Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

REFORMASI ADMINISTRASI PUBLIK DI PUSKESMAS HAUR


GADING
Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah
Reformasi Administrasi Negara

Dosen Pengajar : Djayeng Turano Gunade, S.Sos, M.AP

Di Susun:
Nama : Siti Jumiati
NPM : 18.20.06161
No. Absen : 35
Lokal : 8C Reguler

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA) AMUNTAI

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI PUBLIK

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Reformasi
Administrasi Publik Di Puskesmas Haur Gading" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Reformasi
Administrasi Negara. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang Reformasi Administrasi Publik Di Puskesmas Haur Gading bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Djayeng Turano Gunade,
S.Sos, M.AP. selaku dosen Mata Kuliah Reformasu Administrasi Negara. yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh
karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa/i.
.
Penulis

Siti Jumiati

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................... 3
B. Ruang Lingkup Penulisan .................................................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .......................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORITIK .................................................................................. 6
A. Teori Administrasi Publik .................................................................. 6
B. Reformasi Administrasi Publik .......................................................... 7
C. Birokrasi............................................................................................. 8
D. Penataan Kelembagaan ...................................................................... 9
BAB III PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 11
A. Permasalahan ................................................................................... 11
B. Pembahasan ..................................................................................... 11
1. Sejarah dan Program Reformasi Birokrasi di Puskesmas Haur
Gading....................................................................................... 11
2. Penataan Organisasi di Puskesmas Haur Gading ..................... 17
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reformasi birokrasi saat ini menjadi suatu kebutuhan bagi aparatur
pemerintahan. Reformasi dilakukan sebagai upaya yang berkelanjutan yang
pada setiap proses atau tahapannya diharapkan mampu memberikan
perubahan atau perbaikan ke arah yang lebih baik. Salah satu bentuk
pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah ialah pemenuhan kebutuhan
kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan merupakan sebuah konsep yang
dilakukan pemerintah guna memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat sebagai salah satu hak mendasar yang wajib terpenuhi. Pada
penyelenggaraan pelayanan kesehatan Pemerintah memiliki kewajiban penuh
untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat karena
pada hakekatnya pemerintah merupakan aktor yang memberikan pelayan
untuk masyarakat.
Pelayanan kesehatan dilaksanakan menggunakan teknologi tepat guna,
pemberdayaan teknologi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan primer
bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses berbagai layanan
kesehatan sesuai kebutuhan. Teknologi tepat guna dapat meminimalisisir
terjadinya dampak negatif bagi lingkungan maupun masyarakat.
Pemberdayaan teknologi lebih ditekankan dalam meningkatkan aksesibilitas
pelayanan, komunikasi, pendokumentasian data kesehatan, dan pemetaan
wilayah kesehatan dengan tujuan pemerataan optimalisasi kesehatan
masyarakat.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota yang menyelengarakan upaya kesehatan
yang bersifat terpadu, menyeluruh, merata, terjangkau oleh masyarakat dan
dengan biaya yang dapat ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya
kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada
pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang

3
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perseorangan. Reformasi
birokrasi pelayanan kesehatan di puskesmas dapat melalui beberapa poin
yaitu: selalu meningkatkan keprofesionalan pegawai dalam mengerjakan
tugasnya, meningkatkan fasilitas sarana dan prasarananya untuk memberikan
kepuasan kepada masyarakat dan meningkatkan sistem administrasi.
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah mencakup
pelayanan masyarakat dan pelayanan administrasi. Kedua hal tersebut
beriringan dalam mewujudkan kinerja pelayanan yang baik (good
performance) dalam pemerintahan. Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi,
ada 3 sasaran utama yang harus dicapai, yaitu peningkatan pelayanan,
peningkatan kinerja, serta pencapaian tingkat keseimbangan terhadap sasaran
yang ingin dicapai yang berujung pada remunerasi. Untuk mencapai hal itu,
profesionalitas sumber daya manusia (SDM) mutlak diperlukan. Salah
satunya adalah dengan penataan dan penguatan jabatan fungsional. Pejabat
fungsional harus profesionalitas tidak hanya sekedar menjalankan perintah
dan amanah sebagaimana tertuang dalam berbagai peraturan dan keputusan,
tetapi juga dapat fokus khususnya dalam peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dan para stakeholder.
Penataan administrasi kantor sangat mendukung kelancaran kegiatan di
organisasi puskesmas sehingga dapat memberikan pelayanan ke pada
masyarakat yang cepat dan murah. Melalui proyek perubahan ini dapat
meningkatkan kinerja organisasi puskesmas. Dengan demikian dapat
memberikan pelayanan baik berkualitas adalah pelayanan yang sesuai antara
hasil dan harapan. Semua orang akan mengatakan bahwa pelayanan
berkualitas adalah pelayanan yang efektif dan efisien.

B. Ruang Lingkup Penulisan


Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas pada makalah ini,
pembahasan ini terfokus pada :
1. Sejarah dan program reformasi birokrasi di UPT Puskesmas Haur
Gading.

4
2. Penataan organisasi di UPT Puskesmas Haur Gading.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mngkaji kembali bagaimana
sebenarnya pelaksanaan reformasi administrasi publik di Indonesia.
Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk mengkaji lebih
dalam mengenai bagaimana proses dari reformasi birokrasi itu sendiri di
UPT Puskesmas Haur Gading guna mengatasi patologi birokrasi di
Indonesia
2. Manfaat Penulisan
a. Mengetahui Sejarah reformasi yang dilakukan UPT Puskesmas Haur
Gading dan mengetahui program yang direncanakan pada
reformasinya
b. Mengetahui proses penataan organisasi di UPT Puskesmas Haur
Gading setelah perubahan yang dilakukan saat reformasi birokrasi.

5
BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Teori Administrasi Publik


administrasi publik adalah bahasan ilmu sosial dengan cakupan elemen
eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam kehidupan bernegara. Kuliah di
Jurusan Administrasi Publik membuat kita belajar tentang sistem
pemerintahan, kebijakan publik, perencanaan pembangunan daerah,
pelayanan publik bagi masyarakat, tata kelola pemerintahan yang baik,
pengelolaan kegiatan birokrasi, dan lain-lain.
Ilmu administrasi publik yang dipelajari saat kita kuliah di Jurusan
Administrasi Publik membutuhkan pendekatan multidisiplin. Jadi, kita harus
belajar ilmu pemerintahan, manajemen, administrasi, bahkan statistika selama
kuliah di Jurusan Administrasi Publik. Tak ketinggalan, kita juga harus tahu
tentang hukum dan politik karena keduanya terkait erat dengan bagaimana
kebijakan publik dibuat, diterapkan, dan dievaluasi. Selain itu, Mahasiswa
Jurusan Administrasi Publik harus menguasai konsep manajemen sektor
publik, teori organisasi, kepentingan publik, hingga metode penyelesaian
masalah administrasi publik.
Teori Administrasi. Teori ini dikembangkan oleh Henry Fayol, Lyndall
Urwick dari Eropa dan James D. Mooney, Allen Reily dari Amerika. Henry
Fayol (1841-1925): Seorang industrialis asal Perancis tahun 1916 menulis
sebuah buku Admistration industrtrielle et Generale‖ diterjemahkan
dalam Bahasa Inggris 1926 dan baru dipublikasikan di Amerika 1940,
menyebutkan ada 14 KAIDAH MANAJEMEN yang menjadi dasar Teori
Administrasi, sebagai berikut : Pembagian kerja; Wewenang & tanggung
jawab; Disiplin; Kesatuan Perintah; Kesatuan pengarahan; Mendahulukan
kepentingan umum; Balas jasa; Sentralisasi; Rantai Skalar; Aturan; Keadilan;
Kelanggengan personalia; Inisiatif; Semangat korps.
Dalam perspektif Ilmu Administrasi Publik, Puskesmas dipandang
sebagai Organisasi Publik. Artinya bahwa Puskesmas dilihat sebagai sebuah

6
organisasi. Pada konteks ini Puskesmas dikaji dalam konsep Teori
Organisasi. Teori Organisasi memandang bahwa manusia merupakan mahluk
sosial yang cenderung bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasikan
kegiatannya untuk mencapai tujuan. Hanya saja, manusia memiliki
keterbatasan-keterbatasan tertentu yang menjadi sebab ketidakmampuannya
mewujudkan apa yang akan dicapainya. Atas dasar inilah kemudian ia
membutuhkan orang lain dan menjalin kerjasama.

B. Reformasi Administrasi Publik


Menurut Caiden dalam Rusli (2020 : 11) reformasi administrasi
diperlukan guna memecahkan masalah-masalah besar, oleh karena itu
pendekatan yang harus dipilih sangat bergantung pada beberapa faktor
berikut: 1. Sifat kultur setempat; 2. Reputasi kepemimpinan nasional; 3. Jenis
rezim politik; 4. Kekuatan dan diversitas oposisi; dan 5. Ketersediaan sumber
daya. Seperti yang dikatakan diatas, Pada Negara berkembang memiliki
tuntutan yang jauh lebih luas termasuk dalam menerapkan akuntabilitas
publik, keadilan, transparansi serta penghargaan untuk Hak Asasi Manusia
(HAM). Menurut Lane (Yusriadi, 2018 ; 15) lebih diartikan sebagai
deregulasi, privatisasi dan marketisasi. Upaya-upaya tersebut dilakukan guna
meningkatkan efisiensi, optimalisasi peningkatan kinerja pelayanan publik,
eliminasi korupsi, peningkatan produktivitas kerja, kepemerintahan yang baik
dan sebagainya.
Menurut Ibrahim dan Zauhar dalam Hendrayadi (2011;108) Reformasi
administrasi publik adalah usaha yang sadar dan terencana untuk mengubah
struktur dan prosedur birokrasi (aspek reorganisasi kelembagaan, sikap dan
perilaku birokrat/aspek peilaku atau kinerja), meningkat efektivitas organisasi
(aspek program), sehingga dapat diciptakan admninstrasi publik yang sehat
dan terciptanya tujuan pembangunan nasional.
Konsep reformasi administrasi memiliki pengertian yang luas sehingga
tidak dapat dijelaskan dalam satu definisi tunggal. Sebagian ahli
mendekatinya dari sisi konseptual-normatif (misalnya Montgomery (1967)

7
dan Caiden (1969)) dan pakar lainnya melihat dari sudut pandang strategis
dan teknis (misalnya: Dror, Lee, dan UNDP). Konsep reformasi administrasi
dikemukakan sejumlah ahli sejak decade 1960-an, diantaranya: Menurut
Montgomery (1967), Reformasi administrasi diartikan sebagai proses politik
yang dirancang untuk menyesuaikan hubungan antara birokrasi dengan
elemen lain di masyarakat, atau di dalam lingkungan Birokrasi itu sendiri.
Reformasi administrasi menurut Dror (1976), secara tegas
mengesampingkan perubahan organisasi dan prosedur administrasi yang
minor dan berkonsentrasi pada perubahan-perubahan yang utama atau dasar
saja, sehingga reformasi administrasi itu akan efektip apabila juga didesain
dengan tepat, yakni dengan mempertimbangkan dan melibatkan lingkungan
di mana reformasi itu dilaksanakan.

C. Birokrasi
Birokrasi merupakan struktur tatanan organisasi, bagan, pembagian
kerja dan hierarki yang terdapat pada sebuah lembaga yang penting untuk
menjalankan tugas-tugas agar lebih teratur, seperti contohnya pada
pemerintahan, rumah sakit, sekolah, militer dll.
Birokrasi adalah kata yang berasal dari bureaucracy (bahasa inggris
bureau + cracy), yang artinya adalah suatu organisasi yang memiliki rantai
komando dengan bentuk piramida, di mana lebih banyak orang berada di
tingkat bawah daripada tingkat atas.
Birokrasi ini dimaksudkan sebagai suatu sistem otoritas yang ditetapkan
secara rasional oleh berbagai macam peraturan untuk mengorganisir
pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang. Dalam pelaksanaanya, birokrasi
memiliki prosedur atau aturan yang bersifat tetap, dan rantai komando yang
berupa hirarki kewenangannya mengalir dari “atas” ke “bawah”.
Apabila dilihat dalam bidang politik atau pemerintahan, birokrasi
adalah sebagai perwujudan aparat pemerintahan negara dalam melakukan dan
mengimplementasikan berbagai kebijakan lewat serangkaian tahapan yang
telah ditentukan.

8
Teori Birokrasi Dikemukakan oleh Max Weber‖ dalam bukunya
The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism‖ dan The Theory of Social
and Economic Organization‖. Istilah Birokrasi berasal dari kata Legal-
Rasional: Legal‖ disebabkan adanya wewenang dari seperangkat aturan
prosedur dan peranan yang dirumuskan secara jelas. Sedangkan Rasional‖
karena adanya penetapan tujuan yang ingin dicapai.
Berikut adalah karekteristik birokrasi (ideal) menurut Max Weber:
Mengenal adanya Pembagian kerja; ada Hirarki wewenang; Programnya
harus rasional; Sistem Prosedur; Sistem Aturan hak-kewajiban; Hubungan
antar pribadi yang bersifat impersonal.

D. Penataan Kelembagaan
Penataan kelembagaan merupakan untuk mendapatkan kelembagaan
yang tepat fungsi dan ukuran (righ sizing), juga agar ada wadah yang
menangani/mengimplementasikan visi, misi, program dan kegiatan presiden
dan jajarannya . Penataan organisasi / kelembagaan adalah salah satu wujud
perubahan organisasi dengan cara menata kembali organisasinya, baik orang-
orang yang terlihat di dalamnya maupun struktur organisasinya, baik secara
vertikal maupun horizontal agar lebih efektif dalam membantu tercapainya
tujuan. Penataan organisasi vertikal diartikan memperpanjang atau
memperpendek tingkatan suatu organisasi, sedangkan penataan organisasi
horizontal diartikan sebagai perubahan struktur organisasi dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah bagian atau departemennya.
Penataan organisasi perangkat daerah pada prinsipnya dimaksudkan
untuk menciptakan atau mewujudkan organisasi perangkat daerah yang
efektif sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah masing-masing.
Artinya, dengan penataan organisasi diharapkan perangkat daerah menjadi
organisasi yang efektif dalam menjalankan peran serta tugas dan fungsinya.

9
10
BAB III
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

A. Permasalahan
1. Bagaimana sejarah dan program Reformasi Birokrasi di Puskesmas Haur
Gading ?
2. Bagaimana penataan organisasi di Puskesmas Haur Gading ?

B. Pembahasan
1. Sejarah dan Program Reformasi Birokrasi di Puskesmas Haur Gading
Puskesmas Haur Gading di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU),
Provinsi Kalimantan Selatan, terus berupaya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kepada seluruh warga. Program kegiatan yag
dijalankan bukan hanya untuk warga yang melakukan pengobatan,
namun juga seluruh di Kecamatan Haur Gading melalui berbagai progra
pencegahan.
Karena itulah, tahun lalu Puskesmas Haur Gading berhasil
memperolah Akreditasi Paripurna. Dan pada 2020 ini, pihak puskesmas
terus berupaya untuk selalu meningkatan pelayanan, dan rencananya
penilaian akreditasi akan dilakukan pada akhir tahun.
Kepala Puskesmas Haur Gading, dr Yenny Kusuma Dewi,
mengatakan kepada Banjarmasinpost.co.id, Selasa (5/5/2020), predikat
akreditasi merupakan sebuah apresiasi, namun yang paling penting
adalah meningkatnya pelayanan dimassyarakat.
Puskesmas haur Gading juga pernah menerima penghargaan atas
kinerja yang dinilai baik kepada masyarakat. Penghargaan tersebut
diberikan setelah melalui penilaian kinerja UKP, kinerja UKM dan
administrasi. Hampir sama seperti akreditasi, penilaian dilakukan di
segala aspek dan cakupan kinerja. Sarana dan prasarana hingga
pelayanan, semua dinilai,

11
Puskesmas Haur Gading memerlukan pengecatan ulang bangunan
untuk persiapan menghadapi pelaksanaan akreditasi ulang yang
dilaksanakan. Sehingga beberapa poin tersebut sangat diperlukan untuk
menyukseskan Puskesmas Haur Gading dalam pelaksanaan akreditasi
ulang tersebut. Ada pula disampaikan usulan rehab Pustu Netampin dan
dapur Pustu Awang. (Ant). Puskesmas merupakan unit organisasi
pelayanan kesehatan terdepan dengan misi sebagai pusat
pengembangan pelayanan kesehatan, yang tugasnya melaksanakan
pembinaan, pelayanan kesehatan secara menyelurug dan terpadu
kepada masyarakat di suatu wilayah tertentu. Pelayanan kesehatan
yang dilakukan secara menyeluruh, meliputi aspek- aspek : promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya yang dilakukan untuk
menjalan misi Puskesmas, antara lain:
a. Meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa.
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehata, dengan dua cara : (1)
Quality of care, yaitu peningkatan kemampuan profesional tenaga
kesehatan dalam menjalankan profesinya (dokter, perawat, bidan,
dll) yang dilakukan oleh organisasi profesi. (2) Quality of service,
yaitu peningkatan kualitas yang terkait dengan pengadaan sarana,
dan menjadi tanggung jawab institusi sarana kesehatan (Puskesmas).
c. Pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat
d. Sistem rujukan di tingkat pelayanan dasar
e. Peran serta masyarakat, melalui pembangunan kesehatan
masyarakat desa (PKMD).
Penataan administrasi kantor sangat mendukung kelancaran
kegiatan di organisasi puskesmas sehingga dapat memberikan pelayanan
ke pada masyarakat yang cepat dan murah. Melalui proyek perubahan ini
dapat meningkatkan kinerja organisasi puskesmas. Dengan demikian
dapat memberikan pelayanan baik berkualitas adalah pelayanan yang

