Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG
Makhluk hidup di dunia ini sangat beragam, baik tumbuhan maupun hewan.
Hal ini mendorong para ahli untuk mempelajarinya lebih lanjut, dengan suatu sistem
yang disebut keanekaragaman. Dasar keanekaragaman makhluk hidup ini adalah
adanya persamaan dan perbedaan ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, tingkah laku,
dan lain-lain.
Keanekaragaman adalah perbedaan di antara makhluk hidup yang hidup yang berbeda
jenis dan speciesnya. Pengertian Keanekaragaman Hayati adalah keseluruhan variasi
berupa bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang dapat ditemukan pada makhluk
hidup. Setiap makhluk hidup memiliki ciri dan tempat hidup yang berbeda.
Keanekaragaman makhluk terjadi karena adanya perbedaan sifat, seperti: ukuran,
bentuk, warna, fungsi organ, tempat hidup dan lain–lain. Keanekargaman makhluk
hidup sangat penting bagi kelangsungan dan kelestarian makhluk hidup. Suatu
kelompok makhluk hidup yang memiliki kelestarian tinggi, terdapat keanekaragaman
yang tinggi. Sebaliknya makhluk hidup yang memiliki tingkat kelestarian rendah,
terdapat keanekaragaman rendah dan terancam punah. Faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya keanekaragaman makhluk hidup adalah : Mutasi adalah
peristiwa perubahan yang disebabkan oleh faktor internal seperti materi genetik atau
faktor lingkungan, seperti radiasi dan suhu. Rekombinasi adalah proses atau peristiwa
yang berakibat terbentuknya kombinasi gen baru pada kromosom. Individu baru dari
reproduksi seksual akan memiliki faktor keturunan dari kedua induknya. Untuk
mempelajari lebih lanjut, kita dapat mengamati beberapa contoh hewan dan
tumbuhan. Berdasar kesamaan ciri, kita dapat mengklompokan atau
mengklasifikasikannya. Kegiatan pengklasifikasikan makhluk hidup bertujuan untuk
mempertmudah mengenal objek yang beraneka ragam dengan cara mencari
persamaan dan perbedaan ciri serta sifat pada objek tersebut. Klasifikasi juga
mempermudah dalam pemberian nama ilmiah terhadap suatu individu.

1
1. 2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu biosfer dan makhluk hidup?
b. Bagaimana asal mula kehidupan di bumi?
c. Bagaimana reproduksi atau perkembangbiakan variabilitas makhluk hidup?
d. Bagaimana keanekaragaman makhluk hidup?
e. Bagaimana persebaran dan sejarah makhluk hidup?

1. 3 TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk membahas sedikit banyaknya
tentang keanekaragaman makhluk hidup dan persebarannya dalam dunia ini dan
makhluk hidup sangat penting bagi kelangsungan dan kelestarian makhluk hidup.
Suatu kelompok makhluk hidup yang memiliki kelestarian tinggi, terdapat
keanekaragaman yang tinggi. Sebaliknya makhluk hidup yang memiliki tingkat
kelestarian rendah, terdapat keanekaragaman rendah dan terancam punah

2
BAB II
PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DAN PERSEBARANNYA.

2. 1Biosfer dan makhluk hidup


Biosfer adalah bagian dari sistem planet bumi yang meliputi atmosfer (udara),
lithosfer (tanah) dan hidrosfer (air), dimana segala kehidupan berkembang (gambar 1).

Gambar 1. Biosfer meliputi lithosfer, hidrosfer dan atmosfer (Anonim, 2011)

1. Litosfer merupakan lapisan kulit bumi, tempat dimana makhluk hidup darat tinggal
dan melangsungkan kehidupannya. Lithosphere adalah akumulasi masa dari batuan-
batuan padat yang membentuk selubung yang mengelilingi bagian cair bumi yang
panas (magma).
Lithosphere terdiri dari komponen primer seperti: 1. Mineral 2. Batuan 3. Fluida.

2. Hidrosfer adalah lapisan air, merupakan tempat hidup bagi makhluk hidup aquatik
dan merupakan sumber dari air, yang mengalami siklus untuk terjadinya hujan.
Hidrosfer meliputi 71% dari permukaan Bumi yg merupakan air. Yang paling besar
ini adalah samudra-samudra, yang berisi di atas 97 % dari semua air di atas Bumi.
Gletser-gletser dan selubung es yang kutub berisi lebih sedikit 2% dari air Bumi
dalam wujud es yang padat. Hanya sekitar 6 % adalah sebenarnya sebagai
groundwater.

3. Atmosfer adalah lapisan udara, merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup,
karena dari sanalah gas-gas yang diperlukan untuk respirasi dan proses fotosintesis
diperoleh. Bahkan unsur hara dalam bentuk gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-

3
tumbuhan juga diperoleh dari atmosfer. Atmosphere adalah lapisan udara yang
mengelilingi bumi dengan ketebalan kurang lebih 1.000 km dari permukaan bumi.
Atmosphere terdiri dari:

 Troposfer merupakan lapisan terbawah dari atmosfer, yaitu pada ketinggian 0 -


18 km di atas permukaan bumi. Sampai saat ini, baru diketahui hanya di lapisan
troposfer makhluk hidup bisa beraktivitas. Troposfer adalah lapisan dinamis
yang terdapat uap air yang dapat membentuk awan dan hujan secara periodik.
 Stratosfer adalah lapisan kedua dari atmosfer bumi, terletak diatas troposfer
dan dibawah mesosfer
 Mesosfer . Lapisan ini merupakan lapisan pelindung bumi dari jatuhan meteor
atau benda-benda angkasa luar lainnya.
 Termosfer (ionosfer). Lapisan termosfer ini disebut juga lapisan ionosfer.
Karena lapisan ini merupakan tempat terjadinya ionisasi partikel-partikel yang
dapat memberikan efek pada perambatan/refleksi gelombang radio, baik
gelombang panjang maupun pendek
 Eksosfer atau Desifasister Pada lapisan ini merupakan tempat terjadinya gerakan
atom-atom secara tidak beraturan

