Anda di halaman 1dari 9

RUANG KELAS SEBAGAI SISTEM PERTUKARAN

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan )

Dosen Pengampu : Drs. Eka Susanti, M.Pd

Oleh Kelompok 1 :

1. Aisyah Aminda (0309202085)


2. Fadli Abidin Harahap (0309202089)
3. Fany May Sarah (0309202065)
4. Fitri Aisah (0309202110)
5. Sindi Sahputri (0309202082)

TADRIS IPS 3 SEMESTER IV

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil’alamin.

Segala puji syukur serta nikmat-Nya, pemakalah panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
atas rahmat-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam tak lupa pemakalah panjatkan shalawat kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang telah membimbing kita semua dari zaman
jahiliyah menuju ke zaman yang lebih beradab ini.

Makalah yang dihadirkan ini adalah berkenan dengan jahian dengan judul “RUANG
KELAS SEBAGAI SISTEM PERTUKARAN ” ini pemakalah susun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan . Yang mana tugas ini diberikan oleh Ibu Dr. Eka Susanti,
M.Pd, selaku Dosen Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan. Pemakalah mengucapkan banyak
terimakasih kepada Ibu Dosen yang telah memberikan tugas ini kepada pemakalah.

Pemakalah juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah


membantu proses pembuatan makalah ini, semoga isi dari makalah ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca sekalian. Pemakalah juga menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
pemakalah berharap pembaca bisa memakluminya.

Medan, 10 April 2022

Pemakalah,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

2.Rumusan Masalah

3.Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. Ruang Kelas Sebagai Sistem Petukaran


BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Bab I
Pendahuluan

1.Latar Belakang

Ruang kelas sebagai sistem pertukaran terdiri dari beberapa faktor baik secara individu
dan kelompok,mereka ini memiliki keterkaitan satu sama lain dalan suatu bentuk pertukaran
pola. Unsur ataupun item yang dimiliki ketergantungan hal itu pun dilakukan secara individu
dan dilihat sebagai mahluk yang rasional,dengan memperhitungkan untung dan rugi.sistem
bertahan apabila di dasari pada semua unsur baik dalam pembentukan sistem,memperoleh
untung atau minimal tidak mendapatkan kerugian. Nah keuntungan ini tidak selalu bersifat
ekstrinsik, tetapi bisa juga dikatakan ia bersifat intrinsik.jika terdapat bagian atau suatu unsur
dalam pembentukan apa bila sistem tersebut telah ada maka bisa jadi sistem tersebut bubar.(20
dasar, op. Cit. ,h. 99)
Perlu untuk di ketahui hubungan guru murid merupakan suatu sistem yang telah
terbentuk apa bila unsur atau pun item yang di miliki dalam hal ini guru dan murid yang
memiliki ketergantungan satu sama lain dalan rangka memperoleh keuntungan tersebut, baik itu
bersifat ekstrinsik berupa materi dan benda maupun intrinsik yang berupa nilai atau sebuah
peringkat. Penghargaan,pengakuan dan kecintaan dari para murid, orang tua/wali murid dan
kepala sekolah.dalam hal ini proses pertukaran berusaha melibatkan berbagai macam faktor
dengan begitu dapat memperoleh suatu nilai atau peringkat, penghargaan,kasih sayang. Bahkan
hingga perhatian dan cinta dari guru tersebut.(22,op.cit.,h. 100.)

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses interaksi social dalam ruang kelas ?
2. Bagaimana terjadinya proses interaksi social di ruang kelas ?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses interaksi social di ruang kelas.
2.Untuk mengetahui proses interaksi social di ruang kelas.
Bab II
PEMBAHASAN

A.    Ruang Kelas Sebagai Sistem Pertukaran


Kelas yang dilihat terdiri dari bagian-bagian (individu atau kelompok) yang saling
bergantung dalam suatu pertukaran yang berpola. Atau dengan kata lain sebagian atau tidak
memiliki ketergantungan pada pertukaran yang terus menerus dan mantap. Ruang kelas sebagai
sistem pertukaran dengan analisis berdasarkan teori pertukaran. Untuk lebih memahami
pengalaman pertukaran, berikut ini akan diuraikan teori pertukaran dari George Caspar Homans,
yaitu:

1.      Proporsi Sukses
"Dalam tindakan apa pun, semakin sering tindakan tertentu dihargai, semakin besar
kemungkinan orang melakukan tindakan itu." Misalnya, seorang anak karena penampilannya
yang menarik, maka dia akan cenderung terlihat menarik lagi di lain waktu. (Mahmud, 2012)

2.      Proporsi Stimulus
“Jika peristiwa masa lalu dari suatu stimulus tertentu yang melakukan atau membentuk
suatu stimulus telah menyebabkan tindakan seseorang yang memberi penghargaan, maka
semakin mirip stimulus saat ini dengan stimulus masa lalu, semakin besar kemungkinan orang
tersebut melakukan tindakan yang serupa.” Misalnya, jika seorang pemancing dilemparkan ke
kolam yang keruh dan selalu menangkap ikan, pemancing akan sering memancing di kolam yang
keruh lagi.

3.      Proporsi Nilai
"Semakin tinggi nilai suatu tindakan, semakin besar kemungkinan seseorang melakukan
tindakan itu." Misalnya, mana yang lebih berharga untuk menonton konser band favorit yang
sudah lama diimpikan atau belajar untuk ujian tengah pagi mereka? Jadi, seseorang harus
memilih untuk menonton konser yang berarti belajar, atau memilih untuk belajar yang mungkin
merupakan kesempatan seumur hidup yang tidak mungkin bertemu lagi. Ini berarti bahwa orang
tersebut mengambil tindakan berdasarkan nilai tertinggi dari opsi yang tersedia. (Rifa'i, 2010)

4.      Proporsi Deprivasi-Situasi
"Semakin sering seseorang menerima hadiah tertentu dalam waktu dekat, semakin tidak
layak untuk setiap hadiah berikutnya." Proporsi mengingatkan kemungkinan kejenuhan sesuatu.

5.      Proporsi Agresi-Persetujuan
Proporsi A: "jika tindakan seseorang tidak mendapatkan imbalan yang diharapkan atau
menerima hukuman yang tidak terduga, ia lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku agresif
dan karenanya perilaku tersebut menjadi lebih berharga."
Proporsi B: “Bila tindakan seseorang mendapatkan imbalan yang diharapkannya,
terutama imbalan yang lebih besar dari yang diharapkan, atau tidak menerima hukuman yang ia
bayangkan, maka ia akan merasa senang, ia lebih cenderung melakukan perilaku yang disetujui
dan hasil dari tindakan seperti itu akan menjadi lebih berharga baginya.”
Proporsi dua lapis ini berkaitan dengan keadaan mental-emosional manusia. Misalnya,
seseorang yang ingin pergi ke konser, ternyata tiketnya terjual habis, maka dia akan merasa
sangat kecewa dan marah. Di sisi lain, jika ternyata dia bisa mendapatkan tiket, maka dia akan
merasa senang.

6.      Proporsi Rasionalitas
“Dalam memilih di antara berbagai alternatif tindakan, seseorang akan memilih salah satu
yang dianggap pada saat itu memiliki nilai, sebagai hasilnya, dikalikan dengan kemungkinan
memperoleh hasil yang lebih besar.”

Dalam proses belajar mengajar, kenyamanan sangat dibutuhkan dan merupakan salah
satu prioritas orang dalam suatu ruangan atau kelas, kenyamanan tidak hanya terbatas pada
ruangan yang bersih, rapi, luas dengan AC, tetapi juga dari aspek lokasi. tentang bagaimana guru
mencintai siswanya dan sebaliknya bagaimana siswa bisa mencintai gurunya, oleh karena itu
perlu kita ciptakan sistem pertukaran dimana setiap orang saling berinteraksi, menjaga kelas agar
kelas kita menjadi rumah kedua.
Tidak hanya itu kita juga perlu juga tau bagaiman sirkulasi udara masuk seperti
1. luas ventilasi tetap
2. Tinggi jendela
3. Perputaran udara yang masuk bagaimana
4. Kelembapan udara di jaga

Harus juga diperhatikan karena juga merupakan salah satu sistem pertukaran yang terdapat di
dalam ruang kelas, perlu diketahui bahwa ruangan merupakan suatu bangunan yang merupakan
pengembangan dari suatu bentuk interior yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan proses
penelitian, pengetahuan untuk meningkatkan tingkat kecerdasan hasil belajar yang dilakukan
oleh seorang guru. .
Hubungan guru-murid dapat dilihat sebagai hubungan publik karena guru memiliki hubungan
dengan siswa. Mengapa dapat dikatakan bahwa hubungan antara guru dan masyarakat siswa
terdiri dari 2 pihak yang berkaitan dengan hubungan moral dan etika, bagaimana seorang siswa
menjaga etika terhadap guru di kelas karena guru yang memberikan ilmu dan mereka yang lebih
tua dan sebaliknya bagaimana guru mampu bernyanyi kepada siswa seperti anaknya sendiri
dengan memiliki sebagai motif, keinginan, kebutuhan dan juga orientasi bagaimana kelas
sebagai sistem pertukaran.
Bab III
Penutup

1.Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ruang kelas dipandang terdiri dari bagian-bagian (individu
atau kelompok) yang saling ketrgantungan dalam suatu pertukaran yang terpola. Atau dengan
kata lain bagian atau unsur memiliki ketergantungan terhadap suatu pertukaran yang terus-
menerus dan ajeg. Ruang kelas sebagai suatu sistem pertukaran dianalisis berdasarkan teori
pertukaran.

Dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya sebuah kenyamanan dan itu salah satu
prioritas orang di dalam suatu ruangan atau kelas,kenyamanan itu bukan hanya sebatas ruagan
yang bersi,rapi,besar hingga ber ac tetapi juga dilihat dari aspek lokasi bagaiman gurunya
mencintai muridnya dan sebaliknya bagaimana murid bisa mencintai guru itu maka dari itu perlu
lah kita memalukan sistem pertukaran yang dimana setiap orang melakukan interaksi terhadap
sesama,menjaga ruagan kelas hingga bagaimana kita membuat ruang kelas itu menjadi rumah
kedua.

2.Saran
Saran serta kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis perlukan guna
penyempurnaan dalam tugas berikutnya dan dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah
sehingga penulis terus termotivasi ke arah yang lebih baik dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Mahmud. 2012. Sosiologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia


Rifa’i, Muhammad. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai