Askep Polio
Askep Polio
Dosen Pembimbing:
Ns. Lasmina, S.Kep
Disusun Oleh :
TK 2B
Nama Kelompok:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN POLIO” dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keperawatan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikansangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan.....................................................................................
A. Latar Belakang Masalah...................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan Penulisan..............................................................................
D. Manfaat Penulisan............................................................................
A. Latar Belakang
Poliomyeilitis atau sering disebut polio adalah penyakit akut yang menyerang
sistem saraf perifer yang disebabkan oleh virus polio. Penyakit poliomyelitis paling
banyak menyerang pada anak – anak di bawah 5 tahun dan juga bisa pada remaja.
Gejala utama penyakit ini adalah kelumpuhan. Kelumpuhan biasanya dapat menetap
setelah 60 hari yang akan menyebabkan kecacatan. (Widoyono, 2011).
Menurut WHO pada tahun 2018, wabah polio ditemukan di negara papua
nugini setelah 18 tahun menghilang dinegara pasifik. Jumlah kasus polio diseluruh
dunia telah turun lebih dari 99 persen sejak 1988, dari sekitar 350.000 kasus
kemudian menjadi 22 kasus yang dilaporkan pada tahun 2017 (Kompas, 2018).
Kasus polio di Indonesia pada tahun 2005 terjadi pertama kali di Cidahu,
Sukabumi, Jawa Barat yang dengan cepat menyebar ke Provinsi Banten, DKI, Jakarta,
Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. Data terakhir melaporkan secara total
terdapat 295 kasus polio 1 yang tersebar di 10 Provinsi dan 22 kabupaten/ kota di
Indonesia (Budi, et al., 2013).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan diagnosa Polio?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Polio pada anak
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan penyakit Polio pada
anak
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
penyakit Polio pada anak
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan penyakit Polio
pada anak
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan penyakit Polio
pada anak.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan penyakit Polio
pada anak.
D. Manfaat
1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan Dan
wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Polio pada
anak.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pimpinan rumah sakit dapat meneruskan kepada perawat ruangan
dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan Polio pada anak.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pembelajaran di Prodi
Keperawatan dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien Polio pada anak.
BAB II
TINJAUAN TIORITIS
A. Konsep Teori
Poliomyeilitis atau sering disebut polio adalah penyakit akut yang menyerang
sistem saraf perifer yang disebabkan oleh virus polio.Gejala utama penyakit ini adalah
kelumpuhan. Kelumpuhan biasanya dapat menetap setelah 60 hari yang akan
menyebabkan kecacatan. (Widoyono, 2011).
Poliomielitis merupakan penyakit infeksi akut oleh sekelompok virus
ultramikroskop yang bersifat neurotrofik yang awalnya menyerang saluran
pencernaan dan pernafasan yang kemudian menyerang susunan saraf pusat melalui
peredaran darah (Huda, 2016).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Poliomielitis
adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh poliovirus (PV) pada anak dibawah 15
tahun yang menyerang susunan saraf pusat dan ditandai dengan kelumpuhan.
Sampai saat ini tidak ada obat untuk mengobati penyakit ini, tetapi tersedia
vaksin yang aman dan efektif untuk mencegah penyakit ini. Karenanya, upaya yang
paling penting dalam mengatasi penyakit ini adalah dengan memberikan imunisasi.
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
Berlainan dengan virus lain yang menyerang susunan syaraf, maka neuropatologi
poliomyelitis biasanya patognomonik. Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah
susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang
sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4
minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis adalah :
Bergantung pada beratnya penyakit. Pada bentuk paralitik sesuai dengan bagian
yang mana yang terkena. Bentuk spinal dengan paralisis pernafasan dapat ditolong
dengan bantuan pernafasan buatan. Tipe bulbar prognosisnya buruk, kematian
biasanya karena kegagalan fungsi pusat pernafasan atau infeksi sekunder pada jalan
nafas. Otot-otot yang lumpuh dan tidak pulih kembali menunjukan paralisis tipe
flasitd dengan Antonia, refleksi dan degenerasi. Komplikasi residual paralisis tersebut
ialah kontraktur terutama sendi subluksasi bila otot yang terkena sekitar sendi,
perubahan trofik oleh sirkulasi yang kurang sempurna hingga mudah terjadi ulserasi.
Pada keadaan ini diberikan pengobatan secara ortopedik.
Penyakit poliomyelitis paling banyak pada anak – anak di bawah 5 tahun dan juga
bisa pada remaja. Kemungkinan gejala dicurigainya poliomyelitis pada anak adalah
panas disertai dengan sakit kepala, sakit pinggang, kesulitan menekuk leher dan
punngung, kekuatan otot yang diperjelas dengan tanda head drop, tanpa tripod saat
duduk, tanda tanda spinal, tanda brudzinsky atau kering. Infeksi virus polio dapat
diklasifikasikan menjadi minor illnesses (gejala ringan, seperti: asmtomatis / silent
infection dan poliomyelitis abortif) dan major illnesses (gejala berat, baik paralitik,
maupun non-paralitik) (Huda, 2016).
a. Minor Illnesses (Gejala Ringan)
1. Sangat ringan atau bahkan tanpa gejala
2. Nyeri tenggorokan dan perasaan tak enak diperut, gangguan gastrointestinal,
demam ringan, perasaan lemas, dan nyeri kepala
3. Terjadi selama 1-4 hari, kemudian menghilang dan jarang lebih dari 6 hari.
Selama waktu itu virus bereplikasi pada nasofaring dan saluran cerna bagian
bawah.
b. Major Illnesses (Gejala Berat)
1. Poliomielitis non-paralitik Gejala klinis sama dengan poliomyelitis abortif,
hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih berat. Gejala-gejala ini timbul 1-
2 hari, kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi
demam atau masuk dalam fase kedua dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit
ini adalah adanya nyeri atau kaku otot belakang leher, tubuh dan tungkai
dengan hipertonia mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion
spinal dan kolumna posterior. Bila anak berusaha duduk dari posisi tidur,
maka ia akan menekuk kedua lutut ke atas sedangkan kedua tangan
menunjang kebelakang pada tempat tidur (Tripod sign) dan terlihat kekakuan
otot spinal oleh spasme, kaku kuduk terlihat secara pasif dengan Kernig dan
Brudzinsky yang positif. “Head drop” yaitu bila tubuh penderita ditegakkan
dengan menarik pada kedua ketiak sehingga menyebabkan kepala terjatuh ke
belakang. Refleks tendon biasanya tidak berubah dan bila terdapat perubahan
maka kemungkinan akan terdapat poliomyelitis paralitik.
2. Poliomielitis paralitik Gejala poliomielitis paralitik sama dengan yang terdapat
pada poliomyelitis non-paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan
otot skelet atau kranial, dan timbul paralisis akut. Pada bayi ditemukan
paralisis vesika urinaria dan atonia usus. Secara klinis dapat dibedakan
menjadi beberapa bentuk sesuai dengan tingginya lesi pada susunan saraf yang
terkena.
a. Bentuk spinal Gejala kelemahan/paralysis/paresis otot leher, abdomen, tubuh,
diafragma, toraks dan terbanyak ekstremitas bawah. Tersering otot besar, pada
tungkai bawah otot kuadrisep femoris, pada lengan otot deltoideus, dan sifat
paralisis adalah asimetris. Refleks tendon mengurang/menghilang serta tidak
terdapat gangguan sensibilitas.
b. Bentuk bulbar Terjadi akibat kerusakan motorneuron pada batang otak
sehingga terjadi insufisiensi pernafasan, kesulitan menelan, tersedak, kesulitan
makan, kelumpuhan pita suara dan kesulitan bicara. Saraf otak yang terkena
adalah saraf V, IX, X, XI dan kemudian VII.
c. Bentuk bulbospinal Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan
bentuk bulbar
d. Bentuk ensefalitik Dapat disertai gejala delirium, kesadaran yang menurun,
tremor dan kadang-kadang kejang.
2.5 Klasifikasi
2.6 Komplikasi
Menurut driyana, dkk (2013) Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien polio
adalah sebagai berikut :
1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Huda (2016) pemeriksaan penunjang terdiri dari :
1. Pemeriksaan Lab :
Pemeriksaan darah tepi perifer
Cairan serebrospinal
Pemeriksaan serologik
Isolasi virus polio
2. Pemeriksaan radiology
3. Pemeriksaan MRI dapat menunjukkan kerusakan di daerah kolumna anterior
4. Pemeriksaan likuor memberikan gambaran sel dan bahan mikia ( kadar gula
dan protein )
5. Pemeriksaan Histologik corda spinalis dan batang otak untuk menentukkan
kerusakan yang terjadi pada sel neuron.
2.8 Penatalaksanaan
Eka Ayu Sartika, Resa. 2018. WHO: Wabah Polio Terjadi Di Papua Nuigini Setelah 18
Tahun. Kompas.com