Anda di halaman 1dari 25

Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI

Tahun 2007
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

HAK ASASI MANUSIA


KONSEP DASAR DAN PERKEMBANGAN
PENGERTIANNYA DARI MASA KE MASA

Prof. Soetandyo Wignjosoebroto

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat


Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510
Telp (021) 7972662, 79192564 Fax : (021) 79192519
Website : www.elsam.or.id
Email : office@elsam.or.id : advokasi@indosat.net.id
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

HAK-HAK ASASI MANUSIA


KONSEP DASAR DAN PERKEMBANGAN PENGERTIANNYA
DARI MASA KE MASA

Hak-hak asasi manusia (HAM) -- atau mengklaim kekuasaannya sebagai


sebenarnya tepatnya harus disebut dengan kekuasaan yang berlegitimasi supranatural.
istilah 'hak-hak manusia' (human rights) Dalam keadaan seperti itu, berabad-abad
begitu saja -- adalah hak-hak yang lamanya manusia dalam jumlah massal
(seharusnya) diakui secara universal sebagai harus hidup dalam kondisi yang amat tak
hak-hak yang melekat pada manusia karena bermartabat, tak mempunyai harta milik
hakekat dan kodrat kelahiran manusia itu sebagai bekal hidup yang layak, dan bahkan
sebagai manusia. Dikatakan ‘universal’ tidak memiliki diri dan kepribadiannya
karena hak-hak ini dinyatakan sebagai sendiri.
bagian dari kemanusiaan setiap sosok
manusia, tak peduli apapun warna kulitnya, Telah sejelas itu konsep dasar mengenai apa
jenis kelaminnya, usianya, latar belakang yang pada asasnya harus dimaksudkan
kultural dan pula agama atau kepercayaan dengan hak-hak manusia yang asasi serta
spiritualitasnya. Sementara itu dikatakan apa pula yang mesti dimaksudkan dengan
‘melekat’ atau ‘inheren’ karena hak-hak itu pengingkaran dan pelanggarannya, ternyata
dimiliki sesiapapun yang manusia berkat tak sejelas itu definisi mengenai batas-batas
kodrat kelahirannya sebagai manusia dan ruang lingkupnya. Wacana mengenai batas-
bukan karena pemberian oleh suatu batas ruang lingkupnya sampai kini pun
organisasi kekuasaan manapun. Karena masih terus berlangsung, seiring sejalan
dikatakan ‘melekat’ itu pulalah maka pada dengan perkembangan kehidupan manusia
dasarnya hak-hak ini tidak sesaatpun boleh itu sendiri dalam kebutuhannya yang tak
dirampas atau dicabut. kunjung berakhir untuk memperoleh
imbangan yang jelas, namun juga luwes,
Pengakuan atas adanya hak-hak manusia antara kekuasaan atau kewenangan para
yang asasi memberikan jaminan -- secara pengelola pemerintahan dan kebebasan
moral maupun demi hukum -- kepada rakyat atau warga yang mengklaim dirinya
setiap manusia untuk menikmati kebebasan sebagai sumber kedaulatan. Wacana
dari segala bentuk perhambaan, menghasilkan berbagai kategori hak, baik
penindasan, perampasan, penganiayaan menurut bidang (seperti hak kebebasan
atau perlakuan apapun lainnya yang warga dan hak untuk berpolitik, yang
menyebabkan manusia itu tak dapat hidup kedua-duanya terbilang hak-hak yang
secara layak sebagai manusia yang klasik dari generasi pertama, dan hak-hak
dimuliakan Allah. Berabad-abad lamanya ekonomi, sosial dan kultural, yang
manusia dalam jumlah massal hidup dalam ketiganya terbilang hak-hak dari generasi
keadaan tak diakui hak-haknya yang asasi kedua), maupun menurut kaum
demikian itu. Jutaan manusia dalam sejarah pengembannya (seperti hak-hak
hidup dalam kedudukannya yang rendah perempuan, hak-hak anak, hak-hak kaum
sebagai ulur-ulur atau hamba-hamba. minoritas, dan/atau hak-hak penderita
Banyak pula yang bahkan harus hidup cacat).
sebagai budak-budak tawanan yang dapat
diperjualbelikan oleh "para Gusti" yang

1
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

Perkembangan dalam Sejarah tentang Konsep Terbatasnya Kekuasaan :


Batas Kekuasaan Raja di Hadapan Para Bangsawan

Apa yang disebut hak-hak asasi manusia ini konsep, hukum lalu seperti mempunyai
adalah sebuah konsep yang mempunyai kehidupannya sendiri, terobjektivisasi dan
riwayat lama yang panjang, terolah dan kemudian daripada itu juga tidak lagi
tersempurnakan dalam -- dan merupakan berada di ranah subjektivitas para
bagian dari -- sejarah sosial-politik bangsa- pembuatnya. Dikisahkan dari sejarah masa
bangsa dunia. Kalaupun kini ini konsep itu, mengakhiri konflik-konfliknya, Paus
dan masalah hak-hak asasi manusia tersebut dan Raja yang telah mensepakatkan ruang
telah merupakan wacana dan isu global, lingkup yurisdiksi masing-masing (ialah
haruslah dibenarkan bahwa menilik antara mana yang terbilang hukum gereja
riwayatnya, konsep ini berkecambah dan dan mana yang terbilang hukum raja)
berkembang pada awal-mulanya di negeri- tidaklah lagi dapat berbuat semaunya untuk
negeri Barat. Pada awalnya, yang mengubah-ubah begitu saja aturan-aturan
dipersoalkan adalah batas-batas kekuasaan yang telah dibuatnya. Sekalipun aturan
para raja dan para ulama gereja yang yang ia buat dan akan diubah itu termasuk
masing-masing mengklaim bahwa dalam yurisdiksinya, tidaklah Paus itu
kekuasaannya bersifat mutlak dan segala bebas membuat perubahan tanpa
titah-titahnya bersifat universal, mengikat persetujuan pihak Raja. Demikian
sesiapapun namun tak pernah akan sebaliknya.
mengikat dirinya sendiri. Konflik
memperebutkan kekuasaan tertinggi dalam Konsep law sebagai hasil kesepakatan --
penataan tertib dunia ini terjadi antara Paus yang serta merta lalu berstatus (state < staat)
Gregorius VII dan Kaisar Heinrich IV dari supremasi -- ini terwujud kembali untuk
Sachsen (yang berakhir pada tahun 1122), menyelesaikan konflik kekuasaan, kali ini
yang dalam riwayatnya melahirkan untuk antara Raja John I dari Inggris dengan para
pertama kalinya konsep the rule of law untuk baron yang beraliansi. Kesepakatan dicapai
menggantikan the rule of man (kalaupun di Runnymede pada tahun 1215, yang hasil-
yang namanya the man ini adalah Paus atau hasilnya dituangkan ke dalam suatu piagam
Kaisar). atau charter yang dinamakan Magna Carta
yang di kemudian hari dibilangkan sebagai
Dalam konsep rule of law -- yang suatu konstitusi yang berfungsi membatasi
memberikan status tertinggi kepada segala kekuasaan Raja. Magna Carta lahir karena
bentuk hukum yang dihasilkan oleh desakan para bangsawan terhadap Raja
kesepakatan (the supreme lawstate) antar - yang di satu pihak secara semaunya
pihak – ini tak seorangpun boleh menariki pajak dan di lain pihak
mengingkari berlakunya hukum. Setinggi mengucilkan para bangsawan ini dari
apapun kedudukannya dan sebesar apapun kemungkinannya ikut serta dalam
kekuasaannya, para pihak yang telah pemerintahan. Lebih lanjut, Magna Carta
menyepakatkan berlakunya hukum tidaklah juga dimaksudkan untuk menjamin hak-hak
lagi punya kuasa untuk mengingkari feodal para baron dan menjamin pula
berlakunya hukum yang semula telah dihormati dan dilindunginya kelestarian
disepakati itu. Di sini sang pembentuk atau berbagai hak yang tegak atas dasar tradisi
pembuat hukum akan terikat oleh hukum gereja dan tradisi para freemen yang
yang telah ia buatnya itu. Maka, dalam

2
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

berstatus sebagai warga kota (citesein < konstitusi. Ialah terlembagakannya suatu
citizen). undang-undang yang secara mendasar
dikonfigurasi berdasarkan prinsip bahwa
Kalaupun mempunyai riwayat sebagai hasil kekuasaan pengemban kekuasaan negara
tindakan kaum konservatif untuk itu sungguh terbatas karena harus selalu
melindungi hak-hak feodal, namun -- dikontrol oleh rakyat yang berdaulat dan
karena juga memuat apa yang disebut habeas yang karena itu juga merupakan subjek-
corpus (ialah aturan yang melarang subjek pengemban hak-hak manusia yang
penahanan tanpa batas) dan peradilan juri – asasi. Itulah hak-hak kodrat yang tak bisa
Magna Carta ini kini ini telah diakui sebagai dicabut (inderogable) atau untuk dialihkan
pendahulu yang merintis dibukanya jalan (inalienable).
sejarah menuju apa yang kini disebut

Perkembangan dalam Sejarah tentang Konsep Terbatasnya Kekuasaan :


Pembatasan Kekuasaan Para Penguasa di Hadapan Manusia Warga Negara

Kalaupun kini ini konsep dan masalah hak- sepanjang belahan akhir abad 18 -- mulai
hak manusia yang asasi itu telah berkenaan mempertanyakan keabsahan kekuasaan
dengan berbagai kepentingan dalam para monarkh yang absolut berikut
berbagai bidang kehidupan, baik yang wawasan tradisionalnya yang amat
umum maupun yang dirasakan khusus oleh diskriminatif dan memperbudak. Tatkala di
kaum tertentu, pada awal negeri-negeri Barat -- secara suksesif akan
perkembangannya konsep dasarnya tetapi juga berdaya akumulatif -- gagasan-
dibataskan pada hak-hak yang berkenaan gagasan baru itu mulai berpengaruh luas,
dengan kebebasannya sebagai warga gerakan revolusioner untuk merealisasi cita-
negara. Di sini, pada awal cita kebebasan dan egalitarianisme (demi
perkembangannya, apa yang disebut hak- ketahanan dan kemakmuran bangsa !)
hak asasi manusia itu merupakan produk menjadi tak dapat ditahan-tahan lagi.
pergulatan pemikiran dan perubahan- Komunitas-komunitas warga sebangsa,
perubahan yang ditimbulkannya dalam diorganisasi dalam wujud institusi politik
perikehidupan sosial-politik. Konsep baru yang memproklamasikan diri sebagai
mengenai hak-hak manusia ini benar-benar negara republik yang demokratik, lahir
merefleksikan dinamika sosial-politik dalam secara berturut-turut di benua Amerika
ikhwal hubungan antara suatu institusi (Negara Federal Amerika Serikat, 1776) dan
kekuasaan dan para subjek yang dikuasai. di benua Eropa (Negara Republik Perancis,
Inilah konsep yang mulai lantang 1789). Inilah dua revolusi yang menjadikan
mempertanyakan hak-hak manusia -- dalam ide demokrasi (yang di tangan sang
kedudukan mereka yang terkini sebagai pencipta istilah, ialah Plato, dipandang
warga negara -- di hadapan kekuasaan model pemerintahan yang buruk !) sejak
negara dan para pejabatnya. masa itu menjadi ide yang lebih terpilih dan
populer. Inilah revolusi yang dimaksudkan
Ide dan konsep hak-hak manusia seperti ini untuk membangun komunitas-komunitas
lahir dan berkembang marak tatkala sejum- politik nasional yang modern, dengan para
lah pemikir Eropa Barat yang berpikiran warganya yang memperoleh jaminan untuk
cerah pada suatu zaman – khususnya