2. 2 Asal mula kehidupan


Teori asal usul kehidupan terdiri atas Generatio spontanea, Teori Biogenesis,
Teori Urey, Teori Kosmozoa, yaitu:
a. Teori Abiogenesis atau Generatio Spontanea: menjelaskan bahwa, makhluk
hidup terbentuk dengan sendirinya, yang berarti makhluk hidup dapat
terbentuk dari makhluk mati. Pendukung teori ini adalah Aristoteles, Thales, dan
Anaximines. Thales menganggap kehidupan berasal dari air dan anaximines
menganggap kehidupan berasal dari udara.

b. Teori Biogenesis
Menyatakan bahwa, makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Pendukung
teori ini adalah Fransisco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur. Fransisco
Redi (gambar 4) mengemukakan percobaan ulat pada sepotong daging atau
bangkai tikus berasal dari telur lalat (Omne Vivum ex Ovo). Lazzaro Spallanzani
(gambar 5) mengemukakan percobaan kaldu yang dididihkan dan ditutup rapat

4
hanya akan membusuk bila dalam keadaan terbuka, harus ada jasad renik terlebih
dahulu (Onme Ovum ex Vivo). Louis Pasteur mengemukakan percobaan yang sama
dengan Lazzaro Spallazani namun menggunakan pipa leher angsa, yang kemudian
berkesimpulan, untuk mendapatkan kehidupan harus ada kehidupan terlebih
dahulu (Omne Vivum ex Vivo) yang ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 3. Generatio spontanea, makhluk hidup muncul dari benda mati dengan
tiba-tiba, misalnya katak dan ikan terbentuk dengan sendirinya dari lumpur di
dasar sungai

Gambar 4. Percobaan Francisco Redi (Anonim, 2010)

Gambar 5. Percobaan L. Spallanzani (Anonim, 2010)

5
c. Teori Panspermia atau Cosmozoa
Diusulkan oleh Richter tahun 1865: bakteri primitif dan mikroorganisme lainnya
datang ke bumi sebagai spora yang dibawa bersama meteorit, yang tahan terhadap
temperatur yang begitu dingin dan juga sangat panas dan sinar-sinar yang mematikan
yang terdapat di angkasa luar, seperti sinar kosmis, sinar ultra violet dan sinar infra
merah.
d. Teori Urey
Menyatakan asal mula kehidupan berawal dari komponen kunci protein, yaitu
DNA (Deoxirybonucleic acid) dan RNA (Rybonucleic acid) harus lebih dahulu ada
sebelum hadirnya sel yang hidup. Spekulasi masih terus terjadi pada mekanisme dan
komponen mana yang lebih dahulu muncul. Walau tidak diterima sepenuhnya sebagai
skenario yang aktual, namun sebuah percobaan tahun 1953 yang dilakukan oleh
Stanley L. Miller di University of Chicago, dibawah bimbingan pemenang nobel
Harold Urey, dipandang sebagai usaha ilmiah klasik terbaik dalam bidang biologi, dia
membuat percobaan dengan menyalakan bunga api listrik di dalam tabung yang berisi
ammonia (NH3), metana (CH4), air (H20), dan hydrogen (H2). Kemudian, bahan di
dalam tabung tersebut dianalisis dan diperoleh senyawa asam amino yang merupakan
komponen dasar protein. Protein adalah pembentuk protoplasma yang merupakan
substansi dasar makhluk hidup (gambar 7).

Gambar 6. Percobaan Louis Pasteur

6
Gambar 7. Percobaan Miller-Urey (Anonim, 2011)

2.3 Sel
Makhluk hidup terdiri atas sel-sel. Sel merupakan unit organisasi terkecil yang
menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan
berlangsung di dalam sel. Sel umumnya terdiri atas inti sel (nucleus), sitoplasma dan
membran plasma (plasma membrane).
Sebagian besar kegiatan metabolisme sel terjadi dalam sitoplasma, meliputi seluruh
daerah antara nucleus dan plasma membrane. Sitoplasma dipenuhi oleh organel
terspesialisasi yang tersuspensi dalam medium semi cairan yang disebut sitosol.
Di bawah ini ditunjukkan gambar 2 mengenai sel hewan dan tumbuhan. Sel tumbuhan
memiliki dinding sel, kloroplas dan vakuola yang besar. Sel hewan adalah nama umum
untuk sel eukariotik yang menyusun jaringan hewan. Sel hewan berbeda dari sel
eukariotik lainnya, karena sel hewan tidak memiliki dinding sel, dan kloroplas, serta
biasanya memiliki vakuola yang lebih kecil, bahkan tidak ada. Karena tidak memiliki
dinding sel yang keras, maka sel hewan bervariasi bentuknya.
Bagian-bagian dari sel dan fungsinya adalah sebagai berikut: (a) inti sel (Nucleus):
Kromatin dalam nucleus terdiri atas DNA yang membawa gen bersama-sama dengan
protein. Kromatin ini sebenarnya merupakan kumpulan struktur terpisah yang disebut
kromosom, yang tampak sebagai unit terpisah hanya pada sel yang sedang membelah.
(b) Ribosom (Ribosomes): bertugas mensintesis protein. (c) Membran plasma (Plasma
membrane): untuk melindungi sel. (d) Retikulum endoplasma (RE/Endoplasmic

