Anda di halaman 1dari 45

MODUL IC

ANALISIS PENGARUH PENCAHAYAAN TERHADAP HASIL KERJA

Disusun oleh :
Kelompok 01

Puji Ayu Lestari 31602000001


Agung Apriliyanto 31602000013
Qhilma Ariyani 31602000058

LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum


Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi pada Fakultas Teknologi Industri
Program Studi Teknik Industri 2021/2022. Telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Kelompok : 01

Oleh,
Asisten Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Modul IC
Analisis Pengaruh Pencahayaan Terhadap Hasil Kerja

Amir Syarifudin

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN……………………………………….. ii


DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………... v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… vii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan Masalah…………………………………………………………… 2
1.4 Pembatasan Masalah……………………………………………………… 2
1.5 Sistematika Penulisan……………………………………………………...3
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………… 4
2.1 Pencahayaan……………………………………………………………….4
2.2 Visi dan Pencahayaan……………………………………………………...6
2.3 Efek atau Dampak Penerangan yang Kurang Baik……………………….. 8
2.4 Tingkat Pencahayaan………………………………………………………9
2.5 Pendapatan Para Ahli tentang Pencahayaan ……………………………10
2.6 Definisi dan Istilah yang Umum Digunakan……………………………..11
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA………………….. 13
3.1 Pengumpulan Data………………………………………………………. 13
3.2 Pengolahan Data………………………………………………………….13
3.2.1 Uji Paired-Sample T-Test………………………………………….. 13
3.2.2 Uji Anova………………………………………………………….. 14
3.2.3 Uji Homogenitas…………………………………………………... 16
3.2.4 Uji Chi Square……………………………………………………...17
BAB IV ANALISIS DATA…………………………………………………….. 19
4.1 Analisis Paired Sample T Test……………………………………………19
4.1.1 Analisis Output Paired Samples Statistic…………………………..19
4.1.2 Output Paired Sample Correlations………………………………..20

iii
4.1.3 Output Paired Samples Test……………………………………….. 21
4.2 Analisa Uji Anova……………………………………………………….. 24
4.3 Analisa Uji Homogenitas……………………………………………….. 28
4.4 Analisa Uji Chi-Square………………………………………………….. 30
4.5 Analisis Perbandingan……………………………………………………32
4.5.1 Analisis Perbandingan dari Hasil Percobaan……………………… 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………... 35
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 35
5.2 Saran……………………………………………………………………...36
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Hasil Praktikum………………………………………………….13


Tabel 3.2 Output Period-Sample T-Test Statistics………………………………. 13
Tabel 3.3 Output Paired Samples T-Test Correlations………………………….. 14
Tabel 3.4 Output Paired Samples T-Test…………………………………………14
Tabel 3.5 Output Descriptive Anova pada Tingkat Pencahayaan Tinggi……….. 14
Tabel 3.6 Anova pada Tingkat Pencahayaan Tinggi……………………………..15
Tabel 3.7 Output Descriptive Anova pada Tingkat Pencahayaan Sedang………. 15
Tabel 3.8 Anova pada Tingkat Pencahayaan Sedang…………………………….15
Tabel 3.9 Output Descriptive Anova pada Tingkat Pencahayaan Rendah……….15
Tabel 3.10 Lanjutan……………………………………………………………... 16
Tabel 3.11 Anova pada Tingkat Pencahayaan Rendah………………………….. 16
Tabel 3.12 Output Test Homogeneity of Variances Highlight…………………... 16
Tabel 3.13 Output Test Homogeneity of Variances Middle Light……………….. 16
Tabel 3.14 Output Test Homogeneity of Variances Low Light…………………. 16
Tabel 3.15 Descriptive Statistics………………………………………………... 17
Tabel 3.16 Output Chi Square Test High Light………………………………….17
Tabel 3.17 Output Chi Square Test Middle Light………………………………. 17
Tabel 3.18 Output Chi Square Test Low Light…………………………………..18
Tabel 4.1 Output Uji Paired Sample Statistic……………………………………19
Tabel 4.2 Output Paired Sample T-test Correlations…………………………….20
Tabel 4.3 Output Paired Sample T-test…………………………………………..21
Tabel 4.4 Descriptive Anova pada pencahayaan Tinggi………………………… 24
Tabel 4.5 Output Anova pada Pencahayaan Tinggi……………………………... 24
Tabel 4.6 Descriptive Anova pada pencahayaan Sedang………………………...26
Tabel 4.7 Output Anova pada pencahayaan Sedang…………………………….. 26
Tabel 4.8 Output Anova pada pencahayaan Rendah……………………………..27
Tabel 4.9 Test of Homogeneity of Variances pada pencahayaan Tinggi………… 28
Tabel 4.10 Test of Homogeneity of Variances pada pencahayaan Sedang……….29

v
Tabel 4.11 Test of Homogeneity of Variances pada pencahayaan Rendah……….30
Tabel 4.12 Output Uji Chi Square pada Pencahayaan Tinggi…………………... 31
Tabel 4.13 Test Statistics…………………………………………………………31
Tabel 4.14 Analisis Perbandingan Uji Mean Pada pencahayaan Tinggi………... 33
Tabel 4.15 Analisis Perbandingan Uji Mean Pada pencahayaan Sedang………..33
Tabel 4.16 Analisis Perbandingan Uji Mean Pada pencahayaan Rendah………. 33

vi
DAFTAR GAMBAR

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencahayaan adalah salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman yang berkaitan erat dengan produktivitas
manusia. Menurut Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan
adalah jumlah penyinaran yang terdapat pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Salah satu ancaman yang dapat mengganggu proses produksi yang
ditekankan dalam hal ini adalah masalah penerangan, yaitu jumlah intensitas
cahaya yang diberikan untuk proses kerja sesuai kebutuhan dan tanpa adanya efek
samping maupun gerakan paksa pada pekerja. Masih banyak diantara perusahaan
yang masih mengabaikan permasalahan pencahayaan. Banyak yang belum
menyadari bahwa dampak buruk dari pencahayaan yang tidak sesuai dengan
pekerja akan menimbulkan permasalahan baru. Dampak penerangan yang tidak
sesuai yang sangat dominan adalah menurunnya produktivitas kerja yang
disebabkan karena kelelahan mata dan rasa jenuh akibat pengaruh besarnya
intensitas cahaya yang masuk ke mata pekerja.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, penerangan
adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu salah satu masalah
lingkungan ditempat kerja harus diperhatikan yaitu pencahayaan.Nilai
Pencahayaan yang dipersyaratkan oleh Kep-Menkes RI
No.1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal 100 lux. Penerangan di tempat kerja
adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi benda-benda di tempat kerja.
Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja yang kurang memenuhi
persyaratan tertentu dapat memperburuk penglihatan, karena jika pencahayaan
terlalu besar ataupun lebih kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya
yang diterima oleh mata. Akibatnya mata harus memicing silau atau berkontraksi
secara berlebihan, Karena jika pencahayaan lebih besar atau lebih kecil, pupil

1
2

mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima oleh mata. Pupil
akan mengecil jika menerima cahaya yang besar. Hal ini merupakan salah satu
penyebab mata cepat lelah (Departemen Kesehatan, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan
Ergonomi dengan judul modul analisis pengaruh pencahayaan terhadap hasil kerja
yaitu sebagai berikut.
1. Apakah pencahayaan yang berbeda-beda dapat mempengaruhi hasil dari
kinerja seorang operator ?
2. Berapakah tingkat intensitas pencahayaan yang diijinkan untuk suatu
pekerjaan tertentu agar mencapai produktivitas yang optimal?
3. Apakah pencahayaan dapat mempengaruhi kelelahan maupun konsentrasi
kinerja operator?

