Anda di halaman 1dari 30

01

Otonomi Daerah
Muhammad Raihan Sinaga
X IPA 2/17
DESENTRALISASI
Pengertian desentralisasi menurut para pakar, antara lain sebagai berikut.

a. Jha Mathur (2012). Desentralisasi adalah pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat dengan cara dekonsentrasi pendelegasian kantor wilayah atau dengan
devolusi kepada pejabat daerah atau badan-badan daerah.

b. Sills (2012). Desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintah yang lebih rendah, baik yang menyangkut
bidang legislatif, yudikatif, atau administratif.

c. Salusu (2012). Desentralisasi ialah kewenangan yang relatif besar terutama dalam membuat keputusan-keputusan penting yang didelegasikan secara luas ke tingkat
bawah dari organisasi melalui mata rantai komando.

d. Soejipto (2012). Desentralisasi adalah pelimpahan kewenangan pemerintah kepada pihak lain untuk dilaksanakan. Soejito juga mengatakan bahwa desentralisasi
sebagai suatu sistem yang dipakai dalam bidang pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi.

e. United Nations (2012). Desentralisasi adalah proses kewenangan yang diserahkan pusat kepada daerah. Proses tersebut melalui dua cara yaitu dengan delegasi kepada
pejabat- pejabatnya di daerah atau dengan devolution kepada badan-badan otonomi daerah. Dalam definisi desentralisasi yang diungkapkan oleh United Nations tidak
dijelaskan isi dan keluasan kewenangan serta konsekuensi penyerahan kewenangan itu bagi badan-badan otonomi daerah.

f. Mochtar Koesoemaatmadja (2012) mengatakan bahwa pada umumnya terdapat dua bentuk desentralisasi, yaitu dekonsentrasi dan desentralisasi ketatanegaraan atau
desentralisasi politik.

1) Dekonsentrasi adalah pelimpahan kekuasaan dari alat perlengkapan negara tingkat lebih atas kepada bawahannya untuk melancarkan pelaksanaan tugas pemerintah.

2) Desentralisasi ketatanegaraan atau desentralisasi politik adalah pelimpahan kekuasaan perundangan dan pemerintahan kepada daerah-daerah otonom di dalam
lingkungannya. Di dalam desentralisasi politik ini, rakyat dengan mempergunakan perwakilannya ikut serta dalam pemerintahan. Desentralisasi ketatanegaraan ini dibagi
lagi menjadi dua bentuk, yaitu:
a) Desentralisasi teritorial adalah pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah masing-masing (otonom).

