0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan10 halaman
Lembar kerja belajar mandiri ini membahas tentang modul 6 yang mencakup 4 topik utama yaitu hidrokarbon, reaksi senyawa organik, biomolekul dan polimer, serta penerapan kimia dalam industri dan lingkungan. Topik-topik ini dijelaskan dengan contoh-contoh senyawa organik dan reaksi kimianya beserta penerapannya.
Lembar kerja belajar mandiri ini membahas tentang modul 6 yang mencakup 4 topik utama yaitu hidrokarbon, reaksi senyawa organik, biomolekul dan polimer, serta penerapan kimia dalam industri dan lingkungan. Topik-topik ini dijelaskan dengan contoh-contoh senyawa organik dan reaksi kimianya beserta penerapannya.
Lembar kerja belajar mandiri ini membahas tentang modul 6 yang mencakup 4 topik utama yaitu hidrokarbon, reaksi senyawa organik, biomolekul dan polimer, serta penerapan kimia dalam industri dan lingkungan. Topik-topik ini dijelaskan dengan contoh-contoh senyawa organik dan reaksi kimianya beserta penerapannya.
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Hidrokarbon. 2. Reaksi Senyawa Organik. 3. Biomolekul dan Polimer. 4. Penerapan Kimia Dalam Industri dan Lingkungan. No Butir Refleksi Respon/Jawaban 1 Garis besar materi yang 1. Hidrokarbon dipelajari Senyawa-senyawa organik merupakan senyawa yang berasal dari makluk hidup dan senyawa-senyawa anorganik merupakan senyawa yang berasal dari mineral atau tidak berasal dari makhluk hidup.
Orbital diartikan sebagai kemungkinan atau
kebolehjadian ditemukannya elektron suatu atom.
Orbital suatu atom inilah yang menyebabkan
antar atom dapat berikatan.
Karbon tidak menggunakan keempat orbital
2s dan 2p untuk berikatan tetapi orbital karbon yang memiliki energi yang sama bercampur atau dengan bahasa lain hibridisasi.
Ada tiga jenis orbital hibrida yang dapat
terbentuk ketika atom karbon berikatan.
Orbital hibrida tersebut dikenal dengan sp3,
sp2, dan sp.
Karbon yang mempunyai 4 elektron valensi
memungkinkan dirinya mempunyai empat ikatan atau dengan kata lain membentuk ikatan tunggal dengan atom sejenis (karbon) maupun dengan atom lain.
Karbon juga dapat membentuk ikatan
rangkap dua dan rangkap tiga.
Sifat atom karbon yang tidak mempunyai
kecenderungan untuk melepaskan ke empat elektron valensi inilah yang menjadikan atom karbon istimewa.
Ikatan pada senyawa organik dapat
digambarkan dengan struktur Lewis dan struktur Kekule. Struktur Kekule digambarkan dengan sebuah garis di antara dua atom yang menunjukkan dua elektron berikatan kovalen.
Atom-atom dengan satu, dua, atau tiga
elektron valensi atau lebih membentuk ikatan sebanyak yang diperlukan untuk memenuhi aturan oktet.
Ikatan sigma merupakan ikatan yang selalu
ada ketika dua atom berikatan akibat adanya proses tumpang tindih orbital kedua atom.
Ikatan sigma merupakan ikatan kovalen yang
paling kuat.
Ikatan yang terjadi pada pembentukan etana
adalah ikatan antar orbital hibrida sp atom C yang disebut ikatan sigma sp 3-sp3 serta ikatan sigma sp-s antara atom C dengan H.
Hal yang unik dari orbital sp 2 ini yaitu adanya
orbital p yang tidak digunakan berhibridisasi, sehingga orbital p tersebut membentuk ikatan baru yang dikenal sebagai ikatan phi (p).
Setiap orbital p memiliki dua cuping. Orbital p
ini terletak menembus bidang datar (vertikal) dari ikatan sigma yang lainnya.