7
reticulum): adalah suatu membran labirin yang membentuk gelembung dan kantung pipih
yang memisahkan kandungan RE dari sitosol. RE terdapat dalam dua bentuk: kasar
(Rough Endoplasmic Reticulum) yang ditonjoli oleh ribosom, dan halus
(Smooth Endoplasmic Reticulum) yang tidak ditonjoli ribosom. (e) Aparatus golgi (Golgi
apparatus): merupakan jenis lain organel bermembran, terdiri atas tumpukan kantung
pipih yang aktif dalam sintesis, penyempurnaan, penyimpanan, penyortiran dan ekskresi
berbagai produk kimiawi. (f) Vakuola (Vacuola): berfungsi menyimpan bahan kimiawi,
memecah makromolekul dan dengan membesar, memainkan peran utama dalam
pertumbuhan tanaman. (g) Mitokondria (Mitochondria): berfungsi untuk melakukan
respirasi seluler, yang menghasilkan ATP dari bahan bakar organik seperti gula.
(h) Kloroplas (Chloroplast): berguna untuk melaksanakan fotosintesis. (i) Dinding sel
(Cell wall): bertugas membantu mempertahankan bentuk sel dan melindungi sel dari
kerusakan mekanis.

a b

Gambar 2. a. sel hewan dan b. sel tumbuhan (Anonim,


2011)

a. Reproduksi Sel
Reproduksi sel dapat diartikan sel memperbanyak diri, baik yang terjadi pada
organisme tingkat sel (uniseluler) maupun yang terjadi pada sel-sel penyusun tubuh
organisme multiseluler. Reproduksi sel dapat dibedakan atas: amitosis, mitosis, dan
meiosis. Amitosis adalah pembelahan langsung tanpa melalui tahapan. Pada amitosis,
mula-mula nukleus membelah kemudian diikuti pembagian sitoplasma dari sel induk,
dan dari satu sel induk bisa terbentuk dua sel baru atau lebih.
Sedangkan mitosis adalah pembelahan sel melalui beberapa tahapan utama
yaitu: profase, metafase, anafase dan telofase. Mitosis ditujukan untuk memperbanyak
sel, biasanya terjadi pada proses pertumbuhan individu dan perbaikan (pengganti)

8
Kemudian meiosis adalah pembelahan sel yang bersifat reduksi dari sel yang
diploid menjadi sel haploid (terjadi penurunan jumlah kromosom sel anak menjadi
setengah jumlah kromosom sel induknya), dan dari satu sel induk menjadi empat sel
anak. Meiosis terdiri dari dua tahap pembelahan yaitu meiosis I dan meiosis II. Meiosis
I terdiri dari profase I yang terbagi lagi menjadi 5 fase yaitu leptonema, zygonema,
pakhinema, diplonema, dan diakinesis.

b. Reproduksi Makhluk Hidup


Proses yang dilakukan oleh makhluk hidup untuk menghasilkan individu baru
(keturunan) dari jenisnya dinamakan reproduksi (perkembangbiakan). Tujuan
reproduksi adalah untuk mempertahankan kelestarian suatu spesies (jenis) makhluk
hidup. Banyak cara reproduksi yang dilakukan oleh organisme. Cara-cara reproduksi
tersebut dikelompokkan atas: 1) reproduksi aseksual (vegetatif), dan 2) reproduksi
seksual (generatif).
Reproduksi aseksual adalah jenis reproduksi yang dilakukan oleh suatu
organisme dengan melibatkan sel tubuh saja tanpa melibatkan sel kelamin. Pada hewan,
perkembangbiakan seperti ini umumnya hanya dijumpai pada hewan rendah, misalnya
paramaecium, amoeba, dan euglena dengan membelah diri; hydra dan ubur-ubur
dengan bertunas; bintang laut dan planaria dengan fragmentasi. Pada tumbuhan
reproduksi aseksual dilakukan oleh tumbuhan rendah sampai tumbuhan tinggi; misalnya
membentuk spora pada algae dan lumut; tunas, umbi, rizoma pada tumbuhan tinggi.
Reproduksi seksual adalah perkembangbiakan makhluk hidup yang melibatkan
sel kelamin (gamet). Dengan demikian, yang dimaksud reproduksi seksual bukan hanya
perkembangbiakan melalui perkawinan (peleburan sel kelamin jantan dan betina) saja,
tetapi partenogenesis pun termasuk di dalamnya. Partenogenesis adalah reproduksi
seksual dimana gamet betina (ovum) tumbuh menjadi embrio tanpa menyatu dengan
gamet jantan (sperma). Partenogenesis ini dijumpai pada lebah, semut, lalat buah, dan
lain-lain. Konyugasi pun dimasukkan ahli ke dalam jenis reproduksi seksual.
Selain reproduksi yang berlangsung secara alami, kita kenal pula ada reproduksi
buatan, baik yang dilakukan secara in vivo maupun in vitro. Reproduksi buatan
biasanya dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraannya. Misalnya
reproduksi buatan yang dilakukan pada tumbuhan dan hewan ternak.