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
dengan judul analisis pengaruh intensitas pencahayaan terhadap hasil kerja adalah
sebagai berikut.
1. Mengetahui pencahayaan yang berbeda-beda dapat mempengaruhi hasil
dari kinerja seorang operator.
2. Mengetahui tingkat intensitas pencahayaan yang diijinkan untuk suatu
pekerjaan tertentu.
3. Mengetahui bagaimana pencahayaan dapat mempengaruhi kelelahan
maupun konsentrasi kinerja operator.

1.4 Pembatasan Masalah


Adapun batasan masalah dari Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan
Ergonomi dengan judul analisis pengaruh intensitas pencahayaan terhadap hasil
kerja yaitu sebagai berikut.
3

1. Intensitas pencahayaan yang digunakan pada intensitas pencahayaan


rendah (20,5 lux), sedang (59,5 lux) dan tinggi (194,8 lux).
2. Percobaan ini dilakukan 10 kali pada masing-masing tingkat intensitas
pencahayaan.
3. Waktu satu kali percobaan adalah 3 menit.
4. Pengolahan data hanya menggunakan aplikasi SPSS.
5. Operator tidak digantikan dari awal sampe akhir percobaan

1.5 Sistematika Penulisan


Berikut ini adalah sistematika penyusunan laporan Praktikum Perancangan
Sistem Kerja dan Ergonomi dengan judul analisis pengaruh intensitas
pencahayaan terhadap hasil kerja adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang, perumusan masalah,
batasan masalah, tujuan praktikum dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas tentang pencahayaan, visi dan pencahayaan, dan
efek atau dampak penerangan yang kurang baik
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini berisi mengenai data-data yang diperoleh dari hasil praktikum
terhadap pengaruh intensitas pencahayaan pada kinerja operator. Kemudian
pengolahan data menggunakan SPSS menggunakan uji T, uji Anova, uji
Homogenitas dan uji Chi Square.
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini berisi tentang analisis data hasil output dari uji T, uji Anova,
uji Homogenitas dan uji Chi Square.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini yaitu membahas kesimpulan yang diperoleh dari Praktikum
Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi dengan judul analisis pengaruh
intensitas pencahayaan terhadap hasil kerja dan saran terhadap praktikum
selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pencahayaan
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah
bidang permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan didefinisikan
sebagai tingkat pencahayaan rata – rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja
yang dimaksud adalah sebuah bidang horizontal imajiner yang terletak setinggi
0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan (SNI Tata Cara Perancangan Sistem
Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, 2000). Pencahayaan memiliki
satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari luas
permukaan. Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar.
Pencahayaan yang baik menyebabkan manusia dapat melihat objek – objek yang
dikerjakannya dengan jelas. Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis
gelombang elektromagnetik yang terbang ke angkasa dimana gelombang tersebut
memiliki panjang dan frekuensi tertentu yang nilainya dapat dibedakan dari
energy cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetiknya (Suhardi, 2008).
Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif.
Pencahayaan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang
menerangi benda-benda di tempat kerja. Pencahayaan dapat berasal dari cahaya
alami dan cahaya buatan, banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi
di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja, hal ini penting untuk menghindari
kecelakaan yang mungkin terjadi, selain itu pencahayaan yang memadai
memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang
menyegarkan (Suma’mur, 2009).
Menurut Prabu (2009), menyebutkan bahwa ada 5 sistem pencahayaan di
ruangan, yaitu :

4
5

1. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)


Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur
pencahayaan, tetapi ada kelemahannya, karena dapat menimbulkan bahaya
serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung,
maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan
langit-langit, dinding, serta benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi
warna cerah, agar tampak menyegarkan.
2. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding.
Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat
dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih
memiliki efisiensi pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih efisien
pemantulan antara 5-90%.
3. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding.
Pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni
memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem
ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
4. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil
yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian, serta
dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada,
serta kesilauan dapat dikurangi.
5. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas, kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan.
Seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, sehingga perlu
6

diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini


adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan, sedangkan
kerugiannya mengurangi efisien cahaya total yang jatuh pada permukaan
kerja.
Sumber pencahayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Sumber pencahayaan alami adalah sumber dari pencahayaan yang didapat
dari sinar alami pada waktu siang hari untuk keadaan selama 12 jam dalam
sehari, untuk mendapatkan cahaya matahari harus memperhatikan letak
jendela dan lebar jendela. Luas jendela untuk pencahayaan alami sekitar
20% luas lantai ruangan. Pencahayaan alami dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain : musim, waktu, jam, jauh dekatnya gedung yang
bersebelahan, dan luas jalan masuk pencahayaan alami
2. Sumber pencahayaan buatan adalah sumber pencahayaan yang berasal dari
lampu buatan seperti listrik, gas, atau minyak. Pencahayaan buatan dari
suatu tempat kerja bertujuan menunjang dan melengkapi pencahayaan
alami, juga dimaksudkan agar suatu ruangan kerja tercipta suasana yang
menyenangkan dan terasa nyaman untuk mata kita. Untuk itu dalam
pemilihan atau pengadaan lampu perlu diperhatikan tentang efek dari
pencahayaan buatan terhadap objek yang diamati, tugas visual tertentu
memerlukan pencahayaan buatan yang lebih baik (Suma’mur, 2009).

2.2 Visi dan Pencahayaan


1. Mata
Mata merupakan alat indra yang sangat vital. Apalagi dalam bekerja
peranan mata sangat penting untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
baik. Bagian mata yang menerima rangsangan dari luar adalah retina.
Retina memiliki 2 jenis penerima yaitu: the cones yang masing-masing
memiliki urat syaraf yang berhubungan langsung ke otak dan efektif dalam
hal penerimaan dan warna cahaya terang, dan the road yang dihubungkan
secara berkelompok ke urat syaraf, urat syaraf akan mencapai efektivitas
yang paling baik dalam lampu yang terang dan melindungi bagian –
7

bagian penglihatan pada bagian ujung/tepi. Seluruh objek yang harus


diamati dan dipelajari dengan seksama dalam suatu pekerjaan, seharusnya
diletakkan saling berdekatan satu dengan lainnya dan pada jarak yang
sama dari mata. Informasi lain memberlakukan acuan aktif dan seharusnya
ditempatkan langsung tepat didepan suatu posisi yang nyaman dan enak
dari kepala, dan selanjutnya dapat untuk menopang kebutuhan, untuk
memegang leher didalam posisi yang dibelokkan atau diputarbalikkan
dalam periode yang cukup lama.
2. Adaptasi pada perubahan-perubahan tingkatan cahaya
Dalam cahaya terang, kepekan yang relatif dari mata untuk membedakan
warna ditunjukkan seperti gambar. Jika gelap diterima, kepekaan
berpindah dengan baik melalui ujung dari spektrum yang berwarna biru.
Oleh karena gelap yang diterima mata tidak peka terhadap warna merah,
adaptasi gelap tersebut alat alat yang digunakan pada malam hari
seharusnya diperjelas dengan warna merah. Pengaruh dari terangnya suatu
objek tergantung pada keadaan penerimaan dari mata. Jika dalam
penglihatan mengandung suatu wilayah yang sangat terang, maka mata
akan cenderung untuk menerimanya, mengurangi kepekaannya sampai ke
wilayah lebih gelap.
3. Iluminasi
Penerangan dari suatu objek tergantung dari suasana terang yang ada
disekelilingnya, dimana mata dapat menerima suasana tersebut. Tingkat
pencahayaan biasanya diukur dalam istilah iluminasi atau penerangan,
yaitu fluxflux yang berpendar dari suatu sumber cahaya yang dipancarkan
pada suatu permukaan per luas permukaan. Pengukuran dilakukan dengan
meletakkan sebuah light meter diatas permukaan benda kerja. Satuan
internasional unit untuk penerangan adalah lumens/sq metre atau lux (lx).
Cahaya yang dipantulkan dari suatu permukaan atau objek dapat diukur
dengan suatu light meter yang ditujukan atau diarahkan pada permukaan.
Cahaya tersebut bergantung pada intensitas dari sumber dan refleksi dari
permukaan.
8

