Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

MATA KULIAH KODE ETIK PSIKOLOGI


KASUS NYATA PELANGGARAN KODE ETIK PSIKOLOGI
TERAPI TELANJANG DARI PSIKOLOG CANTIK
“SARAH WHITE”

Disusun oleh:

Jesisca Putri (10520505)

Kelas : 3PA03

Dosen Pengampu: RR. Alfiatun Sarasati

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2022

1
Terapi Telanjang dari Psikolog Cantik “ Sarah White “

A. STUDI KASUS
Psikolog atau terapis klinis, dilindungi oleh kode etik profesi psikolog. Di mana kode etik yang
sekarang berlaku, memiliki dua bagian yang berbeda meliputi prinsip-prinsip umum dan juga standar etik.
Prinsip umum lebih bersifat aspirasional, atau dengan kata lain mengatur bagaimana fungsi etis psikolog
yang ideal, di mana kelima prinsip etik ini menuntun psikolog untuk memberikan pelayanan yang baik serta
professional kepada klien. Sedangkan untuk standar etik dari kode etik, berisi tentang aturan-aturan perilaku
yang sifatnya dipaksakan, sehingga ketika ditemukan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh psikolog,
maka akan ada sanksi yang diberikan. Standar etik lebih bersifat spesifik dibandingkan dengan prinsip etik.
Sebagai contoh kasus, terdapat suatu kasus pelanggaran standar etik yang ada dalam kode etik, yang telah
dilakukan oleh seorang psikolog bernama Sarah White yang berasal dari New York, Amerika Serikat.
Sarah White merupakan seorang terapis klinis berkebangsaan Amerika Serikat yang menawarkan
layanan yang melanggar kode etik profesi psikologi. Sarah dalam proses konselingnya bersama dengan
klien, menggunakan cara yaitu dengan melepaskan satu persatu pakaian yang ia kenakan dan juga pakaian
yang klien kenakan, dengan dalih ingin mencairkan suasana dan membuat klien menjadi terbuka selama
proses konsultasi berlangsung. Sarah mengatakan bahwa tujuannya untuk melakukan sesi konseling tanpa
sehelai pakaian agar timbul perasaan keakraban, keterbukaan, dan kepercayaan langsung antara sang terapis
dan klien, selain itu Sarah mengatakan, dengan adanya pendekatan ini, klien dapat memahami diri dan
lingkungan secara lebih baik, untuk mendapatkan kekuatan dari kenikmatan yang timbul selama proses
konseling berlangsung.
"Saya sengaja melakukannya justru untuk mengendalikan diri para pasien saya itu. Tujuannya saya
telanjang di depan mereka adalah agar mereka memahami diri dan lingkungan mereka secara lebih baik
sehingga mereka bisa mendapatkan kekuatan dari kenikmatan yang timbul dari diri mereka dan kekuatan
itu diharapkan tidak hanya muncul selama sesi terapi tetapi juga sesudahnya," ujar Sarah White.
Sesi awal konsultasi yang ditawarkan melalui komunikasi satu arah di web cam dan pesan SMS
dikenakan biaya 150 dollar AS. Begitu White yang telah memiliki sekitar 30 pasien mengenal mereka
secara lebih jauh maka ia menawarkan komunikasi dua arah melalui video dan bahkan, untuk beberana
kasus. melalut konsultasi secara langsung
Pendekatan terapi sambil telanjang yang diterapkan Sarah White ini tentu saja memikat kliennya yang
sebagian besar adalah pria. Salah satu latar belakang dari diterapkannya pendekatan ini adalah karena Sarah

2
White merasa ada yang tindakan yang kurang dan tidak berinspirasi dalam teknik konsultasi dari studi
strata-1 psikologi yang pernah didalaminya.
Lewat penuturannya ke New York Daily News, Sarah White menilai teknik yang dijalankannya telah
memberikan dorongan minat lebih besar pada kaum pria yang cenderung kurang tergerak apabila
dibandingkan kaum perempuan dalam berkonsultasi. "Saya melihat ada yang kurang dari teknik terapi
klasik yang cenderung represif ketimbang mendorong orang lain untuk bersikap terbuka."
Adanya hubungan majemuk antara klien dan juga terapi, dinilai dapat merusak adanya hubungan
terapetik dan professional diantara keduanya. Mengingat seorang psikolog dan terapis perlu untuk
memberikan rasa aman dan empati yang besar kepada klien, dinilai telah gagal dilakukan oleh Sarah.
Pendekatan yang dilakukan oleh Sarah, berkemungkinan besar dapat membuat timbulnya rasa afeksi
diantara kedua belah pihak, sehingga akan muncul rasa simpati yang diberikan oleh terapi kepada klien.
Jelas bahwa praktek yang telah dilakukan oleh Sarah telah melanggar standar etik yang berlaku dan perlu
ditindak dengan tegas, agar tidak ada korban lain. Kehadiran klien yang datang untuk dapat memulihkan
trauma yang dialami, namun justru diperlakukan secara tidak etis dan tidak terhormat oleh Sarah, dapat
membuat klien berada pada kondisi yang lebih menderita, dan juga berpotensi untuk mengganggu
kesehatan mental dari klien, yang akan menghambatnya untuk menuju proses pemulihan dari trauma.
"Tujuannya adalah memperlihatkan kepada pasien bahwa tidak ada yang disembunyikan dari diri
saya dan mendorong mereka untuk bersikap lebih jujur. Bagi pria tertentu, melihat sosok wanita telanjang
justru dapat membantu mereka memfokuskan perhatian serta melihat diri mereka secara lebih luas selain
membantu mercka menyampaikan apa yang ada di pikiran mereka secara terbuka,"
"Freud menerapkan asosiasi bebas. Saya memilih untuk telanjang," jelas White untuk
membandingkan teknik konsultasi yang ditawarkannya dengan teknik klasik dari Sigmund Freud.
Tentu saja teknik terapi yang diterapkan White juga disambut suara penentangan. Diana Kirschner,
psikolog klinis di New York, menjelaskan: "White hanya menggunakan terapi kata-kata tetapi saya tidak
menganggap ini sebagai terapi. Saya menilai pendekatannya itu sebagai pelayanan interaktif pornografi
melalui internet."
Interaksi bernuansa seks antara pasien dan ahli terapi merupakan pelanggaran besar kode etik
berdasarkan ketetapan yang dikeluarkan oleh American Psychoanalytic Association. Bahkan kontak fisik
saja sudah dianggap sebagai pelanggaran kode etik profesi. Namun, Sarah White menekankan tidak terjadi
kontak fisik dalam terapi yang ditawarkannya. "Saya tidak menjalin hubungan intim dengan pasien saya."

3
B. ANALISA KASUS
Jenis terapi yang satu ini memang cukup unik, dan menjadi pro-kontra diantara para psikolog. Sarah
White, psikolog yang melakukan terapi ini, berpendapat bahwa ini adalah salah satu bentuk terapi yang
mengisyaratkan bahwa tidak akan ada yang ditutupi selama terapi berlangsung, dan berupaya membuat
pasien semakin terbuka selama konseling. la menganut asosiasi bebas dari Freud, yaitu metode yang
digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang namun terus mendorong
keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan permasalahan yang dihadapi. Lalu ia memilih usaha
dengan melepaskan satu per satu pakaian selama konseling berlangsung. Kontan saja, yang menjadi pasien
dari Sarah White sebagian besar adalah pria.
Hal ini, menurut psikolog lain, menjadi pelanggaran kode etik dari APA (American Psychlogical
Association), khususnya standar nomor 10, mengenai terapi. Secara singkat pada poin 10.05 hingga 10.08,
mengenai keintiman seksual pada klien atau pasien, dijelaskan psikolog tidak diperbolehkan terlibat
keintiman seksual dengan pasien, kerabat pasien, mantan pasien. Sampai sekarang, masih diperdebatkan
apakah terapi tersebut benar-benar melanggar kode etik. Hal ini disebabkan Sarah White bersikeras bahwa
saat konseling dan terapi telanjang tersebut, tidak ada kontak fisik antara dia dengan pasien. Bila kita
melihat berdasarkan kode etik yang disahkan oleh HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia). Khususnya
dalam pasal yang berbunyi :

Pasal 14 Asas (1) Tentang pelecahan seksual


“… Tercakup dalam pengertian ini adalah permintaan hubungan seks, cumbuan fisik, perilaku verbal
atau non verbal yang bersifat seksuall, yang terjadi dalam kaitannya dengan kegiatan atau peran sebagai
Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikolog” (HMPSI, 2010).
Pasal 14 Asas (a)
(a) tidak dikehendaki, tidak sopan, dapat menimbulkan sakit hati atau dapat menimbulkan suasana
tidak nyaman, rasa takut, mengandung permusuhan yang dalam hal ini Psikolog dan/atau Ilmuwan
Psikologi mengetahui atau diberitahu mengenai hal tersebut.
Pasal 14 Asas (c)
Sepatutnya menghindari hal-hal yang secara nalar merugikan atau patut diduga dapat merugikan
pengguna layanan psikologi atau pihak lain.
Pasal 77 Asas (4)
“Adanya kecerobohan pernyataan atau tindakan psikolog selama berjalannya terapi yang
mengundang kemungkinan terjadinya hubungan romantik atau seksual dengan orang yang sedang
menjalani terapi” (HIMPSI, 2010).

4
C. KESIMPULAN
Terapi yang diterapkan oleh Sarah White melanggar kode etik. Mungkin cara ia untuk
memilih tipe terapi cukup unik, dan berpikir lain dari yang lain, namun itu menjadi hal yang kurang baik,
bila ia tidak melihat terlebih dahulu kode etik sebagai psikolog.
Karena itu dapat memicu hal-hal yang negatif, seperti pelecehan seksual, atau bahkan
pornografi. Jika benar ia anggap teknik terapi yang ia ketahui belumlah efektif dan inspiratif, bisa saja
memilih tipe terapi lain yang sesuai dengan kondisi lingkungan, namun tidak melanggar kode etik. Interaksi
bernuansa seks antara pasien dan ahli terapi merupakan pelanggaran besar kode etik berdasarkan ketetapan
yang dikeluarkan oleh American Psychoanalytic Association. Bahkan kontak fisik saja sudah dianggap
sebagai pelanggaran kode etik profesi.

5
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/64675555/analisis-klinis

https://laorensiaa.medium.com/the-naked-therapist-analisis-kode-etik-psikologi-92bed3655871

https://regional.kompas.com/read/2011/03/03/09001132/~Internasional~Unik

Anda mungkin juga menyukai