9
1. Reproduksi Alami pada Hewan
Hewan dapat melakukan reproduksi aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual pada hewan sedikit terjadi jika dibandingkan dengan tumbuhan, dan hanya
terbatas pada hewan tingkat rendah, yaitu dengan cara pembelahan sel, pertunasan
(“budding”), dan fragmentasi.
Pembelahan: Terjadi pada hewan bersel satu (Protozoa), misalnya amoeba,
paramaecium, dan euglena.
Pertunasan (budding): Terjadi pada Hydra sp, ubur-ubur, dan lain-lain.
Keturunan baru berkembang dari tunas yang tumbuh pada tubuh induk. Pada beberapa
spesies, misalnya ubur-ubur dan Hydra sp, tunas akan lepas dan dapat hidup bebas.
Pada koral, tunas tetap terikat pada tubuh induk dan menyebabkan terjadinya koloni.
Fragmentasi: Terjadi pada beberapa jenis cacing (misalnya planaria), bintang
laut, ular, dan lain-lain. Pada beberapa jenis cacing, setelah tubuh mencapai ukuran
normal (dewasa), secara spontan cacing tersebut terbagi-bagi menjadi delapan atau
sembilan bagian. Setiap bagian akan berkembang menjadi cacing dewasa dan proses
ini terulang kembali.
Reproduksi seksual merupakan cara reproduksi pada hampir semua hewan
mulai hewan tingkat rendah sampai hewan tingkat tinggi. Reproduksi seksual
melibatkan kelenjar kelamin (gonad) untuk menghasilkan gamet jantan (sperma) dan
gamet betina (ovum atau sel telur). Pada umumnya reproduksi seksual terjadi melalui
penyatuan sperma dan ovum saat berlangsungnya pembuahan (fertilisasi), walaupun
pada partenogenesis ovum dapat berkembang menjadi individu baru tanpa fertilisasi.
Sperma memiliki bentuk dan ukuran yang jauh berbeda dengan ovum sehingga
disebut heterogamet.

2. Reproduksi Alami pada Tumbuhan


Tumbuhan juga melakukan reproduksi aseksual dan seksual, sama halnya
dengan hewan. Bedanya, pada tumbuhan, semua tingkatan mulai dari tumbuhan
tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi mampu melakukan reproduksi
aseksual maupun seksual. Pada tumbuhan, fertilisasi dan meiosis membagi kehidupan
individu menjadi dua fase atau generasi, yaitu generasi gametofit mulai dengan spora
yang dihasilkan saat meiosis. Spora ini haploid dan semua sel yang diturunkannya
juga haploid. Diantara sel-sel yang dihasilkan generasi sporofit mulai dengan zigot
yang diploid, semua sel yang berasal dari sini yang berkembang dengan cara mitosis

10
juga diploid. Akhirnya sel-sel tertentu akan menjalani meiosis sehingga terbentuk
spora-spora, pertanda dimulai kembali generasi gametofit.

3. Reproduksi Buatan
Reproduksi buatan umumnya sengaja dilakukan oleh manusia untuk
menunjang kesejaheraanya. Reproduksi buatan ini dapat dilakukan secara in vivo
maupun in vitro. Reproduksi vegetatif buatan sangat banyak dilakukan manusia pada
tumbuhan, misalnya memperbanyak tanaman dengan stek, cangkok, menyambung,
menempel, dan lain-lain. Kesemua cara ini ditujukan agar tanaman berproduksi dalam
waktu yang cepat dan kualitas baik.
Pada hewan ternak, reproduksi buatan in vivo dilakukan dengan
mempertemukan gamet jantan dan betina tetap dalam tubuh hewan betina, tetapi
dengan metode kawin suntik. Pada proses ini, sperma dari hewan jantan yang kita
inginkan ditransfer ke dalam saluran kelamin hewan betina yang sedang birahi dengan
sejenis alat yang mempunyai jarum suntik, sehingga disebut kawin suntik.
Pada reproduksi buatan in vitro (yang sangat dikenal dengan bayi tabung pada
manusia), reproduksi dilakukan dengan cara menyatukan gamet jantan dan gamet
betina di luar tubuh hewan yang bersangkutan, yang biasanya digunakan cawan petri,
karena itulah disebut in vitro yang secara harfiah artinya di dalam gelas (cawan).
Setelah terjadi pembuahan dalam cawan, embrio dibiarkan berkembang sampai
stadium blastula, kemudian ditransfer ke dalam rongga uterus (rahim) ibu. Di dalam
rahim itu embrio berkembang, berimplantasi, dan menjadi individu baru seperti pada
kehamilan biasa. Teknik seperti ini sering disebut bayi tabung.

2.4 Keanekaragaman makhluk hidup


Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim
menyebabkan terjadinya perbedaan temperatur, curah hujan, intensitas cahaya matahari,
dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora
(tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah. Bioma adalah sekelompok
makhluk hidup yang tinggal di lokasi geografis tertentu (gambar 8).

11
Gambar 8. Bioma (Anonim, 2000)
Bioma terbagi atas beberapa jenis, seperti bioma tundra (gambar 9), taiga, hutan
gugur, padang rumput (gambar 10), gurun (padang pasir), hutan hujan tropis, hutan
bakau, tergantung curah hujan dan intensitas cahaya mataharinya. Di daerah dingin
terdapat bioma Tundra. Di tempat ini mayoritas tumbuhannya adalah jenis lumut, rumput
dan semak. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah
beriklim sedang terdapat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang paling sesuai untuk daerah
ini adalah tumbuhan conifer, dan fauna/hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa
kutub. Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki flora
(tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan beraneka ragam. Keanekaragaman
jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan membentuk ekosistem
yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem.

Gambar 9. Bioma tundra didominasi oleh vegetasi perdu (Anonim 2011)

12
Gambar 10. Bioma padang rumput adalah contoh ekosistem terestrial (Anonim 2011)

Totalitas variasi gen, jenis (species) dan ekosistem menunjukkan terdapat pelbagai
variasi bentuk, penampakan, frekwensi, ukuran dan sifat lainnya pada tingkat yang
berbeda-beda, yang merupakan keanekaragaman hayati. Dengan demikian, maka
Keanekaragaman hayati berkembang dari keanekaragaman tingkat gen (gambar 11),
keanekaragaman tingkat jenis (gambar 12) dan keanekaragaman tingkat ekosistem.

Gambar 11. Keanekaragaman gen pada ayam (Anonim, 2011)

Gambar 12. Keanekaragaman jenis kacang-kacangan (Anonim, 2011)

13
Keanekaragaman hayati perlu dilestarikan karena didalamnya terdapat sejumlah
spesies asli sebagai bahan mentah perakitan varietas-varietas unggul. Kelestarian
keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem akan terganggu bila ada komponen-
komponennya yang mengalami gangguan.
Gangguan-gangguan terhadap komponen-komponen ekosistem tersebut dapat
menimbulkan perubahan pada tatanan ekosistemnya. Besar atau kecilnya gangguan
terhadap ekosistem dapat merubah wujud ekosistem secara perlahan-lahan atau secara
cepat pula. Contoh-contoh gangguan ekosistem, antara lain penebangan pohon di hutan-
hutan secara liar dan perburuan hewan secara liar dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem. Gangguan tersebut secara perlahan-lahan dapat merubah ekosistem sekaligus
mempengaruhi keanekaragaman tingkat ekosistem. Bencana tanah longsor atau letusan
gunung berapi, bahkan dapat memusnahkan ekosistem. Tentu juga akan memusnahkan
keanekaragaman tingkat ekosistem. Demikian halnya dengan bencana tsunami.

2.5 Persebaran dan sejarah makhluk hidup


a. Persebaran Flora dan Fauna
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya persebaran makhluk hidup adalah
pergeseran benua, lintang geografis, iklim dan lingkungan (habitat). Faktor
penghambat penyebaran makhluk hidup adalah daratan, lautan, selat. Persebaran
tumbuhan menyebabkan adanya vegetasi primer, sekunder dan klimaks.
Persebaran umum dari fauna atau hewan (gambar 13) dan burung (gambar 14)
berdasarkan letak geografis di dunia dibagi menjadi wilayah Ethiopian, Palearctic,
Neartic, Neotropical, Oriental, Australian, Oceanic.

Gambar 13. a. Peta persebaran umum fauna di dunia (Anonim 2009)

14
Gambar 14. Persebaran burung di dunia (Anonim, 2009)

Wilayah Ethiopian (gambar 15) meliputi benua Afrika, dari sebelah Selatan Gurun
Sahara, Madagaskar dan Selatan Saudi Arabia. Hewan yang khas daerah ini adalah gajah
Afrika, badak Afrika, gorila, baboon, simpanse, jerapah. Mamalia padang rumput seperti
zebra, antilope, kijang, singa, jerapah, harimau, dan mamalia pemakan serangga yaitu
trengiling. Mamalia endemik di wilayah ini adalah Kuda Nil yang hanya terdapat di
Sungai Nil, Mesir, namun di Madagaskar juga terdapat Kuda Nil hanya lebih kecil.
Menurut sejarah pulau Madagaskar pernah bersatu dengan Afrika. Wilayah Ethiopian juga
memiliki hewan yang hampir sama dengan di wilayah Oriental seperti: golongan kucing,
bajing, tikus, babi hutan, kelelawar, dan anjing.

Gambar 15. Fauna Ethiopian (Anonim, 2011)

15
Wilayah Palearctic meliputi hampir seluruh benua Eropa, Uni Soviet, daerah dekat
Kutub Utara sampai Pegunungan Himalaya, Kepulauan Inggris di Eropa Barat sampai
Jepang, Selat Bering di pantai Pasifik, dan benua Afrika paling Utara. Kondisi lingkungan
wilayah ini bervariasi, baik perbedaan suhu, curah hujan maupun kondisi permukaan
tanahnya, menyebabkan jenis faunanya juga bervariasi. Beberapa jenis fauna Palearctic
yang tetap bertahan di lingkungan aslinya yaitu Panda di Cina, unta di Afrika Utara,
binatang kutub seperti rusa Kutub, kucing Kutub, dan beruang Kutub. Binatang-binatang
yang berasal dari wilayah ini antara lain kelinci, sejenis tikus, berbagai spesies anjing,
kelelawar. Bajing, dan kijang telah menyebar ke wilayah lainnya (gambar 16).

Gambar 16. Fauna Palearctic (Anonim, 2011)

Wilayah Nearctic persebarannya meliputi kawasan Amerika Serikat, Amerika Utara


dekat Kutub Utara, dan Greenland. Hewan khas daerah ini adalah ayam kalkun liar, tikus
berkantung di Gurun Pasifik Timur, bison, muskox, caribau, domba gunung. Di daerah ini
juga terdapat beberapa jenis hewan yang ada di wilayah Palearctic seperti: kelinci,
kelelawar, anjing, kucing, dan bajing.
Wilayah Neotropical persebarannya meliputi Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan
sebagian besar Meksiko. Iklim di wilayah ini sebagian besar beriklim tropik dan bagian
Selatan beriklim sedang. Hewan endemiknya adalah ikan Piranha dan Belut listrik di
Sungai Amazone, Lama (sejenis unta) di padang pasir Atacama (Peru), tapir, dan kera
hidung merah. Wilayah Neotropical sangat terkenal sebagai wilayah fauna vertebrata
karena jenisnya yang sangat beranekaragam dan spesifik, seperti beberapa spesies monyet,
trenggiling, beberapa jenis reptil seperti buaya, ular, kadal, beberapa spesies burung, dan
ada sejenis kelelawar penghisap darah.