2.3 Efek atau Dampak Penerangan yang Kurang Baik


Penerangan di tempat kerja yang kurang baik akan menyebabkan tenaga
kerja mengeluarkan upaya yang berlebihan dari indera penglihatannya, misalnya
dengan lebih mendekatkan indera penglihatannya terhadap obyek yang
dikerjakannya, ini berarti akomodasi lebih dipaksakan.
Hal ini akan dapat lebih memudahkan timbulnya kelelahan mata yang
ditandai dengan terjadinya penglihatan rangkap dan kabur, mata berair dan
disertai perasaan sakit kepala disekitar mata. Selain itu kelelahan mata yang
berlangsung agak lama akan dapat menimbulkan terjadinya kelelahan mental yang
ditandai dengan gejala-gejalanya meliputi sakit kepala dan penurunan intelektual,
daya konsentrasi dan kecepatan berpikir.
Efek intensitas penerangan yang kurang maupun berlebih terhadap
kesehatan dan keselamatan pekerja, antara lain :
1. Kelelahan mata − ditandai iritasi pada mata,
penglihatan ganda, daya
akomodasi menurun, sakit kepala, ketajaman melihat menurun, kepekaan
kontras dan kecepatan persepsi menurun.
2. Kelelahan syaraf − ditandai gerakan yang lambat,
gangguan pada fungsi
motorik dan psikologis.
3. Kesilauan (glare) − cahaya yang tidak diinginkan yang
berada dalam
jangkauan penglihatan, yang menyebabkan ketidaknyamanan, gangguan,
kelelahan mata atau gangguan penglihatan. Terdapat tiga jenis kesilauan
yang mengakibatkan gangguan penglihatan, yakni disability glare,
discomfort glare, dan reflected glare.
4. Masalah kesehatan lainnya seperti kelelahan kerja (fatigue), stres,
kelelahan mental (sakit kepala, menurunnya daya konsentrasi dan
kecepatan berpikir).
5. Meningkatkan risiko kecelakaan kerja.
9

Menurut Grandjean (1993) penerangan yang tidak didesain dengan baik


akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh
dan penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan dampak,
yaitu:
1. Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
2. Kelelahan mental.
3. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
4. Kerusakan indra mata dan lain-lain.
Standar penerangan di Indonesia telah ditetapkan seperti tersebut dalam Peraturan
Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964, Tentang syarat-syarat kesehatan,
kebersihan dan penerangan di tempat kerja. Standar penerangan yang ditetapkan
untuk di Indonesia tersebut secara garis besar hampir sama dengan standar
internasional.

2.4 Tingkat Pencahayaan


Pencahayaan merupakan salah satu faktor pendukung produktivitas
bekerja baik untuk pekerja maupun mahasiswa. Oleh karenanya pencahayaan
alami dengan cahaya matahari saja tidaklah cukup dalam mendukung tingkat
pencahayaan.
Dengan pencahayaan yang cukup maka mampu meningkatkan
produktivitas kerja. Hendra (2013) mengatakan bahwa pencahayaan yang baik
dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan merupakan salah satu faktor penting
dalam meningkatkan kenyamanan dalam bekerja. Hal ini selaras dengan
kebutuhan dalam proses pekerjaan di perkantoran yang notabennya pencahayaan
merupakan faktor pendukung utama. Tidak dipungkiri bahwa faktor pencahayaan
baik yang berasal dari pencahayaan alami dari sinar matahari maupun penerangan
buatan dari lampu ini menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan baik rumah
tangga, perkantoran, perbengkelan, bahkan proses belajar mengajar di sekolah dan
perguruan tinggi. Hendra (2013) mengatakan bahwa pencahayaan yang kurang
baik dapat menyebabkan berbagai macam keluhan pada mata yang disebut dengan
symptoms. Keluhan pada mata yang berhubungan dengan potensi bahaya yang
10

diakibatkan karena pencahayaan khususnya di tempat kerja meliputi kelelahan


mata, sakit kepala, mata kering, keluhan pada leher atau bahu dan mata terasa
pedih. Pernyataan ini diperkuat oleh Herlina (2016) bahwa penerangan yang
buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata karena adanya efisiensi kerja mata
yang berkurang, keluhan pegal di sekitar mata serta sakit kepala di sekitar mata.
Keluhan pada area mata banyak dikeluhkan pada pekerja perkantoran dengan
menggunakan komputer. Tidak hanya pekerja di perkantoran saja yang merasakan
hal tersebut, kondisi tersebut juga dirasakan oleh civitas akademika seperti
mahasiswa-mahasiswa yang dengan jurusan atau program studi yang berhubungan
dengan komputer seperti bidang IT, desain visual, arsitek, perkantoran dll juga
termasuk staf dan jabatan di perguruan tinggi yang juga menghabiskan waktu
bekerjanya banyak di di dalam ruangan. Dan berdasarkan penelitian Hendra
(2013) menyebutkan bahwa 30% pekerja operator komputer mengalami keluhan
mata kering.
Pemberian pencahayaan yang cukup pada ruangan untuk pekerja mampu
menunjang kelancaran pekerjaan dengan berkurangnya kelelahan pada mata
sebagai penyakit akibat kerja yang ditimbulkan. Dalam buku international labour
organization menyatakan bahwa dengan pencahayaan yang cukup, mampu
memberikan hasil karya dengan kesalahan yang minimal mencapai 30 % dengan
menghasilkan produktivitas 10 – 50% serta mengurangi keluhan pada mata dan
sakit kepala, nausea, dan sakit leher yang dapat berkembang menjadi eyestrain.

2.5 Pendapatan Para Ahli tentang Pencahayaan


Kualitas Pencahayaan Kualitas pencahayaan yang baik dapat
memaksimalkan performa visual, komunikasi interpersonal, dan mempengaruhi
perilaku manusia di dalam ruangan, sedangkan kualitas pencahayaan yang buruk
akan menyebabkan ketidaknyamanan dan memusingkan performa visual. Menurut
IESNA (2000), kualitas pencahayaan dapat dikategorikan melalui tiga pendekatan
yaitu dari bidang arsitektur, ekonomi dan lingkungan, dan kebutuhan manusia.
Arsitektur Pencahayaan terdapat di dalam konteks arsitektur baik itu
interior maupun eksterior. Menurut Setiawan (2012), pencahayaan bukan berperan
11

sebagai pelengkap arsitektur, namun telah menjadi bagian dari arsitektur itu
sendiri. Keberadaan pencahayaan dapat mempengaruhi pengalaman ruang,
estetika bangunan, dan visualisasi ruang.
Sedangkan cahaya menurut Mangunwijaya (1997), cahaya dapat diartikan
sebagai arus partikel-partikel (bagian materi) dan atau sebagai arus gelombang
magnet elektro. Dari skala panjang gelombang sinar-sinar magnet elektro
menunjukan spektrum cahaya merupakan salah satu mata rantainya yang semakin
beralih juga warnanya dari jingga violet ke merah.
Cahaya merupakan bagian penting bagi kehidupan manusia, terutama
untuk mengenali lingkungan dan menjalankan aktivitasnya. Tanpa adanya cahaya
dunia akan menjadi gelap, menakutkan, dan tidak ada yang bisa dikenali, sehingga
tidak adanya keindahan visual. Dengan cahaya manusia dapat melihat lingkungan
dan warna serta dapat beraktivitas dengan nyaman. Pengertian cahaya dapat juga
diartikan sebagai sebuah gua yang gelap dengan lubang kecil untuk masuknya
cahaya. Makin gelap permukaan gua, maka semakin kecil lubang cahayanya.
Namun, lubang cahaya yang makin besar akan memberikan efek silau. Oleh
karena itu untuk menghindari masalah silau tersebut lubang cahaya dapat
diperbesar atau dinding gua dapat dicat dengan warna terang (Frick, 2007).