3
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

dilindungi hak-haknya yang asasi sebagai pihak dan luasnya hak dan kebebasan
warga negara. rakyat yang asasi di lain pihak. Dalam
pemikiran baru ini, kuasa raja atau kepala-
Ide dan konsep yang marak dan terus kepala negara beserta aparatnya itu kini
berkembang sebagai tradisi ketatanegaraan tidak lagi boleh dikonsepkan sebagai
baru di negeri-negeri Barat ini merupakan refleksi kekuasaan Tuhan yang oleh sebab
reaksi atas praktik absolutisme yang tak itu juga tak terbatas. Kekuasaan negara itu
tertahankan pada abad 17-18. Bersamaan mestilah terbatas dan punya batas, dibatasi
dengan perkembangan negara bangsa yang oleh dan berdasarkan perjanjiannya dengan
teritorial dan mulai sekular itu, rakyat. Kekuasaan negara di tangan
berkembanglah perlawanan terhadap penguasa-penguasa pemerintahan tidak lagi
pemikiran klasik yang menyatakan bahwa dikonsepkan sebagai kekuasaan yang
kemutlakan kekuasaan negara -- yang juga berasal dari kuasa Tuhan, atas dasar
kekuasaan raja -- itu merupakan refleksi perjanjian dengan-Nya, entah itu Perjanjian
kemutlakan kekuasaan Tuhan. Perlawanan Lama entah itu Perjanjian Baru. Demikian
bertolak dari keyakinan baru bahwa inilah yang diteorikan oleh para pemikir
kekuasaan pemerintahan mestilah ketatanegaraan pada masa itu, antara lain
dirujukkan ke kedaulatan rakyat, dan tidak oleh Jean J. Rousseau yang menulis Du
langsung ke kekuasaan Tuhan. Inilah Contract Social pada tahun 1776. Rousseau
kedaulatan manusia-manusia yang semula inilah yang menteorikan suatu dasar
diperintah sebagai hamba-hamba oleh para pembenar moral falsafati bahwa rakyat --
raja yang pandai berkilah bahwa titah-titah yang bukan lagi kawula, melainkan warga --
mereka merupakan representasi kehendak itu, lewat proses-proses politik yang
Tuhan. Inilah kedaulatan rakyat awam volunter dan sekaligus konstitusional,
yang kini telah mampu berartikulasi untuk bersetuju untuk membatasi kebebasannya
menuntut pengakuan atas statusnya yang pada suatu waktu tertentu berkenaan
baru warga bebas pengemban hak yang dengan kasus-kasus tertentu demi
kodrati, atas dasar keyakinan bahwa suara dimungkinkannya terwujudnya kekuasaan
kolektif mereka adalah sesungguhnya suara pemerintahan pada waktu tertentu untuk
Tuhan. Vox populi, vox Dei... urusan tertentu.
Di sinilah bermulanya pemikiran ulang
tentang batas-batas kewenangan raja di satu

Konstitusi, Konstitusionalisme dan Hak-Hak Asasi Manusia

Berangkat dari konsep carta/carter sebagai konstitusional, kebebasan sebagai hak yang
tolok normatif pembatasan kekuasaan raja, asasi dan kewenangan sebagai kekuasaan
konstitusi terkembang pada awal memerintah yang telah berlegitimasi akan
perkembangan kehidupan bernegara bangsa dipandang sebagai fungsi yang akan saling
sebagai “perjanjian luhur” suatu bangsa melengkapi secara timbal-balik. Kekuasaan
untuk membangun suatu struktur atau yang dibenarkan oleh hukum – nota bene
tatanan kehidupan bernegara, di mana oleh hukum yang terbentuk sebagai hasil
kewenangan didistribusikan dan luas- kesepakatan legislatif antara para wakil
sempitnya kebebasan warga di hadapan rakyat -- secara konstitusional haruslah
kekuasaan para pengemban kekuasaan dikategorikan sebagai kewenangan.
negara didefinisikan. Dalam wacana Hubungan fungsional antara kewenangan

4
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

dan kebebasan akan tampak dalam tidak lagi berstatus sebagai kawula
hubungan berikut ini. Ialah bahwa kian melainkan sebagai warga. Maka, konstitusi
besar kewenangan para pejabat pengemban adalah juga suatu ‘isme’, disebut
kekuasaan negara akan berarti kian ‘konstitusionalisme’, yang mengajarkan
mengecilnya ruang kebebasan warga; dan dengan penuh keyakinan bahwa kekuasaan
sebaliknya, kian kecil kewenangan yang itu hanyalah fungsi kebebasan, dan tidak
diberikan kepada para pejabat sebaliknya. Inilah ‘isme’ yang mengajarkan
penyelenggara kekuasaan negara ini akan bahwa kebebasan itulah yang menjadi
kian luaslah ruang kebebasan para warga. determinan kewenangan, dan tidak
Tarik ulur antara membesar-mengecilnya sebaliknya, bahwa kewenangan itu yang
ruang kebebasan vis a vis ruang kekuasaan menentukan luas-sempitnya ruang
adalah suatu dinamika yang tak ada habis- kebebasan warga. Membaca konstitusi itu
habisnya dalam kehidupan politik, di dalam orang tidaklah cukup kalau hanya membaca
kehidupan yang demokratik sekalipun. apa yang tersurat saja. Alih-alih, orang
tidaklah sekali-kali boleh mengabaikan ide
Dalam kajian-kajian lanjutan, apa yang dan ideologi yang tersirat di dalamnya.
disebut ‘konstitusi’ itu sesungguhnya
bukanlah cuma harus dimengerti sebagai Ide konstitusionalisme yang dijadikan
keseluruhan ketentuan perundang- tumpuan kehidupan bernegara dan
undangan yang secara fundamental berhukum yang berstatus supreme di suatu
menggariskan norma-norma positif yang kehidupan yang demokratik itu
berkenaan dengan sifat, fungsi dan batas- sesungguhnya dapat dipulangkan ke esensi
batas kewenangan dan/atau batas-batas doktrinalnya yang berjumlah dua. Yang
kebebasan warga. Menurut konsepnya pertama ialah doktrin kebebasan sebagai
yang formal, konstitusi memang dapat hak manusia yang tak hanya asasi akan
didefinisikan sebagai sejumlah ketentuan- tetapi juga kodrati, yang karena itu juga
ketentuan perundang-undangan yang bukan hak hasil pemberian para penguasa.
disusun secara sistematik untuk menata Karena itu pula hak-hak ini harus
pada pokoknya struktur dan fungsi dibilangkan sebagai hak-hak yang -- seperti
berbagai institusi pemerintahan. Inilah telah dikatakan di muka -- bersifat
wujud formal suatu konstitusi yang di inderogable dan inalienable, serta pula harus
Indonesia disebut juga undang-undang selalu dijaga dan dipertahankan
dasar (sebagai terjemahan dari apa yang eksistensinya agar tetap in tact, utuh dan tak
diistilahi grondwet dalam bahasa Belanda). bercacat cela karena terjadinya pelanggaran-
Dalam aturan formal undang-undang dasar pelanggaran. Adapun esensi doktrinal
ini diaturlah macam dan batas kewenangan konstitusionalisme yang kedua ialah doktrin
yang diperlukan demi berlangsungnya rule of law yang terpulang pokok pada ide
kehidupan suatu komunitas politik dalam dasar kedudukan hukum yang tertinggi di
skala dan formatnya yang nasional. antara norma apapun di dalam kehidupan
bernegara bangsa ini. Inilah doktrin yang
Manakala konstitusi tidak harus cuma sekalipun telah beriwayat sejak abad 11-12
dimengerti sebagai ketentuan perundang- toh dalam perkembangannya di dalam
undangan dengan norma-norma kehidupan bernegara modern selalu
deklaraturnya yang serba positif dan normal dihubung-hubungkan dengan model
itu saja, melainkan juga sebagai suatu hasil kehidupan yang demokratik, dengan
ekspresi suatu doktrin, maka akan terkajilah pengakuan yang sine qua non akan adanya
di situ hadirnya suatu prinsip tentang hak-hak asasi dan kodrati pada setiap
pembebasan dan kebebasan manusia yang manusia warga negara.

5
Hak Warganegara yang Asasi dan Konstitusional untuk
Berkebebasan (Civil Rights) dan untuk Berpolitik (Political Rights)

Perjuangan hak-hak asasi manusia pada Deklarasi Kemerdekaan Amerika yang


abad 18 -- yang berkemuncak dengan diproklamasikan pada bulan Juli 1776
pecahnya dua revolusi kerakyatan di merupakan dokumen yang amat
Amerika dan di Perancis -- itu berpusar di revolusioner menurut ukuran zamannya
seputar dua konsep hak. Yang pertama mengenai kedua macam hak itu, sekalipun
adalah hak manusia untuk berkebebasan ide yang terkandung di dalamnya itu
dalam status mereka yang baru sebagai bukanlah ide yang muncul begitu saja
warga negara (yang bukan lagi kawula raja), secara tiba-tiba, melainkan merupakan
dan yang kedua adalah hak manusia yang akumulasi berbagai ide dan ideologi
juga asasi untuk mengambil bagian dalam sebelumnya tentang kebebasan manusia.
setiap proses pengambilan keputusan Itulah dokumen yang berisi cabaran untuk
politik. Itulah dua set hak-hak asasi yang pertama kalinya terhadap doktrin abad
masing-masing sampaipun kini dikenal pertengahan bahwa suatu kelas tertentu
dengan sebutan hak-hak sipil (civil rights) dalam masyarakat memperoleh karunia dan
dan hak-hak politik (political rights). Bahwa pembenaran Ilahi untuk menguasai dan
kedua set hak asasi itu yang mengedepan memerintah kelas-kelas lain yang awam.
sepanjang pergulatan pemikiran dan Pernyataan dalam deklarasi tahun 1776
perjuangan fisik pada masa itu dapatlah berikut ini benar-benar dengan tegas
dimengerti manakala diiingat bahwa sejak menolak doktrin seperti itu. Dinyatakan
abad 12 para pemikir dan para negarawan dalam deklarasi itu bahwa ‘all men are
Barat membuka diri untuk mewacanakan created equal … and have unalienable rights …’,
hakikat dan/atau dasar-dasar pembenar dan bahwa ‘to secure these rights, governments
setiap kekuasaan yang harus are instituted … deriving their powers from the
diperhadapkan secara normatif ke rasio consent of the governed’.
indeterminisme manusia-manusia individu.
Lepas sepuluh tahun setelah
Hak sipil adalah hak seseorang warga (civil diproklamasikannya Deklarasi
< civis) untuk menikmati kebebasan dalam Kemerdekaan dari tahun 1776 itu,
berbagai hal, antara lain -- sebagai contoh -- Konstitusi Amerika ditandatangani di
untuk bergerak pindah secara bebas tanpa Philadelphia pada tahun 1787. Inilah
dibatasi oleh keputusan pemerintah, untuk konstitusi suatu pemerintahan republik
dijamin kemerdekaannya dan keselamatan modern yang pertama di dunia, yang --
dirinya (dari penangkapan dan penahanan demi terjaganya kehidupan demokrasi dan
yang sewenang-wenang dan dari hak asasi warga negara -- memisahkan
penyiksaan-penyiksaan oleh aparat negara), kekuasaan pemerintahan ke dalam tiga
atau pula untuk tidak dihukum tanpa lembaga, sesuai dengan ajaran Trias Politica
proses peradilan yang jujur dan tak de Montesquieu. Empat tahun kemudian,
memihak. Hak untuk berserikat (guna konstitusi itu diamandemen untuk
memperjuangkan ide-ide politik) dan hak menyatakan adanya jaminan akan hak-hak
untuk mengeluarkan dan menyiarkan manusia warga negara untuk berkebebasan
pendapat yang dimaksudkan untuk dalam ihwal berbicara dan memeluk agama
mempengaruhi secara penuh kritik setiap yang diyakininya. Amandemen yang
kebijakan dan keputusan pemerintah, diperkenalkan sebagai The American Bill of
adalah dua dari sekian banyak contoh Rights dari tahun 1791 ini juga menjamin
mengenai hak-hak asasi manusia dalam kebebasan pers dan hak untuk memperoleh
kehidupan politik. perlindungan dari penghukuman yang tak
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

