriminasi yang seringkali
menggambarkan secara implisit tentang makna penjajahan yang diperangi melalui konsep
hidup dalam keberagaman. Namun, kondisi saat ini sangatlah bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila tersebut.
II. PEMBAHASAN

2.1 Diskriminasi Fisik dan Rupa yang Terjadi Pada Generasi Z


Entah mengapa, di masa sekarang, sering kali terjadi diskriminasi fisik pada
kebanyakan orang. Baik dilakukan sengaja atau tidak, disadari atau tidak, hal itu telah terjadi
di saat ini, tentunya pada generasi z. Mungkin dikriminasi fisik ini tidak hanya terjadi pada
generasi z saja, bisa jadi kejadian ini telah terjadi pada generasi-generasi sebelumnya. Akan
tetapi, diskriminasi fisik serta rupa ini sangatlah terlihat jelas pada generasi z. Apa
penyebabnya? Bisa jadi karena pola pikir dan pergaulan. Sebelumnya, perlu kita ketahui,
generasi Z adalah generasi yang lahir sekitar tahun 1997 hingga tahun 2000-an. Dilansir dari
BBC, generasi Z adalah generasi yang masih muda dan tidak pernah mengenal kehidupan
tanpa teknologi sehingga terkadang disebut sebagai i-gen. Nah dari situ kita dapat ketahui,
bahwa generasi z tidak dapat terlepas dengan adanya teknologi. Teknologi-teknologi yang
modern ini sangat mempermudah mereka dalam melakukan kegiatan dan mengakses
informasi. Dari situ, karena mereka mendapat akses mudah untuk mendapat informasi, salah
satunya informasi dari budaya luar, maka siap atau tidak, mereka akan mendapat pengaruh
dari budaya luar, baik dari segi gaya berpakaian, penampilan, dan sebagainya. Dengan akses
mudah tersebut, intensitas mereka dalam mendapat informasi seputar gaya hidup pun akan
semakin meningkat. Dan pada akhirnya, hal itu akan membuka pola pikir mereka untuk selalu
mengutamakan penampilan dalam kehidupannya. Salah satunya dalam menilai dan
memperlakukan seseorang. Mereka akan menilai, orang-orang yang berpenampilan (secara
fisik dan rupa) bagus lebih utama daripada orang yang memiliki attiitude bagus namun
penampilannya (fisik dan rupa) biasa saja.
Pada tahun 2020, terdapat suatu penyelewengan pada sila kelima dalam Pancasila.
Penyelewengan tersebut berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh warga good looking”.
Penyelewengan itu tidak akan terjadi apabila tidak ada kasus yang selalu mengutamakan
orang-orang yang berpenampilan (fisik dan rupa) yang bagus. Negara kita tercinta ini
memang sedang tidak baik-baik saja. Tidak baik-baik saja dalam artian bahwa kaum
penyandang gelar good looking, atau bagus secara fisik dan rupa, selalu diprioritaskan. Sangat
terlihat di negara kita ini, gap antara warga good looking dan warga yang tidak good looking.
Bahkan, dalam dunia pendidikan pun, percaya atau tidak percaya, people who have beautiful
privilege atau good looking lah yang diutamakan. Lalu dimana letak diskriminasinya?
Bukankah mereka hanya mengutamakan warga good looking? Bukan mendiskriminasikan
warga non good looking? Ya, sekilas memang seperti tidak terjadi diskriminasi bagi orang
yang tidak sadar. Padahal kejadian tersebut, apabila dikaji lebih dalam kasus atau kejadian
tersebut merupakan sebuah tindakan diskriminasi, ke-tidak adilan, serta ke-tidak adanya
persatuan.
2.2 Urgensi Pancasila dalam Mengatasi Diskriminasi Fisik
Pancasila merupakan Dasar Negara bangsa Indonesia. Dimana proses pembuatan
Pancasila bersumber pada pemikiran-pemikiran tokoh bangsa Indonesia. Berlandaskan
budaya bangsa Indonesia, sifat dan corak masyarakatnya serta tradisi-tradisi yang ada pada
Negara Indonesia. Para tokoh tersebut tidak asal dalam merumuskan Dasar Negara. Mereka
membutuhkan waktu berpikir yang matang untuk mendapatkan Dasar Negara yang bisa
diakui dan diterapkan di Negara Indonesia. Pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila perlu
untuk ditekankan kembali ke masyarakat. Karena sejatinya, kelima sila dalam Pancasila
sangat bertentangan dengan diskriminasi. Terutama sila ketiga dan sila kelima. Sila ketiga
yaitu Persatuan Indonesia. Sila ketiga ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia selalu
menjunjung tinggi nilai persatuan walaupun berbeda agama, ras, suku, bahasa dan sebagainya.
Itu artinya, pada sila ketiga ini, secara tersirat, menentang adanya diskriminasi. Kemudian sila
kelima. Sila kelima menunjukkan bahwa bangsa Indonesia selalu menjunjung keadilan bagi
siapa pun tanpa pandang bulu. Dapat digaris bawahi pada bagian tanpa pandang bulu. Itu
artinya tidak ada perbedaan pada tiap warga untuk dapat mendapatkan keadilan.
Mari kita menginat kembali, pada awal kemerdekaan, berdirinya negara Indonesia tidak
didasarkan karena kesamaan etnis, suku, agama, bahasa, budaya, kedaerahan maupun fisik.
Akan tetapi berdirinya negara Indonesia karena sebagaimana tercantum dalam pembukaan
UUD NRI 1945-adanya keinginan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa dalam sebuah
negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Hal itu juga diperkuat dalam
Lambang negara Burung Garuda Pancasila dengan semboyannya Bhinneka Tunggal lka yang
berarti berbeda beda tetapi tetap dalam satu kesatuan juga. Keragaman etnis, suku, agama,
bahasa, budaya, fisik, dan lainnya bukan alasan untuk kita berpecah belah sebagai sebuah
bangsa dan saling mendiskriminasikan satu sama lain. Perbedaan dan keragaman merupakan
sebuah khazanah kekayaan bangsa yang bisa menjadi potensi atau kekuatan, bukan malah
menjadi kendala dan penghambat terhadap persatuan dan kesatuan. Disinilah urgensinya kita
sebagai sebuah bangsa mengelola sebuah keragaman dalam semangat persatuan (unity in
diversity).
Maka dari itu, dalam usaha menyingkirkan tindakan diskriminasi yang mengarah pada
tindakan ke-tidak adilan dan ke-tidak adanya persatuan, masyarakat harus menghayati urgensi
Pancasila sebagai landasan ideologi bangsa. Karena pada dasarnya, apabila setiap warga
mampu mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka kehidupan akan
berjalan dengan baik, tanpa adanya tindakan diskriminasi, sehingga terbentuklah karakter
bangsa Indonesia, yang sesuai dengan cita-cita bangsa. Nilai nilai Pancasila dan UUD NRI
1945 yang diyakini kebenarannya, dihayati dan diamalkan oleh warga negara Indonesia
dalam perilaku kehidupan sosial sehari hari, bisa menjadi kekuatan efektif untuk menolak dan
menangkal potensi munculnya tindakan diskriminasi.
III. SIMPULAN