b) Desentralisasi fungsional adalah pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus sesuatu atau beberapa kepentingan tertentu.
KELEBIHAN
DESENTRALISASI
l. Mampu memenuhi tujuan politis, yaitu melaksanakan demokratisasi
dalam pengelolaan pendidikan;
m. Mampu membangun partisipasi masyarakat sehingga melahirkan Kelebihan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.
pendidikan yang relevan, karena pendidikan benar-benar dari, oleh, a. Dapat melahirkan sosok manusia yang memiliki kebebasan berpikir;
dan untuk masyarakat; b. Mampu memecahkan masalah secara mandiri, bekerja dan hidup
n. Mampu menyelenggarakan pendidikan secara memfasilitasi proses dalam kelompok kreatif penuh inisiatif dan impati;
belajar mengajar yang kondusif, yang pada gilirannya akan c. Memiliki keterampilan interpersonal yang memadai;
meningkatkan kualitas belajar siswa; d. Mendorong terjadinya partisipasi dari bawah secara lebih luas;
o. Memperkuat kongruensi ini, di mana Indonesia dibangun secara e. Mengakomodasi terwujudnya prinsip demokrasi;
kokoh dari kemajemukan daerah dan suku-bangsanya; f. Mengurangi biaya akibat alur birokrasi yang panjang sehingga dapat
p. Membuat pembangunan daerah lebih baik, rakyatnya lebih meningkatkan efisiensi;
sejahtera, dan karena itu kemudian g. Memberi peluang untuk memanfaatkan potensi daerah secara
diharapkan akan semakin memperkuat negara dan bangsa Indonesia optimal;
itu sendiri; h. Mengakomodasi kepentingan politik;
q. Mencegah separatisme, dan karena itu sukses otonomi daerah pada i. Mendorong peningkatan kualitas produk yang lebih kompetitif;
gilirannya diharapkan memperkuat negara dan bangsa Indonesia; j. Keputusan dan kebijakan yang ada di daerah dapat diputuskan di
r. Memperkuat demokrasi itu sendiri; daerah tanpa campur tangan pemerintah pusat;
s. Memperkuat persatuan dan kesatuan, karena Indonesia pada hari ini k. Mendekatkan proses pendidikan kepada rakyat sebagai pemilik
memiliki jumlah penduduk terbesar nomor empat di dunia; pendidikan itu sendiri. Rakyat harus berpartisipasi di dalam
t. Menghargai kearifan lokal atau variasi lokal terbukti penduduk pembentukan social capital tersebut;
Indonesia yang multikultural.
KELEMAHAN
DESENTRALISASI n. Penggunaan otoritas masyarakat yang belum tentu memahami sepenuhnya
permasalahan dan pengelolaan pendidikan yang pada akhirnya akan menurunkan
Adapun kelemahan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.
mutu pendidikan;
a. Wewenang itu hanya menguntungkan pihak tertentu atau golongan serta
o. Kesenjangan sumber daya pendidikan yang tajam dikarenakan perbedaan
dipergunakan untuk mengeruk keuntungan para oknum atau pribadi;
potensi daerah yang berbeda-beda. Mengakibatkan kesenjangan mutu pendidikan
b. Sulit dikontrol oleh pemerinah pusat;
serta melahirkan kecemburuan sosial;
c. Masa transisi dari sistem sentralisasi ke desentralisasi memungkinkan
p. Permasalahan keterlambatan diterbitkanya Peraturan Pemerintah tentang
terjadinya perubahan secara gradual dan tidak memadai serta jadwal pelak-
pembagian urusan;
sanaan yang tergesa-gesa;
q. Pemerintah enggan dalam mendelegasikan kewenangan kepada daerah, hal ini
d. Kurang jelasnya pembatasan rinci kewenangan antara pemerintah pusat,
terlihat dari masih adanya balai pelaksanaan teknis pusat di daerah yang dibentuk
provinsi, dan daerah;
oleh departemen teknis, pelaksanaan pembiayaanya bersumber dari pusat yang
e. Kemampuan keuangan daerah yang terbatas;
konsekuensi berkurangnya inovasi dan kreatifitas di daerah dalam melaksanakan
f. Sumber daya manusia yang belum memadai;
kewenanganya;
g. Kapasitas manajemen daerah yang belum memadai;
r. Sistem hukum dan pembuktian terbalik masih absurd atau kabur sehingga
h. Restrukturisasi kelembagaan daerah yang belum matang;
muncul keraguan satuan kerja dalam melaksanakan program atau kegiatan di
i. Pemerintah pusat secara psikologis kurang siap untuk kehilangan otoritasnya;
daerah;
j. Meningkatnya kesenjangan anggaran pendidikan antara daerah, antarsekolah
s. Belum optimalnya pengelolahan sumber daya yang berakibat pada rendahnya
antarindividu warga masyarakat;
PAD, hal ini berimplikasi pada rendahnya Rasio PAD terhadap APBD;
k. Keterbatasan kemampuan keuangan daerah dan masyarakat (orangtua)
t. Belum optimalnya penerapan sanksi dan penghargaan bagi sumber daya
menjadikan jumlah anggaran belanja sekolah akan menurun dari waktu
manusia aparatur di daerah;
sebelumnya, sehingga akan menurunkan motivasi dan kreatifitas tenaga
u. Pemekaran ego bagaimana berbagi-bagi kekuasaan atau orang mendapat bagian
kependidikan di sekolah untuk melakukan pembaruan;
kekuasaan di daerah mencoba memekarkan daerah yang akan menghabiskan
l. Biaya administrasi di sekolah meningkat karena prioritas anggaran
APBN negara;
dialokasikan untuk menutup biaya administrasi, dan sisanya baru
v. Korupsi pemindahan ladang korupsi dari pusat ke daerah;
didistribusikan ke sekolah;
w. Konflik vertikal dan horizontal, misalnya dalam pelaksanaan pemilukada;
m. Kebijakan pemerintah daerah yang tidak memperioritaskan pendidikan,
x. Munculnya pemilihan kepala daerah langsung yang banyak menghabiskan dana
secara kumulatif berpotensi akan menurunkan pendidikan;
dan rawan konflik. Ongkos yang dibayar untuk pemilihan kepala daerah (ongkos
demokrasi) sangat mahal di Indonesia adalah konsekuensi pelaksanaan otonomi
daerah.
Otonomi secara etimologi berasal dari kata “autos” yang berarti sendiri, dan
“nomos” yang berarti aturan. Jadi, otonomi dapat diartikan sebagai mengatur
atau memerintah sendiri. Selain itu, otonomi pun dapat diartikan sebagai
“kebebasan atau kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan”. Artinya, kebebasan
tersebut merupakan wujud pemberian kesempatan yang harus
dipertanggungjawabkan.

