Disusun oleh :
Kelompok 01
Oleh,
Asisten Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Modul IC
Analisis Pengaruh Pencahayaan Terhadap Hasil Kerja
Amir Syarifudin
ii
DAFTAR ISI
iii
4.1.3 Output Paired Samples Test……………………………………….. 21
4.2 Analisa Uji Anova……………………………………………………….. 24
4.3 Analisa Uji Homogenitas……………………………………………….. 28
4.4 Analisa Uji Chi-Square………………………………………………….. 30
4.5 Analisis Perbandingan……………………………………………………32
4.5.1 Analisis Perbandingan dari Hasil Percobaan……………………… 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………... 35
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 35
5.2 Saran……………………………………………………………………...36
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
v
Tabel 4.11 Test of Homogeneity of Variances pada pencahayaan Rendah……….30
Tabel 4.12 Output Uji Chi Square pada Pencahayaan Tinggi…………………... 31
Tabel 4.13 Test Statistics…………………………………………………………31
Tabel 4.14 Analisis Perbandingan Uji Mean Pada pencahayaan Tinggi………... 33
Tabel 4.15 Analisis Perbandingan Uji Mean Pada pencahayaan Sedang………..33
Tabel 4.16 Analisis Perbandingan Uji Mean Pada pencahayaan Rendah………. 33
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima oleh mata. Pupil
akan mengecil jika menerima cahaya yang besar. Hal ini merupakan salah satu
penyebab mata cepat lelah (Departemen Kesehatan, 2008).
2.1 Pencahayaan
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah
bidang permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan didefinisikan
sebagai tingkat pencahayaan rata – rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja
yang dimaksud adalah sebuah bidang horizontal imajiner yang terletak setinggi
0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan (SNI Tata Cara Perancangan Sistem
Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, 2000). Pencahayaan memiliki
satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari luas
permukaan. Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar.
Pencahayaan yang baik menyebabkan manusia dapat melihat objek – objek yang
dikerjakannya dengan jelas. Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis
gelombang elektromagnetik yang terbang ke angkasa dimana gelombang tersebut
memiliki panjang dan frekuensi tertentu yang nilainya dapat dibedakan dari
energy cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetiknya (Suhardi, 2008).
Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif.
Pencahayaan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang
menerangi benda-benda di tempat kerja. Pencahayaan dapat berasal dari cahaya
alami dan cahaya buatan, banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi
di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja, hal ini penting untuk menghindari
kecelakaan yang mungkin terjadi, selain itu pencahayaan yang memadai
memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang
menyegarkan (Suma’mur, 2009).
Menurut Prabu (2009), menyebutkan bahwa ada 5 sistem pencahayaan di
ruangan, yaitu :
4
5
sebagai pelengkap arsitektur, namun telah menjadi bagian dari arsitektur itu
sendiri. Keberadaan pencahayaan dapat mempengaruhi pengalaman ruang,
estetika bangunan, dan visualisasi ruang.
Sedangkan cahaya menurut Mangunwijaya (1997), cahaya dapat diartikan
sebagai arus partikel-partikel (bagian materi) dan atau sebagai arus gelombang
magnet elektro. Dari skala panjang gelombang sinar-sinar magnet elektro
menunjukan spektrum cahaya merupakan salah satu mata rantainya yang semakin
beralih juga warnanya dari jingga violet ke merah.
Cahaya merupakan bagian penting bagi kehidupan manusia, terutama
untuk mengenali lingkungan dan menjalankan aktivitasnya. Tanpa adanya cahaya
dunia akan menjadi gelap, menakutkan, dan tidak ada yang bisa dikenali, sehingga
tidak adanya keindahan visual. Dengan cahaya manusia dapat melihat lingkungan
dan warna serta dapat beraktivitas dengan nyaman. Pengertian cahaya dapat juga
diartikan sebagai sebuah gua yang gelap dengan lubang kecil untuk masuknya
cahaya. Makin gelap permukaan gua, maka semakin kecil lubang cahayanya.
Namun, lubang cahaya yang makin besar akan memberikan efek silau. Oleh
karena itu untuk menghindari masalah silau tersebut lubang cahaya dapat
diperbesar atau dinding gua dapat dicat dengan warna terang (Frick, 2007).
langit sky light adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang dipakai untuk
penerangan alami ruangan, bukan sinar matahari langsung. Sinar matahari
langsung akan sangat menyilaukan dan membawa panas, sehingga tidak dipakai
untuk menerangi ruangan. Cahaya buatan artificial light adalah segala bentuk
cahaya yang bersumber dari alat yang diciptakan manusia, seperti lampu pijar,
lilin, lampu minyak tanah dan obor. Lawan dari cahaya buatan adalah cahaya
alami, yaitu cahaya yang bersumber dari alam, misalnya: matahari, lahar panas,
fosfor di pohon-pohon, kilat, dan kunang-kunang. Bulan adalah sumber cahaya
alami sekunder karena dia sebenarnya hanya memantulkan cahaya matahari.
Arus cahaya luminous flux, flow diukur dengan lumen adalah banyaknya
cahaya yang dipancarkan ke segala arah oleh sebuah sumber cahaya persatuan
waktu. Intensitas sumber cahaya light intensity, luminous intensity diukur dengan
candela adalah kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya ke arah tertentu.
Sebuah sumber cahaya berintensitas 1 jendela 1 lilin mengeluarkan cahaya total
ke segala arah sebanyak 12,57 lumen 12,57 adalah luas kulit bola berjari-jari 1
meter dengan sumber cahaya sebagai titik pusatnya. Dengan kata lain, 1 jendela =
1 lumen per 1 sudut bola steradian.
13
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data pada pencahayaan ini adalah uji Chi-Square, uji T, uji
Anova dan Uji Homogenitas. Adapun hasil pengolahan data adalah sebagai
berikut.
3.2.1 Uji Paired-Sample T-Test
Berikut adalah uji Paired-Sample T-Test dengan menggunakan software
SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Output Period-Sample T-Test Statistics
13
15
N Correlation Sig.
Paired Differences
9 1 13.00 . . . . 13 13
11 1 2.00 . . . . 2 2
12 1 8.00 . . . . 8 8
15 1 11.00 . . . . 11 11
Total 104.900 9
13 1 14.00 . . . . 14 14
14 1 14.00 . . . . 14 14
15 1 14.00 . . . . 14 14
Total 66.900 9
2 1 10.00 . . . . 10 10
4 1 11.00 . . . . 11 11
5 1 13.00 . . . . 13 13
17
9 1 11.00 . . . . 11 11
13 1 11.00 . . . . 11 11
Total 28.400 9
.b 1 . .
.343a 1 5 .583
.b 1 . .
18
2 1 1.4 -.4
4 1 1.4 -.4
5 1 1.4 -.4
8 3 1.4 1.6
9 1 1.4 -.4
11 2 1.4 .6
13 1 1.4 -.4
Total 10
8 2 1.7 .3
9 1 1.7 -.7
11 1 1.7 -.7
12 1 1.7 -.7
14 4 1.7 2.3
15 1 1.7 -.7
19
Total 10
10 3 2.0 1.0
11 4 2.0 2.0
13 1 2.0 -1.0
14 1 2.0 -1.0
15 1 2.0 -1.0
Total 10
BAB IV
ANALISIS DATA
19
21
Pair Sedang -
.300 2.627 .831 -1.579 2.179 .361 9
3 Rendah
23
2. Keputusan :
Dengan probabilitas nilai Sig 2 tailed adalah 0.172. Didapatkan
probabilitas lebih besar dari 0.05 (0.172 > 0.05) maka H0 diterima,
Sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata kesalahan
antara pencahayaan tingkat tinggi sebesar 7,90 dengan pencahayaan
sedang sebesar 11,90. Artinya pencahayaan tingkat tinggi dengan
pencahayaan tingkat sedang tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja
operator.