2.6 Definisi dan Istilah yang Umum Digunakan


Cahaya light adalah gelombang elektromagnetik yang mempunyai panjang antara
380 hingga 700 nm nanometer, 1nm = 10 -9 m, dengan urutan warna: ungu-ultra,
ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, merah, merah-infra 2 2 Prasasto Satwiko,
Fisika Bangunan, ANDI, Yogyakarta, 2009, hal. 141-145 . Ungu- ultra dan
merah-infra hanya dapat dilihat dengan bantuan alat optik khusus. Spektrum
radiasi Ungu-ultra 290-380 nm berdaya kimia, sedangkan merah-infra 700-2300
nm berdaya panas. Kecepatan cahaya adalah 3x10 8 mdtk. Sinar adalah berkas
cahaya yang mengarah ke satu tujuan.
Cahaya matahari sunlight, daylight mempunyai panjang gelombang antara
290 hingga 2300 nm dan mempunyai spektrum lengkap dari ungu-ultra hingga
merah-infra. Mata manusia paling peka terhadap cahaya kuning 550 nm. Cahaya
12

langit sky light adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang dipakai untuk
penerangan alami ruangan, bukan sinar matahari langsung. Sinar matahari
langsung akan sangat menyilaukan dan membawa panas, sehingga tidak dipakai
untuk menerangi ruangan. Cahaya buatan artificial light adalah segala bentuk
cahaya yang bersumber dari alat yang diciptakan manusia, seperti lampu pijar,
lilin, lampu minyak tanah dan obor. Lawan dari cahaya buatan adalah cahaya
alami, yaitu cahaya yang bersumber dari alam, misalnya: matahari, lahar panas,
fosfor di pohon-pohon, kilat, dan kunang-kunang. Bulan adalah sumber cahaya
alami sekunder karena dia sebenarnya hanya memantulkan cahaya matahari.
Arus cahaya luminous flux, flow diukur dengan lumen adalah banyaknya
cahaya yang dipancarkan ke segala arah oleh sebuah sumber cahaya persatuan
waktu. Intensitas sumber cahaya light intensity, luminous intensity diukur dengan
candela adalah kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya ke arah tertentu.
Sebuah sumber cahaya berintensitas 1 jendela 1 lilin mengeluarkan cahaya total
ke segala arah sebanyak 12,57 lumen 12,57 adalah luas kulit bola berjari-jari 1
meter dengan sumber cahaya sebagai titik pusatnya. Dengan kata lain, 1 jendela =
1 lumen per 1 sudut bola steradian.
13
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan Data


Setelah melakukan praktikum adapun data yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Data Hasil Praktikum

Jumlah Hasil Yang Tidak Sesuai


Perlakuan Kebisingan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rendah (20,5 lux) 11 15 11 11 14 10 10 10 13 11

Sedang (59,2 lux) 8 14 9 8 14 12 15 11 14 14

Tinggi (194,8 lux) 8 8 13 9 11 8 11 2 5 4

3.2 Pengolahan Data

Pengolahan data pada pencahayaan ini adalah uji Chi-Square, uji T, uji
Anova dan Uji Homogenitas. Adapun hasil pengolahan data adalah sebagai
berikut.
3.2.1 Uji Paired-Sample T-Test
Berikut adalah uji Paired-Sample T-Test dengan menggunakan software
SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Output Period-Sample T-Test Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Tinggi 7.90 10 3.414 1.080


Pair 1
Sedang 11.90 10 2.726 .862

Tinggi 7.90 10 3.414 1.080


Pair 2
Rendah 11.60 10 1.776 .562

Sedang 11.90 10 2.726 .862


Pair 3
Rendah 11.60 10 1.776 .562

13
15

Tabel 3.3 Output Paired Samples T-Test Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Tinggi & Sedang 10 -.144 .691

Pair 2 Tinggi & Rendah 10 .121 .739

Pair 3 Sedang & Rendah 10 .381 .278

Tabel 3.4 Output Paired Samples T-Test

Paired Differences

Std. 95% Confidence Interval of


Std. t df
Mean Error the Difference
Deviation
Mean Lower Upper

Pair Tinggi - -2.


-4.000 4.667 1.476 -7.338 -.662 9
1 Sedang 711

Pair Tinggi - -3.


-3.700 3.653 1.155 -6.313 -1.087 9
2 Rendah 203

Pair Sedang - .36


.300 2.627 .831 -1.579 2.179 9
3 Rendah 1

3.2.2 Uji Anova


Berikut adalah uji Anova dengan menggunakan software SPSS adalah
sebagai berikut:
a) Tingkat Pencahayaan Tinggi 194,8 lux
Tabel 3.5 Output Descriptive Anova pada Tingkat Pencahayaan Tinggi

Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Mini Maxi


N Mean
Deviation Error Lower Bound Upper Bound mum mum

8 2 8.50 .707 .500 2.15 14.85 8 9

9 1 13.00 . . . . 13 13

11 1 2.00 . . . . 2 2

12 1 8.00 . . . . 8 8

14 4 7.00 3.162 1.581 1.97 12.03 4 11

15 1 11.00 . . . . 11 11

Total 10 7.90 3.414 1.080 5.46 10.34 2 13


16

Tabel 3.6 Anova pada Tingkat Pencahayaan Tinggi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 74.400 5 14.880 1.951 .268

Within Groups 30.500 4 7.625

Total 104.900 9

b) Tingkat Pencahayaan Sedang 59,2 lux


Tabel 3.7 Output Descriptive Anova pada Tingkat Pencahayaan Sedang

Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Mini Maxi


N Mean
Deviation Error Lower Bound Upper Bound mum mum

10 3 12.67 2.082 1.202 7.50 17.84 11 15

11 4 9.75 2.872 1.436 5.18 14.32 8 14

13 1 14.00 . . . . 14 14

14 1 14.00 . . . . 14 14

15 1 14.00 . . . . 14 14

Total 10 11.90 2.726 .862 9.95 13.85 8 15


Tabel 3.8 Anova pada Tingkat Pencahayaan Sedang

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 33.483 4 8.371 1.252 .397

Within Groups 33.417 5 6.683

Total 66.900 9

c) Tingkat Pencahayaan Rendah 20,5 lux


Tabel 3.9 Output Descriptive Anova pada Tingkat Pencahayaan Rendah

Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Mini Maxi


N Mean
Deviation Error Lower Bound Upper Bound mum mum

2 1 10.00 . . . . 10 10

4 1 11.00 . . . . 11 11

5 1 13.00 . . . . 13 13
17

Tabel 3.10 Lanjutan

8 3 12.00 2.646 1.528 5.43 18.57 10 15

9 1 11.00 . . . . 11 11

11 2 12.00 2.828 2.000 -13.41 37.41 10 14

13 1 11.00 . . . . 11 11

Total 10 11.60 1.776 .562 10.33 12.87 10 15

Tabel 3.11 Anova pada Tingkat Pencahayaan Rendah

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 6.400 6 1.067 .145 .977

Within Groups 22.000 3 7.333

Total 28.400 9

3.2.3 Uji Homogenitas


Berikut adalah uji Homogenitas dengan menggunakan software SPSS
adalah sebagai berikut.
a) Pencahayaan Tinggi 194,8 lux
Tabel 3.12 Output Test Homogeneity of Variances Highlight
Levene Statistic df1 df2 Sig.

