PENDAHULUAN
Pada alam sendiri ada penunjukkan listrik yang sangat popular seperti
kilat dan api St. Elmo yang merupakan sinar yang muncul pada tiang layar
kapal pada saat badai. Kenyataan bahwa fenomena ini merupakan salah
satu fenomena listrik asli tidak diketahui sampai abad ke delapan belas.
Sebagai contoh baru pada tahun 1752 Franklin dengan eksperimen
layangannya yang terkenal menunjukkan bahwa kilat merupkan pelepasan
muatan listrik- pecikan listrik raksasa (Giancoli, 2001).
Pada rangkaian arus searah ini tidak aka nada rangkaian transiien sebagai mana
diketahui rangkaian transien merupakan rangkaian pada arus bolak-balik
(Winarsih, 2002).
Pada praktikum kali ini membahas hal hal mengenai rangkaian pada arus searah,
sebagaimana diketahui bahwa rangkaian dalam arus searah ini dapat berupa
rangkaian seri, parallel, seri-paralel, maupun rangkaian setara. Dimana
selanjutnya pada tiap tiap rangkaian akan ditinju nilai dari besar arus dan tegangan
yang melewatinya.
TINJAUAN PUSTAKA
Ketika terminal baterai dihubungkan dengan jalur penghantar yang kontiniu, maka
akan didapatkan rangkaian listrik. Biasanya batrai dalam rangkaian listrik
digambarkan seperti (Giancoli, 2001):
+ -
terminal positif. Biasanya baterai digunakan sebagai salah satu sumber listrik dari
bola lampu, pemanas, radio, dan lainnya. Ketika rangkaian ini terbentuk, muatan
akan mengalir melewati kawat rangkaian. Aliran muatan seperti inilah yang
disebut arus listrik. Lebih tepat lagi arus listrik dalam suatu rangkaian
dalam satu titik. Dengan demikian dapat dirumuskan nilai aus rata-rata sebagai
(Giancoli, 2001):
∆𝑄
𝐼= … … … … (2. 1)
∆𝑡
Dimana nilai ∆𝑄 adalah jumlah muatan yang melewati konduktor pada suatu
lokasi dalam jangka waktu ∆𝑡. Arus listrik selanjutnya dihitung dalam coloumb
per detik yang diberi satuan ampere (Giancoli, 2001).
Selanjutnya arus listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu arus listrik searah
dan arus listrik bolak-balik (Jati, 2010). Dalam pembahasan kali ini akan dibahas
mengenai arus listrik searah.
Arus searah atau DC disebabkan oleh sumber arus berkutub tetap. Pada arus
searah dikenl kutub positif dan kutub negatif tidak seperti pada arus listrik bolak-
balik. Seperti yang sudah dijelakan sebelumnya bahwa arus dapat difenisikan
sebagai total muatan yang mengairi suatu kawat penghantar dalam satu waktu
tertentu. Selanjutnya dikenal pula besran rapat arus listrik ( 𝑗⃑`) yang merupakan
besaran vektor menyatakan arus listrik persatuan luas. Arus listrik ( i ) merupakan
besaran skalar, sebab i merupakan hasil dari proyeksi 𝑗` terhadap vektor luas
penampang penghantar 𝑑𝑠`, sehingga (jati, 2010):
i = ∫ 𝑗` . 𝑑𝑠`............(2. 2)
Rumus ini berarti pada kawat berdiameter penampang sempit, selalu memberikan
arah 𝑗` sejajar dengan 𝑑𝑠` sehingga rapat arus listik berarah ke sepanjang sumbu
kawat itu (Jati, 2010).