Setiap orbital p mengandung satu elektron.
Adanya ikatan phi pada molekul berikatan
rangkap dua menyebabkan bentuk molekul tersebut lebih kaku dibandingkan molekul berikatan tunggal semua. Hal ini dikarenakan geometri ikatan phi yang tidak simetris dan bisa berotasi seperti pada ikatan sigma. Selain itu, elektron pada ikatan phi lebih mudah dipengaruhi oleh efek luar karena ikatan phi terpolarisasi lebih mudah atau dengan kata lain mempuyai mobilitas lebih tinggi dibandingkan dengan ikatan sigma.
Ada hal yang unik dari ikatan p (rangkap
dua) ini. Ketika senyawa organik yang atom- atomnya berikatan kovalen tunggal dan berikatan rangkap dua secara bergantian (C=C-C=C-C) maka akan terbentuk sistem terkonjugasi atau terdelokalisasi. Karena elektron-elektron pada daerah delokalisasi ini bukanlah milik salah satu atom, melainkan milik keseluruhan sistem terkonjugasi ini.
Sistem konjugasi menyebabkan delokalisasi
elektron pada sepanjang orbital p yang paralel satu dengan sama lainnya. Hal ini akan memberikan kestabilan yang lebih baik. Bentuk orbital sp adalah linear dengan sudut 180o dan orbital 2p lainnya akan saling tegak lurus terhadap orbital sp tersebut.
Seperti halnya pada senyawa berikatan
rangkap dua, ketika berikatan kedua orbital 2p akan tumpang tindih dari sisi samping pada orbital 2p atom karbon lainnya.
Orbital s mempunyai energi yang lebih
rendah dibandingkan dengan orbital p Karna orbital s berada lebih dekat ke inti, sehingga daya tarik inti lebih tinggi pada orbital s. Akibatnya, senyawa yang mempunyai karakter orbital s lebih besar maka akan mempunyai ikatan yang lebih pendek.
Alkana dan sikloalkana dikenal sebagai
hidrokarbon jenuh dan tidak memiliki gugus fungsional.
Alkana dan sikloalkana juga merupakan
senyawa nonpolar.
Ciri lainnya dari senyawa alkana adalah
fasanya.
Alkana C1 sampai C4 memiliki fasa gas pada
temperature kamar, alkana C5 sampai C17 memiliki fasa cair dan alkana rantai lurus C18 atau lebih berada dalam fasa padat.
Kenaikan titik didih senyawa pada dasarnya
dipengaruhi oleh meningkatkannya besar gaya Van der Waals antara molekul yang makin panjang.
Titik didih juga dapat dipengaruhi oleh
keberadaan cabang dari rantai hidrokarbon tersebut.
Senyawa hidorkarbon yang bercabang
dibandingan dengan senyawa hidrokarbon rantai lurus dengan nomor atom yang sama akan memiliki titik didih yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan terganggunya gaya tarik Van der Waals antara molekul-molekul tersebut.
Sistem tatanama IUPAC didasarkan pada
gagasan bahwa struktur sebuah senyawa organik dapat digunakan untuk menentukan namanya dan sebaliknya.
Rantai samping atau cabang adalah alkana
yang kehilangan 1 atom H yang disebut sebagai alkil dengan penamaan akhiran –ana pada alkana diganti dengan -il.
Hidrokarbon berikatan rangkap dua dikenal
sebagai senyawa-senyawa kelompok alkena dan hidrokarbon berikatan rangkap tiga dikenal sebagai senyawa-senyawa kelompok alkuna.
Senyawa-senyawa alkena dan alkuna
merupakan senyawasenyawa yang tidak jenuh.
Alkena memiliki rumus molekul Cn dan
alkuna memiliki rumus CnHn.
Gugus fungsional adalah bagian dari molekul
senyawa organik yang merupakan pusat kereaktifan dan sifat molekul.