Prinsip yang harus dipegang dalam pelaksanaan otonomi adalah mengatur dan
HAKIKAT menyelenggarakan pemerintahan sendiri, baik dari segi keuangan, hukum,
maupun kepentingan khusus daerah. Wujud pemberian kesempatan bagi
OTONOMI pemerintah daerah, harus dipertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat dan
DAERAH masyarakat di daerahnya. Dengan kata lain, otonomi daerah merupakan
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tujuan pemberian otonomi kepada daerah berorientasi kepada pembangunan


dalam arti luas, yang meliputi semua kehidupan dan penghidupan. Dengan kata
lain, otonomi daerah merupakan cara untuk melaksanakan pembangunan dengan
sungguh-sungguh sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa otonomi daerah adalah
sebagai berikut.

a. Perwujudan fungsi dan peran negara modern yang lebih menekankan pada upaya
memajukan kesejahteraan umum. Peran demikian membawa konsekuensi pada semakin
luasnya campur tangan negara dalam mengatur dan mengurus aktivitas warga negara
demi pencapaian tujuan negara. Faktor-faktor kemajemukan (heterogenitas) masyarakat
Indonesia, baik dari segi territorial, suku, golongan atau agama, membawa konsekuensi
pada kompleksnya persoalan-persoalan kemasyarakatan yang harus dipecahkan oleh
negara. Kenyataan ini, mendorong negara untuk membuka jalur partisipasi masyarakat
guna ikut serta memikirkan dan menyelesaikan persoalan- persoalan tersebut. Salah
satunya yaitu dengan memberikan kesempatan kepada satuan pemerintahan teritorial
yang terdekat dengan rakyat atau pemerintah daerah (local government) untuk terlibat
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

b. Hadirnya otonomi daerah dapat pula didekati dari sudut pandang politik. Artinya,
negara sebagai organisasi kekuasaan, di dalamnya terdapat lingkungan-lingkungan
kekuasaan, baik pada tingkat suprastruktur (pemerintah) maupun infrastuktur (lembaga
masyarakat). Pemencaran kekuasaan negara dalam rangka untuk penyelenggaraan
pemerintahan tersebut dilakukan dengan membentuk satuan-satuan teritorial yang lebih
kecil dan dekat dengan rakyat. Satuan teritorial dikenal dengan sebutan daerah-daerah
besar dan kecil sebagaimana tercantum dalam Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945 dan dalam
UU No. 23 Tahun 2014 yang dikenal dengan sebutan daerah, baik provinsi maupun
kabupaten/kota.

c. Dari perspektif manajemen pemerintahan negara modern, kewenangan yang diberikan


kepada daerah berupa keleluasaan dan kemandirian untuk mengatur serta mengurus
urusan pemerintahannya merupakan perwujudan dari adanya tuntutan untuk menjalankan
tugas dengan baik demi mewujudkan kesejahteraan umum.
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014, Asas Pemerintahan
Daerah yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut.
ASAS PEMERINTAHAN
1) Asas Sentralisasi adalah asas yang menyatakan bahwa
DAERAH
penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada pemerintah
pusat. Daerah tidak mempunyai wewenang untuk
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.

2) Asas Desentralisasi adalah asas yang menyatakan


penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah
pusat, atau pemerintah daerah yang lebih tinggi kepada
pemerintah daerah yang lebih rendah tingkatannya sehingga
menjadi urusan rumah tangga daerah itu.

3) Asas Dekonsentrasi adalah asas yang menyatakan


pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala
wilayah atau kepala instansi yang tingkatannya lebih tinggi
kepada pejabat-pejabatnya yang tingkatannya lebih rendah.

4) Asas Tugas Pembantuan (Medebewind) adalah asas yang


menyatakan tugas turut serta dalam urusan pemerintahan yang
ditugaskan kepada pemerintah daerah dengan kewajiban
memper- tanggungjawabkan kepada yang memberi tugas.
ASAS OTONOMI DAERAH

Beberapa Peraturan Perundang-undangan yang pernah dan masih berlaku dalam


pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Komite Nasional Daerah (KND);
b. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Asas otonomi daerah didasarkan pada perubahan
Daerah;
kedua UUD NRI Tahun 1945 yang dapat dilihat pada
c. Undang-Undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 Tahun 1950 tentang
Pasal 18 sampai dengan Pasal 18B.
Pemerintahan
Daerah Indonesia Timur;
Dari pasal-pasal tersebut terdapat prinsip-prinsip
d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, yaitu:
Daerah;
e. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah;
1) Pemerintah daerah merupakan pemerintahan
f. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
otonom dalam kesatuan Republik Indonesia.
g. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
2) Adanya otonomi luas dalam kemandirian dan
Pemerintah Pusat dan Daerah;
kebebasan daerah.
h. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3) Bentuk dan isi otonomi daerah tidak harus seragam.
i. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
4) Adanya pengakuan yang sama terhadap masyarakat
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
hukum adat.
j. Perpu Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32
5) Dimungkinkan adanya pemerintahan daerah dengan
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
otonomi khusus.
k. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
l. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
m. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
SISTEM OTONOMI MATERIIL