lazim dan pula dari tindak penggeledahan dan persamaan hak (egalite) di antara
dan/atau penyitaan yang dilakukan oleh sesama manusia.
aparat pemerintahan secara tidak
sepatutnya. Konstitusi yang memberikan jaminan
kebebasan dan hak-hak para citoyen ini
Bersamaan sedasawarsa dua dasawarsa dijabarkan lebih lanjut ke dalam 3 kitab
dengan masa-masa revolusi pemerintahan undang-undang yang diundangkan pada
dan perundang-undangan yang relevan tahun 1804, yang terkenal kemudian dengan
dengan persoalan hak-hak individu warga nama ‘Kodifikasi Napoleon’. Dalam Code
negara di Amerika ini, pergolakan serupa Penal dijamin perlindungan atas kebebasan
pun --bahkan lebih berdarah-darah -- terjadi manusia, ialah untuk tidak dibatalkan
pula di benua Eropa. Kali ini di Perancis, kebebasannya itu, apapun perbuatan yang
suatu negeri tempat lahir dan telah dilakukan olehnya, kecuali atas dasar
berkecambahnya pemikiran-pemikiran undang-undang yang telah ada sebelumnya.
besar tentang hak-hak asasi manusia (yang Code Civil menjamin kebebasan para
realisasinya justru terjadi lebih dahulu di manusia warga negara untuk memiliki dan
luar negeri ini, ialah di benua seberang mengelola atau pula memindahtangankan
Samudera Atlantik yang bernama Amerika). miliknya itu. Kalaupun satu setengah abad
Le peuple mengobarkan revolusi kerakyatan kemudian sebagian dari hak-hak semacam
yang meruntuhkan kekuasaan ancien regime itu dikonsepkan sebagai bagian dari hak-
dari dinasti Boubon, yang segera setelah hak ekonomi yang asasi, pada masa itu --
memproklamasikan La Declaration des Droits baik di Amerika maupun di Perancis -- hak-
de l’Homme et du Citoyen -- yang hak semacam itu lebih dimaknakan sebagai
“menduplikasi” cita-cita revolusi hak-hak kebebasan individu warga negara
kemerdekaan Amerika -- juga yang harus dilindungi to pursuit happiness.
mencanangkan cita-cita kebebasan (liberte)

Siapa yang Pada Mulanya harus Dikonsepkan sebagai


‘Manusia Penyandang Hak yang Asasi’ Itu ?

Tak pelak lagi, hak-hak asasi manusia pada tetapi pada awalnya yang diakui sebagai
konsepnya yang paling awal ini adalah hak- manusia pengemban hak yang asasi itu
hak rakyat dalam kedudukan mereka barulah mereka yang di dalam kehidupan
sebagai manusia warga negara yang bernegara dan berbangsa berstatus warga
berkebebasan dalam suatu kehidupan negara saja, dan mereka ini hanyalah yang
bernegara bangsa yang demokratik. Akan berjenis kelamin lelaki saja. Deklarasi
tetapi yang masih menjadi pertanyaan saat Perancis dari tahun 1789 berbunyi
itu ialah, siapakah yang harus dibilangkan Declaration des droits de l’lhomme et ..., dan
ke dalam golongan manusia warga negara kata l’homme dalam bahasa Perancis itu
yang harus diakui mempunyai hak yang secara harafiah akan juga berarti ‘manusia
asasi untuk berkebebasan itu ? Kalaupun lelaki’.
sekarang ini pada asasnya dalam konsepnya
yang sekarang apa ini yang dibilangkan Deklarasi Kemerdekaan Amerika dari tahun
manusia itu adalah semua saja yang 1776 pun menggunakan sebutan jender
bersosok biologik sebagai manusia, akan lelaki (men) dalam berbagai frase

7
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

pernyataannya. Dinyatakan di situ antara sesiapapun yang warga dalam kehidupan


lain bahwa “… all Men are created equal ...” bernegara bangsa dan berpolitik itu mesti
dan bahwa demi terjaminnya hak-haknya berkewajiban pula membayar pajak guna
yang asasi maka “… Government are menjamin tersedianya dana publik yang
instituted among Men …”. Sekalipun pada cukup untuk kepentingan bersama. Di
masa itu isteri John Adams, seorang anggota sinilah letak alasannya mengapa perempuan
Kongres yang kemudian menjadi Presiden yang makhluk domestik itu tidaklah
Amerika yang ke-2, sudah merasa perlu dipandang perlu untuk memperoleh
untuk menitipkan pesan kepada suaminya jaminan hak-hak yang asasi bagi kehidupan
agar para anggota Kongres yang publik yang non-domestik. Hak-hak (dan
menyiapkan konstitusi Amerika sukalah “... kewajiban) perempuan dikembalikan ke
remember the ladies ...”, namun kepentingan berbagai askripsi yang melekat secara
dan minat kaum perempuan untuk ikut normatif pada peran-peran tradisional
berpolitik, dan memperoleh jaminan hak- mereka, yang lebih bersifat privat-domestik
hak politiknya yang asasi di bidang ini yang patriarkik daripada bersifat publik
sebagai warga negara, tidaklah pada masa yang demokratik. Dengan ungkapan Eropa,
itu serta merta memperoleh perhatian. askripsi perempuan hanyalah untuk
mengurusi ‘Kinder und Kueche’, dan --
Maka di sini -- baik dalam Deklarasi manakala perempuan-perempuan ini ingin
Amerika maupun dalam Deklarasi Perancis keluar dari ranah domestik -- di luar
-- kalaupun perempuan-perempuan itu askripsi itu tempat yang paling tepat bagi
secara biologik harus disebut pula mereka hanyalah ke gereja atau biara, atau
dibilangkan sebagai manusia, menurut … ke bordil.
konsep yang awal ini mereka itu tidaklah
hendak disebut dan digolongkan sebagai Demikian juga halnya dengan mereka --
manusia warga negara. Perempuan- baik yang perempuan maupun yang lelaki -
perempuan adalah makhluk domestik, - yang berstatus budak-budak dan ulur-ulur
sedangkan hak-hak yang diakukan kepada yang karena itu tidak terbilang sebagai
manusia adalah hak-hak dalam kehidupan freeman. Maka, mengingat kenyataan bahwa
publik yang hanya diakukan kepada mereka orang-orang kulit berwarna pada masa itu
yang lelaki saja. Digolongkan sebagai tak ada yang berstatus sebagai freeman
makhluk domestik dan tidak sepatutnya melainkan boleh dibilang semuanya adalah
secara lancang berperan di ranah publik, budak-budak, pada akhirnya mereka yang
perempuan-perempuan pada masa-masa terbilang manusia pengemban hak-hak asasi
awal itu tidaklah memperoleh pengakuan itu tidaklah kurang dan tidaklah lebih
atas hak-hak politik mereka. Mereka tidak hanyalah mereka yang lelaki dan berkulit
disertakan dalam kehidupan publik untuk putih saja. Perubahan-perubahan untuk
memilih dan dipilih, dan sehubungan memperluas konsep manusia penyandang
dengan hal itu mereka pun pada masa-masa hak-hak yang asasi, sebagaimana yang
awal pertumbuhan konsep hak-hak asasi tercatat dalam sejarah perkembangan hak-
manusia itu pun, di pihak lain, juga tidak hak asasi di Amerika, barulah terjadi lebih
dibebani kewajiban untuk membayar pajak. dari setengah sampai se-abad kemudian. Di
Amerika perubahan konsep mengenai siapa
Karena hak-hak asasi manusia pada awal yang harus dibilangkan ke dalam golongan
pertumbuhannya itu dikonsepkan sebagai manusia pengemban hak yang asasi
hak manusia yang berkualifikasi sebagai dilakukan dengan melakukan amandemen-
warga dalam kehidupan bernegara bangsa, amandemen pada konstitusinya. Inilah
maka konsekuensinya ialah, bahwa amandemen-amandemen yang melepaskan

8
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

golongan masyarakat tertentu dari askripsi- kaum perempuan yang semula tertambat
askripsi mereka yang kuno dan berefek dalam ranahnya yang domestik dan
mengucilkan, ialah para budak yang semula patriarkik.
terkurung dalam institusi pertuanan dan

Konsep Hak Asasi Manusia sebagai Konsep Emansipatif

Hak-hak asasi manusia pada generasinya perbudakan diperjuangkan, sekalipun --


yang pertama sepanjang belahan pertama seperti misalnya di Amerika, dengan
abad 19 memang mula-mula dikonsepkan amandemen konstitusinya yang ke-13 pada
untuk lebih menonjolkan hak-hak manusia tahun 1863 -- kebijakan seperti itu sampai-
individual yang lelaki dalam status mereka sampai dipandang terlampau jauh dan tidak
sebagai warga negara (civil rights) di dalam hanya mengundang perlawanan politik
kehidupan politik, yang mengisyaratkan negara-negara bagian selatan melainkan
pengakuan akan political rights mereka. juga mengundang datangnya perang
Kalaupun pada awalnya konsep seperti itu saudara.
boleh disebut lebih bersifat segregatif
daripada diskriminatif, sudah pada Kebijakan nasional untuk memberikan
pertengahan abad 19 -- sekira setengah abad kesempatan manusia-manusia perempuan
setelah diundangkannya Bill of Rights untuk juga menikmati hak-hak yang asasi
Amerika (1791) dan Droits de l’Homme et du sebagai warga negara berikut hak-hak
Citoyen Perancis (1789) -- konsep ‘manusia politik mereka berlangsung melalui
penyandang hak’ diakukan juga kepada gerakan-gerakan sosial-politik yang
mereka yang selama ini tidak terbilang memakan waktu lebih lama.
sebagai freeman. Mereka ini adalah budak- Mengemansipasikan perempuan dari
budak atau ulur-ulur yang tidak free dan ikatan-ikatan domestik yang askriptif
mereka yang perempuan yang sekalipun rupanya memerlukan rentang waktu yang
berstatus free akan tetapi tidak tergolong lebih lama. Agaknya karena prosesnya lebih
men. menuntut karakter yang lebih bersifat
transformatif daripada transplantatif.
Maka manakala deklarasi-deklarasi dari Keberhasilannya tidak hanya diprasyarati
tahun-tahun 1770-1780an di negeri-negeri oleh lahirnya prakarsa-prakarsa para elit
bertradisi Barat itu boleh disebut sebagai yang memegang kontrol politik di berbagai
deklarasi-deklarasi yang liberating menuruti institusi pemerintahan, melainkan juga
konsep kaum liberal (yang mendambakan harus “menunggu” terbebaskannya
pembebasan manusia dari segala bentuk perempuan-perempuan itu dari tugas-tugas
kekuasaan otokratik), deklarasi dari tahun domestik, khususnya tugas reproduksi.
1850-1860an bolehlah disebut sebagai Tatkala teknologi reproduksi yang mampu
deklarasi-deklarasi yang emancipating (yang membantu pengendalian kelahiran berhasil
berkebijakan untuk melepaskan sebagian diciptakan, dan sementara itu -- dengan
penduduk negeri dari statusnya yang mengatasi keberatan moral dan kultural --
terdiskriminasi ke statusnya yang baru bisa diterima khalayak ramai, proses
sebagai homo Equalis (alias manusia emansipasi yang memungkinkan
berkesetaraan). Pada tahun-tahun itu perempuan-perempuan mengefektifkan
kebijakan abolisi yang bermaksud hak-haknya yang asasi sebagai warga
membebaskan jutaan manusia dari rantai negara, dan pula untuk merealisasi hak-hak

