Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

HALAMAN
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .......................................................................................................  1
B.    Rumusan Masalah ..................................................................................................  4
C.    Tujuan Penulisan .................................................................................................... 4
D. Manfaat Pembuatan Tugas ………………………………………………………… 5
E. Tujuan ……………………………………………………………………………… 5

BAB II. PEMBAHASAN


1. Pengertian Muhammadiyah ……….................................. ...................................  6
2. Faktor Pendorong Berdirinya Muhammadiyah ……………………………………. 6
3. Tokoh Pendiri dan Perkembangan Muhammadiyah ……………………………… 7
3.a. Muhammadiyah Pada Masa Penjajahan ……………………………...………… 8
3.b. Muhammadiyah Pada Masa Kemerdekaan ……………..……………………….. 9
3.c. Muhammadiyah Pada Masa Orde Lama ……………………………………….… 9
3.d Muhammadiyah Pada Masa Orde Baru……………………………………………. 9
3,e. Muhammadiyah Pada Masa Reformasi …………………………………………. 10
4. Letak Upaya Muhammadiyah Dalam Pemurnian Islam ………………………………. 10
5. Maksud Dan Tujuan Didirikan Muhammadiyah ………………………………………… 11

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengertian Muhammadiyah
Muhammadiyah sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia,karena Muhammadiyah
aktif dalam pergerakan masyarakat baik itu dalam bidang pendidikan maupun dalam
bidang kesehatan. Adapun arti dari Nama Muhammadiyah dapat ditinjau dari dua segi
yaitu berdasarkan arti etimologis ( bahasa ) dan arti terminologis ( istilah ).
Arti Etimologis ( bahasa )
Muhammadiyah berasal dari kata “Muhammad” yaitu seorang Nabi Atau Rasul yang
menjadi tauladan bagi umat manusia pada akhir zaman,atau merupakan Nabi dan Rasul
terakhir. Sedangkan “iyah” berarti menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti pengikut
( umat ) Muhammad. Siapapun yang menyakini bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul
Allah yang terakhir, maka semua orang yang beragama Islam merupakan orang
Muhammadiyah tanpa dilihat dari perbedaan cara pandang organisasi ataupun yang
lainnya.
Arti Terminologis ( istilah )
Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan Islam , Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar ,
berdasarkan asas Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunah yang didirikan oleh
Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan nama K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8
Dzulhijah 1330 H, bertepatan pada tanggal 18 November 1912 M di Kampung Kauman
Yogyakarta.
Gagasan Yang Melatar belakangi Berdirinya Muhammadiyah
Umat Islam sebelum terbentuknya Muhammadiyah masih percaya pada hal- hal yang
mistik, seperti pemberian sesajen pada benda-benda atau tempat yang dianggap keramat.
Bahkan sampai sekarang hal- hal seperti itu masih ada, seperti yang kita lihat didaerah
Lombok, ada seorang yang menganggap bahwa foto Tuan Guru dapat membantunya
terlepas dari nasib buruk. Dan banyak sekali ajaran-ajaran yang dicampur dengan
perbuatan-perbuatan yang melanggar aturan agama, seperti yang kita lihat di dalam Film
Sang Pencerah. Sebuah keluarga yang memberikan sesajen ke pohon besar, sesajen
tersebut diambil oleh seseorang sehingga keluarga tersebut merasa senang karena
beranggapan bahwa sesajennya telah diterima oleh Allah swt.. Dari cerita diatas dapat
dikatakan bahwa agama yang disiarkan pada saat tersebut masih disisipkan sebuah
perbuatan yang secara langsung dilarang dalam Kitabullah dan Sunnah Rasullullah.
K.H. Ahmad Dahlan sebelum membentuk perkumpulan Muhammadiyah terlebih dahulu
pergi memdalami ilmu agama ke Kota Suci Makkah sekaligus melaksanakan ibadah haji
yang kedua kali pada tahun1903. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah,
Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu
diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di
Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai
Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang, juga setelah membaca
pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abdil
Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal
kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di kota suci Mekkah dan bacaan atas
karya- karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide
pembaruan dalam diri K.H. Ahmad Dahlan. Jadi sekembalinya dari Mekkah, K.H. Ahmad
Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan.
Benih kelahiran Muhammadiyah sebagai organisasi untuk mengaktualisasikan gagasan-
gagasannya merupakan hasil interaksi K.H. Ahmad Dahlan dengan kawan-kawan dari
Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan K.H. Ahmad Dahlan,
yakni R.Budihardjo dan R.Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah
seorang siswa K.H. Ahmad Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana Kyai mengajar agama
pada sekolah tersebut secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke rumah Kyai dan
menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis K.H. Ahmad Dahlan tidak diurus oleh
Kyai sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Kyai wafat.
Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama
”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat K.H.
Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton
Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta,
yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah (Darban, 2000:
34). Artinya pilihan untuk mendirikan Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang
tinggi sebagaimana tradisi kyai atau dunia pesantren.
Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut selain untuk
mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan, menurut Adaby Darban
(2000: 13) secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah
Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikannya pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut
merupakan rintisan lanjutan dari ”sekolah” ( kegiatan K.H. Ahmad Dahlan dalam
menjelaskan ajaran Islam ) yang dikembangkan K.H. Ahmad Dahlan secara informal
dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum
di beranda rumahnya. Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma yang didirikan pada tahun 1911
di kampung Kauman Yogyakarta tersebut, merupakan ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni
sebuah sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan
umat Islam waktu itu, tetapi bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah K.H. Ahmad
Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan
dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum.
Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 H di
Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama
”MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20
Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” ( Anggaran Dasar
Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912 ), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur
Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam ”Statuten Muhammadiyah” yang pertama
itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak
mencantumkan tanggal Hijriyah. Dalam artikel 1 dinyatakan, ”Perhimpunan itu ditentukan
buat 29 tahun lamanya, mulai 18 November 1912. Namanya ”Muhammadiyah” dan
tempatnya di Yogyakarta”. Sedangkan maksudnya ialah “menyebarkan pengajaran agama
Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wassalam kepada penduduk nusantara di dalam
residensi Yogyakarta, dan memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.”
Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu melekat dengan sikap, pemikiran,
dan langkah K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham
Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang
membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang khas dari
kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari. K.H. Ahmad Dahlan,
sebagaimana para pembaru Islam lainnya, tetapi dengan ciri- ciri yang khas, memiliki cita-
cita membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang
berkemajuan melalui tajdid ( pembaruan ) yang meliputi aspek-aspek tauhid ( ‘aqidah ),
ibadah, mu’amalah, dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam,
dengan mengembalikan kepada sumbernya yang asli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi
yang Shakhih, dengan membuka ijtihad.
Pembaruan Islam yang cukup mendasar dari Kyai Dahlan dapat dirujuk pada pemahaman
dan pengamalan Surat Al-Ma’un. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun
merupakan contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada
amal sosial-kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan
Umum (PKU). karena Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan
”hablu min Allah” ( hubungan dengan Allah SWT ) semata, tetapi justru peduli dan terlibat
dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah ”teologi
amal” yang khas dari K.H. Ahamad Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai
bentuk dari gagasan dan amal pembaruan lainnya di negeri ini.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan
mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang
dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di
berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya
untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama
makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921
Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan
cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah
Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah
untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama
hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah uhammadiyah, telah diselenggarakan pertemuan
anggota ( sekali dalam setahun ), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering
( persidangan umum ).
B.   RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian muhammadiyah ?
2. Apa saja yang menjadi faktor pendorong berdirinya muhammadiyah ?
3. Siapa tokoh pendiri muhammadiyah ?
4. Dimana letak upaya Muhammadiyah dalam pemurnian Islam ?
5. Mengapa Muhammadiyah didiirikan ?
6. Bagaimana Berdirinya muhammadiyah ? 