Hal ini perlu diperhatikan ketika arah 𝑗` searah dengan perpindahan muatan
positif, sehingga arh arus listrik sejajar dengan arah aliran lubang (hole). Hole
yang dimaksud ini adalah sebuah atom yang kehilangan satu elektronnya sehingga
memiliki sebuah lubang. Berhubungan bahwa kawat itu sempit sehingga 𝑗` sejajar
dengan normal luas penampangnya, selanjutnya dapat dipandang sebagai (Jati,
2010) :
𝑑ı`
𝑗` = … … … … (2. 3)
𝑑
𝐴
Selanjutnya pada arangkaian dapat ditinjau besar kuat medan listrik yang muncul
dalam sebuah konduktor diamana besarnya ∆𝑉 dan bebanding terbalik dengan
panjang kawat 𝑙 . dalam kaitannya menjadi (Jati, 2010):
∆𝑉
𝐸= … … … … (2. 4)
𝑙
i ≈ 𝐴𝐸
𝐴∆𝑉
i≈
𝑙
∆
𝑉 … … … … (2. 5)
i≈
𝑅
Selain itu besarnya kuat arus yang mengalir dalam konduktor juga bergantung dari
jenis konduktornya itu, yang dinyatakan oleh tahanan jenis atau resistivitas
konduktor (𝜌) yang bersatuan ohmmeter, atau besaran konduktivitas 𝜎 yang
1
memenuhi hubungan 𝜎 = yang bersatuan1/ohm, selanjutnya nilai arus dapar
𝜌
𝐴
i=
𝜌 ∆𝑉 … … … … (2. 6)
𝑙
𝜌𝑙
𝑅= … … … … (2. 7)
𝐴
Untuk menghasilkan arus listrik dalam sebuah rangkaian maka akan diperlukan
beda potensial, salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghasilkan beda
potensial adalah dengan menggunakan baterai. Georg Simon Ohm (1787-1854)
menentukan dengan melakukan eksperimen bahwa arus pada kawat logam
sebanding dengan besarnya beda potensial V yang diberikan ke ujung-ujungnya
(Giancoli, 2001):
𝐼∞𝑉 … … … … (2. 8)
pada kenyataannya besarnya aliran arus listrik pada kawat tidak hanya
dipengaruhi oleh tegangan, tetapi juga hambatan yang diberikan kawat terhadap
aliran elektron. Maka elektron pada kawat akan diperlambat karena adanya
interaksi dengan atom-atom kawat. Makin tinggi hambatan yang ditimbulkan
menyebabkan makin kecilnya besar arus yang dapat melewati kawat tersebut
dengan besar beda potensial V. Maka akan didapatkan nilai (Giancoli, 2001):
𝑉
𝐼= … … … … (2. 9)
𝑅
Hukum pertama kirchoff atau hukum titik cabang berdasarkan pada kekekalan
muatan. Dimana hukum ini menyatakan bahwa pada setiap titik cabang, jumlah
semua arus yang memasuki cabang harus sama dengan semua arus yang
meninggalkan cabang tersebut (Giancoli, 2001).
𝐼 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝐼 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝐼(𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3) = 𝑉
𝑉
𝐼= … … … … (2. 10)
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3
1. Resistor
Tegangan
Arus
Gambar II.4 Tegangan diplot terhadap arus untuk dua nilai resistor yang berbeda.
Dimana kemiringan grafik sebanding dengan nilai resistansi.
Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan resistor digunakan menjadi beberapa
yaitu resistor kawat, resistor arang, dan resistor oksida logam. Namun demikian
dalam perdagangan resistor dibedakan menjadi resistor tetap dan resistor tidak
tetap/ variabel. Resistor tetap contohnya seperti metal film resistor, metal oxide
resistor, carbon film resistor, dan ceramic encased wirewound, dan sebagainya.
Sedangkan beberapa contoh kapasitor variabel seperti potensiometer, trimer-
potensiometer, termister, DR, dan Vdr (Ahmad, 2007).
Rt = R0(1+𝛼t+𝛽t2+𝛾t3.....).................(2.11)
Suhu
0°C
Gambar II.5 Variasi resistansi terhadap perubahan suhu untuk sebuah konduktor
logam.