9
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

politiknya di ranah publik, dengan segera bagian sejak diproklamasikannya


menjadi kenyataan. kemerdekaan Amerika pada tahun 1776 --
kecuali negara bagian New Jersey
Akan tetapi tidaklah itu berarti bahwa (sekalipun cuma beberapa tahun saja --
upaya untuk memperjuangkan selalu menolak pemberian hak suara itu
terealisasinya hak-hak politik oleh kaum kepada warga negara yang perempuan.
perempuan di negeri yang dibangun Dengan disahkannya amandemen ke-19
sebagai suatu Republik yang demokratik itu dalam konstitusi Amerika pada tahun 1920
tidak signifikan. Pada tahun 1848 itu, terputuskanlah sudah kontroversi
pergerakan perempuan di negeri itu mengenai hak-hak perempuan untuk ikut
melantangkan suatu pernyataan publik berpolitik dalam setiap pemilihan umum.
yang dikenal dengan penamaan Declaration
of Sentiments. Dinyatakan di situ antara lain Di negeri-negeri Eropa Barat, keputusan
bahwa kaum perempuan sepakat untuk konstitusional mengenai hak politik
‘...hold the truths to be self-evident that all men perempuan untuk ikut memilih dan dipilih
and women are created equal, that they are pada umumnya juga terjadi pada sekitar
endowed by their Creator with certain tahun-tahun 1920 itu juga. Sekalipun amat
inalienable rights, that among these are life, terlambat tetapi pada akhirnya terjadi
liberty and the pursuit of happiness…’, dan jugalah perluasan konsep mengenai siapa
seterusnya, yang -- manakala diperhatikan saja yang seharusnya dibilangkan sebagai
dengan baik-baik -- pernyataan itu manusia pengemban hak yang asasi : hak
mengulang saja frase-frase dalam untuk berpolitik, tidak hanya untuk para
Declaration of Independence 70 tahun lelaki akan tetapi juga untuk mereka yang
sebelumnya. perempuan. Berseiring dengan apa yang
terjadi di Eropa ini, pada dasawarsa-
Hak perempuan untuk dibilangkan sebagai dasawarsa yang sama itu juga penggerakan
warga negara dalam kehidupan politik dan pergerakan untuk memberikan
diperlambangkan dalam wujud pengakuan hak-hak yang asasi kepada
kemenangannya -- atas dasar hak perempuan terjadi juga di negeri-negeri
konstitusionalnya -- untuk ikut memberikan jajahan. Di Indonesia, pada dasawarsa-
suara dalam pemilihan umum. Jaminan dasawarsa itu pemerintah kolonial telah
konstitusional ini baru diperoleh pada memanfaatkan situasi yang telah kondusif
tahun 1920 dengan dimasukkannya itu untuk juga memajukan keterpelajaran
amandemen ke-19 di dalam konstitusi perempuan-perempuan pribumi dengan
Amerika Serikat, sekalipun rancangan membuka sekolahan-sekolahan untuk anak-
amandemen itu sebenarnya telah selesai anak perempuan. Di Indonesia pula, nama
dipersiapkan pada tahun 1878. Sebelum itu, Raden Ajeng Kartini dan Dewi Sartika
berhak tidaknya perempuan-perempuan dikenal dan diperkenalkan pada dasawarsa-
ikut memberikan suara dalam pemilihan dasawarsa itu juga.
umum diserahkan sebagai kewenangan
negara bagian, dan nyatanya setiap negara

10
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

Internasionalisasi Hak-Hak Asasi Manusia :


Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi Manusia

Hak-hak manusia yang harus diakui sebagai deklarasi diproklamasikan oleh suatu
hak-hak yang asasi warga negara dalam organisasi antar bangsa yang telah dibentuk
kehidupan berbangsa dan bernegara -- yang seusai selesainya perang Dunia II, ialah
sering ditengarai sebagai hak-hak asasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (atau United
generasi pertama -- ini diperjuangkan Nations menurut nama resminya). Deklarasi
kembali seusai Perang Dunia II. Kali ini itu mensenaraikan dalam pasal-pasalnya
pengakuan akan hak-hak manusia itu sejumlah hak-hak manusia yang asasi, yang
diperjuangkan pada tataran kehidupan pada dasarnya mencanangkan pengakuan
antar-bangsa, segera setelah ambruknya secara umum tentang pentingnya hak-hak
kekuasaan negara-negara fasis dan ultra itu dihormati dan ditegakkan. Berbeda
nasionalis (Nazi) yang kalah perang, yang dengan deklarasi-deklarasi serupa yang ada
setakat itu memang amat tak menghargai sebelumnya, deklarasi kali ini bukanlah
hak hidup, hak kebebasan dan hak-hak deklarasi suatu bangsa atau suatu negara
politik manusia. Perjuangan penegakan hak- bangsa tertentu. Deklarasi kali ini, ialah The
hak asasi kali ini tidak lagi berlangsung Universal Declaration on Human Rights (yang
dalam tataran nasional di lingkungan di dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan
negeri-negeri dan negara-negara Barat saja, ‘Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi
melainkan diangkat pada tataran Manusia’), dikumandangkan melalui suatu
internasional, dan terwujud dalam rumusan kesepakatan antar bangsa, yang dikatakan
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (1945) “sebagai standar umum … semua bangsa
dan Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi dan semua negara, dengan tujuan agar
Manusia (1948). Tak diragukan lagi, setiap individu dan organ masyarakat …
deklarasi tersebut dengan lantangnya telah mengupayakan -- melalui pengajaran dan
mencanangkan pernyataan internasional pendidikan -- dimajukannya penghormatan
yang diharapkan dapat berdampak luas, di kepada hak dan kebebasan (manusia)”.
tengah kehidupan yang jelas-jelas sudah
berubah dan berkembang ke arah formatnya Deklarasi yang berjumlah 31 pasal ini
yang baru sebagai suatu world system. mencantumkan pengakuan hak-hak sipil
Sekalipun demikian, substansi deklarasi itu dan hak politik dalam pasal-pasalnya yang
tetap saja, ialah pengakuan atas martabat ke-3 sampai ke yang 21. Termasuk dalam
dan hak yang melekat pada sesiapapun hak asasi yang dicantumkan dalam pasal-
yang tergolong ke dalam bilangan umat pasal ini antara lain hak-hak untuk tidak
manusia. Itulah martabat dan hak-hak diperbudak, untuk tidak mengalami
manusia yang sungguh asasi, dan yang penganiayaan dan perlakuan atau hukuman
karena asasinya itu tak lalu boleh dicabut yang keji dan merendahkan martabat
atau dialihserahkan kepada sesiapapun manusia, dan pula untuk mendapatkan
yang berkekuasaan (inalienable) serta tak peradilan yang terbuka dan independen
pula mungkin digugat-gugat keabsahannya serta tidak berpihak. Pasal-pasal berikutnya,
(inviolable). dimulai dengan pasal 22 sampai ke pasal 27
mengemukakan pengakuan atas hak-hak
Pada tanggal 10 Desember 1948, dengan asasi manusia dalam kehidupan ekonomi,
sebuah resolusi bernomor 217A (III) suatu sosial dan budaya. Termasuk dalam hak-

11
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

hak kategori kedua ini antara lain hak-hak contoh fundamental freedoms yang
untuk bekerja, untuk memperoleh disebutkan di muka, dan benar-benar
pendapatan yang sama atas pekerjaan yang merupakan aspirasi tertinggi rakyat
sama, untuk memperoleh standar kebanyakan.
kehidupan yang layak, untuk memperoleh
jaminan kesehatan dan layanan pendidikan, Yang dimaksudkan dengan rights and
dan pula untuk berpartisipasi dalam freedom yang asasi ini tidaklah cuma sebatas
kehidupan budaya masyarakatnya. persoalan hak dan kebebasan dalam ihwal
kehidupan bernegara dan berpolitik saja.
Pernyataan-pernyataan di dalam Piagam Termasuk dalam pengertian hak dan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (1945) dan kebebasan yang asasi ini adalah juga hak
Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi Manusia dan kebebasan para warga negara dalam
(1948) itu bolehlah dikatakan baru kehidupan ekonomi, sosial dan budaya atau
merupakan seruan moral saja demi tradisinya.
terciptanya pergaulan antar bangsa yang
damai di dunia yang telah kian menyatu. Deklarasi Umum HAM yang diterima dan
Namun demikian, lebih dari sebatas seruan, dimaklumatkan oleh Sidang Umum
apa yang dinyatakan di dokumen-dokumen Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan
itu benar-benar telah dimaksudkan agar resolusinya bernomor 217A (III) pada
dapat dipergunakan sebagai standar atau tanggal 10 Desember tahun 1948 itu
tolok yang diakui dunia internasional guna menyatakan pula dengan jelas dalam
menentukan lebih lanjut berbagai hak dan berbagai pasalnya jaminan hak-hak asasi di
berbagai bentuk kebebasan yang harus bidang ekonomi, sosial dan budaya itu.
diakui oleh rezim-rezim kekuasaan Maka, lebih lanjut dari deklarasi-deklarasi
manapun di dunia yang beradab. Di dalam yang diproklamasikan sebelumnya dalam
konsiderans Deklarasi dinyatakan pula revolusi-revolusi kerakyatan yang
bahwa masyarakat dunia menaruh berlangsung pada akhir abad 18 melawan
kepercayaan bahwasanya apa yang disebut absolutisme raja-raja di negeri-negeri Barat,
fundamental human rights and fundamental deklarasi masyarakat bangsa-bangsa dunia
human freedom itu sesungguhnya ada. di pertengahan abad 20 ini menyertakan
Seterusnya dinyatakan bahwa rights and pula hak-hak manusia untuk memperoleh
freedom itu harus dilindungi oleh setiap kesejahteraan hidup yang layak. Inilah hak
kekuasaan hukum di negeri manapun, atas manusia di negeri manapun untuk tidak
dasar asas rule of law yang mengungkapkan hanya bisa menuntut dipenuhinya
ide betapa supremasinya status hukum (the kewajiban setiap kekuasaan pemerintahan
supreme state of law) di dalam kehidupan untuk membatasi intervensinya pada
negara yang berdasarkan atas hukum. Hak kehidupan politik rakyat, melainkan juga
untuk hidup, untuk berkebebasan dan untuk secara proaktif memperluas peluang
untuk memperoleh keselamatan diri adalah rakyat -- dengan membangun serta merawat
contoh apa yang disebut fundamental rights berbagai infrastruktur -- agar rakyat
tersebut; sedangkan kebebasan untuk terfasilitasi dalam berbagai upayanya
berpikir, untuk berkepercayaan dan menggapai kesejahteraan ekonomi, sosial,
berbicara, untuk terhindar dari rasa takut dan kultural mereka.
dan dari derita kemiskinan, adalah contoh-