Dalam pengertian sistem otonomi materiil, antara


pemerintah pusat dan pemerintah daerah ada
pembagian tugas (wewenang dan tanggung jawab)
yang secara jelas diatur dalam undang undang
pembentukan daerah. Artinya, yang tidak
termasuk undang-undang pembentukan daerah
merupakan urusan pemerintah pusat.
SISTEM OTONOMI FORMAL
Dalam pengertian sistem otonomi formal, tidak ada perbedaan sifat antara urusan yang diselenggarakan
oleh pemerintah pusat dan urusan yang diatur oleh daerah-daerah otonom. Artinya, apapun yang
dilakukan oleh negara (pemerintah pusat) pada prinsipnya dapat pula dilakukan oleh daerah-daerah
otonom. Jika ada pembagian tugas, hal itu semata-mata disebabkan adanya pertimbangan yang rasional
dan praktis, seperti efisiensi penyelenggaraan tugas pelayanan publik. Dengan kata lain, pembagian tugas
bukan disebabkan materi yang diatur berbeda sifatnya, melainkan adanya keyakinan bahwa kepentingan
daerah dapat lebih baik dan berhasil jika diselenggarakan sendiri oleh daerah masing-masing daripada
oleh pemerintah pusat.

Dalam sistem otonomi formal ini, tidak secara langsung ditetapkan apa yang termasuk rumah tangga
daerah otonom karena tugas dari daerah otonom tidak terperinci di dalam undang- undang
pembentukannya. Tugas tersebut ditentukan dalam suatu rumusan yang umum. Rumusan umum hanya
mengandung asas-asas saja, sedangkan pengaturan lebih lanjut diserahkan kepada pemerintah daerah.
Batasannya tidak ditentukan secara pasti, tetapi bergantung pada keadaan, waktu, dan tempat.
KENDALA PELAKSANAAN OTONOMI FORMAL
Sistem otonomi formal tidak selalu menjadi pendorong bagi daerah otonom untuk meng- urus dan
mengatur urusan pemerintah. Bagir Manan, seorang pakar hukum, berpendapat bahwa ada beberapa hal
yang dapat menjadi kendala terhadap pelaksanaan otonomi formal, di antaranya sebagai berikut.

1) Tingkat hasil guna dan daya guna sistem otonomi formal sangat bergantung pada kreativitas dan
aktivitas daerah otonom. Daerah harus mampu melihat urusan yang menurut pertimbangan mereka
penting bagi daerah, wajar, tepat diatur, dan diurus oleh daerah. Bagi daerah-daerah yang kurang
mampu memanfaatkan peluang, akan banyak bergantung kepada pusat atau daerah- daerah tingkat
atasnya.

2) Keterbatasan dalam hal keuangan daerah. Meskipun mempunyai peluang yang luas untuk
mengembangkan urusan rumah tangga daerah, tidak mungkin terlaksana tanpa ditopang oleh sumber
keuangan yang memadai.

3) Kemungkinan terjadi persoalan yang bersifat teknis.


Daerah tidak dapat secara mudah mengetahui urusan yang belum diselenggarakan oleh pemerintah pusat
atau pemerintah daerah tingkat atasnya.
Dengan melihat kendala-kendala yang mungkin timbul bagi daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan secara formal, pemerintah pusat perlu menentukan masalah apa yang
sekiranya dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dan mana yang menjadi urusan serta kewenangan
pusat. Secara jelas, sistem otonomi formal di Indonesia tampak dari adanya ketentuan Pasal 10 ayat (1)
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014, yaitu pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintah
yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ini ditentukan
menjadi urusan pemerintah meliputi:

a. politik luar negeri;


b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional;
f. agama.

Berdasarkan hal tersebut, kewenangan daerah cukup luas dalam sistem otonomi formal karena
mencakup hampir seluruh bidang pemerintahan, kecuali enam hal dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014.
SISTEM OTONOMI RIIL
Dalam sistem ini, penyerahan urusan atau tugas kewenangan kepada daerah didasarkan faktor nyata atau riil, kebutuhan atau kemampuan
dari daerah atau pemerintahan pusat, maupun pertumbuhan masyarakat yang terjadi. Sistem ini mengandung perpaduan dari sistem
otonomi formal dan sistem otonomi materiil. Dengan kata lain, sistem ini merupakan jalan tengah atau percampuran dari sistem otonomi
formal dan materiil sehingga dapat dikatakan sebagai sistem tersendiri.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemberian tugas dan kewajiban serta wewenang yang diberikan kepada pemerintah daerah dalam sistem
otonomi formal, disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan riil masyarakat daerah dengan melihat unsur formal maupun materiil yang
dimilikinya. Hal ini akan membawa konsekuensi bahwa tugas atau urusan yang selama ini menjadi wewenang pemerintah pusat, dapat
diserahkan kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan kemampuan masyarakat daerah untuk mengatur dan mengurusnya sendiri.
Sebaliknya, tugas yang menjadi wewenang daerah jika dipandang perlu, dapat ditarik kembali oleh pemerintah pusat. Bagir Manan (1997)
berpendapat bahwa sistem otonomi riil mempunyai ciri-ciri khas yang membedakan dengan sistem otonomi formal atau sistem otonomi
materiil, yakni sebagai berikut.