C. TUJUAN PENULISAN
Agar penulis maupun pembaca dapat :
1. Mengetahui pengertian muhammadiyah
2. Mengetahui apa saja yang menjadi faktor pendorong berdirinya muhammadiyah
3. Mengetahui Siapa tokoh pendiri muhammadiyah
4. Mengetahui dimana letak upaya Muhammadiyah dalam pemurnian Islam
5. Mengetahui alasan Muhammadiyah didiirikan
6. Mengetahui tujuan didirikannnya muhammadiyah

D. MANFAAT PEMBUATAN TUGAS


1.    Dapat membantu menjelaskan sejarah berdirinya Muhammadiyah.
2.    Menjadikan ini sebagai referensi untuk pembacaan yang layak dalam pengembangan
pengetahuannya tentang Kemuhammadiyahan.
3.    Membantu menyampaikan factor factor berdirinya muhammadiyah.

E. TUJUAN
Untuk mengenal muhammadiyah secara lebih dalam dari berbagai sudut pandang. 
Sehingga sebagai bagian dari keluarga muhammadiyah kita dapat melakukan hal yang
diinginkan dari muhammadiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Muhammadiyah
Arti Bahasa (Etimologis)Muhamadiyah berasal dari kata bahasa Arab
“Muhamadiyah”, yaitu nama nabi dan rasul Allah yang terkhir. Kemudian mendapatkan
“ya” nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi, Muhamadiyah berarti “umat Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam” atau “pengikut Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam”,
yaitu semua orang Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.
Arti Istilah (Terminologi) Secara istilah, Muhamadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah
amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Alquran dan as-Sunnah,
didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H, bertepatan 18
November 1912 Miladiyah di kota Yogyakarta.
Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk
berpengharapan baik, dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama
Islam, semata-mata demi terwujudnya ‘Izzul Islam wal Muslimin, kejayaan Islam sebagai
realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita.
Secara garis besar Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di
Indonesia. Gerakan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan
sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan
Islam yang dimulai sejak tokoh pertamanya, yaitu Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim al-
Jauziyah, Muhammad bin Abdul Wahab, Sayyid Jamaludin al-Afghani, Muhammad
Abduh, Rasyid Ridha, dan sebagainya. Pengaruh gerakan pembaharuan tersebut terutama
berasal dari Muhammad Abduh melalui tafsirnya, al-Manar, suntingan dari Rasyid Ridha
serta majalah al-Urwatul Wustqa.

2. faktor pendorong berdirinya Muhammadiyah


a. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga
menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat
Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula
agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;
b. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya
ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;
c. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir
kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;
d. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta
serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan
tradisionalisme;
e. Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama
Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang
semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat

3. Tokoh Pendiri dan Perkembangan Muhammadiyah


Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta pada 8 Dzulhijjah 1330
H/18 November 1912 oleh Muhammad Darwis yang kemudian dikenali sebagai K.H.
Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang
Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan umat Islam pada waktu itu dalam keadaan
jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya
untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Al-
Qur’an dan Hadis. Oleh kerana itu beliau memberikan pengertian keagamaan di rumahnya
di tengah kesibukannya sebagai Khatib dan pedagang.
Semula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya
mendapat sambutan dari keluarga dan rakannya. Profesinya sebagai pedagang sangat
mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar
kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar daripada Pulau Jawa. Untuk
mengorganisasi kegiatan tersebut maka didirikan persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini
Muhammadiyah telah ada di seluruh penjuru negeri.
Di samping memberikan pelajaran / pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga
memberi pelajaran kepada kaum perempuan muda dalam forum pengajian yang disebut
“Sidhratul Muntaha”. Pada siang hari pelajaran untuk kanak-kanak lelaki dan perempuan.
Pada malam hari untuk kanak-kanak yang telah dewasa.
Di samping memberikan kegiatan kepada laki-laki, pengajian kepada ibu-ibu dan kanak-
kanak, beliau juga mendirikan sekolah-sekolah. Tahun 1913 sampai tahun 1918 beliau
telah mendirikan sekolah dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919 mendirikan Hooge School
Muhammadiyah ialah sekolah lanjutan. Tahun 1921 diganti namanya menjadi Kweek
School Muhammadiyah, tahun 1923, dipecah menjadi dua, laki-laki sendiri perempuan
sendiri, dan akhirnya pada tahun 1930 namanya diubah menjadi Mu`allimin dan
Mu`allimat.