16
Wilayah Oriental tersebar di kawasan Asia terutama Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Fauna Indonesia yang masuk wilayah ini hanya di Indonesia bagian Barat. Hewan yang
khas wilayah ini adalah harimau, orang utan, gibbon, rusa, banteng, dan badak bercula
satu. Hewan lainnya adalah badak bercula dua, gajah, beruang, antilop berbagai jenis
reptil, dan ikan. Adanya jenis hewan yang hampir sama dengan wilayah Ethiopian antara
lain kucing, anjing, monyet, gajah, badak, dan harimau, menunjukkan bahwa Asia Selatan
dan Asia Tenggara pernah menjadi satu daratan dengan Afrika.
Wilayah Australian mencakup kawasan Australia, Selandia Baru, Irian, Maluku, dan
pulau-pulau sekitarnya. Beberapa hewan khas wilayah ini adalah kangguru, kiwi, koala.
Terdapat beberapa jenis burung yang khas wilayah ini seperti burung cendrawasih, burung
kasuari, burung kakaktua, dan betet. Kelompok reptil antara lain buaya, kura-kura, ular
pitoon.
Wilayah Oceanic, fauna di wilayah ini tersebar di kawasan kepulauan di Samudra
Pasifik. Wilayah ini merupakan pengembangan dari wilayah Australia daratan, dengan
spesifikasi fauna tertentu. Oleh karena itu jenis faunanya hampir sama dengan wilayah
Australia.
Peta Persebaran Fauna Indonesia adalah berdasarkan Garis Wallace dan Garis
Weber. Garis Wallace adalah garis maya yang terletak antara Kalimantan dan Sulawesi
dan terus ke Selatan di antara Bali dan Lombok, yang membatasi Fauna Asiatis dengan
Fauna Peralihan. Garis Weber adalah garis maya yang terletak antara sebelah Timur
Sulawesi dan Nusa Tenggara, membatasi Fauna Australis dengan Fauna Peralihan.
Daerah antara garis Wallace dan garis weber disebut Daerah Wallacea yang dapat dilihat
pada gambar 17 dan 18. Di daerah Wallacea ini terdapat fauna peralihan, antara lain
Biawak Komodo Raksasa, Sapi Mini dan lainnya.

17
Gambar 17. Persebaran fauna di Indonesia berdasarkan Garis Wallacea dan Weber di
Indonesia. (Regolidjo, 2012)

Gambar 18. Fauna wilayah Indonesia (Anonim, 2011)


Tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu tempat ada yang tumbuh secara alami dan
ada juga yang dibudidayakan oleh manusia. Flora atau dunia tumbuhan di berbagai tempat
di dunia pasti berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: iklim,
jenis tanah, relief atau tinggi rendah permukaan bumi, biotik (makhluk hidup). Indonesia
memiliki keanekaragaman jenis tumbuh-tumbuhan. Iklim memiliki pengaruh yang sangat
besar terutama suhu udara dan curah hujan. Daerah yang curah hujannya tinggi memiliki
hutan yang lebat dan jenis tanaman lebih bervariasi, misalnya: di Pulau Sumatera dan
Kalimantan. Daerah yang curah hujannya relatif kurang, tidak memiliki hutan yang lebat
seperti di Nusa Tenggara. Daerah ini banyak di tumbuhi semak belukar dengan padang
rumput yang luas. Suhu udara juga mempengaruhi tanaman yang dapat hidup di suatu
tempat.
Junghuhn adalah salah satu pakar meteorologi yang melakukan pengelompokan atau
klasifikasi iklim berdasarkan garis ketinggian. Klasifikasi iklim Junghuhn ini sekaligus
dapat menentukan tanaman budidaya yang dapat tumbuh di suatu daerah dengan
ketinggian tertentu. Hal tersebut berdasarkan kesesuaian suhu udara dengan karakteristik
tanaman. Setiap tanaman perkebunan memiliki kebutuhan suhu udara tertentu untuk dapat
bertahan hidup. Penggolongan iklim yang dilakukannya ini sangat bermanfaat untuk
keperluan pola pembudidayaan tanaman perkebunan yang ada, termasuk di Indonesia.
Tanaman-tanaman perkebunan yang dapat menggunakan pedoman dari klasifikasi iklim
menurut Junghuhn ini, di antaranya adalah kopi, teh, kina, cokelat, sayuran, dan