1) Menurut urusan pangkal yang ditetapkan pada saat pembentukan suatu daerah otonom,
memberikan kepastian mengenai urusan rumah tangga daerah. Hal semacam ini tidak
mungkin terjadi pada sistem rumah tangga formal.
2) Di samping urusan-urusan rumah tangga yang ditetapkan secara materiil, daerah-daerah
dalam rumah tangga riil dapat mengatur dan mengurus semua urusan pemerintahan yang menurut pertimbangan adalah penting bagi
daerahnya sepanjang belum diatur dan diurus oleh pemerintah pusat atau daerah tingkat atas.

Dengan demikian, terlihat bahwa sistem otonomi dalam rumah tangga riil, diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah dengan melihat
faktor-faktor nyata yang terdapat dalam daerah. Daerah berhak mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri selama belum diatur
dan diurus oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat atasnya. Hal ini memungkinkan perbedaan isi dan jenis urusan rumah
tangga daerah sesuai dengan keadaan tiap-tiap daerah.
SISTEM OTONOMI RIIL

Dianutnya sistem otonomi riil ini juga terdapat dalam ketentuan Pasal 47 ayat (1) Undang- Undang No.23 Tahun 2014,
yang menyatakan bahwa “Penggabungan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf b dilakukan dalam
hal Daerah atau beberapa Daerah tidak mampu menyelenggarakan Otonomi Daerah”.

Dari pasal tentang sistem otonomi riil, seandainya ada daerah yang belum mampu menyelenggarakan otonomi, maka
kewenangannya dapat dihapus atau digabung dengan daerah lain yang sudah mampu menyelenggarakan otonomi.

Dengan demikian, prinsip otonomi yang dianut oleh Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tersebut telah mendekati makna
dan hakikat otonomi sebagaimana pesan yang termaktub dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pesan konstitusional dari Pasal 18 itu adalah penyelenggaraan pemerintahan harus dilaksanakan
berdasarkan asas desentralisasi dan tidak mengatur pemerintahan wilayah yang merupakan manifestasi dari asas
dekonsentrasi. Jika prinsip ini dikaitkan dengan sistem otonomi (rumah tangga daerah), tampak bahwa undang- undang
tersebut menganut sistem otonomi formal dan sistem otonomi riil (nyata).
NILAI, DIMENSI, DAN PRINSIP OTONOMI
DAERAH DI INDONESIA

a. Nilai Dasar Desentralisasi Teritorial, yang bersumber dari isi dan jiwa Pasal 18 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Berdasarkan nilai ini pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan politik desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan.
Berkaitan dengan dua nilai dasar tersebut, penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia berpusat pada pembentukan daerah-daerah otonom
dan penyerahan/pelimpahan sebagian kekuasaan dan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
sebagian kekuasaan dan kewenangan tersebut. Dengan demikian, titik berat pelaksanaan otonomi daerah adalah pada daerah kabupaten/kota
dengan beberapa dasar pertimbangan sebagai berikut.

1) Dimensi Politik, kabupaten/kota dipandang kurang mempunyai fanatisme kedaerahan sehingga risiko gerakan separatisme dan peluang
berkembangnya aspirasi federalis relatif minim.
2) Dimensi Administratif, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat relatif dapat lebih efektif.
3) Kabupaten/kota adalah daerah “ujung tombak” pelaksanaan pembangunan sehingga kabupaten/kota-lah yang lebih tahu kebutuhan dan
potensi rakyat di daerahnya.

b. Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak mempunyai kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat
negara (eenheidstaat), yang berarti kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa, dan negara Republik Indonesia tidak akan terbagi di antara
kesatuan-kesatuan pemerintahan.

Dalam pelaksanaannya, otonomi daerah mempunyai prinsip otonomi daerah yang dianut, yaitu:

a. Nyata, otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi objektif di daerah.
b. Bertanggung jawab, pemberian otonomi diselaraskan/diupayakan untuk memperlancar pembangunan di seluruh pelosok tanah air.
c. Dinamis, pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan untuk lebih baik dan maju.
NILAI, DIMENSI, DAN PRINSIP
OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

Selain itu, terdapat pula lima prinsip dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, yaitu sebagai berikut.

a. Prinsip Kesatuan. Pelaksanaan otonomi daerah harus menunjang aspirasi perjuangan rakyat guna memperkokoh negara
kesatuan dan mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakat lokal.
b. Prinsip Riil dan Tanggung Jawab. Pemberian otonomi kepada daerah harus merupakan otonomi yang nyata dan
bertanggung jawab bagi kepentingan seluruh warga daerah. Pemerintah daerah berperan mengatur proses dinamika
pemerintahan dan pembangunan di daerah.
c. Prinsip Penyebaran. Asas desentralisasi perlu dilaksanakan dengan asas dekonsentrasi. Caranya dengan memberikan
kemungkinan kepada masyarakat untuk kreatif dalam membangun daerahnya.
d. Prinsip Keserasian. Pemberian otonomi kepada daerah mengutamakan aspek keserasian dan tujuan di samping aspek
pendemokrasian.
e. Prinsip Pemberdayaan. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintah di daerah, terutama dalam aspek pembangunann dan pelayanan kepada masyarakat serta
untuk meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa.
KEDUDUKAN PEMERINTAH PUSAT

Kedudukan pemerintah pusat mencakup politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan agama. Selain itu juga meliputi
kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi
strategis, konservasi dan standardisasi nasional. Lebih banyak pada pengaturan, pembinaan dan pengawasan, berkisar pada pembuatan kebijakan,
penetapan norma, standarisasi dan pembinaan dan pengawasan.