Di masa sekarang, atau generasi z, sering terjadi adanya tindakan diskriminasi fisik dan rupa
terhadap satu sama lain. Biasanya mereka akan memperlakukan orang yang memiliki
penampilan fisik dan rupa yang bagus lebih istimewa daripada mereka yang berpenampilan
fisik dan rupa biasa saja. Mereka akan menilai orang pertama kali dengan melihat
penampilannya dan akan mengabaikan mereka yang berpenampilan biasa saja. Mungkin
memang sulit untuk mengatasi diskriminasi fisik dan rupa tersebut saat ini. Namun terdapat
salah satu cara untuk dapat mengurangi adanya tindakan diskriminasi fisik dan rupa tersebut,
yaitu dengan cara memahami, menghayati, dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Karena sejatinya, setiap nilai dalam Pancasila sangatlah bertentangan
dengan tindakan diskriminasi. Maka dari itu, sangat penting bagi masyarakat untuk lebih
memahami dan menghayati urgensi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Octavian, W. A. (2018). Urgensi Memahami dan Mengimplementasikan Nilai-Nilai Pancasila
dalam Kehidupan Sehari-hari Sebagai Sebuah Bangsa. Jurnal Bhinneka Tunggal
Ika, 5(2), 125.
Septianingsih, A. (2020). Pentingnya Menerapkan Nilai-Nilai Pancasila Di Lingkungan
Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai