Anda di halaman 1dari 9

BAB III

AUDIT LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

A. PENDAHULUAN

Sebagai perwujudan dari pelaksanaan akuntabilitas publik, pemerintah

daerah diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan. Dalam hal ini, tentunya

manajemen pemerintah daerahlah yang tahu lebih banyak tentang kondisi

keuangan yang yang sesungguhnya terjadi. Untuk melindungi para pengguna

laporan yang tidak tahu banyak tentang kondisi sesungguhnya dipemerintah

daerah dari kemungkinan manipulasi dalam laporan keuangan, maka diperlukan

jasa profesi pihak ketiga yang independen. Pihak ketiga itulah yang disebut

“auditor”.Melalui auditor itu para pengguna laporan akan mempercayakan

sepenuhnya tentang penilaian mereka terhadap laporan keuangan yang telah

dikeluarkan pemerintah daerah. Auditor dengan demikian merupakan pihak

pemberi jaminan tentang kualitas laporan keuangan yang di publikasikan

manajemen pemerintah daerah. Tanpa ada jaminan terlebih dahulu dari auditor,

maka pengguna laporan keuangan masih dihinggapi rasa ragu dan skeptic tentang

kebenaran laporan keuangan yang di klaim oleh pemerintah daerah.

B. PERAN AUDITOR SEKTOR PUBLIK

Tantangan yang di hadapi oleh pemerintah daerah dalam rangka

memenuhi kewajibannya memberikan pertanggung jawaban public adalah

menyediakan informasi mengenai kinerja pemerintah daerah kepada pemangku

kepentingannya (stakeholders). Fungsi auditor independen tersebut adalah untuk

memberikan jaminan (reasonable assurance) bahwa laporan yang dibuat oleh


pemerintah telah disajikan dengan wajar dan sesuai dengan standar akuntansi

yang telah di tetapkan.

1. Pemberian Atestasi Pada Laporan Keuangan

Auditor memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi audit (pemeriksaan), dan

fungsi atestasi (pemberian pendapat/oponi). Fungsi audit bisa dilakukan

oleh auditor internal maupun eksternal, namun fungsi atestasihanya dapat

dilakukan oleh auditor eksternal yang independen. Pada dasarnya, laporan

keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah daerah dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

 Laporan keuangan auditan

 Laporan keuangan yang tidak diaudit

Laporan keuangan auditan adalah laporan keuangan yang telah dilakukan

pengauditan oleh auditor independen. Sementara itu, laporan keuangan

yang tidak diaudit adalah laporan keuangan yang dipublikasikan oleh

pemerintah daerah tanpa melalui pengauditan terlebih dahulu oleh auditor

independen, sehingga tidak ada pendapat dari auditor mengenai wajar

tidaknya laporan tersebut. Opini auditor hanya dapat diberikan oleh auditor

eksternal yang independen. Jadi perbedaan utama laporan keuangan

auditan dengan yang tidak diaudit adalah terletak pada apakah laporan

tersebut sudah diaudit oleh auditor eksternal yang independen dan telah

mendapat oponi auditor.

2. Kedudukan Strategis Auditor

Terkait dengan pemberian fungsi atestasi, yaitu pemberia npendapat

auditor, maka peran dan kedudukan auditor independen sangat penting.


Dilihat dari aspekakuntabilitas public, maka kedudukan auditor

independen merupakan titi ksentral dalam proses akuntabilitas sektor

public. Auditor berada di tengah-tengah hubungan segitiga antara

pemerintah daerah, DPRD, dan masyarakat. Maka kita dapat memetakan

masing-masing pihak tersebut sebagai berikut:

 Pemerintah daerah yang dalam hal ini berperan sebagai pihak yang

diaudit.

 DPRD, pihak yang berkepentingan untuk mengawasi dan meminta

pertanggung jawaban manajemen pemerintah daerah. Dalam hal ini

DPRD juga diaudit sehingga menjadi pihak audit.

 Masyarakat yang berhak untuk meminta pertanggung jawaban

pemerintah daerah dan DPRD.

 Auditor independen yang memegang dua fungsi, yaitu fungsi

pengauditan dan fungsi atestsi.

