PERJAMUAN TUHAN
Disusun oleh:
2021
Daftar Isi
1. PENDAHULUAN........................................................................................................................3
1.1. Rumusan Masalah...............................................................................................................3
1.2. Metodologi Penelitian..........................................................................................................3
2. PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
2.1. Apa makna Perjamuan Kudus menurut pandangan Roh Nubuat?................................4
2.1.1. Pembasuhan Kaki........................................................................................................4
2.1.2. Perjamuan Tuhan........................................................................................................5
2.2. Apa syarat mengikuti Perjamuan Kudus?.........................................................................6
2.3. Apa aplikasi dari Perjamuan Kudus dalam kehidupan kerohanian Umat Kristen?.....7
3. PENUTUP....................................................................................................................................7
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................................7
3.2. Saran.....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9
2
8
1. PENDAHULUAN
Perjamuan Kudus merupakan satu upacara yang rutin dilakukan umat Kristen
khususnya umat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Upacara ini menjadi satu kebiasaan
dan tidak pernah luput untuk dilaksanakan setiap tahun atau setiap triwulan. Namun
frekuensi dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus tidak menjamin seorang anggota
memahami makna upacara Perjamuan Kudus dengan baik. Pada kenyataannya, tidak
sedikit dari anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang tidak memahami makna
dari upacara itu sendiri. Mereka menganggap bahwa upacara itu hanya sebuah kebiasaan
yang dilakukan secara berulang-ulang.
Beberapa dari umat Advent belum memahami dan melakukan dengan benar bagian
dari perjamuan itu, seperti tidak mempersiapkan diri ketika mengikuti perjamuan. Ada
banyak umat Advent, khususnya orang muda yang belum memahami makna dari roti dan
anggur sehingga pada saat mereka berdoa, mereka tidak tahu apa yang akan mereka
ucapkan untuk mendoakan roti dan anggur. Perjamuan Kudus tidak boleh dilakukan
dengan sepele karena masing-masing upacara mempunyai makna rohani yang dalam dan
hendaknya diikuti dengan khidmat (Pedoman Kependetaan, hlm. 118). Pada penelitian ini
penulis ingin menjelaskan makna dari Perjamuan Kudus menurut pandangan Roh Nubuat
dan Alkitab serta syarat-syarat mengikuti perjamuan seperti yang tertuang dalam rumusan
masalah.
3
8
Zed (2004), studi pustaka terdiri dari serangkaian kegiatan pengumpulan data, membaca,
mencatat serta mengolah bahan penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan cara penulis membaca dan mencatat atau mengutip
data yang sehubungan dengan rumusan masalah yang akan dibahas melalui buku-buku
tulisan Roh Nubuat, Alkitab maupun referensi lainnya seperti jurnal, buku, dan
sebagainya. Kemudian data tersebut dijadikan pembahasan dan penjabaran dari setiap
rumusan masalah.
2. PEMBAHASAN
4
8
menunjukkan bahwa Ia mau melakukan pelayanan serendah apapun untuk
menyelamatkan umat manusia.
5
8
tidak akan minum lagi dari hasil pokok anggur ini sampai pada hari aku meminumnya,
yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku.” Ayat ini
memberikan sebuah pengharapan bahwa umat-Nya akan mengadakan perjamuan
bersama-sama dengan Yesus di dalam kerajaan Surga. Perjamuan Kudus mengantisipasi
umat-Nya kepada kedatangan-Nya yang kedua kali sehingga iman semakin dikuatkan
untuk menantikan Perjamuan yang mendatang.
Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya mengadakan Paskah, roti dan anggur yang
tidak beragi telah disajikan di atas meja. 1 Korintus 11 : 23 – 26 menceritakan bagaimana
Yesus mengambil roti dan anggur sebagai lambang akan tubuh dan darah-Nya. Ia
mengucap syukur dan memecah-mecahkan roti setelah itu mengambil cawan berisi
anggur. Yesus berkata, “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!”. Kristus telah mati
di kayu salib. Karena itu tubuh Yesus dilambangkan sebagai roti dan anggur yang tidak
beragi supaya ketika para pengikut-Nya mengadakan perjamuan suci, mengingatkan akan
pengorbanan Yesus yang besar (White, 2011).