18
sebagainya. Semakin tinggi suatu daerah, suhu udaranya semakin dingin. Karakteristik
tanamannya juga tentu berbeda.
Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian, yaitu: (1) Zona
Panas: Ketinggian 0-700 meter di atas permukaan laut (DPL). Zona ini memiliki suhu
(temperatur) udara berkisar antara 26,3˚C-22˚C. Pada ketinggian ini, cocok ditanami
jagung, padi, tebu, kelapa, dan coklat. (2) Zona Sedang: Ketinggian 700-1500 meter DPL.
Suhu udara pada zona ini berkisar antara 22˚C-17,1˚C. Cocok untuk ditanami karet, kina,
sayuran, coklat, kopi, dan teh. (3) Zona Sejuk: Ketinggian 1500-2500 meter DPL.
Jenis tanaman yang cocok pada zona ini adalah pinus, cemara, dan sayuran. Suhu udara di
zona ini berkisar antara 17,1˚-11,1˚C yang merupakan suhu yang cocok untuk tanaman-
tanaman tersebut. (4) Zona Dingin: Ketinggian di atas 2500 meter DPL. Suhu udara di
zona ini mulai dari 11,1˚c sampai dengan 6,2˚C sehingga dapat dipastikan tanaman yang
dapat hidup di zona ini hanyalah tanaman berjenis lumut. Tanaman perkebunan tidak dapat
hidup pada zona ini.
Ketinggian memang berpengaruh terhadap suhu udara di suatu tempat. Pada
akhirnya, semuanya ini akan berpengaruh pada iklim di bumi. Ketinggian dan suhu
memiliki kondisi yang berbanding terbalik. Semakin tinggi suatu daerah, temperaturnya
semakin rendah sehingga semakin dingin pula daerah tersebut. Setiap pertambahan
ketinggian sebanyak 100 meter, temperatur udara akan turun sebesar 0,6˚C. Itulah yang
menyebabkan Junghuhn dapat mengklasifikasikan iklim ini yang secara tidak langsung
mengklasifikasikan tanaman yang cocok pada iklim-iklim
tersebut. Para pengusaha perkebunan dapat menjadikan klasifikasi iklim menurut
Junghuhn ini untuk melakukan pemilihan perkebunan yang cocok di daerahnya. Hal itu
dilakukan agar tanaman yang ditanamnya dapat tumbuh, berbuah lebat, dan akhirnya dapat
memberikan manfaat. Namun, perlu diperhatikan pula faktor-faktor lain, selain suhu dan
ketinggian, yang juga mempengaruhi keberhasilan dalam budidaya tanaman-tanaman
tersebut.
Beberapa jenis flora di Indonesia yang dipengaruhi oleh iklim antara lain sebagai
berikut: Hutan Musim, terdapat di daerah Indonesia yang memiliki suhu udara tinggi dan
memiliki perbedaan kondisi tumbuhan di musim hujan dan musim kemarau. Pada musim
kemarau pohonnya akan meranggas dan pada musim hujan akan tumbuh hijau kembali.
Contoh hutan musim ialah hutan jati dan kapuk randu. Hutan musim banyak terdapat di
Jawa Tengah dan Jawa Timur.

19
Hutan Hujan Tropis, terdapat di daerah yang curah hujannya tinggi. Indonesia
beriklim tropis dan dilalui garis khatulistiwa sehingga Indonesia banyak memperoleh sinar
matahari sepanjang tahun, curah hujan tinggi dan temperatur udara tinggi. Di Indonesia
hutan hujan tropis terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Sabana,
terdapat di daerah yang curah hujannya sedikit. Sabana berupa padang rumput yang
diselingi pepohonan yang bergerombol. Sabana terdapat di Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur. Steppa, adalah padang rumput yang sangat luas. Steppa terdapat di
daerah yang curah hujannya sangat sedikit atau rendah. Steppa terdapat di Nusa Tenggara
Timur, baik untuk peternakan. Hutan Bakau atau Mangrove, adalah hutan yang tumbuh di
pantai yang berlumpur. Hutan bakau banyak terdapat di pantai Papua, Sumatera bagian
timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan (gambar 19).

Gambar 19. Jenis-jenis hutan yang dipengaruhi iklim


(a). Hutan Hujan Tropis, (b). Sabana, (c). Steppa, (d). Hutan Mangrove (Anonim, 2011)

b. Sejarah Munculnya Manusia

Menurut suatu teori, organisme sekarang adalah hasil dari proses evolusi kehidupan.
Evolusi kehidupan adalah suatu perubahan kehidupan menjadi bentuk kehidupan lainnya
melalui suatu proses yang perlahan-lahan dan mungkin memakan waktu ratusan sampai
jutaan tahun. Teori tersebut menyebutkan bahwa organisme yang mula-mula ada di dunia
berupa organisme bersel tunggal dan organisme ini berasal dari agregasi molekul-molekul
yang ada.

Bagaimana mekanisme dasar sehingga organisme bersel tunggal itu tersebut


menjadi makhluk hidup bersel banyak? Salah satu dugaan ini adalah yaitu: Biosfer: suatu
dunia kehidupan di Bumi kita ini komponennya menjadi suatu subsistem. Maka sebagai

20
suatu subsistem organisme itu dibentuk oleh materi dan energy yang tersedia dalam
biosfer pula. Karena dalam biosfer berlaku hukum Termodinamika I dan II, maka
organisme itu akan mengalami perlakuan hukum tersebut.

Hukum Termodinamika I:
Di dalam biosfer tak ada energi yang hilang, jumlah energi itu tetap yang berubah
hanya bentuknya.
Contohnya: Energi listrik berubah menjadi energi mekanik, energi mekanis berubah
menjadi energi panas.
Hukum Termodinamika II:
Bila suatu sistem dibiarkan berdiri sendiri, maka sistem tersebut cenderung untuk
mengalami penguraian kearah yang paling tidak teratur.
Berkaitan dengan hukum I dan II tersebut, organisme akan menjadi suatu jalur arus
energi. Dalam tubuh organisme, energi akan mengalami sebagai suatu sistem. Kalau
dibiarkan begitu saja maka organisme akan cendrung kea rah kerusakan yang paling
parah. Sebaliknya, organisme sebagai suatu sistem akan mempertahankan diri dari
perlakuan hukum tersebut. Organisme dapat mempertahankan diri dengan adanya
kemampuan pelestarian diri, sedangkan kemampuan ini adalah bagian dari proses evolusi.
Perkembangan lain, yaitu adanya suatu kerjasama antara organisme, sehingga akan
membentuk kalori. Dengan alas an yang sama pula terjadi gejala perkembangan menuju
kearah pembentukan organisme bersel banyak. Kemudian berkembanglah apa yang
dinamakan organisme bersel banyak seperti halnya organisme uniselluler, organisme
multiselluler ini berkembang menjadi beraneka ragam organisasi lainnya.
Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh
kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi
dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk
hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi,
keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari
perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada
spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh
rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi
ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu
populasi.