Mea Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Mini Maxi
N
n Deviation Error Lower Bound Upper Bound mum mum
9 1 13.00 . . . . 13 13
11 1 2.00 . . . . 2 2
12 1 8.00 . . . . 8 8
15 1 11.00 . . . . 11 11
Total 104.900 9
26
● Hipotesis
H0 = Rata-rata kelima kesalahan pencahayaan tinggi adalah identik.
H1 = Rata-rata kelimakesalahan pencahayaan tinggi adalah tidak identik.
● Pengambilan keputusan
a. Berdasarkan perbandingan F tabel dan F hitung
1) Aturan pengambilan keputusan :
Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima.
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak.
2) Perhitungan F hitung dari Output sebesar 1.951 Tingkat signifikansi = 5%
karena dipilih tingkat kepercayaan 95% Denumerator adalah selisih jumlah
kasus dengan jumlah variabel yaitu 10-5 = 5 Maka : V1 = k-1 = 5-1 = 4 V2
= n-k = 10-5 = 5 Dari tabel F didapatkan angka 5.19
3) Keputusan Dari tabel F didapatkan nilai sebesar 5.19 yang berarti F tabel
lebih besar dari F hitung yaitu 1,951 (5.19 > 1,591) yang artinya H0
diterima. Sehingga dapat diartikan bahwa rata-rata dari lima kesalahan
tingkat pencahayaan tinggi adalah identik.
b. Berdasarkan nilai probabilitas
1) Aturan pengambilan keputusan :
Jika probabilitas > 0.05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
2) Keputusan :
Karena nilai Sig pada pencahayaan tinggi adalah 0.268 dan probabilitas
lebih besar dari 0.05 (0.268 > 0.05), maka H0 diterima. Sehingga ini
menyatakan bahwa rata-rata kesalahan tingkat pencahayaan tinggi adalah
identik. Artinya pada pencahayaan tingkat tinggi kelima rata-rata
kesalahan operator tidak ada perbedaan.
27
13 1 14.00 . . . . 14 14
14 1 14.00 . . . . 14 14
15 1 14.00 . . . . 14 14
Total 66.900 9
● Hipotesis
H0 = Rata-rata kelima kesalahan pencahayaan sedang adalah identik.
H1 = Rata-rata kelima kesalahan pencahayaan sedang adalah tidak identik.
● Pengambilan keputusan
a. Berdasarkan perbandingan F tabel dan F hitung
1) Aturan pengambilan keputusan :
Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel maka H0
ditolak.
2) Perhitungan F hitung dari Output sebesar 1.252 Tingkat signifikansi = 5%
karena dipilih tingkat kepercayaan 95 % Denumerator adalah selisih
jumlah kasus dengan jumlah variabel yaitu 10-6 = 4
Maka :
V1 = k-1 = 6-1 = 5
28
V2 = n-k = 10-6 = 4
Dari tabel F didapatkan angka 6.26
3) Keputusan dari tabel F didapatkan nilai sebesar 6.26 yang berarti F tabel
lebih besar dari F hitung yaitu 1.924 (6.26 > 1.924) yang artinya H0
diterima. Sehingga dapat diartikan bahwa rata-rata dari lima kesalahan
tingkat pencahayaan sedang adalah identik.
b. Berdasarkan nilai probabilitas
1) Aturan pengambilan keputusan : Jika probabilitas > 0.05 maka H0
diterima Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak
2) Keputusan :
Karena nilai Sig pada tingkat pencahayaan sedang adalah 0.397 dan
probabilitas lebih besar dari 0.05 (0.397 > 0.05) maka H0 diterima.
Sehingga ini menyatakan bahwa rata-rata kesalahan tingkat pencahayaan
sedang adalah identik. Artinya pada tingkat pencahayaan sedang kelima
rata-rata kesalahan operator tidak ada perbedaan.
Tabel 4. 8 Output Anova pada pencahayaan Rendah
Total 28.400 9
● Hipotesis
H0 = Rata-rata ketujuh kesalahan pencahayaan rendah adalah identik.
H1 = Rata-rata ketujuh kesalahan pencahayaan rendah adalah tidak
identik.
● Pengambilan keputusan
a. Berdasarkan perbandingan F tabel dan F hitung
1. Aturan pengambilan keputusan :
Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima.
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak.
29
2. Perhitungan
F hitung dari output sebesar 0,145 Tingkat signifikansi = 5% karena
dipilih tingkat kepercayaan 95 % Denumerator adalah selisih jumlah kasus
dengan jumlah variabel yaitu 10-7 = 3, maka :
V1 = k-1 = 2-1 =1
V2 = n-k = 20-2 =18
Dari tabel F didapatkan angka 4,41 (V = 19)
3. Keputusan
Dari tabel F didapatkan nilai sebesar 0,145 yang berarti F tabel lebih kecil
dari F hitung yaitu 0,145 (1,140 < 4,441) yang artinya H0 ditolak. Maka
rata-rata kelima kesalahan pencahayaan rendah adalah identik.
b. Berdasarkan nilai probabilitas
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
1. Keputusan :
Karena nilai sig pada kebisingan rendah adalah 0,977 dan probabilitas
lebih besar dari 0,496 (0,496 > 0,977) maka H0 diterima. Sehingga
rata-rata ketujuh kesalahan pencahayaan rendah adalah identik. Artinya
pada pencahayaan rendah ketujuh rata-rata kesalahan operator tidak ada
perbedaan.
.b 1 . .
30
● Hipotesis
H0 = Keempat variansi rata-rata kesalahan tingkat pencahayaan tinggi
adalah identik.
H1 = Keempat variansi kesalahan tingkat pencahayaan tinggi adalah tidak
identik.
● Pengambilan keputusan
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
● Keputusan
Terlihat bahwa Levene Statistic hitung adalah 0 dengan nilai probabilitas
1000 oleh karena nilai probabilitas lebih dari 0,05 (0 > 0,05) maka H0
diterima. Artinya keempat variansi rata-rata kesalahan tingkat
pencahayaan tinggi adalah sama. Dengan demikian asumsi kesamaan
variansi untuk uji Anova sudah terpenuhi.
b) Pencahayaan Sedang (59,2 Lux)
Tabel 4. 10 Test of Homogeneity of Variances pada pencahayaan Sedang
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.343a 1 5 .583
● Hipotesis
H0 = Ketujuh variansi rata-rata kesalahan tingkat pencahayaan sedang
adalah identik.
H1 = Ketujuh variansi kesalahan tingkat pencahayaan sedang adalah
tidak identik.
● Pengambilan keputusan
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
● Keputusan
Terlihat bahwa Levene Statistic hitung adalah 0,343 dengan nilai
probabilitas 0 oleh karena nilai probabilitas lebih dari 0,05 (0 < 0,05)
maka H0 ditolak. Artinya ketujuh variansi rata-rata kesalahan tingkat
31
.b 1 . .
● Hipotesis
H0 = Ketujuh variansi rata-rata kesalahan tingkat pencahayaan sedang
adalah identik.
H1 = Ketujuh variansi kesalahan tingkat pencahayaan sedang adalah
tidak identik.
● Pengambilan keputusan
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
● Keputusan
Terlihat bahwa Levene Statistic hitung adalah 0 dengan nilai probabilitas
0.621 oleh karena nilai probabilitas lebih dari 0,05 (0 > 0,05) maka H0
diterima. Artinya ketujuh variansi rata-rata kesalahan tingkat pencahayaan
rendah adalah sama. Dengan demikian asumsi kesamaan variansi untuk uji
Anova belum terpenuhi.
2 1 1.4 -.4
4 1 1.4 -.4
5 1 1.4 -.4
8 3 1.4 1.6
9 1 1.4 -.4
11 2 1.4 .6
13 1 1.4 -.4
Total 10
df 6 5 4
Terlihat ada dua bagian output. Pada output bagian pertama terlihat
expected N atau jumlah kesalahan yang tidak sesuai. Oleh karena itu dipakai
distribusi seragam, maka nilai yang diharapkan sama rata yaitu sebesar 2,5.
Sedangkan kolom residual adalah selisih antara jumlah yang tidak sesuai dengan
jumlah yang diharapkan.
- Hipotesis
H0 = Ketujuh variansi rata-rata kesalahan pada pencahayaan tinggi
berdistribusi seragam
H1 = Ketujuh variansi rata-rata kesalahan pada pencahayaan tinggi
berdistribusi seragam. Terdapat perbedaan kesalahan pada sampel
yang tidak berdistribusi seragam
33
- Pengambilan keputusan
● Berdasarkan Chi-Square uji dan Chi-Square hitung
1. Aturan pengambilan keputusan :
Jika Chi-Square hitung < Chi-Square tabel maka H0 diterima.
Jika Chi-Square hitung > Chi-Square tabel maka H0 ditolak.
2. Perhitungan
Chi-Square hitung adalah 1200 Chi-Square tabel dilihat dari tabel
Chi-Square dengan df = n-1 = 4-1 = 3 didapat Chi-Square tinggi 2.600,
sedang 4.400, rendah 4.000
3. Keputusan
Karena nilai Chi-Square hitung 1200 lebih kecil dari Chi-Square tabel
8.333 (1200 > 8.333) maka H0 ditolak. Maka sampel bukan berasal dari
populasi yang mengikuti distribusi seragam atau ketujuh kesalahan yang
ada diharapkan.
● Berdasarkan nilai probabilitas
1. Aturan pengambilan keputusan :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
2. Keputusan
Terlihat bahwa pada kolom asymp.sig pada pencahayaan tinggi adalah
0,857 atau probabilitas jauh diatas 0,05 (0,857 > 0,05) maka H0 diterima.
Maka dapat dikatakan bahwa kesalahan yang ada sama sehingga tidak
terdapat pengaruh terhadap kinerja operator.
1. Dari sepuluh kali perakitan perakitan resistor yang telah dilakukan dengan
keadaan pencahayaan yang tinggi, yaitu sebesar (194,8 Lux), didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.14 Analisis Perbandingan Uji Mean Pada pencahayaan Tinggi
Jumlah Hasil Yang Tidak Sesuai
Perlakuan Kebisingan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dari data tersebut, maka dapat diketahui bahwa dari sepuluh kali perakitan
resistor dengan keadaan pencahayaan tinggi, mempunyai rata-rata kesalahan
sebesar 7,9.
2. Dari sepuluh kali perakitan perakitan resistor yang telah dilakukan dengan
keadaan pencahayaan yang sedang, yaitu sebesar (59.2 Lux), didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.15 Analisis Perbandingan Uji Mean Pada pencahayaan Sedang
Sedang
8 14 9 8 14 12 15 11 14 14
(59,2 lux)
Dari data tersebut, maka dapat diketahui bahwa dari sepuluh kali perakitan
resistor dengan keadaan pencahayaan sedang, mempunyai rata-rata kesalahan
sebesar 11,9.
3. Dari sepuluh kali perakitan perakitan resistor yang telah dilakukan dengan
keadaan pencahayaan yang rendah, yaitu sebesar (20,5 Lux), didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.16 Analisis Perbandingan Uji Mean Pada pencahayaan Rendah
Jumlah Hasil Yang Tidak Sesuai
Perlakuan Kebisingan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dari data tersebut, maka dapat diketahui bahwa dari sepuluh kali perakitan
resistor dengan keadaan pencahayaan rendah, mempunyai rata-rata kesalahan
sebesar 11,6.