Roti dan anggur Paskah tidak beragi. 1 Korintus 5 : 7,8 menjelaskan bahwa ragi
melambangkan keburukan dan kejahatan sehingga tidak cocok menggambarkan
pengorbanan Yesus yang tidak bercacat cela. “Tidak ada sesuatu dinajiskan dengan
peragian, lambang dosa dan kematian, dapat menggambarkan “anak domba yang tidak
bernoda dan bercacat.” 1 Ptr. 1 : 19.” (White, 2011)
6
8
4) Memulihkan hubungan yang rusak dengan sesama, tiap anggota haruslah berusaha
menjernihkan segala sesuatu yang memisahkan hubungan mereka dengan dan
dengan Tuhan
5) Turut ambil bagian dalam bersaksi tentang Yesus, setiap orang diundang untuk
mengikuti perjamuan dan sedapat-dapatnya bersaksi akan penerimaan mereka
kepada Kristus sebagai Juruselamat pribadi.
II.3. Apa aplikasi dari Perjamuan Kudus dalam kehidupan kerohanian Umat
Kristen?
Perjamuan Kudus merupakan satu ketetapan yang diberikan Tuhan kepada umat-Nya
untuk dilakukan (Yoh 13 : 17). Jika kita mengaku sebagai pengikut Kristus, maka
haruslah kita melakukan segala ketetapan yang diberikan bukan sebagai sebuah kebiasaan
tetapi melakukan dengan penuh hormat dan pujian kepada Tuhan. Karena Perjamuan
Tuhan mengandung makna rohani yang dalam, maka setiap orang yang mengaku umat-
Nya harus benar-benar mengerti makna dari setiap lambang dan menerapkan dalam hati
mereka, supaya Upacara ini menjadi satu upacara yang dinanti-nantikan umat Tuhan
untuk menerima berkat dan pengampunan dari Kristus.
Biarlah setiap umat Tuhan melakukan Perjamuan Kudus dengan cara yang benar –
memeriksa hati dan pikiran serta mengakui segala pelanggaran sebelum mengikuti
Perjamuan, supaya dapat turut serta dalam perjamuan dengan Kristus.
3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Upacara Perjamuan Kudus dan Pembasuhan Kaki merupakan dua peraturan yang
dibuat Kristus sebelum kematian-Nya. Dua peraturan ini merupakan sebuah lambang
yang mengandung makna rohani yang dalam. Upacara Pembasuhan Kaki adalah sebuah
peringatan dalam hal kemurahan Tuhan dan merupakan bentuk pembersihan yang lebih
tinggi. Upacara Perjamuan Tuhan mengandung makna peringatan akan kelepasan dari
dosa dan merupakan antisipasi atas Kedatangan Kristus Kedua Kali. Roti dan anggur
melambangkan tubuh Kristus yang telah mati untuk menebus manusia dari dosa. Sebelum
7
8
mengikuti Perjamuan Kudus, ada beberapa syarat yang harus dilakukan yaitu, beriman
kepada Kristus, sudah dibaptis, memeriksa hati dan mengakui dosa, memulihkan
hubungan yang rusak serta turut ambil bagian dalam bersaksi tentang Yesus
3.2. Saran
Setelah membahas mengenai makna daripada Perjamuan Tuhan, adapun saran yang
penulis berikan yaitu penulis ingin menyarankan agar semua yang mengaku pengikut
Kristus khususnya umat GMAHK memahami secara mendalam makna Perjamuan Tuhan
melalui membaca Alkitab, Roh Nubuat, maupun 28 Doktrin agar pelaksanaan perjamuan
itu dilakukan dengan hormat dan pujian bagi Tuhan. Penulis juga menyarankan agar
semua umat Tuhan dapat turut serta dalam perjamuan Tuhan karena ini merupakan suatu
kewajiban yang Kristus telah tetapkan.
8
8
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. Suharsimi. (2019). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
General Conference of SDA. (2006). Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang… 28 uraian
Doktrin Dasar Alkitabiah. Bandung: Indonesia Publishing House.
White, Ellen G. (1946). Evangelism. Washington, D.C.: Review and Herald Publishing
Association.
White, Ellen G. (2011). Kerinduan Segala Zaman. Bandung: Indonesia Publishing House.
White, Ellen G. (1998). Nasihat Bagi Sidang. Bandung: Indonesia Publishing House.
White, Ellen G. (1956). SDA Bible Commentary. Vol 5. Washington, D.C.: Review and
Herald Publishing House.
White, Ellen G. (1999). Sejarah Para Nabi Jilid 2. Bandung: Indonesia Publishing House.
9
8