3.a. Muhammadiyah Pada Masa Penjajahan


Pada masa ini, perintisan yang dilakukan K.H.A.Dahlan mengarah pada ajakan untuk
melaksanakan islam secara benar sesuai dengan tuntunan AL-Qur’an dan As-sunah
shahihah, wujud rintisan K.H.A.Dahlan antara lain :
1. Pada tahun 1898, beliau meluruskan arah kiblat secara benar dengan serong kearah
barat laut 24,5 derajat.
2. Bermula dari sekolah yang dirintis di teras rumah K.H.A Dahlan dan akhirnya beliau
membangun gedung standard school med de Qur’an hingga akhirnya pendidikan
Muhammadiyah terus berkembang.
3. K.H.A Dahlan yang dibantu K.H.Suja’ merintis RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta pada 15 Februari1923.
4. Pada tahun 1922, didirikan mushala khusus wanita.
Pada 23 Februari 1923, K.H.A Dahlan wafat. Namun perjuangan Muhammadiyah
tetap dilanjutkan oleh murid-murid beliau dan terus mengalami perkembangan seperti
a.)    H.Karim Amrullah yang bergelar H.Rasul pemimpin perkumpulan Sandi Aman
di Padang bergabung dengan Muhammadiyah.
b.)    Dipercayakannya Consul-Consul di luar pulauJawa kepada :
1.)    AR Sutan Mansyur consul untuk pulau Sumatera.
2.)    M.Hasan Tjorong consul untuk pulau Kalimantan.
3.)    D.Muntu consul untuk pulau Sulawesi.
 
3.b. Muhammadiyah Pada Masa Kemerdekaan
Rasa kecintaan Muhammadiyah terhadap tanah air dibuktikan dengan di bentuknya
perkumpulan Hisbul Wathan yang berarti pembela tanah air. Beberapa aktivisnya yaitu
bapak Sarbini dan Jend.Sudirman.
Setelah Indonesia merdeka, putera terbaik Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusuma
menjadi anggota BPUPKI untuk merumuskan Pancasila. Pada 17 Agustus 1945,
Muhammadiyah membidani  lahirnya partai Masyumi yang diresmikan pada tanggal 7
November 1945.

3.c. Muhammadiyah Pada Masa Orde Lama


Kemenangan Partai Masyumi pada 1955, membuat PKI dan antek-anteknya menaruh
dendam hingga menuduh Masyumi terlibat dalam pemberontakan PRRI di Sumatera. PKI
membujuk penguasa pada saat itu untuk membubarkan Masyumi yang tentu akan
mengancam eksistensi Muhammadiyah. Tetapi,keputusan tertingi tetap di tangan presiden
Soekarno.
Dampak dari permasalahan tersebut, banyak tokoh Masyumi yang notabene aktivis
Muhammadiyah dijebloskan ke penjara yakni :
a. Buya HAMKA
b. Mr.Kasman Singidimejo
c. dr.Yusuf Wibisono
Pada 1959, dikeluarkan dekrit presiden yang memberi waktu pada Masyumi untuk
membubarkan diri. Lalu dalam rangka menyelamatkan Muhammadiyah dari hasutan PKI
terhadap presiden, diberikanlah predikat “Anggota Setia Muhammadiyah” kepada
Ir.Soekarno.

