Anda di halaman 1dari 5

Annissa Alifia Savira

XII IPS 3

Beredar unggahan di media sosial berupa tangkapan layar sejumlah poin UU


Omnibus Law. Salah satu poin dalam Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker) atau
Omnibus Law itu menyebut akan menghapus ketentuan tentang pesangon bagi
pekerja atau buruh yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Mantan
Ketua Mahkamah Konstitusi mengatakan banyak hoax yang beredar sehingga
menyebabkan timbulnya gerakan-gerakan di sejumlah daerah. Misalnya tentang
PHK yang tidak dapat pesangon. Menko mengatakan pesangon tetap diberikan
namun jumlahnya menurun dari 32 kali menjadi 25 kali.
Benarkah uang pesangon akan dihilangkan? Faktanya uang pesangon tetap ada.
Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha wajib membayar uang
pesangon/atau uang penghargaan masa kerja. Benarkah UMP, UMK, UMSP
dihapus? Faktanya Upah Minimum Regional (UMR) tetap ada. Benarkah Upah
buruh diitung per jam? Faktanya tidak ada perubahan dengan sistem yang
sekarang. Upah bisa dihitung berdasarkan waktu atau berdasarkan hasil. Benarkah
semua hak cuti (cuit sakit, cuti kawinan, cuti khitanan, cuti baptis, cuti kematian, cuti
melahirkan) hilang dan tidak ada kompensasi? Faktanya hak cuti semua i tetap
ada.Benarkah Outsorcing diganti dengan kontrak seumur hidup? Faktanya
outsorcing ke perusahaan alih daya tetap dimungkinkan. Pekerja menjadi karyawan
dari prusahaan alih daya. Benarkah tidak akan ada status karyawan tetap? Faktanya
status karyawan tetap masih ada. Apakah Perusahaan bisa memPHK kapanpun
secara sepihak? Faktanya perusahaan tidak bisa mem-PHK secara sepihak.
Benarkah jaminan sosial dan kesejahteraan lainnya hilang? Faktanya jaminan sosial
tetap ada. Benarkah semua karyawan berstatus tenaga kerja harian? Faktanya:
Status karyawan tetap masih ada. Benarkah tenaga kerja asing bebas masuk
Faktanya tenaga kerja asing tidak bebas masuk, harus memenuhi syarat dan
peraturan. Benarkah buruh dilarang protes dan ancamannya PHK? Faktanya tidak
ada larangan protes. Dan juga benarkah libur hari raya hanya pada tanggal merah
dan tidak ada penambahan cuti? Faktanya: Sejak dulu penambahan libur di luar
tanggal merah tidak di atur undang-undang tapi kebiajakn pemerintah.
Faktanya, klaim bahwa Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker) atau Omnibus Law
menghapus ketentuan tentang pesangon bagi pekerja atau buruh yang mengalami
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah salah. UU Omnibus Law tetap mengatur
tentang pesangon. Hal itu dipastikan oleh Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah
dalam konferensi pers virtual, Rabu 7 Oktober 2020. Ida juga menjelaskan, UU
Ciptaker juga mengatur jaminan kehilangan pekerjaan. Para pekerja yang terkena
PHK akan mendapatkan uang tunai, pelatihan kerja dan akses informasi serta
penempatan kerja yang di-manage oleh pemerintah. Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Airlangga Hartarto juga menegaskan tidak ada penghapusan
pesangon. Airlangga mengatakan di dalam Omnibus Law tersebut justru ada
kepastian pembayaran pesangon dan bahkan ada tambahan jaminan kehilangan
pekerjaan.
Jika ditemukan ada hoax, maka tidak boleh dibiarkan karena itu pasti melanggar
hukum, tentu harus dibersihkan dan itu dilakukan melalui platform digital. YouTube,
Facebook, Instagram, Twitter, TikTok dan lainnya. pelaku penyebar informasi
bohong akan dikenakan tindak pidana. Penegakan hukum akan dilakukan oleh
aparat hukum yang dalam hal ini Bareskrim Polri. Saya sebagai Kominfo
berkomunikasi secara rutin dalam kerja sama dengan Bareskrim Polri, BNPT dan
Lembaga Negara serta kementerian terkait lainnya. Tugas AIS Kominfo adalah
menjaga ruang digital agar tetap bersih dan sehat. Bila ada konten negatif, tim
patroli siber di Cyber Drone Kominfo akan men-take down konten tersebut. Kominfo
akan melaporkan ke pihak polisi bila ada unsur pidana dari temuan-temuan mereka.
Di sisi lain, saya telah mendapatkan 42 isu hoaks yang tersebar di 547 sebaran di
lima platform digital. Rinciannya, 61 hoaks ditemukan di Facebook, 241 hoaks
ditemukan di Instagram, 232 hoaks ditemukan di Twitter, 11 hoaks ditemukan di
Youtube, dan 2 hoaks ditemukan di Tiktok.
Sebagai contoh, video aksi pemukulan oleh polisi di gedung DPRD Kota Malang, itu
disinformasi, karena tidak betul. Pak Jokowi kabur, pura-pura tinjau tol ketika demo
omnibus law, itu disinformasi, itu banyak sekali sebaran-sebarannya, termasuk juga
terkait substansi yang dibicarakan di dalam UU.