12
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

Dua Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Asasi Manusia dan


Protokol Opsional pada Kovenan Internasional Hak Sipil dan Hak Politik

Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi -- sejalan dengan apa yang dituliskan dalam
Manusia dari tahun 1948 ini segera saja, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa --
pada dasawarsa berikutnya, disusul dengan memang berkewajiban untuk memajukan
penyiapan dan pembentukan dua kovenan penghormatan secara universal dan juga
dan satu protokol. Kovenan dan untuk menaati hak-hak asasi berikut
protokolnya ini diterima dengan suara bulat kebebasan manusia. Mukadimah ini juga
oleh Sidang Umum Perserikatan Bangsa- menyatakan kesadaran negara-negara
Bangsa pada tanggal 16 Desember 1966. peserta bahwa setiap individu manusia
Kedua kovenan itu ialah The International mempunyai kewajiban di hadapan individu
Covenant on Economic, Social and Cultural manusia yang lain dan pula kepada
Rights dan The International Covenant on Civil komunitas tempat ia berada, dan oleh sebab
and Political Rights, sedangkan yang itu juga mempunyai tanggung jawab untuk
protokol dikenal dengan nama Optional ikut mengupayakan usaha memajukan serta
Protocol for The Covenant on Civil and Political ikut menaati hak-hak yang telah diakui
Rights. Keempat produk -- satu dari tahun dalam kovenan-kovenan ini.
1948 dan tiga dari tahun 1966 -- itu
merupakan instrumen hukum Perserikatan Pasal 1, 3 dan 5 kedua kovenan tersebut di
Bangsa-Bangsa, dan dikabarkan sebagai muka boleh dikatakan memuat isi ketentuan
International Bill of Human Rights, dengan yang hampir sama. Pasal 1 kedua kovenan
harapan untuk segera bisa diratifikasi oleh itu sama-sama menyatakan bahwa “semua
anggota-anggotanya. Negara anggota bangsa mempunyai hak untuk menentukan
Perserikatan Bangsa-bangsa yang belum nasibnya sendiri; maka demi hak ini, semua
dapat meratifikasi kovenan itu karena bangsa akan bebas untuk menentukan
berbagai alasan pada dasarnya memang status politiknya dan untuk secara bebas
tidak terikat menurut hukum untuk pula mengupayakan perkembangan status
melaksanakannya, namun demikian secara ekonomi, sosial dan kulturalnya”. Pasal 3
moral tetaplah saja memiliki kewajiban dan kedua kovenan juga sama-sama
tanggungjawab untuk menghormati menyatakan bahwa “negara-negara peserta
pengakuan internasional akan adanya hak- kovenan berupaya untuk menjamin
hak manusia yang asasi itu, dan kemudian persamaan hak antara lelaki dan perempuan
daripada itu juga berkebijaksanaan untuk dalam menikmati semua hak yang diatur
mengupayakan kemungkinan pelaksanaan dalam kovenan”. Sementara itu pasal 5
realisasinya. kedua kovenan -- seperti mengulang
kembali bunyi pasal 30 Deklarasi tahun 1948
Lebih lanjut dari Deklarasi dari tahun 1948 -- menyatakan bahwa “tidak satupun yang
yang baru bersifat deklaratur, kedua dituliskan dalam kovenan ini dapat
kovenan tersebut di muka ini lebih tertuju ditafsirkan sebagai pemberian hak kepada
ke maksud mengikat secara yuridis negara- negara, kelompok atau seseorang untuk
negara peserta yang menyepakati kovenan- melakukan atau melibatkan diri ke dalam
kovenan tersebut. Mukadimah kedua suatu kegiatan yang bertujuan merusak hak-
kovenan itu sama-sama menyatakan hak atau kebebasan yang diakui di dalam
pertimbangan bahwa negara-negara peserta kovenan ini …”.

13
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

Masih ada satu dokumen lagi yang yang mengaku telah menjadi korban
melengkapi Kovenan Internasional Hak- pelanggaran hak”.
Hak Sipil dan Politik yang diterima dalam
Sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Berbicara mengenai protokol opsional,
pada tanggal 16 Desember 1966. Dokumen sebenarnya masih ada protokol yang kedua.
yang dimaksud ini ialah dokumen yang Protokol kedua -- disebut Second Optional
berisi ‘Protokol Opsional pada Kovenan Protocol to The International Covenant on Civil
Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik’ and Political Rights dalam bahasa aslinya –
yang diterima oleh Sidang Umum ini disepakati oleh negara-negara peserta
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari yang protokol ini pada suatu hari dan bulan serta
sama dengan diterimanya dua Kovenan tahun yang lama sesudah diterimanya
Internasional yang telah disebutkan di protokol yang pertama, ialah pada tanggal
muka. Protokol pertama ini, yang di dalam 15 Desember 1989. Protokol kedua ini
aslinya disebut Optional Protocol to The ditujukan ke arah kebijakan untuk
International Covenant on Civil and Political menghapus hukuman mati. Protokol kedua
Rights, terdiri dari 14 pasal. Protokol disepakati oleh negara-negara peserta
disepakati oleh negara-negara peserta atas protokol ini atas dasar kepercayaan bahwa
dasar pertimbangan “bahwa agar dapat dihapuskannya hukuman mati akan
mencapai tujuan Kovenan Hak-Hak Sipil membantu usaha meningkatkan harkat dan
dan Politik lebih jauh, dan pula demi martabat manusia dan akan pula membantu
terimplementasinya ketentuan-ketentuan pula usaha memajukan hak manusia yang
tersebut dalam Kovenan, layaklah kalau asasi untuk hidup. Konsekuen dengan
dibuka kemungkinan bagi Komite Hak-Hak keyakinan ini negara-negara peserta
Asasi Manusia -- yang harus dibentuk protokol bersepakat untuk tidak akan
berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut melaksanakan hukuman mati di wilayah
dalam bagian IV Kovenan -- guna menerima yurisdiksinya, dan kemudian daripada itu
serta membahas hal-hal yang juga mengambil langkah-langkah yang
dikomunikasikan oleh individu-individu diperlukan untuk meniadakan hukuman
mati di wilayah yurisdiksinya itu.

Komitmen Internasional

Membaca mukadimah dan ketiga pasal hanya bebas dari naluri-nalurinya yang
pokok yang tertulis dalam dua kovenan kurang adab, akan tetapi juga bebas dari
tersebut di muka ini, serta pula membaca segala macam penindasan dan pemerasan
Optional Protocol-nya dan Deklarasi oleh segala bentuk kekuasaan yang
Universal dari tahun 1948, jelaslah sudah mengabaikan sila kemanusiaan yang adil
bahwa pemajuan dan penghormatan dan beradab. Memang harus diakui bahwa
kepada hak-hak asasi manusia harus tidak semua negara bangsa anggota
dipandang sebagai komitmen bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa berada dalam
bangsa-bangsa dunia, bukan hanya yang keadaan dan kesiapan yang sama untuk
bangsa Barat dan bukan pula yang bangsa segera menjadi negara peserta kovenan dan
Timur saja, melainkan sudah harus menjadi protokolnya itu. Indonesia, misalnya,
komitmen bersama bangsa manapun dan hingga kini belum juga ikut
negara manapun. Inilah komitmen untuk menandatangani kovenan dan protokolnya
menjaga hak dan kebebasan manusia, tidak itu, sehingga belum menggolongkan diri ke

14
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

dalam bilangan negara peserta yang terjadi pada abad-abad dan dasawarsa-
berkomitmen secara yuridis untuk dasawarasa yang lalu di negeri-negeri yang
mengupayakan berlakunya ketentuan- dikuasai rezim-rezim otoriter. Dunia kini
ketentuan kovenan dan protokol yang telah ini mestinya telah kian berubah, bergeser
disepakati. menuju ke paham-paham baru, bahwasanya
-- seperti yang pernah dikatakan oleh
Sekalipun demikian, di tengah kehidupan Mahatma Gandhi -- nationality is humanity,
yang kini tak lagi mungkin secara sempit dan humanity adalah sila kemanusiaan yang
dan cauvenistik hendak mengandalkan adil dan beradab.
adab dan peradaban bangsa sendiri, sudah
sepatutnyalah kalau segenap bangsa di Kehidupan di bumi yang kian menyatu ini
dunia ini -- tak kurang-kurangnya juga memang tanpa kunjung henti terus saja
Indonesia -- menghormati segala ketentuan berubah. Dinamika sosial politik -- yang
normatif yang telah dideklarasikan berikut tak pelak berseiring pula dengan
semua jabarannya yang telah disepakatkan perubahan-perubahan di berbagai sektor
dan dituangkan ke dalam kovenan-kovenan ekonomi -- bermula di dunia Barat dan telah
dan kesepakatan-kesepakatan internasional melahirkan berbagai institusi kontrol yang
yang lain. Komitmen seharusnya tidak sangat represif untuk mengontrol suatu
cuma diperlihatkan dengan cara sistem yang kian berskala besar dan
memperingati lewat upacara-upacara yang berformat makro. Di sini kewenangan-
sifatnya formal belaka. Upaya untuk kewenangan penguasa kian marak, namun
merealisasi segala norma yang telah demikian hak-hak rakyat yang dituntut
dideklarasikan dan/atau disepakatkan akan sebagai kaidah yang lebih kodrati dan asasi
merupakan komitmen yang jauh lebih juga tak kalah maraknya, bahkan terkesan
penting. Sepanjang melaksanakan seperti tak mengenal batas-batas
komitmen, yang tetap harus diingat adalah nasionalitas. Konfrontasi dan benturan
suatu ajaran dasar, bahwa kekuasaan itu antara imperativa sistem dan kebebasan
sesungguhnya amanah dan bukan berkah. manusia masih akan terus berlanjut, seiring
Amanah untuk membangun kehidupan dengan kian mengembangnya skala dan
manusia yang penuh adab, dan bukan format sistem itu sendiri, yang secara
berkah untuk membesarkan kekuasaan dan berlanjut berkembang dari yang lokal ke
demi kesejahteraan badaniah dirinya yang translokal, lalu bersiterus ke yang
sendiri. nasional dan transnasional hingga ke skala
dan formatnya yang mutakhir, ialah yang
Waktu mestinya telah tiba, bahwasanya global.
bagaimanapun juga peradaban manusia
memasuki millenium ketiga Masehi kini ini Evolusi dan revolusi berjalan terus secara
adalah peradaban yang secara universal pasti, dan mentransformasi kehidupan
amat didambakan sebagai peradaban yang manusia dari kehidupan yang dikuasai oleh
idealnya menghargai nilai-nilai industri-industri yang mengandalkan
kemanusiaan. Peradaban manusia sebumi tenaga kinetik dan mekanik ke kegiatan-
kini ini mestinya bukan lagi peradaban yang kegiatan produktif gaya baru yang lebih
mendahulukan kebesaran bangsa, atau mengandalkan informasi semantik dan
kejayaan golongan apapun yang sifatnya semiotik. Perubahan-perubahan
eksklusif, yang demi kebesaran dan transformatif ini dalam kenyataan telah
kejayaan acap kali tanpa enggan dan segan melahirkan berbagai masalah konsentrasi,
tega-tega saja mengorbankan nilai-nilai tak hanya konsentrasi kekayaan dan
kemanusiaan sebagaimana yang telah kemakmuran di tangan pengontrol-