3.d. Muhammadiyah Pada Orde Baru


Pada masa ini, Muhammadiyah menata kembali organisasinya dan turut membantu
pemerintah dalam menumpas PKI. Namun setelah cukup lama berkuasa, mulai terjadi
penyelewengan-penyelewengan. Semua organisasi Massa dan politik tidak ada yang boleh
menentang kata-kata pemerintah. Pada 1977, munculnya krisis moneter yang menyerang
bangsa Indonesia. Hal ini mendorong para aktivis untuk ikut bersama gelombang
masyarakat untuk melengserkan rezim orde baru. Akhirnya pada 22 Mei 1998, rezim orde
baru tumbang, dan digantikan dengan Masa Reformasi yang satu diantara penggeraknya
ialah Prof. DR.H.Amien Rais.

3.e. Muhammadiyah Pada Reformasi

Dalam sidang Tanwir di Semarang pada 1998, Muhammadiyah merelakan Prof.


DR.H. Amien Rais untuk melepaskan jabatannya sebaga Ketua Pimpinan Pusat
Muhammadiyah guna menjaga agar kondisi perpolitikan tidak menghambat gerak juang
Muhammadiyah.
yang berpolitik riil agar memperhatikan :
1.    Mengedepankan kejujuran
2.   Menjadi Uswatun Khasanah Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah bulan Februari 2002
di Bali, Muhammadiyah merumuskan khittah berbangsa dan bernegara yang isi nya
mempertegas statement Ujung Pandang dan Khittah Surabaya.
Muhammadiyah mengihimbau kadernya
3.    Melakukan Islah

4. Dimana letak upaya Muhammadiyah dalam pemurnian Islam Dimana


letak upaya Muhammadiyah dalam pemurnian Islam
Dalam memurnikan ajaran islam, Muhammadiyah berupaya menghilangkan praktik
praktik syirik dan Takhayul, Bid’ah dan Khurafat yang terjadi dimasyarakat dengan cara
dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
a. Bid’ah adalah sesuatu hal baru tanpa ada tokoh yang mendahuluinya.
Menurut Pengertiannya, bid’ah adalah sesuatu cara yang diadakan orang dalam agama
yang menyerupai perintah agama. Mengingat ibadah tambahan itu tidak diperintahkan
oleh Allah dan Rasulullah, maka dinamakan bid’ah. Muhammadiyah mmenegaskan
bahwa bid’ah adalah semua perbuatan mengada adakan dalam agama yang dipandang
sebagai ibadah kepada Allah.
b. Khurafat adalah hal hal yang tidak masuk akal atau sulit dipercaya kebenarannya.
Mempercayai adanya kekuatan lain selain Allah. Mempercayai ajaran dinamisme, ajaran
peninggalan nenek moyang. Perbuatan khurafat yang dimaksud antara lain
b.1. Upacara menanam kerbau
b.2. Memberi sedekah kelaut
b.3. Memberi sesaji ditempat keramat.
b.4. Pemujaan terhadap benda benda keramat.
c. Takhayul adalah Kepercayaan yang dilandasi oleh alam khayal atas sesuatu yang
dianggap ada, tanpa didasari fakta kebenarannya.
Percaya pada takhayul berarti kepercayaan animism, yang berarti percaya pada sesuatu
yang ada dan memberikan kekuatan tertentu. Yang termasuk perbuatan takhayul antara
lain :
c.1. Adanya kekuatan tertentu pada keris.
c.2. Adanyan penguasa laut selatan.
c.3. Adanya mahluk gaib yang menunggu pohon besar.
d. Syirik berarti menyekutukan Allah SWT, dengan sesuatu lainnya, baik dalam keyakinan,
perbuatan dan ucapan. Syirik juga diartikan meyakini, menyembah, meminta
pertolongan selain kepada Allah SWT.
Yang termasuk perbuatan syirik antara lain :
d.1. Meminta pertolongan kepada kekuatan gaib.
d.2. Meminta pertolongan roh roh leluhur yang telah meninggal
d.3. Meminta pertolongan pada binatang- binatang tertentu.
d. Musyrik berarti sebutan bagi orang orang yang menyekutukan Allah dengan sesuatu
selain ALLah baik dalam ucapan, keyakinan ataupun perbuatannya.
Merajalelanya perbuatan bid’ah, Khurafat, dan takhayul ini akibat pengaruh tradisi-tradisi
yang bukan islam.

5. Maksud dan Tujuan didirikan Muhammadiyah

Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri hingga sekarang ini telah
mengalami beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahasa dan istilah.
Tetapi, dari segi isi, maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak berubah dari semula.Pada
waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut:
Rumusan pertama
Menyebarkan pengajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada penduduk
bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta. Dan Memajukan hal agama Islam kepada
anggota-anggotanya.
Rumusan kedua
terjadi setelah muhammadiyah meluas ke berbagai daerah di luar Yogyakarta.
Memperhatikan jumlah cabang yang ada di luar Yogyakarta maka maksud dan tujuan
muhammadiyah harus direvisi sesuaii dengan keadaan riil yang dialaminya. Adapun isinya
adalah memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia
Belanda, serta memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan Agama Islam
kepada sekutu-sekutunya.
Rumusan ketiga
rumusan ketiga ini terjadi ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia. Pemerintahan fasis
ini mengharuskan terjadinya perubahan redaksional yang sesuai dengan yang
dikehendakinya. Maka rumusanya adalah sesuai dengan kepercayaan untuk mendirikan
kemakmuran bersamaseluruh Asia Timur Raya dibawah pimpinan Dai Nippon, dan memang
diperintahkan oleh Allah maka perkumpulan ini:
a)     Hendaknya menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan
tuntunannya.
b)     Hendak melakukan pekerjaan perbaikan umum.
c)     Hendak memajukan pengetahuan dan keepandaian serta budi pekerti yang baik kepada
anggota-anggotanya.
Rumusan keempat  
terjadi setelah Muktamar Muhammadiyah ke 31 di Yogyakarta. Adapaun rumusanya adalah
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya
Rumusan kelima
ini diubah pada Muktamar Muhammadiyah ke 34 di Yogyakarta. Perubahan ini hanya pada
redaksionalnya saja dari kata dapat mewujudkan menjadi terwujudnya. Sihingga rumusan
resminya adalah, Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya.
Rumusan keenam
terjadi pada Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta. Pada tahun itu Muhammadiyah
harus merubah maksud dan tujuan azaznya, dikarenakan kehadiran Undang-undang nomor 8
tahun 1985 tentang kewajiban setiap ormas, baik agama maupun non agama untuk
mencantumkan asas pancasila. Adapun maksud dan tujuan hasil Muktamar ke 41 itu adalah
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil,
dan makmur yang diridhai Allah SWT.
Rumusan ketujuh
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, Dakwah Amar ma’ruf Nahi Munkar, berasaskan
Islam yang bersumber pada al Qur’an dan As-Sunnah.
 
 
 
 

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan
Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah
satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam. maksud dan tujuan
Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.Muhammad
Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan menuntut ilmu di kota suci Makkah,
dan hasil dari pendidikannya itu kemudian beliau membentuk sebuah wadah perubahan
untuk kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah Rasullullah sesuai dengan arti
Muhammadiyah yaitu pengikut Nabi Muhammad SAW. Dari terbentuknya Muhammadiyah
di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18
November 1912 M dan tersebarluas hampir seluruh Indonesia sehingga menjadi organisasi
besar sampai dengan sekarang tidak lepas dari buah pikiran K.H. Ahmad Dahlan.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Syamsul, Studi Kemuhammadiyahan: Surakarta: LPID, 2011

http://www.ppcindo.com/click.php?Kenuahammadiyahan

Nafi’ah, Siti.2011. “Ide Dasar/Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah”.

http://veeah.blogspot.com/2010/12/ide-dasarlatar-belakang-berdirinya.html

………….2011.” Al Islam dan KeMuhammadiyahan”. http://regenerasi.wordpress.com/?p=9


………..2009.” Sejarah Berdirinya Muhammadiyah“. http://www.suara-muhammadiyah.or.id
Cepot, Kopral.2009.”Sejarah Muhammadiyah”. http://serbasejarah.wordpress/2009/05/31/sejarah -
muhammadiyah/

Anda mungkin juga menyukai