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ditegaskan bahwa penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan
pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan daerah otonom. Pembagian urusan pemerintahan tersebut didasarkan pada pemikiran
bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya/ tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat. Urusan pemerintahan tersebut
menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan, yakni urusan pemerintahan yang terdiri atas sebagai berikut.

a. Politik Luar Negeri, misalnya mengangkat pejabat diplomatik dan menunjuk warga negara untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional, menetapkan
kebijakan luar negeri, melakukan perjanjian dengan negara lain, menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri, dan sebagainya;
b. Pertahanan, misalnya mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan damai dan perang, menyatakan negara atau sebagian wilayah negara
dalam keadaan bahaya, membangun dan mengembangkan sistem pertahanan negara dan persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela
negara bagi setiap warga negara dan sebagainya;
c. Keamanan, misalnya mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menindak kelompok atau organisasi yang kegiatannya mengganggu keamanan
negara, dan sebagainya;
d. Yustisi, misalnya mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jaksa, mendirikan lembaga pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman
keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi, membentuk undang-undang, peraturan pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, dan
peraturan lain yang berskala nasional, dan lain sebagainya;
e. Moneter dan Fiskal Nasional, adalah kebijakan makro ekonomi, misalnya mencetak uang dan menentukan nilai mata uang, menetapkan kebijakan
moneter, mengendalikan peredaran uang, dan sebagainya;
f. Agama, misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional, memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan
kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan dan sebagainya; dan bagian tertentu urusan pemerintah lainnya yang berskala nasional, tidak
diserahkan kepada daerah.
KEDUDUKAN PEMERINTAH DAERAH
Pemerintah Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga Pemerintah
Daerah. Kepala Daerah adalah Kepala Pemerintah Daerah yang dipilih secara demokratis. Kepala daerah dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang wakil kepala daerah, dan perangkat daerah.

Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat yang persyaratan dan tata caranya ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan. Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dapat dicalonkan baik oleh
partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilu yang memperoleh sejumlah kursi tertentu dalam DPRD dan atau
memperoleh dukungan suara dalam Pemilu Legislatif dalam jumlah tertentu.

Gubernur sebagai Kepala Daerah Provinsi berfungsi pula selaku wakil pemerintah di daerah dalam pengertian untuk
menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah termasuk dalam pembinaan
dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan pada strata pemerintahan kabupaten dan kota.

Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat
kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa di antara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang
sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara Pemerintah Daerah dan
DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai
dengan fungsi masing- masing sehingga antar kedua lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling
mendukung bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi masing-masing.
PERAN PEMERINTAH DAERAH
Daerah mempunyai hak dan kewajiban dalam menyelenggarakan otonomi. Hak dan kewajiban tersebut diwujudkan dalam bentuk rencana
kerja pemerintahan daerah yang dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah yang dikelola dalam sistem
pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah dimaksud dilakukan secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil,
patut, dan taat pada peraturan perundang-undangan.

Dalam hal pembagian urusan pemerintahan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang- undang ditentukan menjadi urusan pemerintah
pusat. Beberapa urusan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk kabupaten/kota meliputi beberapa hal berikut.

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan.


b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum.
e. Penanganan bidang kesehatan.
f. Penyelenggaraan pendidikan.
g. Penanggulangan masalah sosial.
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan.
i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah.
j. Pengendalian lingkungan hidup.
k. Pelayananpertanahan.
KEWAJIBAN DAN WEWENANG
PEMERINTAH DAERAH
Dalam hal menjalankan otonomi, pemerintah daerah Kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi
berkewajiban untuk mewujudkan keamanan dan kesejahteraan daerah dilaksanakan secara luas, utuh, dan bulat yang meliputi
masyarakat daerah, yang meliputi kegiatan-kegiatan berikut. perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan
evaluasi pada semua aspek pemerintahan. Indikator untuk
a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan dan kesatuan, menentukan serta menunjukkan bahwa pelaksanaan
kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik kewenangan tersebut berjalan dengan baik, dapat diukur dari 3
Indonesia tiga indikasi berikut.
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi. a. Terjaminnya keseimbangan pembangunan di wilayah
d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan. Indonesia, baik berskala lokal maupun nasional.
e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan. b. Terjangkaunya pelayanan pemerintah bagi seluruh
f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan. penduduk Indonesia secara adil dan merata.
g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak. c. Tersedianya pelayanan pemerintah yang lebih efektif dan
h. Mengembangkan sistem jaminan sosial. efisien.
i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah.
j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah.
k. Melestarikan lingkungan hidup.
l. Mengelola administrasi kependudukan.
m. Melestarikan nilai sosial budaya.
n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-
undangan sesuai dengan kewenangannya.
DAERAH KHUSUS, DAERAH ISTIMEWA,
DAN OTONOMI KHUSUS