Isomer adalah dua senyawa atau lebih yang
memiliki rumus molekul sama, tetapi susunan atomnya (struktur atau penempatannya dalam ruang) berbeda.
Ada beberapa jenis isomer yang terdapat di
dalam senyawa organik yaitu; isomer rangka, isomer posisi, isomer gugus fungsi, isomer geometri.
Isomer rangka adalah dua senyawa dengan
rumus molekul sama, tetapi rangka berbeda.
Isomer rangka ini terjadi antara bentuk rantai
lurus dengan bentuk rantai bercabang atau antar bentuk rantai bercabang dengan bentuk percabangan berbeda.
Isomer posisi adalah dua senyawa dengan
rumus molekul sama dan gugus fungsi yang sama, tetapi letak atau posisi gugus fungsinya yang berbeda.
Isomer fungsional adalah dua senyawa
dengan rumus molekul sama dan jenis gugus fungsinya berbeda.
Isomer ruang (spatial) adalah dua senyawa
dengan rumus molekul, gugus fungsional dan posisi gugus fungsional sama, namun susunan atom dalam ruang berbeda disebut sebagai isomer ruang.
Isomer ruang terjadi karena perbedaan letak
suatu gugus di dalam ruang.
Isomer ruang ada dua macam yaitu isomer
geometri cis-trans dan isomer optik.
Gugus fungsi yang terletak pada bidang yang
sama atau sepihak disebut dengan kedudukan cis, sedangkan gugus-gugus yang berada berseberangan (berbeda ruang), disebut dengan kedudukan trans.
Isomer optik terdapat pada senyawa organik
yang mempunyai atom C kiral atau atom C asimetri.
Senyawa yang mempunyai atom C kiral dapat
memutar bidang optik. Dalam sistem ini terdapat dua konfigurasi yaitu (R) dan (S) atau sistem Cahn-Ingold-Prelog.
(R) merupakan singkatan dari bahasa latin
rectus, yang berarti kanan.
Sementara, (S) adalah sinister, yang berarti
kiri.
Setiap atom karbon kiral mempunyai
konfigurasi (R) atau (S).
Senyawa bahan alam adalah segala sesuatu
yang dihasilkan oleh kehidupan, dan termasuk bahan biotik (misalnya kayu, sutra), bahan berbasis bio (misalnya bioplastik, tepung jagung), cairan tubuh (misalnya susu, eksudat tanaman), dan bahan alami lainnya.
Bahan yang pernah ditemukan dalam
organisme hidup (misalnya tanah, batubara) juga termasuk senyawa bahan alam.
Senyawa bahan alam adalah senyawa
organik yang disintesis oleh organisme hidup. Ilmu kimia organik, pada kenyataannya, memiliki asal-usul dalam studi senyawa bahan alam dan telah memunculkan bidang kimia organik sintetis yang berarti bahwa para ilmuwan membuat molekul organik di laboratorium, dan kimia organik semi-sintetis yang berarti bahwa para ilmuwan memodifikasi alam yang ada untuk meningkatkan atau mengubah fungsi dari senyawa-senyawa tersebut.
Senyawa bahan alam dapat diklasifikasikan
menurut fungsi biologisnya, jalur biosintesis, atau sumbernya.
Senyawa bahan alam sering dibagi menjadi
dua kelas utama: metabolit primer dan sekunder.
Metabolit primer adalah molekul organik
yang memiliki fungsi intrinsik yang penting untuk kelangsungan hidup organisme.
Contoh-contoh metabolit primer termasuk
molekul blok pembangun inti (asam nukleat, asam amino, gula, dan asam lemak) yang diperlukan untuk membuat makromolekul utama (DNA, RNA, protein, karbohidrat, dan lemak) yang bertanggung jawab untuk mempertahankan kehidupan.
Metabolit sekunder adalah molekul organik
yang biasanya memiliki fungsi ekstrinsik yang terutama memengaruhi organisme lain di luar produsen.
Metabolit sekunder tidak penting untuk
bertahan hidup tetapi meningkatkan daya saing organisme dalam lingkungannya.