4. Keputusan :
Setelah melakukan perakitan resistor dengan berbagai kejadian kebisingan
yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan hasil kerja
maksimal dan mengurangi terjadinya tingkat kesalahan maka dalam
pelaksanaannya harus didukung dengan kondisi atau keadaan kebisingan yang
tepat, yaitu dalam keadaan kebisingan rendah sebesar 20,5 Lux dan memiliki nilai
rata-rata sebesar 11,6.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari rumusan masalah laporan praktikum Perencanaan Sistem Kerja dan
Ergonomi mengenai Pencahayaan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hubungan antara pencahayaan ruangan terhadap hasil kerja sangat
berkaitan, karena ruangan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di
sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang diembannya. Ruangan kerja yang kondusif tentunya akan
memberikan rasa aman, nyaman dan memungkinkan para karyawan untuk
dapat bekerja lebih optimal. Jika karyawan menyenangi lingkungan kerja
dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan merasa nyaman berada
di tempat kerjanya untuk melakukan segala aktivitas sehingga waktu kerja
dipergunakan secara efektif dan prestasi kerja karyawan tersebut juga akan
meningkat.
2. Pada setiap uji dengan tingkat pencahayaan yang berbeda-beda membuat
tingkat konsentrasi seseorang operator juga mengalami perbedaan. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil rata-rata pencahayaan yang berbeda pada
tiap tingkat pencahayaan. Pada tingkat pencahayaan tinggi (194,8 Lux)
memiliki rata-rata kesalahan sebesar 7,90, pada tingkat pencahayaan
sedang (59,2 Lux) memiliki rata-rata kesalahan sebesar 11,90 dan pada
tingkat pencahayaan rendah (20,5 Lux) memiliki rata-rata kesalahan
sebesar 11,60. Rata-rata kesalahan yang paling sedikit ketika melakukan
uji diberbagai pencahayaan adalah rata-rata pada pencahayaan tinggi
(194.8 Lux) memiliki rata-rata kesalahan sebesar 7,90.
3. Pada percobaan diatas pengaruh pencahayaan terhadap hasil kerja dilihat
dari masing-masing pencahayaan. Apabila pada kebisingan tinggi sekitar
(194,8 Lux) dengan menggunakan uji paired sample t test, uji anova, uji
homogenitas dan uji chi square operator akan tidak nyaman pada
pencahayaan rendah karena pencahayaan ruangan yang tidak mendukung
35
37
kerja operator. Apabila pada kebisingan sedang sekitar (59,2 Lux) dengan
menggunakan uji paired sample t test, uji anova, uji homogenitas dan uji
chi square operator akan merasa nyaman karena operator dapat
berkonsentrasi. Dengan adanya kenyamanan akan mendukung kinerja.
Apabila pada pencahayaan rendah sekitar (20,5 Lux) dengan
menggunakan uji paired sample t test, uji anova, uji homogenitas dan uji
chi square operator akan merasa sangat tidak nyaman karena pencahayaan
terlalu rendah sehingga akan menurunkan konsentrasi dan mengganggu
kinerja operator sehingga membuat kesalahan lebih banyak dari benarnya.
Jadi dengan tingkat pencahayaan yang sedang seorang operator akan
mencapai produktivitas yang optimal
5.2 Saran
Dari kegiatan praktikum ini, praktikan memberikan saran yang diharapkan
dapat memberikan manfaat pada kegiatan praktikum selanjutnya. Adapun saran-
saran yang dimaksud sebagai berikut:
1. Dalam pelaksanaan praktikum offline ini harus memperhatikan waktu yang
lebih matang, karena waktu terbatas.
2. Praktikan diharapkan bisa lebih teliti lagi dalam mengolah data.
3. Pada praktikum getaran sebaiknya lebih memahami dan meneliti data-data
yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Modul Praktikum Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja 2021. Jurusan Teknik
Industri. Fakultas Teknologi Industri. UNISSULA. Semarang.
Rahmi, A. (2009). Analisis Hubungan Tingkat pencahayaan Dan Keluhan
Subjektif (Non Auditory) Pada Operator Spbu Di Jakarta 2009. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, 6–38