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18B Ayat (1) dinyatakan “Negara mengakui
dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan
undang-undang. Undang-undang yang dimaksud adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Adapun yang
dimaksud dengan satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus adalah daerah yang diberi otonomi khusus,
yaitu Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dan Provinsi Papua. Adapun daerah istimewa adalah Daerah Istimewa Aceh dan
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA
Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, selanjutnya disingkat Provinsi DKI Jakarta, adalah provinsi yang mempunyai
kekhususan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah karena kedudukannya sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hal yang menjadi pengkhususan bagi Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut.

1) Provinsi DKI Jakarta berkedudukan sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Provinsi DKI Jakarta adalah daerah khusus yang berfungsi sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
sekaligus sebagai daerah otonom pada tingkat provinsi.
3) Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki kekhususan tugas,
hak, kewajiban, dan tanggung jawab tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan sebagai tempat kedudukan
perwakilan negara asing, serta pusat/perwakilan lembaga internasional.
4) Wilayah Provinsi DKI Jakarta dibagi dalam kota administrasi dan kabupaten administrasi.
5) Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta berjumlah paling banyak 125% (seratus dua puluh lima persen) dari jumlah
maksimal untuk kategori jumlah penduduk DKI Jakarta sebagaimana ditentukan dalam undang-undang.
6) Gubernur dapat menghadiri sidang kabinet yang menyangkut kepentingan ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Gubernur mempunyai hak protokoler, termasuk mendampingi Presiden dalam acara kenegaraan.
7) Dana dalam rangka pelaksanaan kekhususan Provinsi DKI Jakarta sebagai ibu kota negara ditetapkan bersama antara
Pemerintah dan DPR dalam APBN berdasarkan usulan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah daerah provinsi yang mempunyai keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keistimewaan yang dimaksud adalah keistimewaan
kedudukan hukum yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan sejarah dan hak asal-usul menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk mengatur dan mengurus kewenangan istimewa.
Kewenangan Istimewa merupakan wewenang tambahan tertentu yang dimiliki Daerah Istimewa Yogyakarta selain
wewenang sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah. Pengakuan Keistimewaan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga didasarkan pada peranannyadalam sejarah perjuangan nasional.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012, keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
meliputi:
1) tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang gubernur dan wakil gubernur
2) kelembagaan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
3) kebudayaan
4) pertanahan
5) tataruang

Di antara keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta salah satunya adalah dalam bidang tata cara pengisian jabatan,
kedudukan, tugas, dan wewenang gubernur dan wakil gubernur. Syarat khusus bagi calon gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah Sri Sultan Hamengkubuwono yang bertahta dan wakil gubernur adalah Adipati Paku Alam yang
bertahta.
PROVINSI ACEH
Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Gubernur.

Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan daerah provinsi dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan UUD NRI Tahun
1945 yang menyelenggarakan urusan pemerintahan yang di- laksanakan oleh Pemerintah Daerah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.

Status istimewa diberikan kepada Aceh dengan Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia Nomor 1/Missi/1959 yang berisi
keistimewaan meliputi agama, peradatan, dan pendidikan. Nama Aceh kemudian berubah lagi menjadi Nanggroe Aceh Darussalam pada
2001-2009. Nama ini diberikan ketika Aceh sedang didera konflik berkepanjangan antara pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan
Aceh Merdeka pada masa pemerintah Presiden Megawati Soekarnoputri.

Peraturan Gubernur Aceh No. 46 Tahun 2009 Tentang Penyebutan Nama Aceh dan Gelar Pejabat Pemerintahan Dalam Tata Naskah Dinas
di Lingkungan Pemerintah Aceh sampai sekarang nama Aceh kemudian berubah lagi menjadi “Provinsi Aceh” sejak dikeluarkannya. Selain
itu, kewenangan khusus pemerintahan kabupaten/kota meliputi penyelenggaraan kehidupan beragama dalam bentuk pelaksanaan syariat
Islam bagi pemeluknya di Aceh dengan tetap menjaga kerukunan hidup antarumat beragama, penyelenggaraan kehidupan adat yang
bersendikan agama Islam, penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas serta menambah materi muatan lokal sesuai dengan syariat Islam,
dan peran ulama dalam penetapan kebijakan kabupaten/kota. Tambahan kewenangan kabupaten/kota dalam hal menyelenggarakan
pendidikan madrasah ibtidaiyah dan madrasah tsanawiyah dengan tetap mengikuti standar nasional pendidikan. Selain itu, pengelolaan
pelabuhan dan bandar udara umum. Pemerintah Aceh melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota.
OTONOMI KHUSUS PAPUA
Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi Otonomi Khusus dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Otonomi Khusus adalah ke- wenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada Provinsi Papua untuk mengatur dan mengurus ke-
pentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat Papua.