Metabolit primer adalah komponen jalur
metabolisme dasar yang diperlukan untuk kehidupan. Hal ini terkait dengan fungsi seluler penting seperti asimilasi nutrisi, produksi energi, dan pertumbuhan/ perkembangan.
Metabolit primer memiliki distribusi spesies
yang luas yang menjangkau banyak filum dan seringkali lebih dari satu kerajaan.
Metabolit primer meliputi blok bangunan
yang diperlukan untuk membuat empat makromolekul utama dalam tubuh: karbohidrat, lipid, protein, dan asam nukleat (DNA dan RNA).
Enzim adalah katalis biologis yang
mempercepat laju reaksi kimia.
Enzim adalah protein, yang terdiri dari blok
bangunan asam amino.
Struktur dasar sel dan organisme juga terdiri
dari metabolit primer.
2. Reaksi Senyawa Organik
Reaksi substitusi merupakan reaksi yang ditandai dengan adanya penggantian gugus atau bagian tertentu pada suatu senyawa sebelum dan setelah reaksi. Reaksi substitusi nukleofilik ini terbagi menjadi dua jenis yaitu substitusi nukleofilik unimolekuler atau S N 1 dan substitusi nukleofilik bimolekuler atau S N 2. Kedua reaksi ini diidentifikasi dengan adanya penggantian gugus pergi (bagian yang terusir) dengan suatu nukleofil (senyawa atau bagian senyawa yang bertindak sebagai penyerang). Pada reaksi SN2, penyerangan hanya bisa terjadi dari belakang (sisi yang berbeda dari gugus pergi) dan nukleofil dapat menyerang langsung pada karbon alfa (Ca) yang terikat langsung dengan gugus pergi. Oleh sebab itu, nukleofil yang dapat menyerang merupakan nukleofil kuat. Nukleofil kuat biasanya adalah basa kuat dengan muatan negatif O, N dan C seperti RO⁻, OH⁻, RC=C:⁻, and NH2⁻. ernyata dengan menambah konsentrasi reaktan yang mengalami S N 2, maka akan menambah laju pembentukan produk juga. Karena dengan bertambahnya reaktan maka kemungkinan untuk bertabrakan antar molekul-molekul juga semakin meningkat. Hal ini berarti laju reaksinya bergantung pada konsentrasi dari kedua partikel (nukleofil dan senyawa target yang mempunyai gugus pergi yang baik), maka laju reaksi merupakan reaksi orde kedua. Laju reaksi dalam S N 2 semakin berkurang ketika bertambahnya jumlah gugus alkil yang terikat pada karbon paling ujung yang terikat langsung dengan gugus pergi. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya faktor rintangan sterik senyawa tersebut. Lebih jauh lagi, rintangan sterik yang cukup besar menyebabkan reaksi tidak akan berlangsung dengan mekanisme reaksi SN2
Reaksi SN1 merupakan reaksi bertahap, dengan langkah-
langkah terjadi reaksi yaitu pemutusan ion halida yang menghasilkan suatu karbokation (karbon yang yang bermuatan positif), penyerangan karbokation oleh suatu nukleofil lemah (H2O) yang menghasilkan suatu alkohol berproton, Lepasnya H+ dari dalam alkohol berproton melalui reaksi asam-basa. Jika meninjau lebih lanjut lagi, ada beberapa hal yang membedakan SN1 dengan SN2, yaitu sebagai berikut; a) Pada reaksi SN1, alkil halida yang terlibat dalam reaksi adalah alkil halida tersier. b) Pada reaksi SN1, nukleofil yang terlibat merupakan nukleofil lemah. c) Pada reaksi SN1, terdapat tahapan pembentukan karbokation terlebih dahulu sebelum nukleofil menyerang. d) Laju reaksi pada SN1 merupakan orde pertama disebabkan karena pada tahap penyerangan nukleofil berlangsung sangat cepat namun konsentrasinya