Resistansi
Rt
R0
Suhu
0°𝐶 t°𝐶
Tipe resistor pada umumnya adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga
dikiri dan dikanannya. Pada bagian badan terdapat lingkaran warna berbentuk
gelang untuk memudahkan pemakai mengetahui besar resistansi tanpa perlu
mengukur menggunakan ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar
manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti
yang ditunjukkan pada tabel berikut (Zaki, 2005):
Tabel II.1 Kode Warna pada Resistor
FAKTOR
NO WARNA NILAI TOLERANSI
PENGALI
1 Hitam 0 1
2 Coklat 1 10 ±1%
3 Merah 2 102 ±2%
4 Jingga 3 103
5 Kuning 4 104
6 Hijau 5 105
7 Biru 6 106
8 Violet 7 107
9 Abu-abu 8 108
10 Putih 9 109
11 Emas - 10-1 ±5%
12 Perak - 10-2 ±10%
Tanpa
13 - - ±20%
Warna
2. Induktor
Inti induktor biasanya berupa inti udara besi atau ferit. Induktor memiliki
karakteristik yang berbeda dengan kapasitor yaitu menahan arus AC dan
meneruskan arus DC. Satuan induktor adalah Henry (H) (Adi, 2010).
Fungsi utama dari sebuah induktor dalam sebuah rangkaian yaitu untuk melawan
fluktuasi arus yang melewatinya. Pengaplikasiannya dalam rangkaian DC
bertujuan untuk menghasilkan tegangan DC yang konstan terhadap fluktuasi
beban arus. Sedangkan pengaplikasian pada rangkaian bertegangan AC bertujuan
agar meredam perubahan fluks arus yang tidak diinginkan, selain itu induktor juga
mampu diaplikasikan pada rangkaian filter dan tunner (Zaki, 2005).
Karakteristik listrik dari sebuah induktor ditentukan oleh bebeapa faktor seperti,
bahan inti, jumlah lilitan, dan dimensi-dimensi fisik kumparannya. Dalam
praktejnya setiap kumparan memiliki induktansi (L) maupun resistansinya (Rs)
sendiri. Walaupun induktansi dan resistansi pada induktor terlihat terpisah tetapi
pada kenyataannya keduanya terdistribusi merata pada seluruh baguan komponen.
Untuk memudahkan dalam menganalisis komponen maka resistansi dan
induktansi diperlakukan secara terpisah (Tooley,2002).
Jika suatu sumber tegangan V diberikan beban R sehingga arus yang mengalir
pada rangkaian sebesar I, maka sumber tegangan menyalurkan daya listrik
sedangkan R menyerap daya listrik. Kedua daya ini akan memiliki besar yang
sama (Tim Fakultas Teknik UNY, 2001).
Besarnya daya yang mengalir dapat dikatakan memiliki nilai sebanding dengan
perklian anatara besarnya arus yang mengalir pada rangkaian dan besarnya
tegangan yang diperlukan/ ditimbulkan rangkaian. Sehingga dapat dirumuskan
sebagai (Tim Fakultas Teknik UNY, 2001):
𝑃 = 𝑉𝐼 … … … … (2. 12)
Dimana diketahui dari hukum ohm bahwa besarnya tegangan akan sebanding
dengan besarnya arus yang melewati rangkaian dn besarnya hamabtan pada
rangkaian , sehingga selanjutnya dpat diruuskan besar daya (Tim Fakultas Teknik
UNY, 2001):
2
𝑃 = 𝑉 … … … … (2. 14)
𝑅
2
𝑃 = 𝑉𝐼 = 𝑅𝐼2 = 𝑉 … … … … (2. 15)
𝑅
Selanjutnya akan didapatkan nilai atau besarnya energi listrik yang disalurkan
oleh sumber tegangan sama dengan energi listrik yang diserap oleh R. Besarnya
energi listrik yang disalurkan akan bergantung pada besanya daya dan waktu,
dapat dirumuskan sebagai (Tim Fakultas Teknik UNY, 2001):
W = 𝑃𝑡...............(2. 16)
Dalam sistem internasional satuan daya adalah watt, dan satuan waktu adalah
sekon, sehingga didapatkan satuan energi adalah watt. Sekon atau joule.