Pola hubungan antara pemerintah daerah, DPRD, masyarakat, dan auditor

dapat digambarkan berikutini:

 Pemerintah daerah memberikan laporan keuangan kepada DPRD secara

langsung tanpa melalui proses pemeriksaan (audit) oleh lembaga auditing

sektor publik terlebih dahulu (unaudited financial statements).

 Pemerintah daerah memberikan laporan keuangan kepada masyarakat

secara langsung tanpa melalui proses pemeriksaan (audit) oleh lembaga

auditing sektor public terlebih dahulu (unaudited financial statements).


 Pemerintah daerah memeberikan laporan keuangan kepada DPRD dan

masyarakat setelah melalui proses pemeriksaan (audit) oleh lembaga

auditing sektor publik yang independen.

C. ASPEK AUDIT LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Audit terhadap laporan keuangan pemerintah daerah meliputi audit atas

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas

Laporan Keuangan. Audit Laporan Anggran meliputi:

1. Aspek Audit Pendapatan

Aspek utama yang menjadi perhatian auditor dalam audit pendapatan

antara lain untuk mengidentifikasi:

 Ada/tidak unsur pendapatan daerah yang tidak masuk kerekening kas

daerah

 Ada/tidak penggelapan pendapatan daerah

 Ada/tidak kolusiantara petugas pajak dengan waji bpajak

 Ada/tidak komisi atas penetapan dana yang tidak masuk kerekening

kas daerah.

2. Aspek Audit Belanja

Aspek utama yang menjadi perhatian auditor dalam audit belanja antara lain

untuk mengidentifikasi:

 Ada/tidak ketidak wajaran belanja

 Ada/tidak belanja yang tidak dianggarkan atau melanggar peraturan

perundangan

 Ada/tidak mark-up dalam belanja


 Ada/tidak bukti belanja yang tidak sah (fiktif)

 Ada/tidak penitipan anggaran kesatuan kerja lain

 Ada/tidak kesalahan pembebanan belanja ke kode rekening

 Ada/tidak ketidak wajaran dalam belanja modal, belanja pegawai,

belanja barang dan jasa

 Ada/tidak ketidak wajaran dalam proses pengadaan barang atau jasa

 Terpenuhi atau tidak kelengkapan SPJ, DPA-SKPD, SPD, SPP, SPM,

dan dokumen pendukung lainnya yang diperlukan.

3. Aspek Audit Pembiayaan

Aspek audit pembiayaan antara lain untuk memeriksa:

 Ada/tidak penyimpangan prosedur perolehan dan penggunaan dana

pinjaman (utang)

 Ada/tidak penyimpangan dalam pembentukan dan penggunaan dana

cadangan

 Ada/tidak penyimpangan prosedur investasi (penyertaan modal pemda)

dan divestasi

 Ada/tidak penyimpangan prosedur pemberian pinjaman daerah

4. Aspek Audit SiLPA

Audit terhadap dana SiLPA dilakukan untuk mengidentifikasi:

 Ada/tidak kesalahan dalam mencatat dan mengakui besarnya dana

SiLPA

 Ada/tidak penyimpangan dalam menggungankan dana SiLPA.


5. Aspek Audit Kas.

Audit kas daerah di lakukan untuk memeriksa:

 Ada/tidak selisih jumlah kas antara catatan dengan fisik

 Ada/tidak kas milik pemerintah daerah yang di simpan dalam

rekening pribadi

 Ada/tidak penyimpangan dalam prosedur

penngelolaan kas daerah

6. Aspek Audit Persediaan

Aspek audit persediaan yang menjadi fokus auditor adalah untuk

mengindentifikasi:

 Ada/tidak perbedaan jumlah persediaan antara catatan dengan

fisiknya

 Ada/tidak kesalahan dalam pengakuan, pengukuran, dan

pengungkapan nilai persediaan

 Ada/tidak penyimpangan dalam pengadaan persediaan

 Ada/tidak ketidak cocokan antara data persediaan di buku jurnal,

buku besar, dan buku pembantu persediaan.