sangat kecil, sehingga laju reaksi ditentukan seluruhnya oleh cepatnya alkil halida terionisasi dan membentuk suatu karbokation. e) Dalam reaksi SN1, kestabilan karbokation mempengaruhi produk reaksinya. reaksi substitusi elektrofilik merupakan suatu reaksi yang ditandai dengan adanya pergantian satu atau lebih atom hidrogen pada cincin senyawa aromatis (benzena) dengan satu atau lebih substituen. Mula-mula akan terjadi monosubstitusi (substitusi) dan kemudian substitusi lebih lanjut yang akan menghasilkan suatu benzena tersubstitusi. Posisi gugus baru pada substitusi kedua ditentukan oleh gugus yang telah berada pada cincin. Terdapat tiga jenisposisi yang dapat diganti oleh gugus baru yaitu posisi orto, meta, dan para. Hampir sebagian besar gugus pengarah orto dan para (kecuali halogen) merupakan gugus peng-aktivasi. Sebaliknya, gugus yang bersifat pendeaktivasi cenderung menyebabkan gugus baru menempati posisi meta. Mekanisme reaksi eliminasi bimolekuler mempunyai kecenderungan mekanisme yang tidak terlalu berbeda dengan reaksi substitusi dua karena reaksinya berlangsung serentak atau satu tahap. Pada reaksi SN1, karbokation diserang langsung oleh nukleofil tetapi pada reaksi E1, nukleofil bereaksi dengan Hß. mekanisme reaksi E1 yaitu a) Seperti pada SN 1, terjadi pelepasan gugus pergi misal halogen (X). Tahapan ini menentukan laju reaksi karena merupakan tahapan yang lambat. Seperti halnya SN1, reaksi E1 merupakan reaksi orde pertama (unimolekuler). b) Basa menyerang hidrogen ß, sehingga ikatan (pasangan elektron) antara karbon dan hidrogen yang diserang akan bergeser atau berpindah ke arah karbokation dan mengalami hibridisasi. c) Hasil hibridisasi tersebut berupa orbital sp2 atau dengan kata lain ikatan rangkap dua. Karbokation yang memberikan ikatan rangkap yang tersubstitusi lebih tinggi merupakan produk yang lebih disukai karena lebih stabil. reaksi adisi dapat kita definisikan sebagai reaksi yang pada akhirnya akan menghasilkan produk dengan suatu tambahan gugus atau substituen tanpa adanya gugus pergi yang diusir seperti reaksi substitusi. Reaksi adisi biasanya terjadi pada senyawa- senyawa tidak jenuh atau berikatan rangkap, baik itu ikatan rangkap dua maupun ikatan rangkap tiga. Pada reaksi adisi pada alkena maupun alkuna, ikatan p akan terputus dan pasangan elektron dari pemutusan tersebut akan digunakan untuk membentuk ikatan sigma yang baru. Hal ini berarti ada perubahan orbital yang awalnya sp menjadi sp3. idak seperti pada reaksi substitusi, pada reaksi adisi, ikatan rangkap antar karbon tidak diserang oleh nukleofil karena atom-atom karbon tersebut tidak mengandung karbon yang bersifat parsial positif yang dapat diserang oleh suatu nukleofil. Meskipun demikian, elektron-elektro p yang ada pada ikatan rangkap atau orbital sp2 dapat menyerang elektrofil seperti H+. Oleh sebab itu, reaksireaksi alkena dan alkuna diawali dengan penyerangan elektrofilik yang akan menghasilkan suatu karbokation. Karbokation inilah yang akan diserang oleh nukleofil untuk menghasilkan suatu produk adisi.
3. Biomolekul dan Polimer
4. Penerapan Kimia Dalam Industri dan
Lingkungan
2 Daftar materi yang sulit 1. Reaksi senyawa organik.
dipahami di modul ini 2. Polimerisasi.
3 Daftar materi yang sering 1. Reaksi senyawa organik.