Selanjutnya dalam penggunaan sehari-hari satuan energi listrik dinyatakan dengan
KWH(Kilo Watt Hours). Dimana 1 𝐾W𝐻 = 6,3 × 106 j𝑜𝑢𝑙𝑒 (Tim Fakultas
Teknik UNY, 2001)
𝑉2 =
𝑅 𝑅2 𝑉 … … … … (2. 18)
+ 𝑅2
1
Dan dengan cara yang sama akan didapatkan nilai tegangan pada R1:
𝑉1 =
𝑅 𝑅2 𝑉 … … … … (2. 19)
+ 𝑅2
1
2. Rangkaian Pembagi Arus
Dalam rankaian pembagi tegangan tahanan disusun secara seri, sedangkan
dalam rangkaian pembagi arus tahanan akan disusun secara parallel.
Seperti ditunjukkan pada gambar berikut (Tim Fakultas Teknik UNY,
2001):
𝑉𝑜𝑏 = s 1𝐾
(𝑅
+ 𝑅2 𝑅2 = 12 𝑉 = 6 𝑉 … … … … (2. 29)
1 ) (1𝐾 + 2𝐾)
Pada gambar (II.15.b) ujung a dan b dihubungkan dengan suatu hambatan
beban, RL=1KΩ. demgan adanya hambatan beban RL, arus loop menjadi
(Arifin, 2015):
𝐼= s 12𝑉
= = 8𝑚𝐴 … … … … (2. 30)
𝑅1 + (𝑅2//𝑅𝐿) 𝐼𝐾 + (𝐼𝐾//1𝐾)
𝑉0 = 𝑉𝑎𝑏 = 𝐼(𝑅2//𝑅𝐿) = (8𝑚𝐴)(1𝐾//1𝐾) = 4𝑉 … … … … (2. 31)
METODOLOGI PERCOBAAN
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 21Oktober 2015, hari Rabu pukul 13.00
Wita sampai dengan 15.00 Wita di Laboratorium elektronika Fisika Dasar
Fakultas MIPA Universitas Hasanuddi, tanggal.
a) Papan PCB
b) Kabel Jumper
a) Multimeter
a) Resistor
IV.1 Hasil
1 R1 7,5
3 R3 2
Keterangan:
R1 = 500 Ω
R2 = 60 Ω
R3 = 142 Ω
IV.1.1.3 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Paralel
Kode
Hambatan Vcc V
No I (A) Itot (A) Vtot (V) Catu
(Ω) (V) (V)
Daya
1 R1 0,0177
7,65758
2 R2 0,1333 CD/DC-
9 0,1968 8,5
03
3 R3 0,0642
Keterangan:
R1 = 500 Ω
R2 = 60 Ω
R3 = 142 Ω
IV.1.1.4 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Seri Paralel
Kode
Hambatan Vcc
No I (A) Itot (A) V (V) Vtot (V) Catu
(Ω) (V)
Daya
1 R1 0,0156 8,76
2 R2 0,011 0,47
5 R5 0,0027 0,81
Keterangan:
R1 = 500 Ω
R2 = 60 Ω
R3 = 142 Ω
R4 = 111 Ω
R5 = 300 Ω
IV.1.1.5 Data Nilai Arus dan tegangan dalam Rangkain Setara
Diberi Beban
Tidak diberi
Beban
4,9 11 5 5
a. Secara Teori
Persamaan R = ab x 10 ± D Ω
5%
R2 = 68 + 10 ± 5 % = 68 Ω ± 5 %
R3 = 15 + 101 ± 5 % = 150 Ω ± 5 %
R4 = 12 + 101 ± 5 % = 120 Ω ± 5 %
R5 = 30 + 101 ± 5 % = 300 Ω ± 5 %
b. Secara Praktikum
1. R1 = 500 Ω ± 5 %
2. R2 = 60 Ω ± 5 %
3. R3 = 142 Ω ± 5 %
4. R4 = 111 Ω ± 5 %
5. R5 = 300 Ω ± 5 %
Rtot = R1 + R2 + R3
= 560 Ω + 68 Ω + 150 Ω
= 778 Ω
b. Hambatan Rangkaian Seri Secara Praktikum
Rtot = R1 + R2 + R3
= 500 Ω + 60 Ω + 142 Ω
= 702 Ω
V3 7,5
I1 = = = 0,01339 A ≈ 0,01 A
R1 560
V2
I2 =
1,3 = = 0,01911 A ≈ 0,01 A
R2 68
V3 2
I3 = = = 0,01333 A ≈ 0,01 A
R3 150
𝑉𝑡𝑜𝑡 9
Itot = = = 0,01156 A ≈ 0,01 A
𝑅𝑡𝑜𝑡 778
Catatan:
Sesuai teori dimana nilai arus total pada rangkaian seri sama dengan besar
tiap tiap arus pada hambatan.
V3 7,5
I1 = = = 0,01500 A ≈ 0,01 A
R1 500
V2
I2 =
1,3 = = 0,02166 A ≈ 0,02 A
R2 60
V3 2
I3 = = = 0,01408 A ≈ 0,01 A
R3 142
𝑉𝑡𝑜𝑡 9
Itot = = = 0,01282 A ≈ 0,01 A
𝑅𝑡𝑜𝑡 702
Catatan:
Sesuai teori dimana nilai arus total pada rangkaian seri sama dengan besar
tiap tiap arus pada hambatan.
I I I I
= + +
Rek R1 R2 R3
1
=560 + 1 1
+ 150
68
= 43,20587 Ω
I I I I
= + +
Rek R1 R2 R3
1
=500 + 1 1
+ 142
60
= 38,91050 Ω
V1 9
I1 = = = 0,01607 A
R1 560
I2 = V2= 9
= 0,13235 A
R2 68
V3 9
I3 = = = 0,06000 A
R3 150
I1 = V1= 8,5
= 0,01517 A
R1 500
I3 = V3= 8,5
= 0,0567 A
R3 142
Catatan:
Sesuai teori dimana nilai tegangan total pada rangkaian paralel sama
dengan besar tiap tiap tegangan pada hambatan.
Catatan:
Sesuai teori dimana nilai tegangan total pada rangkaian paralel sama
dengan besar tiap tiap tegangan pada hambatan.
I I I
Rp = R4+ R5
I
= 120 + I
300
Rp = 85,71428 Ω
I I I I
Rp = Rs + R3
= I = 75,91721 Ω
153,71428 + 150
I I I
Rp = R4+ R5
I
= 111 + I
300
Rp = 81,02189 Ω
I I I I
Rp = Rs + R3
= I = 70,75462 Ω
141,02189 + 142
I1 = V1 = 8.76= 0,01564 A
R1 560
I2 = V2 = 0,47 = 0,00691 A
R2 68
I3 = V3 = 1,28 = 0,00853 A
R3 150
I5 = V5 = 0,81 = 0,00270 A
R5 300
I1 = V1 = 8.76 = 0,01752 A
R1 500
I2 = V2 = 0,47 = 0,00783 A
R2 60
I3 = V3 = 1,28 = 0,00901 A
R3 142
I5 = V5 = 0,81 = 0,00270 A
R5 300
I4-5 = I4 + I5 = (0,00729 + 0,00270) = 0,00999 A
I2 + I4−5 0,00783+ 0,00999
I2-45 = 2
= 2
= 0,00891 A
I3-245 = I3 + I2-45 = (0,00901 + 0,00891) A = 0,01792 A
Itot
I1 + I3−245 0,01752+ 0,01792
= 2
= 2
= 0,01772 A
V = IR
V = IR
V.2 Saran
Jati, Bambang Murdaka Eka, Tri Kuntoro Priyambodo. 2010. Fisika Dasar.
Yogyakarta. Penerbit Andi
Tim Fakultas Teknik UNY. 2001. Rangkaian Listrik Arus Searah. Yogyakarta.
UNY