.b 1 . .

b) Pencahayaan Sedang 59,2 lux


Tabel 3.13 Output Test Homogeneity of Variances Middle Light
Levene Statistic df1 df2 Sig.

.343a 1 5 .583

c) Pencahayaan Rendah 20,5 lux


Tabel 3.14 Output Test Homogeneity of Variances Low Light
Levene Statistic df1 df2 Sig.

.b 1 . .
18

3.2.4 Uji Chi Square


Berikut adalah uji Chi Square dengan menggunakan software SPSS adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.15 Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Tinggi 10 7.90 3.414 2 13

Sedang 10 11.90 2.726 8 15

Rendah 10 11.60 1.776 10 15

a) Tingkat Pencahayaan Tinggi 194,8 lux


Tabel 3.16 Output Chi Square Test HighLight

Observed N Expected N Residual

2 1 1.4 -.4

4 1 1.4 -.4

5 1 1.4 -.4

8 3 1.4 1.6

9 1 1.4 -.4

11 2 1.4 .6

13 1 1.4 -.4

Total 10

b) Tingkat Pencahayaan Sedang 59,2 lux


Tabel 3.17 Output Chi Square Test Middle Light

Observed N Expected N Residual

8 2 1.7 .3

9 1 1.7 -.7

11 1 1.7 -.7

12 1 1.7 -.7

14 4 1.7 2.3

15 1 1.7 -.7
19

Total 10

c) Tingkat Pencahayaan Rendah 20,5 lux


Tabel 3. 18 Output Chi Square Test Low Light

Observed N Expected N Residual

10 3 2.0 1.0

11 4 2.0 2.0

13 1 2.0 -1.0

14 1 2.0 -1.0

15 1 2.0 -1.0

Total 10
BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Analisis Paired Sample T Test


Uji dilakukan dua sampel yang berpasangan (paired). Paired sample t test
merupakan uji beda dua sampel berpasangan. Sampel berpasangan merupakan
subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda. Data yang
digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Jadi lebih besar atau lebih kecil,
karenanya dipakai uji Paired Sample T Test.
4.1.1 Analisis Output Paired Samples Statistic
Tabel 4. 1 Output Uji Paired Sample Statistic

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Tinggi 7.90 10 3.414 1.080


Pair 1
Sedang 11.90 10 2.726 .862

Tinggi 7.90 10 3.414 1.080


Pair 2
Rendah 11.60 10 1.776 .562

Sedang 11.90 10 2.726 .862


Pair 3
Rendah 11.60 10 1.776 .562

a. Pencahayaan Tinggi Dengan sedang


Pada bagian pair 1 antara pencahayaan tingkat tinggi dengan sedang
terlihat ringkasan statistik dan kedua sample untuk pencahayaan tingkat
tinggi operator mempunyai rata-rata kesalahan 7,90, sedangkan pada
pencahayaan tingkat sedang mempunyai rata-rata kesalahan 11,90. Untuk
Standard Deviation pencahayaan tingkat tinggi diperoleh 3,414 dan
Standar Error Mean pencahayaan tingkat tinggi sebesar 1,080 sedangkan
Untuk Standard Deviation pencahayaan tingkat sedang diperoleh 2.726
dan Standar Error Mean pencahayaan tingkat sedang sebesar 0.862.

19
21

b. Pencahayaan Tinggi Dengan Rendah


Pada bagian pair 2 antara pencahayaan tingkat tinggi dengan rendah
terlihat ringkasan statistik dari kedua sampel untuk pencahayaan tingkat
tinggi operator mempunyai rata-rata kesalahan 7,90, sedangkan pada
pencahayaan tingkat rendah mempunyai rata-rata kesalahan 11,60. Untuk
Standard Deviation pencahayaan tingkat tinggi diperoleh 3,414 dan
Standar Error Mean pencahayaan tingkat tinggi sebesar 1,080, sedangkan
untuk Standard Deviation pencahayaan tingkat rendah diperoleh 1,726 dan
Standar Error Mean pencahayaan rendah sebesar 0.562.
c. Pencahayaan Sedang Dengan Rendah
Pada bagian pair 3 antara pencahayaan tingkat sedang dengan rendah
terlihat ringkasan statistik dari kedua sampel untuk pencahayaan tingkat
sedang operator mempunyai rata-rata kesalahan 11,90, sedangkan pada
pencahayaan tingkat rendah mempunyai rata-rata kesalahan 11,60. Untuk
Standard Deviation pencahayaan tingkat sedang diperoleh 2.726 dari
Standart Error Mean pencahayaan tingkat sedang sebesar 0.862,
sedangkan Untuk Standart Deviation pencahayaan tingkat rendah
diperoleh 1,726 dari Standart Error Mean pencahayaan rendah sebesar
0.562.
4.1.2 Output Paired Sample Correlations
Tabel 4. 2 Output Paired Sample T-test Correlations
N Correlation Sig.

Pair 1 Tinggi & Sedang 10 -.144 .691

Pair 2 Tinggi & Rendah 10 .121 .739

Pair 3 Sedang & Rendah 10 .381 .278

a. Pencahayaan Tinggi Dengan Sedang


Output pada bagian kedua ini adalah hasil korelasi antara kedua variabel,
pada pair 1 antara pencahayaan tingkat tinggi dan pencahayaan tingkat
sedang menghasilkan angka -0.144 dengan nilai probabilitas lebih besar
daripada 0.05 (pada tabel terlihat nilai Signifikansi output sebesar 0.691).
Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara pencahayaan tingkat tinggi dan
22

pencahayaan tingkat sedang adalah tidak berkorelasi dan tidak


berhubungan secara nyata.
b. Pencahayaan Tinggi Dengan Rendah
Output pada bagian kedua ini adalah hasil korelasi antara kedua variabel,
pada pair 2 antara pencahayaan tingkat tinggi dan pencahayaan tingkat
rendah menghasilkan angka 0.121 dengan nilai probabilitas lebih besar
daripada 0.05 (pada tabel terlihat Signifikansi output sebesar 0.739). Hal
ini menyatakan bahwa korelasi antara pencahayaan tingkat tinggi dan
pencahayaan tingkat rendah adalah berkorelasi dan berhubungan secara
nyata.
c. Pencahayaan Rendah Dengan Sedang
Output pada bagian kedua ini adalah hasil korelasi antara kedua variabel,
pada pair 3 antara pencahayaan tingkat sedang dan pencahayaan tingkat
rendah menghasilkan angka 0.381 dengan nilai probabilitas lebih besar
daripada 0.05 (pada tabel terlihat Signifikansi output sebesar 0.278). Hal
ini menyatakan bahwa korelasi antara pencahayaan tingkat sedang dan
pencahayaan tingkat rendah adalah berkorelasi dan berhubungan secara
nyata.
4.1.3 Output Paired Samples Test
Tabel 4. 3 Output Paired Sample T-test
Paired Differences