7. Aspek Audit Investasi Aset Keuangan

Aspek audit investasi aset keuangan antara lain:

 Ada/tidak penyimpanan dalam investasi aset keuangan

 Ada/tidak kesesuaian antara data investasi di buku jurnal, buku

besar, dan buku pembantu


 Ada/tidak kesesuaian antara data penambah / atau penurunan

investasi tahun ini di bandingkan dengan tahun lalu di neraca dengan

data di laporkan realisasi anggaran

8. Aspe Audit Aset Tetap

Aspek audit aset tetap yang menjadi perhatian auditor antara lain meliputi:

 Ada/tidak perbedaan jumlah aset tetap antara catatan dengan

fisiknya

 Ada/tidak kesalahan dalam pengakuan, pengukuran, dan

pengungkapan aset tetap

 Ada/tidak penyimpangan dalam pengadaan aset tetap

 Ada/tidak kecocokan antara data aset tetap di buku jurnal, buku

besar, dan buku pembantu aset tetap

 Ada/tidak kesesuaian antara data aset tetap di SKPD, data di

Bagian Perlekapan, dan data di Bagian Keuangan (BPKD)

 Ada/tidak pengendalian internal yang memadai dalam sistem

akuntansi aset.

9. Aspek Audit Kewajiban

Aspek audit kewajiban (utang) antara lain untuk mengidentifikasi:

 Ada/tidak penyimpangan dalam prosedur pengadaan utang

 Ada/tidak penyimpangan dalam pemanfaatan utang

 Ada/tidak kesalahan dalam pengakuan, pengukur, dan

pengungkapan utang.
D. KOPETENSI, PROFESIONALISME, DAN IDENPENENSI AUDITOR

SEKTOR PUBLIK

Salah satu aspek yang harus dilakukan adalah adanya audit sektor publik

yang handal dan terpercaya. Audit sektor publik yang handal dan terpercaya harus

didukung oleh tiga aspek, yaitu:

 Auditor yang kompeten, profesional dan independen

 Lembaga atau institusi audit sektor publik yang dan terpercaya

 Adanya standar auditing sektor publik yang baik.

Pengauditan terhadap lembaga publik harus dilakukan oleh auditor yang telah

memiliki pengalaman mengaudit dan mengikuti pelatihan yang cukup, serta

memiliki latar belakang pendidikan akutansi.

Disamping itu, auditor sektor publik harus memiliki independensi dalam

pelaksanaan audit. Indenpendensi dalam pelaksanaan audit meliputi:

 Indenpendensi dalam pembuatan program audit (programming

indenpendence). Auditor harus bebas dari campur tangan, diatur atau

dipengaruhi pihak lain dalam pemilihan teknik dan prosedur audit yang

akan digunakan

 Indenpendensi dalam investigasi (investigative indenpendance).auditor

harus bebas dari campur tangan, diatur atau dipengaruhi pihak lain

dalam pemilihan area, aktivitas, hubungan personal,dan kebijakan

manajerial yang akan diuji.

 Indenpendensi dalam melaporkan (reporting independence). auditor

harus bebas dari campur tangan, diatur atau dipengaruhi pihak lain
dalam menyampaikan fakta yang muncul dari pengujian atau dalam

menyatakan rekomendasi atau pendapat audit.

E. JENIS-JENIS PENDAPATAN AUDITOR

Hasil dari pelaksanaan fungsi atestasi itu berupa pendapatan atau opini.

Terdapat lima bentuk pendapat auditor, yaitu:

 Pendapat “ Wajar Tanpa Pengecualian”. Pendapat wajar tanpa

pengecualian merupakan pendapat yang paling tinggi dilihat dari

kualitas laporan yang disajikan.

 Pendapat “Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas“.

Pendapat ini masih dalan kategori wajar tanpa pengecualian, hanya

untuk poa (akun) tertentu perlu penyesuaian agar menjadi wajar.

 Pendapat “Wajar Dengan Pengecualian” pendapat wajar dengan

pengecualian menunjukan bahwa sebagian besar pos dalam laporan

keuangan telah disajikan secara wajar terbebas dari salah saji material

dan sesuai dengan standar akuntansi, namun untuk pos tertentu

disajikan tidak wajar.

 Pendapat “Tidak Wajar” atau adverse opinion. Pendapat tidak wajar

diberikan apabila pos-pos dalam laporan keuangan nyata-nyata

terdapat salah saji yang material dan tidak sesuai dengan standar

pengadilan internal dan sistem akuntansi yang ada.

 “Tidak Memberikan Pendapat” atau Disclaimer Opinion. Keadaan

tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion) diberikan auditor

karena beberapa faktor, yaitu: a) auditor terganggu independensinya, b)

auditor dibatasi untuk mengakses data tertentu.

Anda mungkin juga menyukai