Saya dan rekan saya menemukan 185 hoax terkait omnibus law UU Cipta Kerja di
media sosial dalam dua hari terakhir. Tiga konten hoax sudah di-take down.

Adapun 18 isu hoax yang dilaporkan Kominfo adalah sebagai berikut:


1. Omnibus law menghapus cuti haid, hamil, dan melahirkan
2. Omnibus law UU Cipta Kerja hapus pesangon
3. Mahasiswa meninggal dunia pada aksi massa menolak UU Cipta Kerja di
Lampung
4. Foto para menteri dan anggota DPR yang tidak pakai masker pada saat UU Cipta
Kerja diketok
5. Outsourcing diganti dengan kontrak seumur hidup
6. UMK, UMP, UMPS dihapus dalam UU Cipta Kerja
7. UU Cipta Kerja mengatur perusahaan dapat bebas mem-PHK karyawan
8. Upah buruh dihitung per-jam
9. UU Cipta Kerja menghapus libur hari raya pekerja menjadi di tanggal merah dan
istirahat ibadah Salat Jumat hanya 1 jam
10. Ahli waris dari pekerja yang meninggal tidak mendapat pesangon
11. Jaminan sosial dan kesejahteraan lainnya dihilangkan dalam UU Cipta Kerja
12. Status karyawan tetap dihapus dalam omnibus law UU Cipta Kerja
13. UU Cipta Kerja mengatur tenaga kerja asing (TKA) dapat bebas masuk ke
Indonesia
14. RUU Cipta Kerja disusun secara diam-diam
15. Video aksi demonstran di depan gedung DPR
16. Video demonstran di Gedung DPRD Jawa Barat
17. Infografis poin-poin RUU Cipta Kerja yang disorot buruh
18. STM Bergerak tolak omnibus law UU Cipta Kerja

Grafik tingkat penyebaran hoaks


Grafik masyarakat yang mengetahui Omnibus Law

Mungkin semua hoaks diakibatkan dari sebagian orang yang belum begitu paham
dengan omnibus law ini. Lembaga survei Charta Politika menyurvei pengetahuan
masyarakat terkait rencana penerbitan undang-undang (UU) omnibus law. Hasilnya,
83,1 persen responden tidak mengetahui rencana pemerintah menerbitkan UU
omnibus law.
Survei tersebut dilakukan pada 20-27 Februari 2020 dengan metode wawancara
tatap muka terhadap 1.200 responden yang tersebar di seluruh provinsi di
Indonesia. Kriteria responden minimal 17 tahun atau sudah memenuhi syarat
pemilih. Metode sampling yang digunakan adalah multistage random sampling.
Margin of error 2,83 persen.
Sebanyak 83,1 persen tidak tahu, 16,9 persen tahu
Awalnya, Asfinawati menyatakan jika pemerintah tengah melakukan disinformasi
mengenai kontroversial UU Cipta Kerja karena menuduh orang menyebarkan hoaks.
Namun, pemerintah justru saat menuduh hal tersebut tidak memegang naskah asli
UU Cipta Kerja.
Menanggapi hal tersebut, menurut saya tudingan Asfina keliru. Sebab, pemerintah
memiliki akuntabilitas yang tinggi sehingga tidak mungkin menyebarkan hoaks.

Anda mungkin juga menyukai