Std. 95% Confidence Interval of the


Mea Std. t df
Error Difference
n Deviation
Mean Lower Upper

Pair Tinggi - -4.00 -2.7


4.667 1.476 -7.338 -.662 9
1 Sedang 0 11

Pair Tinggi - -3.70 -3.2


3.653 1.155 -6.313 -1.087 9
2 Rendah 0 03

Pair Sedang -
.300 2.627 .831 -1.579 2.179 .361 9
3 Rendah
23

a) Pencahayaan Tinggi Dengan Sedang


- Hipotesis
H0 = Kedua rata-rata kesalahan pada pencahayaan adalah identik. Tidak
ada perbedaan rata-rata kesalahan antara pencahayaan tinggi dengan
pencahayaan sedang.
H1 = Kedua rata-rata kesalahan pada pencahayaan adalah tidak identik.
Ada perbedaan rata-rata kesalahan antara pencahayaan tinggi dengan
pencahayaan sedang.
- Pengambilan keputusan
Dasar pengambilan keputusan :
● Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel
1. T hitung dari output adalah -2,711 sedang statistik tabel dapat dihitung
dengan tabel t
2. Tingkat signifikansi ( α ) adalah 5 % = 100 % - 95 % = 5%
= t 0,05 = 2,262
df = 9 n -1 = 10- 1= 9
3. Aturan pengambilan keputusan :
Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak
4. Keputusan :
Dari tabel t, didapatkan 2,262. Karena t hitung sebesar -2,711 lebih kecil
dari t tabel sebesar 2,262 ( -2,711 < 2,262) maka H0 diterima, dapat
dikatakan bahwa kedua rata-rata kesalahan pada pencahayaan tinggi dan
pencahayaan sedang adalah identik.
● Berdasarkan nilai probabilitas
1. Aturan pengambilan keputusan :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
2. Keputusan :
Dengan probabilitas nilai sig (2-tailed) adalah 0,000 atau dibawah 0,05
maka H0 ditolak (0,000 < 0,05), dapat disimpulkan bahwa kedua rata-rata
24

kesalahan pada pencahayaan adalah identik. Tidak ada perbedaan rata-rata


kesalahan antara pencahayaan tinggi dengan pencahayaan sedang.
b) Pencahayaan Tinggi dengan Rendah
- Hipotesis
H0 = Kedua rata-rata kesalahan pada pencahayaan adalah identik. Tidak
ada perbedaan rata-rata kesalahan antara pencahayaan sedang
dengan pencahayaan rendah.
H1 = Kedua rata-rata kesalahan pada pencahayaan adalah tidak identik.
Ada perbedaan rata-rata kesalahan antara pencahayaan sedang
dengan pencahayaan rendah.
- Pengambilan keputusan
Dasar pengambilan keputusan :
● Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel
1. T hitung dari output adalah -3,203 sedang statistik tabel dapat dihitung
dengan tabel t
2. Tingkat signifikansi ( α ) adalah 5 % = 100 % - 95 % = 5%
t𝑎∕₂ = t 0,05 = 2,025
df = 9 → n - 1 = 10 - 1= 9
3. Aturan pengambilan keputusan :
Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak
4. Keputusan :
Dari tabel t, didapatkan 2,262. Karena t hitung sebesar -3,202 lebih kecil
dari t tabel sebesar 2,262 (-3,203 < 2,262) maka H0 diterima, dapat
dikatakan bahwa kedua rata-rata kesalahan pada pencahayaan sedang dan
pencahayaan rendah adalah identik.
● Berdasarkan nilai probabilitas
1. Aturan pengambilan keputusan :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
25

2. Keputusan :
Dengan probabilitas nilai Sig 2 tailed adalah 0.172. Didapatkan
probabilitas lebih besar dari 0.05 (0.172 > 0.05) maka H0 diterima,
Sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata kesalahan
antara pencahayaan tingkat tinggi sebesar 7,90 dengan pencahayaan
sedang sebesar 11,90. Artinya pencahayaan tingkat tinggi dengan
pencahayaan tingkat sedang tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja
operator.

4.2 Analisa Uji Anova


Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang Signifikan
antara rata-rata kesalahan pada tiga perilaku pencahayaan tingkat dan
pengaruhnya terhadap kinerja operator.
a) Tingkat Pencahayaan Tinggi (194,8 Lux)
Tabel 4. 4 Descriptive Anova pada pencahayaan Tinggi

Mea Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Mini Maxi
N
n Deviation Error Lower Bound Upper Bound mum mum

8 2 8.50 .707 .500 2.15 14.85 8 9

9 1 13.00 . . . . 13 13

11 1 2.00 . . . . 2 2

12 1 8.00 . . . . 8 8

14 4 7.00 3.162 1.581 1.97 12.03 4 11

15 1 11.00 . . . . 11 11

Total 10 7.90 3.414 1.080 5.46 10.34 2 13

Rata-rata kesalahan data pada pencahayaan tinggi adalah 7,90. Kesalahan


Minimum adalah 2 kesalahan dan kesalahan maksimum adalah 13 kesalahan
Tabel 4. 5 Output Anova pada Pencahayaan Tinggi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 74.400 5 14.880 1.951 .268

Within Groups 30.500 4 7.625

Total 104.900 9
26

● Hipotesis
H0 = Rata-rata kelima kesalahan pencahayaan tinggi adalah identik.
H1 = Rata-rata kelimakesalahan pencahayaan tinggi adalah tidak identik.
● Pengambilan keputusan
a. Berdasarkan perbandingan F tabel dan F hitung
1) Aturan pengambilan keputusan :
Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima.
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak.
2) Perhitungan F hitung dari Output sebesar 1.951 Tingkat signifikansi = 5%
karena dipilih tingkat kepercayaan 95% Denumerator adalah selisih jumlah
kasus dengan jumlah variabel yaitu 10-5 = 5 Maka : V1 = k-1 = 5-1 = 4 V2
= n-k = 10-5 = 5 Dari tabel F didapatkan angka 5.19
3) Keputusan Dari tabel F didapatkan nilai sebesar 5.19 yang berarti F tabel
lebih besar dari F hitung yaitu 1,951 (5.19 > 1,591) yang artinya H0
diterima. Sehingga dapat diartikan bahwa rata-rata dari lima kesalahan
tingkat pencahayaan tinggi adalah identik.
b. Berdasarkan nilai probabilitas
1) Aturan pengambilan keputusan :
Jika probabilitas > 0.05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
2) Keputusan :
Karena nilai Sig pada pencahayaan tinggi adalah 0.268 dan probabilitas
lebih besar dari 0.05 (0.268 > 0.05), maka H0 diterima. Sehingga ini
menyatakan bahwa rata-rata kesalahan tingkat pencahayaan tinggi adalah
identik. Artinya pada pencahayaan tingkat tinggi kelima rata-rata
kesalahan operator tidak ada perbedaan.
27

b) Pencahayaan sedang (59,2 Lux)


Tabel 4. 6 Descriptive Anova pada pencahayaan Sedang

95% Confidence Interval for Mean Mini


Std. Std. Maxi
N Mean mu
Deviation Error Lower Bound Upper Bound mum
m

10 3 12.67 2.082 1.202 7.50 17.84 11 15

11 4 9.75 2.872 1.436 5.18 14.32 8 14

13 1 14.00 . . . . 14 14

14 1 14.00 . . . . 14 14

15 1 14.00 . . . . 14 14

Total 10 11.90 2.726 .862 9.95 13.85 8 15

Rata-rata tingkat pencahayaan tersebut adalah 11,90. Kesalahan Minimum


adalah 8 kesalahan dan kesalahan maksimum adalah 15 kesalahan.
Tabel 4. 7 Output Anova pada pencahayaan Sedang
Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 33.483 4 8.371 1.252 .397

Within Groups 33.417 5 6.683

Total 66.900 9

● Hipotesis
H0 = Rata-rata kelima kesalahan pencahayaan sedang adalah identik.
H1 = Rata-rata kelima kesalahan pencahayaan sedang adalah tidak identik.
● Pengambilan keputusan
a. Berdasarkan perbandingan F tabel dan F hitung
1) Aturan pengambilan keputusan :
Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel maka H0
ditolak.
2) Perhitungan F hitung dari Output sebesar 1.252 Tingkat signifikansi = 5%
karena dipilih tingkat kepercayaan 95 % Denumerator adalah selisih
jumlah kasus dengan jumlah variabel yaitu 10-6 = 4
Maka :
V1 = k-1 = 6-1 = 5
28