Hal-hal mendasar yang menjadi isi Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi
Provinsi Papua adalah sebagai berikut.

1) Pengaturan kewenangan antara Pemerintah dan Pemerintah Provinsi Papua serta penerapan kewenangan tersebut di Provinsi
Papua yang dilakukan dengan kekhususan.

2) Pengakuan dan penghormatan hak-hak dasar orang asli Papua serta pemberdayaannya secara strategis dan mendasar.

3) Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang berciri-ciri sebagai berikut.

a) Partisipasi rakyat sebesar-besarnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan
serta pelaksanaan pembangunan melalui keikutsertaan para wakil adat, agama, dan kaum perempuan.
b) Pelaksanaan pembangunan yang diarahkan sebesar-besarnya untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk asli Papua pada
khususnya dan penduduk Provinsi Papua pada umumnya dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip pelestarian lingkungan,
pembangunan berkelanjutan, berkeadilan dan bermanfaat langsung bagi masyarakat.
c) Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang transparan dan bertanggung jawab kepada masyarakat.
d) Pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang tegas dan jelas antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta
Majelis Rakyat Papua sebagai representasi kultural penduduk asli Papua yang diberikan kewenangan tertentu.
HUBUNGAN STRUKTURAL PEMERINTAH
PUSAT DAN DAERAH
Hubungan pusat-daerah dapat diartikan sebagai hubungan kekuasaan pemerintah pusat dan daerah sebagai konsekuensi dianutnya
asas desentralisasi dalam pemerintahan negara. Secara umum hubungan antara pusat dan daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan, yaitu sebagai berikut.

a. Pemerintah pusat yang mengatur hubungan antara pusat dan daerah yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang
bersifat mengikat kedua belah pihak. Namun, dalam pengaturan hubungan tersebut haruslah memperhatikan aspirasi daerah
sehingga tercipta sinergi antara kepentingan pusat dan daerah.
b. Tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah adalah menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat karena dampak akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab negara.
c. Peran pusat dalam kerangka otonomi daerah akan banyak bersifat menentukan kebijakan makro, melakukan supervisi,
monitoring, evaluasi, kontrol, dan pemberdayaan sehingga daerah dapat menjalankan otonominya secara optimal. Adapun peran
daerah akan lebih banyak bersifat pelaksanaan otonomi tersebut. Dalam melaksanakan otonominya, daerah berwenang membuat
kebijakan daerah. Kebijakan yang diambil daerah adalah dalam batas- batas otonomi yang diserahkan kepadanya dan tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi.
Sistem hubungan pusat dan daerah menurut Nimrod Raphaeli (162 : 2000), yaitu sebagai berikut.

a. Comprehensive Local Government System: Pemerintah pusat banyak sekali menyerahkan urusan dan wewenangnya kepada
pemerintah daerah. Pemerintah daerah memiliki kekuasaan yang besar.

b. Partnership System: Beberapa urusan yang jumlahnya cukup memadai diserahkan oleh pusat kepada daerah, wewenang lain tetap
di pusat.

c. Dual System: Imbangan kekuasaan pusat dan daerah telah mulai lebih banyak dimiliki pusat pada daerah yang bersangkutan.

d. Integrated Administrative System: Pusat mengatur secara langsung daerah bersangkutan mengenai segala pelayanan teknis
melalui koordinatornya yang berada di daerah/wilayah.
HUBUNGAN FUNGSIONAL PEMERINTAH
PUSAT DAN DAERAH

Pada dasarnya pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki hubungan kewenangan yang saling melengkapi
satu sama lain. Visi dan misi pemerintah pusat dan daerah baik di tingkat lokal maupun nasional adalah melindungi
serta memberi ruang kebebasan kepada daerah untuk mengolah dan mengurus rumah tangga sendiri berdasarkan
kondisi dan kemampuan daerah.

Adapun tujuannya adalah untuk melayani masyarakat secara adil dan merata dalam berbagai aspek kehidupan.
Fungsi pemerintah pusat dan daerah adalah sebagai pelayan, pengatur, dan pemberdaya masyarakat. Hubungan
wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan
kabupaten dan kota diatur dalam undang- undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya antara
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-
undang.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan
memperhatikan keserasian hubungan antarsusunan pemerintahan. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah, yang diselenggarakan berdasarkan kriteria di atas terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten atau kota merupakan urusan
dalam skala provinsi. Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara
nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan
potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat
dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya. Hubungan tersebut dan menimbulkan hubungan
administrasi dan kewilayahan antarsusunan pemerintahan.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai