Dalam kaitannya dengan masalah harta yang wajib zakat, islam mengatur ada
Peta Konsep beberapa Golongan atau orang-orang yang berhak menerima zakat sesuai dengan
(Beberapa istilah ketentuan yang disebutkan di dalam al-Qur’an yaitu:.
1 dan definisi) di a. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta benda atau mata
modul bidang pencaharian yang bisa mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, baik sandang
studi dan papan maupun pangan. Sedangkan miskin adalah orang yang
mempunyai harta atau mata pencaharian, tetapi tidak dapat mencukupi
kebutuhannya. Pengangguran yang mampu bekerja dan ada lowongan
pekerjaan halal dan layak, tetapi tidak mau bekerja, karena malas, tidak
termasuk fakir/miskin. Sedangkan para santri yang mampu bekerja, tetapi
tidak sempat bekerja karena kesibukan belajar, jika kiriman belum
mencukupi, maka termasuk fakir/miskin
b. Maksud dari Ibnu Sabil ialah seseorang yang sedang dalam perjalanan
dan kehabisan bekal, sehingga tidak bisa meneruskan perjalanannya.
c. Amil zakat ialah suatu panitia atau badan yang dibentuk oleh pemerintah
untuk menangani masalah zakat dengan segala persoalannya.
d. Mu’allaf atau al-mu’affalah qulubuhum ialah orang yang berusaha
dilunakkan hatinya. Dalam konteks ini, pemberian zakat terhadap
mereka memiliki tujuan agar mereka menjadi lunak dan loyal terhadap
agama Islam.
e. Mukatab adalah seorang budak yang melakukan transaksi dengan
majikannya untuk memerdekakan diri dengan cara mengkredit
pembayarannya. Transaksi semacam ini dianggap sah dan tidak melanggar
aturan agama Islam
f. Secara Bahasa, yang dimaksud dengan gharimin atau gharim adalah
orang yang tengah terlilit utang.
g. Sabilillah adalah orang-orang yang merelakan diri dan hartanya
berperang di jalan Allah swt. Mereka tidak mendapatkan bayaran resmi
dari negara, meskipun mereka tergolong orang-orang yang kaya.
Setelah materi ini kami baca, ada beberapa materi yang dianggap oleh kami sulit di
fahami, diantaranya adalah sebagai yang berkaitan dengan masalah Zakat dalam
Ekonomi Modern.
Seperti yang kita ketahui bersama Para ulama kontemporer mempunyai pendapat
tentang posisi hukum zakat dalam konteks ekonomi modern. Berikut
ini hukum zakat dalam konteks sistem ekonomi modern:
a. Zakat Profesi
Salah satu ijtihad yang dilakukan Syaikh Muhammad al-Ghazali mengatakan
“Sesungguhnya orang yang pemasukkannya tidak kurang dari petani yang
diwajibkan zakat, maka ia wajib mengeluarkan zakat. Karenanya, dokter,
pengacara, insinyur, pengrajin, para pekerja profesional, karyawan, dan sejenisnya
wajib zakat atas mereka. Zakatnya harus dikeluarkan dari pendapatan mereka
yang besar”
b. Perusahaan
Pemilik perusahaan wajib mengeluarkan zakat. Dalam Islam, ada dua kekayaan
yang mengalami pertumbuhan diwajibkan zakatnya. Pertama, kekayaan yang
dipungut zakatnya dari pangkal dan pertumbuhannya, yaitu dari modal dan
keuntungan investasi, setelah setahun, seperti yang berlaku pada zakat ternak dan
Daftar materi barang dagang. Kewajban ini berlaku karena hubungan antara modal dengan
bidang studi keuntungan dan hasil investasi itu sangat jelas. Besar zakatnya adalah 2.5%.
2 yang sulit Kedua, kekayaan yang dipungut zakatnya dari hasil investasi dan keuntungannya
dipahami pada saja pada saat keuntungan itu diperoleh tanpa menunggu masa setahun, baik
modul modal itu tetap seperti tanah pertanian maupun tidak tetap seperti lebah madu.
Besar zakatnya adalah 10% atau 5%.
c. Surat-surat Berharga
Sebagian ulama mengatakan saham dan surat-surat berharga (obligasi) merupakan
salah satu objek zakat yang tercantum dalam literatur fikih zakat
kontemporer. Saham dan surat-surat berharga adalah harta yang berkaitan dengan
perusahaan dan kepemilikan saham
d. Perdagangan Kurensi
Forex (foreign exchange) merupakan transaksi tukar menukar valuta (mata
uang asing). Hukum barter mata uang asing di pasaran tunai pada dasarnya
diperbolehkan. Diperbolehkannya barter mata uang asing dikiyaskan dengan
makna zhahir hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih
Bukhary, Kitab Al-Buyu’: “Dagangkanlah emas dengan perak dan perak dengan
emas sekehendakmu.”
e. Investasi Properti
Sebagian ulama Hanbali menganalogikan zakat investasi ke dalam zakat
perdagangan, yaitu dengan tarif 2,5% dan nishab 85 gram serta sampai haul.
Sedangkan, sebagian ulama Maliki dan salaf seperti Ibnu Masud, Ibnu Abbas,
menganalogikannya ke dalam zakat uang, tetapi diambil dari hasilnya saja, tanpa
mensyaratkan haul dikeluarkan ketika menerimanya.