V2 = n-k = 10-6 = 4
Dari tabel F didapatkan angka 6.26
3) Keputusan dari tabel F didapatkan nilai sebesar 6.26 yang berarti F tabel
lebih besar dari F hitung yaitu 1.924 (6.26 > 1.924) yang artinya H0
diterima. Sehingga dapat diartikan bahwa rata-rata dari lima kesalahan
tingkat pencahayaan sedang adalah identik.
b. Berdasarkan nilai probabilitas
1) Aturan pengambilan keputusan : Jika probabilitas > 0.05 maka H0
diterima Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak
2) Keputusan :
Karena nilai Sig pada tingkat pencahayaan sedang adalah 0.397 dan
probabilitas lebih besar dari 0.05 (0.397 > 0.05) maka H0 diterima.
Sehingga ini menyatakan bahwa rata-rata kesalahan tingkat pencahayaan
sedang adalah identik. Artinya pada tingkat pencahayaan sedang kelima
rata-rata kesalahan operator tidak ada perbedaan.
Tabel 4. 8 Output Anova pada pencahayaan Rendah

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 6.400 6 1.067 .145 .977

Within Groups 22.000 3 7.333

Total 28.400 9

● Hipotesis
H0 = Rata-rata ketujuh kesalahan pencahayaan rendah adalah identik.
H1 = Rata-rata ketujuh kesalahan pencahayaan rendah adalah tidak
identik.
● Pengambilan keputusan
a. Berdasarkan perbandingan F tabel dan F hitung
1. Aturan pengambilan keputusan :
Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima.
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak.
29

2. Perhitungan
F hitung dari output sebesar 0,145 Tingkat signifikansi = 5% karena
dipilih tingkat kepercayaan 95 % Denumerator adalah selisih jumlah kasus
dengan jumlah variabel yaitu 10-7 = 3, maka :
V1 = k-1 = 2-1 =1
V2 = n-k = 20-2 =18
Dari tabel F didapatkan angka 4,41 (V = 19)
3. Keputusan
Dari tabel F didapatkan nilai sebesar 0,145 yang berarti F tabel lebih kecil
dari F hitung yaitu 0,145 (1,140 < 4,441) yang artinya H0 ditolak. Maka
rata-rata kelima kesalahan pencahayaan rendah adalah identik.
b. Berdasarkan nilai probabilitas
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
1. Keputusan :
Karena nilai sig pada kebisingan rendah adalah 0,977 dan probabilitas
lebih besar dari 0,496 (0,496 > 0,977) maka H0 diterima. Sehingga
rata-rata ketujuh kesalahan pencahayaan rendah adalah identik. Artinya
pada pencahayaan rendah ketujuh rata-rata kesalahan operator tidak ada
perbedaan.

4.3 Analisa Uji Homogenitas


Uji homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya
variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Analisa ini bertujuan untuk
menguji berlaku tidaknya asumsi untuk ANOVA yaitu apakah pada sampel
memiliki varians yang sama.
a) Pencahayaan Tinggi (194,8 Lux)
Tabel 4. 9 Test of Homogeneity of Variances pada pencahayaan Tinggi
Levene Statistic df1 df2 Sig.

.b 1 . .
30

● Hipotesis
H0 = Keempat variansi rata-rata kesalahan tingkat pencahayaan tinggi
adalah identik.
H1 = Keempat variansi kesalahan tingkat pencahayaan tinggi adalah tidak
identik.
● Pengambilan keputusan
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
● Keputusan
Terlihat bahwa Levene Statistic hitung adalah 0 dengan nilai probabilitas
1000 oleh karena nilai probabilitas lebih dari 0,05 (0 > 0,05) maka H0
diterima. Artinya keempat variansi rata-rata kesalahan tingkat
pencahayaan tinggi adalah sama. Dengan demikian asumsi kesamaan
variansi untuk uji Anova sudah terpenuhi.
b) Pencahayaan Sedang (59,2 Lux)
Tabel 4. 10 Test of Homogeneity of Variances pada pencahayaan Sedang
Levene Statistic df1 df2 Sig.

.343a 1 5 .583

● Hipotesis
H0 = Ketujuh variansi rata-rata kesalahan tingkat pencahayaan sedang
adalah identik.
H1 = Ketujuh variansi kesalahan tingkat pencahayaan sedang adalah
tidak identik.
● Pengambilan keputusan
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
● Keputusan
Terlihat bahwa Levene Statistic hitung adalah 0,343 dengan nilai
probabilitas 0 oleh karena nilai probabilitas lebih dari 0,05 (0 < 0,05)
maka H0 ditolak. Artinya ketujuh variansi rata-rata kesalahan tingkat
31

pencahayaan sedang adalah sama. Dengan demikian asumsi kesamaan


variansi untuk uji Anova belum terpenuhi.
c) Pencahayaan Rendah (20,5 Lux)
Tabel 4. 11 Test of Homogeneity of Variances pada pencahayaan Rendah
Levene Statistic df1 df2 Sig.

.b 1 . .

● Hipotesis
H0 = Ketujuh variansi rata-rata kesalahan tingkat pencahayaan sedang
adalah identik.
H1 = Ketujuh variansi kesalahan tingkat pencahayaan sedang adalah
tidak identik.
● Pengambilan keputusan
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
● Keputusan
Terlihat bahwa Levene Statistic hitung adalah 0 dengan nilai probabilitas
0.621 oleh karena nilai probabilitas lebih dari 0,05 (0 > 0,05) maka H0
diterima. Artinya ketujuh variansi rata-rata kesalahan tingkat pencahayaan
rendah adalah sama. Dengan demikian asumsi kesamaan variansi untuk uji
Anova belum terpenuhi.

4.4 Analisa Uji Chi-Square


Uji Chi-Square untuk satu sampel bisa dipakai untuk menguji apakah data
sebuah sampel yang diambil menunjang hipotesis yang merata-rata kesalahannya
bahwa populasi asal sampel tersebut mengikuti suatu distribusi yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu uji ini bisa disebut juga uji keselarasan (goodness of fit
test), karena untuk menguji apakah sebuah sampel setara dengan salah satu
distribusi teoritis (seperti distribusi normal, binomial, dan lainnya). Namun pada
prakteknya, uji ini tetap mengikuti prinsip dasar pengujian Chi-Square, yaitu
membandingkan antara frekuensi-frekuensi teramati.
32

a) Pencahayaan Tinggi 194,8 lux


Tabel 4.12 Output Uji Chi Square pada Pencahayaan Tinggi
Observed N Expected N Residual

2 1 1.4 -.4

4 1 1.4 -.4

5 1 1.4 -.4

8 3 1.4 1.6

9 1 1.4 -.4

11 2 1.4 .6

13 1 1.4 -.4

Total 10

Tabel 4.13 Test Statistics

Tinggi Sedang Rendah

Chi-Square 2.600a 4.400c 4.000d

df 6 5 4

Asymp. Sig. .857 .493 .406

Sig. 1.000b .800b .600b


Monte
95% Confidence Lower Bound .741 .552 .296
Carlo Sig.
Interval Upper Bound 1.000 1.000 .904

Terlihat ada dua bagian output. Pada output bagian pertama terlihat
expected N atau jumlah kesalahan yang tidak sesuai. Oleh karena itu dipakai
distribusi seragam, maka nilai yang diharapkan sama rata yaitu sebesar 2,5.
Sedangkan kolom residual adalah selisih antara jumlah yang tidak sesuai dengan
jumlah yang diharapkan.
- Hipotesis
H0 = Ketujuh variansi rata-rata kesalahan pada pencahayaan tinggi
berdistribusi seragam
H1 = Ketujuh variansi rata-rata kesalahan pada pencahayaan tinggi
berdistribusi seragam. Terdapat perbedaan kesalahan pada sampel
yang tidak berdistribusi seragam
33

- Pengambilan keputusan
● Berdasarkan Chi-Square uji dan Chi-Square hitung
1. Aturan pengambilan keputusan :
Jika Chi-Square hitung < Chi-Square tabel maka H0 diterima.
Jika Chi-Square hitung > Chi-Square tabel maka H0 ditolak.
2. Perhitungan
Chi-Square hitung adalah 1200 Chi-Square tabel dilihat dari tabel
Chi-Square dengan df = n-1 = 4-1 = 3 didapat Chi-Square tinggi 2.600,
sedang 4.400, rendah 4.000
3. Keputusan
Karena nilai Chi-Square hitung 1200 lebih kecil dari Chi-Square tabel
8.333 (1200 > 8.333) maka H0 ditolak. Maka sampel bukan berasal dari
populasi yang mengikuti distribusi seragam atau ketujuh kesalahan yang
ada diharapkan.
● Berdasarkan nilai probabilitas
1. Aturan pengambilan keputusan :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
2. Keputusan
Terlihat bahwa pada kolom asymp.sig pada pencahayaan tinggi adalah
0,857 atau probabilitas jauh diatas 0,05 (0,857 > 0,05) maka H0 diterima.
Maka dapat dikatakan bahwa kesalahan yang ada sama sehingga tidak
terdapat pengaruh terhadap kinerja operator.

4.5 Analisis Perbandingan


Berikut ini adalah analisis perbandingan dari semua hasil percobaan :
4.5.1 Analisis Perbandingan dari Hasil Percobaan
Setelah melakukan praktikum berupa perakitan resistor dengan berbagai
keadaan pencahayaan yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa :
34

1. Dari sepuluh kali perakitan perakitan resistor yang telah dilakukan dengan
keadaan pencahayaan yang tinggi, yaitu sebesar (194,8 Lux), didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.14 Analisis Perbandingan Uji Mean Pada pencahayaan Tinggi
Jumlah Hasil Yang Tidak Sesuai
Perlakuan Kebisingan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tinggi (194,8 lux) 8 8 13 9 11 8 11 2 5 4

Dari data tersebut, maka dapat diketahui bahwa dari sepuluh kali perakitan
resistor dengan keadaan pencahayaan tinggi, mempunyai rata-rata kesalahan
sebesar 7,9.
2. Dari sepuluh kali perakitan perakitan resistor yang telah dilakukan dengan
keadaan pencahayaan yang sedang, yaitu sebesar (59.2 Lux), didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.15 Analisis Perbandingan Uji Mean Pada pencahayaan Sedang

Perlakuan Jumlah Hasil Yang Tidak Sesuai


Kebisingan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sedang
8 14 9 8 14 12 15 11 14 14
(59,2 lux)

Dari data tersebut, maka dapat diketahui bahwa dari sepuluh kali perakitan
resistor dengan keadaan pencahayaan sedang, mempunyai rata-rata kesalahan
sebesar 11,9.
3. Dari sepuluh kali perakitan perakitan resistor yang telah dilakukan dengan
keadaan pencahayaan yang rendah, yaitu sebesar (20,5 Lux), didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.16 Analisis Perbandingan Uji Mean Pada pencahayaan Rendah
Jumlah Hasil Yang Tidak Sesuai
Perlakuan Kebisingan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rendah (20,5 lux) 11 15 11 11 14 10 10 10 13 11


35

Dari data tersebut, maka dapat diketahui bahwa dari sepuluh kali perakitan
resistor dengan keadaan pencahayaan rendah, mempunyai rata-rata kesalahan
sebesar 11,6.
4. Keputusan :
Setelah melakukan perakitan resistor dengan berbagai kejadian kebisingan
yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan hasil kerja
maksimal dan mengurangi terjadinya tingkat kesalahan maka dalam
pelaksanaannya harus didukung dengan kondisi atau keadaan kebisingan yang
tepat, yaitu dalam keadaan kebisingan rendah sebesar 20,5 Lux dan memiliki nilai
rata-rata sebesar 11,6.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari rumusan masalah laporan praktikum Perencanaan Sistem Kerja dan
Ergonomi mengenai Pencahayaan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hubungan antara pencahayaan ruangan terhadap hasil kerja sangat
berkaitan, karena ruangan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di
sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang diembannya. Ruangan kerja yang kondusif tentunya akan
memberikan rasa aman, nyaman dan memungkinkan para karyawan untuk
dapat bekerja lebih optimal. Jika karyawan menyenangi lingkungan kerja
dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan merasa nyaman berada
di tempat kerjanya untuk melakukan segala aktivitas sehingga waktu kerja
dipergunakan secara efektif dan prestasi kerja karyawan tersebut juga akan
meningkat.
2. Pada setiap uji dengan tingkat pencahayaan yang berbeda-beda membuat
tingkat konsentrasi seseorang operator juga mengalami perbedaan. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil rata-rata pencahayaan yang berbeda pada
tiap tingkat pencahayaan. Pada tingkat pencahayaan tinggi (194,8 Lux)
memiliki rata-rata kesalahan sebesar 7,90, pada tingkat pencahayaan
sedang (59,2 Lux) memiliki rata-rata kesalahan sebesar 11,90 dan pada
tingkat pencahayaan rendah (20,5 Lux) memiliki rata-rata kesalahan
sebesar 11,60. Rata-rata kesalahan yang paling sedikit ketika melakukan
uji diberbagai pencahayaan adalah rata-rata pada pencahayaan tinggi
(194.8 Lux) memiliki rata-rata kesalahan sebesar 7,90.
3. Pada percobaan diatas pengaruh pencahayaan terhadap hasil kerja dilihat
dari masing-masing pencahayaan. Apabila pada kebisingan tinggi sekitar
(194,8 Lux) dengan menggunakan uji paired sample t test, uji anova, uji
homogenitas dan uji chi square operator akan tidak nyaman pada
pencahayaan rendah karena pencahayaan ruangan yang tidak mendukung

35
37

kerja operator. Apabila pada kebisingan sedang sekitar (59,2 Lux) dengan
menggunakan uji paired sample t test, uji anova, uji homogenitas dan uji
chi square operator akan merasa nyaman karena operator dapat
berkonsentrasi. Dengan adanya kenyamanan akan mendukung kinerja.
Apabila pada pencahayaan rendah sekitar (20,5 Lux) dengan
menggunakan uji paired sample t test, uji anova, uji homogenitas dan uji
chi square operator akan merasa sangat tidak nyaman karena pencahayaan
terlalu rendah sehingga akan menurunkan konsentrasi dan mengganggu
kinerja operator sehingga membuat kesalahan lebih banyak dari benarnya.
Jadi dengan tingkat pencahayaan yang sedang seorang operator akan
mencapai produktivitas yang optimal

5.2 Saran
Dari kegiatan praktikum ini, praktikan memberikan saran yang diharapkan
dapat memberikan manfaat pada kegiatan praktikum selanjutnya. Adapun saran-
saran yang dimaksud sebagai berikut:
1. Dalam pelaksanaan praktikum offline ini harus memperhatikan waktu yang
lebih matang, karena waktu terbatas.
2. Praktikan diharapkan bisa lebih teliti lagi dalam mengolah data.
3. Pada praktikum getaran sebaiknya lebih memahami dan meneliti data-data
yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA

Modul Praktikum Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja 2021. Jurusan Teknik
Industri. Fakultas Teknologi Industri. UNISSULA. Semarang.
Rahmi, A. (2009). Analisis Hubungan Tingkat pencahayaan Dan Keluhan
Subjektif (Non Auditory) Pada Operator Spbu Di Jakarta 2009. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, 6–38

Anda mungkin juga menyukai