21
Ciri-ciri manusia yang mirip dengan mammalia adalah:

 Mempunyai rambut
 Mempunyai kelenjar keringat
 Menyusui anaknya

Manusia termasuk pada ordo primata dapat kita pelajari hubungan kekerabatannya
dengan mengadakan perbandingan antara manusia dengan primata (kera).

Persamaan manusia dengan kera:

 Mata menghadap ke depan


 Ibu jari tungkai depan dapat digerakkan ke segala arah
 Letak kelenjar mammae di dada
 Bentuk rahim bertipe simpleks (satu ruangan)

Perbedaan antara manusia dan kera:

 Kera termasuk familia Pongidae, sedangkan manusia termasuk familia Hominidae


 Volume otak manusia (1450 cm3) lebih besar dari otak kera ( shimpanse yang paling
cerdas vol. Otaknya 550 cm3) dan masih memungkinkan untuk berkembang
 Anggota tubuh belakang pada manusia untuk berjalan, sedenga pada kera untuk
memegang.
 Tungkai belakang manusia lebih panjang dari tungkai depan, sedang pada kera
tungkai depan lebih panjang atau sama dengan tungkai belakang
 Susunan haemoglobin berbeda

Sejarah penemuan fosil manusia:


Manusia kera dari Afrika selatan, fosil yg ditemukan:
 Australopithecus africanus. Ditemukan oleh Raymond Dart (1924) di desa Taung,
Bachunaland. Bagian tubuh yang ditemukan adalah tengkorak
 Paranthopus robustus
 Paranthropus tranvaalensis

Keduanya merupakan varian dari Australopithecus africanus sehingga biasanya


disebut dengan Australopithecines. Fosil ini ditemukan di Amerika Selatan , disebut juga

22
manusia kera. Diduga tingginya sekitar 1,50 m, dengan volume otak kira-kira 600mm3,
dan hidup di daerah terbuka.

Manusia Purba, fosil yg ditemukan:

 Meganthropus paleojavanicus, disebut manusia raksasa jawa yang ditemukan oleh


Von Koeningswald (1939-1941) di Sangiran.
 Pithecanthropus erectus, di temukan oleh Eugene dubois(1891) di daerah trinil, jawa
tengah. Diduga hidupa 500.000-300.000 tahun yang lalu, yaitu pada jaman Pleistosin ,
bagian yang diketemukan antaralain rahang, beberapa gigi, dan sebagian tulang
tengkorak, sehingga diduga volume otaknya 770-1000cm3
 Sinanthropus pekinensis, ditemukan oleh Davidson Black dan Franz Weidenreich di
gua naga dekat Peking, China.Volume otaknya sekitar 900-1200cm3. Karena
mempunyai sruktur tubuh yang sama dan hidup pada jaman yang sama,
makaSinanthropus pekinensis dianggap varian dari Pithecanthropus erectus. Selain
itu Sinanthropus pekinensis diduga sudah dapat menggunakan api. Dari penemuan
tengkoraknya kebanyakan terbelah dari bawah sehingga diduga kanibal.
 Manusia Heidelberg, ditemukan di Jeman
 Manusia kera dan manusia purba dimasukkan dalam satu spesies yaitu Homo erectus.

Manusia Modern, adalah manusia yang hampir menyerupai manusia sekarang, hidup
antara 150.000-15.000 tahun yang lalu.Volume otaknya kira-kira 1450 cm3 sama dengan
manusia sekarang dan merupakan satu spesies dengan manusia sekarang yaitu Homo
sapiens.

Fosil yang di temukan :

 Manusia Neandertal, ditemukan di lembah Neander


 Manusia Cro-Magnon, ditemukan di gua-gua Cro-Magnon, Dordogne, Lascaux,
Perancis.
 Manusia Swanscombe, ditemukan di Inggris
 Manusia Steinheim , ditemukan di Jerman
 Manusia Gunung Carmel , ditemukan di gua-gua Tabun dan Skhul di Palestina
 Manusia Shanidar, ditemukandi Irak

23
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Biosfer adalah zona tipis di Bumi dan di atas permukaan Bumi yang tebalnya
tidak lebih dari 20 km. Saat ini Bumi merupakan satu-satunya tempat di alam dunia
3.2 SARAN
yang diketahui terdapat kehidupan dan tempat makhluk hidup melakukan aktivitas
hidupnya. Makhluk
Berdasarkan hidup selalu
permasalahan berinteraksi
diatas dengan
kami sebagai lingkungannya,
generasi yang terdiri
muda berharap,
dari lingkunganhayati
keanekaragaman tak hidup (abiotik)
yang ada dan lingkungan hidup (biotik). asal mula
di Indonesia
kehidupan
maupun di Bumi.
didunia Teori dan
tetap terjaga Transendental,
dilestarikan teori ini menyatakan
dan menjadi tugas kita bahwa makhluk
semua untuk
hidup itu diciptakan
melestarikan oleh Super
keanekaragaman Nature atau Tuhan Yang Mahakuasa di luar
yang ada.
jangkauan sains. (Jasin, 1997:120-121). Penyebab Keanekaragaman Makhluk
Hidup.Menurut ahli, keanekaragaman makhluk hidup terbentuk dari proses evolusi
Saat Bumi terbentuk terjadi proses evolusi kimiawi. Persebaran Makhluk Hidup,
Persebaran organisme di

24
DAFTAR PUSTAKA

normagfirah.blogspot.com/2017/06/keanekaragaman-makhluk-hidup-dan.html

superartikel.blogspot.com

agroteknologi.id

utakatiko

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai