DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
BANDAR LAMPUNG
2022.1
Kegiatan Belajar 1
A. LATAR BELAKANG
Pikiran-pikiran dalam pendekatan Whole Language banyak diadopsi dalam Pembelajaran
Bahasa dan sastra Indonesia
Pendekatan Whole Language lahir sebagai reaksi atas kelemahan pendekatan struktural
yang memperlakukan keterampilan berbahasa dan komponen Bahasa secara terpisah-
pisah
Pendekatan Whole Language mulai diterapkan di Inggris, Australia, New Zealand,
Kanada, dan Amerika Serikat sekitar 1980- an untuk memperbaiki pengajaran Bahasa
Sehingga ada sesuatu yang terpisah antara yang sedang dipelajari dengan lingkungan
siswa
B. LANDASAN TEORETIS
Rigg (1991) berkeyakinan bahwa Bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak
dapat dipisah- pisahkan
Roberts (1996) menyatakan bahwa anak atau siswa membentuk sendiri pengetahuan
melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated)
Sehingga whole Language adalah salah satu pendekatan pengajaran Bahasa yang
menyajikan pengajaran Bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah
Pendekatan whole language atau pendekatan integrated whole language adalah
pendekatan pengajaran Bahasa pertama (B1) dan Bahasa kedua (B2) yang dilaksanakan
untuk merefleksikan prinsip
Pemerolehan B1 dan B2 didasarkan pada prinsip: Bahasa disajikan dalam keutuhan,
bukan sebagai potongan Bahasa terisolasi atau terpisah Aktivitas Pembelajaran lebih
bergerak dari ‘keseluruhan’ ke ‘bagian’, daripada dari ‘bagian’ ke ‘keseluruhan’
Keempat keterampilan berbahasa dioptimalkan Bahasa dipelajari melalui interaksi sosial
dengan orang lain.
Siswa terlibat aktif dalam Pembelajaran yang bermakna. Guru harus membuat
perencanaan mengaktifkan siswa sekalian berperan sebagai fasilisator pembelajaran
4. Teknik Mengajar
Banyak teknik mengajar seperti tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan
5. Teknik Penilaian
Penilaian dilaksanakan selama proses belajar berlangsung
Kegiatan Belajar 2
A. LATAR BELAKANG
PK lahir dari situasi pengajaran bahasa diingris, amerika serikat, dan kanada. Sebelumnya di
negara-negara itu pengembangan pandangan struktural mulai surut. Pengajaran bahasa
sebelumnnya lebih mementingkan aspek struktural dengan memisahkan dari penggunaan
bahasa yang nyata, mengabaikan aspek komunikasi. Setelah itu mulai timbul kesadaran
bahwa tidak mungkin mengajarkan bahasa dengan mengabaikan aspek komunikasi
berbahasa.
B. LANDASAN TEORITIS
Pandangan Komunikatif mendapatkan dukungan dari dua kelompok ahli linguistik, yakni
(1) Ahli sosiolinguistik yang dipelopori oleh Dell Hymes (diAmerika) dan (2) ahli linguistik
sosial yang diperoleh oleh fith dan halliday (diInggris). Kedua kelompok memiliki pandangan
yang sama tentang hakikat bahasa, yakni “bahasa sebagai alat komunikasi yang tidak dapat
dipisahkan dari aspek sosial budaya”. Bahasa haruslah dipandang dari sudut fungsi dan aspek
sosial.
Kegiatan Belajar 3
Pendekatan Konstektual Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia
A. LATAR BELAKANG
B. LANDASAN TEORI
Pembelajaran konstektual adalah konsep dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit dan dari
proses mengkontruksi sendiri, sebagi bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
1. Konstruktivisme (Constructivism)
2. Bertanya (Questioning)
3. Inkuiri (Inquiry)
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
5. Permodelan ( Modelling)
6. Refleksi ( Reflecsion
7. Asesmen Autentik ( Authentic Assesment)
E.MERANCANG KELAS BAHASA DAN SASTRA DENGAN PENDEKATAN
KONSTEKTUAL
Menurut Suyanto (2002:14) terdapat sebelas kata kunci dalam pembelajaran konstektual
adalah sebagai belikut.
1. Kerja sama
2. Saling menunjang
3. Gembira
4. Belajar dengan bergairah
5. Pembelajaran terintegritas
6. Menggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif
8. Suasana kelas menyenangkan, tidak membosankan
9. Sharing ‘berbagi’ dengan teman
10. Siswa kritis
11. Guru kreatif.