15
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

pengontrol kapital dan informasi melainkan komitmen-komitmen yang lebih intens


juga konsentrasi kekuasaan politik di tangan daripada yang sudah-sudah.
negara yang dikenali juga sebagai
pengontrol aparat dan sumber-sumber Dalam persoalan kemanusiaan yang telah
legitimasi. Evolusi dan revolusi yang menjadi bagian dari komitmen utama
berlangsung dalam mode dan model seperti masyarakat dunia seperti ini, Indonesia
ini tak pelak lagi telah menyebabkan pasca Orde Baru telah pula mencoba
masyarakat sipil dan warganya terpuruk- memperbaharui komitmen-komitmennya,
puruk ke posisi-posisinya yang marjinal sekalipun dengan hasil-hasil yang masih
tanpa keberdayaan yang berarti. Dalam sering meragukan. Berbagai ratifikasi
keadaan seperti itu, yang akan terjadi penting telah dilaksanakan, sejumlah
kemudian tidaklah akan lain daripada amandemen untuk memperkuat komitmen
kesenjangan-kesenjangan yang bermasalah konstitusional bagi pemajuan dan
di mana-mana. penegakan hak-hak asasi manusia telah pula
dikerjakan. Berbagai upaya untuk
Tak ayal permasalahan besar harus diatasi membangun struktur dan untuk
dengan mengembangkan aransemen- mengefektifkan fungsi yang diperlukan bagi
aransemen baru di dalam kehidupan pemajuan dan penegakan hak-hak asasi
manusia yang telah terkonsepkan menjadi manusia itu telah pula dikerjakan.
suatu satuan tunggal umat. Kesenjangan Sementara itu, disadari pula bahwa
mestilah diatasi untuk menciptakan ide one konservatisme -- yang tidak hanya bercokol
world, different but not divided atas dasar- di kalangan kelompok-kelompok sektarian
dasar prinsip kemanusiaan yang menurut dan partisan akan tetapi juga di lingkungan
asasnya tak akan mengenal diskriminasi sementara institusi pemerintahan (tidak
macam apapun. Pengakuan akan ada dan hanya yang eksekutif dan legislatif, akan
perlu ditegakkannya hak-hak asasi -- tak tetapi juga yang yudisial) -- masih saja
cuma hak-hak asasi yang sipil dan politik menghadang. Berbagai upaya masih banyak
akan tetapi juga yang ekonomi, sosial dan yang harus dikerjakan untuk mengatasi
budaya -- dipastikan akan mengoreksi hadangan-hadangan itu. Kampanye dan
kesenjangan-kesenjangan yang terjadi di pendidikan untuk memajukan dan
berbagai ranah kehidupan yang didakwa menghormati hak-hak asasi manusia harus
telah menjadi biang penyebab berbagai pula digerakkan sebagai bagian dari
realitas diskriminatif dalam kehidupan gerakan atau program aksi nasional, karena
umat manusia. Perubahan sosial-politik pada akhirnya orang pun harus benar-benar
yang telah berlangsung selama ini untuk mengetahui bahwa untuk memenangkan
merealisasi aransemen-aransemen baru seluruh usaha penegakan hak-hak asasi
dalam kehidupan manusia yang non- manusia ini the real battle will be engaged and
diskriminatif patutlah diteruskan dengan decided in the people’s mind.

Permasalahan Universalisme Hak-Hak Asasi Manusia

Dalam sejarah perkembangannya yang awal dengan berkembangnya ide untuk


di negeri-negeri Barat, proses membangun suatu negara bangsa yang
berkembangnya ide hak-hak manusia yang demokratik dan berinfrastruktur
asasi -- berikut segala praksis-praksis masyarakat warga (civil society). Ide ini
implementatifnya -- terjadi berseiring benar mencita-citakan terwujudnya suatu

16
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

komunitas politik manusia sebangsa atas bermasyarakat dan bernegara itu -- juga
dasar prinsip kebebasan dan kesamaan pembatasannya dalan wujud kewajiban-
derajat serta kedudukan di hadapan hukum kewajiban -- mestilah berawal pula dari
dan kekuasaan. Ini berarti bahwa setiap kesepakatan yang jujur dan ikhlas. Tidaklah
manusia sebangsa dalam kehidupan sekali-kali dibenarkan manakala hubungan
komunitas bangsa yang disebut negara atas dasar kesepakatan itu terjadi karena
bangsa itu akan tak lagi boleh dipilah ke suatu pemaksaan atau keterpaksaan, atau
dalam golongan mereka yang harus disebut pula karena dikecoh atau disesatkan lewat
para Gusti dengan segala hak-hak penipuan. Hak dan kewajiban yang menjadi
istimewanya dan golongan mereka yang dasar dari seluruh tertib hukum di dalam
harus dinisbatkan sebagai para Kawula Alit kehidupan bernegara bangsa dan di dalam
dengan segala kewajibannya untuk patuh kehidupan masyarakat warga itu tidaklah
dan berdisiplin. sekali-kali boleh bermula dari kehendak
sepihak yang dipaksakan : dipaksakan oleh
Tak lagi mengenal dua kelas yang terpilah dia yang tengah berkekuatan dan
secara diskriminatif, masyarakat yang berkekuasaan kepada dia yang tengah
terbentuk itu -- demikian menurut model berada dalam posisi lemah dan kurang
idealnya -- adalah suatu masyarakat baru berkeberdayaan.
yang berhakikat sebagai masyarakat warga
yang pada asasnya berkebebasan, eksis dan Tatkala hak-hak asasi manusia
bersitegak di atas dasar paham dideklarasikan di New York atas wibawa
egalitarianisme. Tak lagi ada kelas ningrat Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun
yang atas, tak ada lagi kelas kawula biasa 1948, deklarasi itu tak ayal lagi adalah
yang bawah, yang ada kini ini (idealnya deklarasi yang pada dasarnya bertolak dari
yang universal !) adalah kelas tengah. dan bertumpu pada ide, doktrin dan/atau
Semua saja tanpa kecualinya memiliki hak konsep mengenai kebebasan dan kesetaraan
dan kebebasan yang sama. Hak dan manusia sebagaimana yang telah lama
kebebasan hanya boleh dibatasi -- atas dasar dimengerti di dunia Barat itu sebagaimana
kesepakatan, yang dicapai tanpa rasa dipaparkan di muka. Lebih lanjut lagi
keterpaksaan -- oleh para warga itu sendiri deklarasi itu bahkan juga mengklaim bahwa
(atau oleh wakil atau kuasanya). hak-hak dan seluruh ide dan doktrin yang
Kesepakatan seperti itu, yang dalam istilah mendasarinya itu juga bernilai universal.
teknisnya disebut kesepakatan kontraktual, Kalau semula pada awalnya yang
kemudian daripada itu harus dipositifkan dimaksudkan dengan universalitas itu
dalam wujud kontrak-kontrak perjanjian adalah universalitas yang masih pada
(manakala dalam kehidupan privat) atau lingkup nasional, mengatasi partikularisme
akan berbentuk undang-undang (manakala yang lokal dan/atau etnik dan atau yang
dalam kehidupan publik). Itulah suatu sektarian, kini yang dimaksudkan dengan
perkembangan dalam kehidupan hukum, universalitas itu adalah universalitas yang
dari kehidupan dengan hukum yang kemanusiaan, mengatasi partikularisme
tercipta oleh sumber kekuasaan eksternal ke kebangsaan. Bukan suatu kebetulan
kehidupan baru dengan hukum yang manakala deklarasi itu secara resmi disebut
tercipta oleh sumber kekuasaan yang The Universal Declaration of Human Rights,
internal dari para manusia itu sendiri. dengan mengikutkan kata ‘universal’ guna
mengkualifikasi deklarasi itu sebagai suatu
Diidealkan seperti itu, maka pada asasnya pernyataan yang berkeniscayaan mesti
dan menurut doktrinnya hak-hak para berlaku umum di negeri manapun, pada
warga yang asasi dalam kehidupan

17
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

kurun masa yang manapun, untuk dan lebih bersifat partikularistik ? Artinya,
terhadap sesiapapun dari bangsa manapun. adakah hak-hak asasi manusia itu harus
ditegakkan kapan saja, di mana saja dalam
Namun demikian, yang masih tetap akan pengertiannya yang sama sebagaimana
menjadi persoalan besar sampai pun saat ini modelnya yang klasik dari Barat itu ?
ialah, apakah ide dan konsep -- dan karena Ataukah hak-hak asasi manusia itu hanya
itu segala kebijakan dan upaya penegakan bisa dipandang sebagai sesuatu yang
hak-hak asasi manusia di dalam kehidupan universal dalam hal prinsip-prinsipnya saja
yang telah berskala global itu -- harus ? Yang oleh sebab itu implementasinya --
bersifat demikian universalistik, dalam demi pemajuan dan penegakan hak-hak
artiannya yang mutlak ? Ataukah, sekalipun asasi manusia -- mestilah selalu dilakukan
deklarasi itu telah diterima oleh banyak dengan memperimbangkan dan/atau
wakil negara bangsa di dunia ini, masihkah memperhitungkan kondisi dan situasi
ada juga tempat untuk tafsir-tafsir yang setempat yang partikular ?

Suatu Wacana : Universalisme versus Partikularisme

Menghadapi persoalan universalisme- dalam rumusan-rumusan umum itu dalam


partikularisme ini, banyak negara di praktiknya yang konkrit nantinya masih
kawasan-kawasan regional mencoba menuntut penjabaran lebih lanjut.
mendefinisikan ulang hak-hak asasi Kesepakatan-kesepakatan, tidak hanya pada
manusia dengan mencoba menampung forum internasional akan tetapi juga pada
keragaman konsep-konsep lokal itu dalam forum nasional itu sendiri, masih
konteksnya yang lebih umum dan universal. diperlukan. Banyak wacana masih perlu
Di kawasan ASEAN, misalnya, pada tahun dikembangkan orang untuk
1984 pernah dideklarasikan suatu mempertanyakan dan menemukan jawab
pernyataan mengenai "Kewajiban- mengenai luas-sempitnya hak-hak warga
Kewajiban Dasar bagi Masyarakat dan negara dalam eksistensinya sebagai mahluk
Pemerintah di Negara-Negara ASEAN". yang berkodrat dan bermartabat sebagai
Dalam waktu yang hampir bersamaan, di manusia. Manakah yang harus didahulukan
Kairo juga diselenggarakan pertemuan untuk dikukuhi sebagai pegangan; konsep
wakil negara-negara Islam untuk humanistik yang universal ataukah konsep
menegaskan konsep hak-hak asasi manusia lokal-nasional yang partikular ? Kongres
yang universal menurut versi Islam. Salah Dunia tentang hak-hak asasi manusia yang
satu pernyataan umum yang dihasilkan diselenggarakan di Wina pada bulan Juni
oleh pertemuan Kairo ini menyebutkan 1993 mencoba menjawab dengan jelas
bahwa negara-negara yang wakil-wakilnya pertanyaan ini. Dalam Kongres itu dicapai
bersidang di Kairo ini bersepakat untuk kesepakatan untuk mengatasi persoalan
pada asasnya akan selalu menjunjung tinggi universalisme-partikularisme itu dengan
pelaksanaan penegakan hak-hak asasi menyatakan bahwa "sekalipun diakui
manusia, namun dengan catatan sejauh hak- adanya keragaman sosial dan budaya
hak manusia yang asasi itu tidak setempat, akan tetapi semua saja harus tetap
bertentangan dengan syariah Islam. mengupayakan berlakunya universalitas
hak-hak asasi manusia berikut upaya-upaya
Tentu saja statemen-statemen atau penegakannya".
deklarasi-deklarasi yang selalu dinyatakan

18
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

Kesepakatan dalam Kongres Wina itu Lebih lanjut, bertolak dari kesepakatan
memang boleh dikatakan merupakan Wina ini, orang dapatlah menyimpulkan
refleks mayoritas wakil-wakil negara bahwa hanya dalam keadaan-keadaan dan
peserta untuk bertekad mengakui hak-hak kenyataan-kenyataan tertentu sajalah usaha
asasi manusia sebagai hak-hak yang kodrati, merealisasi prinsip-prinsip yang universal
yang karena itu benar-benar bersifat itu boleh ditangguhkan atau direservasi.
universal, dan yang karena itu pula Apabila berdasarkan pertimbangan-
bukanlah sekali-kali merupakan hak-hak pertimbangan khusus yang bersifat
yang diperoleh karena kebajikan yang sementara dan tak terelakkan suatu usaha
partikular dari para penguasa. Manakala penegakan hak-hak asasi manusia -- atas
keragaman sosial-budaya setempat toh dasar klaim universalitasnya -- itu akan
masih harus diakui keberadaan dan menimbulkan akibat yang lebih
kekuatan berlakunya, maka pengakuan itu berkualifikasi mudarat daripada manfaat,
hanyalah “demi fakta” saja sifatnya, yang maka tidaklah bijak untuk memaksakan
tidaklah akan mengganggu esensi terteruskannya usaha itu. Di negeri-negeri
normatifnya. Pada prinsipnya, tak ayal lagi berkembang, misalnya, kalaupun anak-anak
hak-hak asasi manusia itu tetap universal berdasarkan prinsip-prinsip universalisme
jugalah sifatnya, sedangkan keragaman harus diakui juga sebagai pengemban hak-
dalam hal pemahamannya itu -- yang sering hak (katakan saja untuk memperoleh
terkesan masih sering bertahan pada saat ini pendidikan seperti yang dituliskan di Pasal
-- hanyalah akibat pengalaman kultural 26 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi
berbagai bangsa yang berbeda-beda dari Manusia), namun dalam praktik dan
masa lalu. Perbedaan tradisi yang menuruti moral kultural di negeri-negeri
partikular dari suku ke suku dan dari berkembang yang miskin anak-anak itu
bangsa ke bangsa tidaklah harus mestilah berbakti pada orang-tuanya
menghalangi pengakuan bahwa pada dengan cara ikut membantu orang tua
prinsipnya hak-hak asasi manusia itu bekerja, yang kalau perlu dengan
bersifat kodrati dan universal. meninggalkan bangku sekolahnya.

Relativisme Kultur dan Pentingnya Peran Pendidikan


bagi Pemajuan dan Perlindungan Hak-Hak Asasi Manusia

Sekalipun seringkali dikemukakan dengan yang hidup sebagai bagian dari massa
penuh semangat bahwa agama-agama besar rakyat -- inilah yang eksis dalam statusnya
di dunia ini tak ada satu pun yang sebagai representasi kepentingan kolektif
mengingkari hak-hak manusia untuk hidup, suatu kolektiva, entah yang berformat suku
bekerja dan menguasai milik demi entah yang berformat bangsa. Tradisi lama
keselamatannya di dunia dan akhirat, ini umumnya juga mengenal pembeda-
namun toh tak dapat diingkari hal berikut bedaan peran dan hak diantara golongan
ini. Ialah bahwa banyak tradisi lama -- juga penduduk, dengan akibat bahwa
yang mengklaim kebenarannya dari ajaran sesiapapun yang terbilang kaum minoritas
agama -- yang masih mendakwakan bahwa akan termarjinalisasi dan terdiskriminasi
hak dan kewenangan itu ada di tangan para secara tak sepatutnya. Maka, manakala oleh
penguasa, dan tidak di tangan rakyat. Para sesuatu sebab dan berdasarkan suatu
penguasa -- dan bukan individu-individu argumen orang membenar-benarkan

19
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

berlakunya prinsip relativisme kultur masih dalam tataran alam ideal, yang
seperti itu, ini akan berarti bahwa orang realisasinya masih akan memerlukan upaya
yang berargumen seperti itu -- sadar atau yang sungguh-sungguh guna
tidak -- sebenarnya akan tidak berkeberatan mengefektifkan perubahan tradisi dan
untuk menangguhkan berlakunya suatu keyakinan. Semua usaha ini harus
kaidah tertentu dalam suatu deklarasi dikerjakan melalui suatu proses berjangka
internasional tentang universalitas hak-hak panjang, yang tidak akan lain daripada
asasi manusia. Manakala pendapat seperti usaha pendidikan guna “memberantas buta
ini memperoleh dukungan yang luas, maka hak di kalangan rakyat”. Maka bukanlah
tak ayal lagi, itu akan berarti terjadinya barang kebetulan manakala segera setelah
toleransi untuk memperpanjang praktik usainya Kongres di Wina itu Perserikatan
diskriminasi dan mungkin juga Bangsa-Bangsa mencanangkan tahun 1995-
kriminalisasi di berbagai belahan bumi ini. 2004 sebagai “Dasawarsa untuk Pendidikan
Hak-Hak Asasi Manusia”.
Mengupayakan perubahan dengan langkah-
langkah yang bergaya memaksakan, namun Pencanangan “Dasawarsa untuk Pendidikan
demikian, adalah pula bukan langkah yang Hak-Hak Asasi Manusia, 1995-2004” ini
bijaksana, dan salah-salah malah dapat boleh dikatakan sebagai suatu pernyataan
diprasangkakan sebagai langkah yang tak meragukan lagi akan adanya
pelanggaran hak-hak manusia yang asasi kesepakatan bulat negara-negara anggota
untuk hidup dalam suasana kebudayaannya Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai
sendiri. Bukankah pasal 27 Deklarasi Umum pentingnya pendidikan untuk memajukan
Hak-Hak Asasi Manusia menjamin bahwa pemahaman khalayak ramai di kalangan
“setiap orang berhak untuk secara bebas bangsa-bangsa dunia mengenai hak-hak
mengambil bagian dalam kehidupan asasi. Pendidikan akan berpotensi
kultural komunitasnya sendiri …” ? menyadarkan jutaan manusia di bumi ini
Bukankah pula sementara itu pasal 15 ayat akan pentingnya menyamakan visi
1(a) Kovenan Internasional tentang Hak-hak mengenai masa depan kehidupan manusia
Ekonomi, Sosial dan Kultural juga di bumi yang kian menyatu ini. Kalaupun
menjanjikan bahwa “setiap negara peserta orang masih merasa perlu demi
Kovenan mengakui hak setiap orang untuk kesejahteraannya untuk mengukuhi tradisi
mengambil bagian dalam kehidupan lokalnya dan ideologi kebangsaannya,
kultural” ? dalam kehidupan masa depan di bumi yang
kian menyatu ini orang pun mestilah harus
Berkeyakinan akan sifat universalitas hak- mulai sanggup menerima apa yang disebut
hak asasi manusia di satu pihak, akan tetapi the third culture of human kind sebagai idom
di lain pihak juga mengakui realitas betapa baru. Inilah prasyarat yang diperlukan demi
masih kuatnya partikularitas dan relativitas dimungkinkannya kehidupan bersama yang
kultur yang bertahan di berbagai negeri, damai tanpa sekatan-sekatan yang
kesepakatan yang dicapai dalam Kongres melambangkan adanya diskriminasi di
Wina pada tahun 1993 dapatlah dinilai antara sesama manusia di tengah kehidupan
sebagai kompromi yang realistis tanpa yang tidak hanya bersifat multikultural
meninggalkan prinsip. Universalitas hak- melainkan juga telah kian plural.
hak asasi manusia adalah sesuatu yang

20
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

Kebijakan untuk Menyongsong Kehidupan Masa Depan

Kehidupan yang kian bersifat transnasional bukan hak-hak asasi itu sendiri melainkan
pada skala global memang tak pelak dan tak ketat atau longgarnya batasannya; sejauh
terelakkan lagi akan terus memarakkan mana, mengingat situasi dan kondisinya
konsep hak-hak asasi manusia sebagai yang relatif, realisasi hak itu boleh dibatasi
konsep yang tak mungkin lain daripada atau digantungkan alias ditangguhkan
yang universal itu. Ialah, bahwa hak-hak (reserved) dulu dalam hal pelaksanaannya.
asasi manusia itu pada asasnya mestilah
berlaku bagi manusia sesiapapun di Kebijakan nasional untuk mensukseskan
manapun dalam kualifikasi sosial-politik pembangunan, acap kali menuntut
dan kultural yang apapun. Berseiring kesediaan khalayak awam untuk berkorban
dengan kesadaran akan perlunya dan tidak mendahulukan hak-hak
menggalakkan kerjasama dan saling individualnya (betapa pun asasinya hak-hak
pengertian antar bangsa, banyak itu). Dalam pelaksanaan misi pembangunan
kesepakatan -- baik di kalangan para pejabat seperti ini pemerintah mensyaratkan agar
pemerintahan maupun di kalangan para kegiatan-kegiatan politik dihentikan dengan
eksponen yang bergerak di luar organisasi pernyataannya bahwa "politik no,
pemerintah -- telah dicapai untuk pembangunan yes", lebih-lebih manakala
mengupayakan implementasi nilai dan untuk maksud itu stabilitas nasional (yang
norma apapun yang bersifat universal, lebih banyak diartikan sebagai tiadanya
sekalipun dengan tetap mengingati berbagai gangguan keamanan dan terpeliharanya
kemungkinan adanya kendala yang berasal ketertiban masyarakat yang sebagian besar
dari hal-hal yang sifatnya partikularistik. dituduhkan bersebab dari persoalan
politik), maka dapat dimengerti mengapa
Sekalipun para pengemban kekuasaan di hak-hak sipil dan hak-hak politik acap kali
banyak negeri berkembang -- tak ayal juga gampang begitu saja dilupakan -- kalaupun
juga di Indonesia -- beberapa waktu yang tak diingkari -- oleh para pejabat
lalu hendak mengutamakan paham yang pemerintah Indonesia. Pengabaian seperti
partikularistik, ialah bahwa konsep hak-hak itu kian nyata terjadi manakala keberhasilan
asasi adalah konsep yang pada hakikatnya para pejabat pemerintahan ipso facto akan
relatif dan culturally and politically bound, lebih sering ditentukan oleh prestasinya di
namun akhir-akhir ini mulai tersuarakan bidang-bidang kamtibmas dan
kesediaan untuk mengakui universalisme pembangunan itu daripada prestasinya di
konsep hak-hak asasi manusia itu, sekalipun bidang penegakan hak-hak asasi manusia.
dalam hal penerapannya orang masih harus Kurang jelasnya pengakuan secara
pula mengingati kondisi-kondisi dan idiom- konstitusional tentang patut dihormatinya
idiom sosio-kultural setempat. Apapun juga hak-hak sipil dan hak-hak politik sebagai
yang telah dibicarakan, tak salah lagi setiap hak-hak manusia yang asasi -- yang bawaan
pengemban kekuasaan negara di manapun dari kodratnya yang universal, dan yang
di dunia yang beradab ini telah amat karena itu tak dapat diganggu-gugat dan
tertuntut -- secara moral, kalaupun tidak dialih-alihkan begitu saja oleh kekuasaan
secara konstitusional dan secara hukum -- politik manapun dan kapanpun juga -- telah
untuk menghormati hak-hak asasi manusia pula acap kali menyebabkan pelaksanaan
warga negara. Yang partikular dan hak-hak manusia tersebut itu mengalami
situasional-kultural itu sesungguhnya kepincangan di Indonesia.

21
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

Namun, sementara itu, sebagai anggota Mendahulukan upaya menjaga stabilitas


Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mestinya politik dan melaksanakan pembangunan
harus tahu dan mau memperlihatkan respek apapun konsekuensinya ataukah
kepada seluruh usaha badan dunia ini, tak mendahulukan pengakuan terikat dan
pelak lagi Indonesia ini pun sebenarnya terbatasinya kekuasaan pemerintah di
harus pula menghormati dan menyatakan hadapan hak-hak sipil dan hak-hak politik
komitmennya pada apa yang telah manusia-manusia warga negaranya --
dideklarasikan dan disepakatkan dalam seperti ini acap kali dicoba diatasi dengan
konvenan-konvenan yang dibuat sebagai pernyataan-pernyataan yang bernada
bagian dari upaya PBB merealisasi excuse, akan tetapi yang juga mencuatkan
terlaksana dan tertegakkannya hak-hak polemik tentang hak-hak asasi manusia itu.
manusia di manapun, khususnya di negeri- Ialah, adakah hak-hak asasi itu bersifat
negeri para anggotanya. Kesulitan dalam universal ataukah bersifat partikular, (yang
soal menaruh dan mempertaruhkan karena itu bermakna relatif dan masih harus
komitmen -- apakah akan terus dikaji berlaku-tidaknya dalam konteks).
konteks kultural tertentu).

Pemenuhan Hak-Hak Asasi di Bidang Ekonomi


dengan Mengingkari Hak-Hak Sipil dan Hak-Hak Berpolitik ?

Kecuali lewat argumentasi sifat partikular Pelaksanaan merealisasi hak-hak ekonomi


atau partikularistiknya apa yang disebut (berikut hak-hak sosial dan hak-hak
hak-hak asasi ini, para eksponen di budaya) yang asasi ini sebenarnya memang
kalangan pemerintahan yang menghendaki mewajibkan state parties untuk
agar hak-hak sipil dan hak-hak politik mengupayakan langkah-langkah guna
ditinggalkan dulu demi suksesnya menjamin terlaksananya pembebasan
pembangunan nasional itu juga berdalih sesiapapun dari bahaya kelaparan.
bahwa misi dan upaya-upaya Konvenan-konvenan PBB pun mewajibkan
pembangunan yang dilakukan dan pemerintah di negeri manapun untuk
dikendalikan secara sentral oleh pemerintah mengupayakan dapat ter-angkatnya taraf
ini sebenarnya adalah juga suatu misi hidup manusia ke tingkatnya yang layak,
pelaksanaan hak-hak asasi manusia. Ialah, yang terwujud dalam bentuk tercukupinya
kalaupun bukan hak-hak sipil dan hak-hak sandang, pangan dan papan manusia-
politik, sudah barang pasti itu adalah hak- manusia penduduk negeri. Sementara itu,
hak ekonomi yang juga bernilai asasi. the state parties ini juga masih mendukung
Bukankah, berbeda dengan pelaksanaan beban kewajiban yang asasi untuk --
hak-hak sipil dan hak-hak politik yang berbekalkan kekuasaan dan
mewajibkan kekuasaan negara untuk kewenangannya -- menyiapkan
berperilaku hands-off, dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan dasar yang
upaya implementasi hak-hak ekonomi itu akan dapat diikuti anak-anak manusia di
negara harus secara riil banyak turun seluruh negeri secara cuma-cuma;
tangan untuk berbuat segala sesuatu menggalakkan terselenggaranya pendidikan
berdasarkan kekuasaan dan menengah dan pendidikan tinggi yang
kewenangannya ? terbuka bagi sesiapapun tanpa hambatan
apapun yang bersifat diskriminatif.

22
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

untuk mengalihkan hak-hak yang asasi itu


Masih banyak lagi tugas-tugas yang harus ke tangan negara, untuk terubah menjadi
dikerjakan oleh pemerintah dan state parties sumber kekuasaan-kekuasaan baru dan
lainnya untuk tidak ber-hands-off melainkan kewenangan-kewenangan baru. Maka,
bertindak secara nyata guna melaksanakan sesungguhnya hak-hak ekonomi yang asasi
hak-hak asasi manusia di bidang ekonomi, itu -- juga yang telah disebutkan di salah
sosial dan budaya itu. Persoalannya satu alinea di halaman terdahulu -- tidaklah
sekarang adalah : Apakah seluruh sekali-kali bermakna sebagai hak
kewajiban yang harus dilaksanakan negara pemerintah, melainkan hak (yang asasi)
c.q. para pengemban kekuasaannya itu manusia-manusia warga negara; ialah hak
boleh membenarkan ditinggalkannya — untuk terbebaskan dari derita lapar, hak
atau bahkan diingkarinya -- hak-hak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk
manusia yang lain, ialah yang hak-hak sipil memperoleh sandang dan pangan, hak
dan yang hak- hak politik ? Adakah proses- untuk memperoleh taraf hidup yang layak,
proses pembangunan guna dan seterusnya.
mengimplementasi hak-hak ekonomi warga
negara dan penduduk negeri -- yang pada Tak pelak lagi, hak-hak asasi itu tentulah
hakekatnya adalah juga proses-proses membawa konsekuensi kewajiban-
politik (karena direncanakan berdasarkan kewajiban yang asasi pula, yang harus
tujuan-tujuan dan kebijakan-kebijakan yang dipenuhi oleh para penyandangnya. Hak
sesungguhnya diputuskan lewat proses- yang asasi untuk memperoleh taraf hidup
proses politik juga) -- merupakan monopoli yang layak tentu saja berasosiasi dengan
para politisi dan para pejabat pemerintah kewajiban untuk bekerja dan membangun
yang elit dan telah mapan, ataukah semua kehidupan pribadi yang positif dan
itu juga harus tetap terlaksana dengan produktif. Tetapi, sekali lagi perlu
menyertakan seluruh warga negara yang ditegaskan di sini, bahwa hak asasi itu
harus tetap terakui hak-hak asasinya ? hanya bisa berimbangan dengan kewajiban
Dengan perkataan lain, adakah upaya yang asasi, dan tidak sekali-kali akan
pelaksanaan implementasi hak-hak ekonomi membenarkan teralihkannya menjadi
yang asasi itu boleh memberikan dasar kewenangan dan kekuasaan asasi di tangan
pembenar kepada para pembesar negara para penguasa negara. Adalah tetap
untuk mengingkari hak-hak sipil dan hak- menjadi kewajiban negara -- berdasarkan
hak politik manusia-manusia warga negara, kekuasaan dan kewenangannya -- untuk
dan yang dengan begitu secara implisit memungkinkan manusia-manusia (baik
telah memisahkan secara konseptual hak- yang warga negara maupun yang
hak sipil dan hak-hak politik yang asasi dari penduduk) melaksanakan kewajiban-
hak-hak asasi yang lain, dalam hal ini hak- kewajibannya yang asasi guna merealisasi
hak ekonomi ? apa yang telah dihakkan kepada mereka
secara asasi.
Sesungguhnya hak-hak asasi itu -- menurut
konsepnya yang asali -- adalah hak-hak Dalam kerangka membangun situasi yang
bawaan yang kodrati yang terlahir dan kondusif untuk pelaksanaan kewajiban-
karena itu juga terlekat secara kodrati pada kewajiban yang asasi itulah maka
makhluk-makhluk yang terlahir secara konvenan-konvenan PBB memaklumkan
kodrati sebagai manusia. Hak-hak asasi pengakuannya akan hak-hak asasi manusia
bukanlah hak-hak negara beserta para untuk mengerjakan secara bebas setiap
pejabatnya. Hak-hak ekonomi yang asasi pekerjaan yang dipilihnya, hak-hak untuk
sekalipun sebenarnya tidak dimaksudkan memperoleh persyaratan kerja yang layak

23
Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007
Bahan Bacaan
Materi : HAM dalam Aspek Historis dan Sosiologis

dan lingkungan kerja yang aman dan sehat, sebagai makhluk Tuhan yang pada asasnya
hak-hak untuk memperoleh upah yang harus diberi kebebasan.
layak dan tidak diskriminatif, hak-hak
untuk berserikat dan mogok sebagai bagian Ditilik dari perspektif konseptual
dari realisasi usahanya menghadapi sebagaimana terpapar di atas ini, tegaslah
perlakuan-perlakuan yang tak wajar dalam bahwa hak-hak ekonomi yang asasi itu pada
pekerjaannya, dan sebagainya. Sehubungan hakikatnya adalah hak-hak yang menjamin
dengan semua tuntutan dapat dilaksanakan kebebasan juga. Tak beda dengan hak-hak
dan terlaksananya hak-hak dan kewajiban- sipil dan hak-hak politik, hak-hak ekonomi
kewajiban yang asasi itulah maka (dan tentu saja juga hak-hak sosial dan hak-
terkedepankanlah kewajiban negara dan hak budaya) itu adalah juga hak-hak yang
para pejabatnya untuk membangun situasi dimaksudkan untuk menjamin kebebasan
yang kondusif yang diperlukan. manusia. Ialah kebebasan untuk memilih
Dipantangkanlah kepadanya untuk dan menentukan garis kehidupannya
mengambil langkah-langkah kebijakan yang sendiri. Hanya dengan kebebasannya itu
justru mengingkari hak-hak manusia untuk sajalah manusia di dunia ini akan dapat
secara bebas mengekspresikan dirinya di mengembangkan keberdayaannya, dan
dalam dunia kerjanya, yang pada akhirnya pada gilirannya juga dapat
hanya akan meniadakan keberdayaannya. mengembangkan pribadi dan hidupnya,
Tiadanya keberdayaan, pada gilirannya baik sebagai individu maupun sebagai
justru hanya akan meningkatkan makhluk sosial warga bangsa dan bagian
ketergantungan jutaan manusia pada dari umat. Semua itu demi kemajuan
sumber-sumber kekuasaan yang ada, dan peradaban dan bukan demi
dengan demikian akan pula amat tersempurnakannya sistem perhambaan
mengurangi harkat dan martabatnya yang penuh kezaliman dan ketidakadilan.

24

Anda mungkin juga menyukai