12
sesuai antara hasil dan harapan. Semua orang akan mengatakan bahwa
pelayanan berkualitas adalah pelayanan yang efektif dan efisien.
Perkembangan Puskesmas untuk menata lembaganya searah
dengan paradigma pembangunan kesehatan yaitu ”paradigma sehat”
dengan tujuan untuk peningkatan mutu, pemerataan dan efisiensi
mendorong Puskesmas untuk senantiasa berupaya melakukan reformasi.
Salah satu cara pencapaian reformasi birokrasi pada instansi pelayanan
kesehatan adalah penerapan standar ISO-9001. Menurut Van den Heuvel
(2005), standar ISO-9001 merupakan standar internasional tentang sistem
manajemen mutu dimana sebuah organisasi dapat mewakili sebuah
konsensus internasional tentang praktek-praktek manajemen yang baik
dengan tujuan untuk memastikan bahwa organisai dapat secara
berkesinambungan menghasilkan produk atau jasa yang memenuhi
persyaratan perundangan, meningkatkan kepuasan pelanggan dan
mencapai perbaikan
Puskesmas Haur Gading di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU),
Provinsi Kalimantan Selatan, terus berupaya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kepada seluruh warga. Puskemas dilengkapi dengan
organisasi, memiliki Sumberdaya dan program kegiatan pelayanan
kesehatan. Tujuan utamanya adalah meningkatkan derajat kesehatan
masyarakt diwilayah kerjanya sampai setinggi-tingginya atau dengan
mengambil pengertian dari kesehatan, tujuannya adalah mewujudkan
keadaan sehat fisik-jasmani, mental, rohani-spritual dan sosial bagi
setiap orang diwilayah kerja Puskesmas agar dapat hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Untuk mempermudah pencapaian tujuan ini,
Puskesmas dapat bekerja sesuai dengan Visi dan Misi Program
Pelayanan Kesehatannya.
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan
kesehatan yang wajib di laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang
besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

13
tingginya. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk
pelayanan kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan
pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter secara
ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis
dan pemeriksaan
Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas
yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara
optimal melalui kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun
masyarakat).
Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA
dan KB di Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan
kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil,
bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular
yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan
mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD,
Kusta dll).
Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan
lingkungan di puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan
pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan
dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran lingkungan
dengan peningkatan peran serta masyarakat,
Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan
kesehatan, perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi
peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein,
Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY),
Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi,
dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Program Pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas adalah
beberapa upaya kesehatan pengembangan yang ditetapkan Puskesmas

14
dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan permasalahan,
kebutuhan dan kemampuan puskesmas. Dalam struktur organisasi
puskesmas program pengembangan ini biasa disebut Program spesifik
lokal.
Adapun birokrasi yang dipergunakan sebagai suatu sistem untuk
merasionalkan organisasi itu juga mempunyai karakteristik sendiri. Jika
karakteristik individu berinteraksi dengan karakteristik birokrasi tersebut,
maka timbullah perilaku birokrasi. Suatu birokrasi merupakan suatu
organisasi yang memiliki struktur dan prosedur dalam mencapai
tujuannya. Berdasarkan hal tersebut maka teori birokrasi menurut Marx
(1957) merupakan organisasi yang didesain untuk menyelesaikan tugas
administrasi secara sistematis berdasarkan urutan pekerjaan individu.
Dalam menjalankan tugas layanan publik, maka terdapat tiga model
perilaku birokrasi sebagai pola perilaku yang spesifik berdasarkan hasil
temuan Berger dalam Heady (1966:513) yaitu rasionalitas dan universal,
hirarki dan diskresi. Indikator tersebut menunjukkan bahwa perilaku
birokrasi tidak dapat melakukan diskriminasi atau memperlakukan
khusus golongan tertentu atau memberi perlakuan istimewa karena
adanya kepentingan didalamnya, di samping itu setiap layanan yang
dijalankan sebaiknya melibatkan semua fungsi dalam struktur organisasi,
dan terakhir ialah semua tindakan dan keputusan didasarkan pada
kebijakan pimpinan atau tujuan layanan publik.
Teori perilaku birokrasi merupakan pertemuan antara elemen
organisasi sebagai kelembagaan dan perilaku manusia yang menjalankan
organisasi tersebut (Heady, 1966:516). Adapun elemen perilaku manusia
dalam birokrasi ialah objektif, tepat, dan konsisten lebih lanjut Friedrich
menyatakan bahwa perilaku birokrasi merupakan perilaku yang selalu
mencapai kondisi normal, layak dan tepat. Teori ini mengindikasikan
perilaku birokrasi untuk mengungkapkan fakta secara transparan,
kemudian menyesuaikan antara kualitas layanan dengan tingkat

15
kebutuhan masyarakat, terakhir ialah menekankan pada ketepatan waktu,
dimana ketepatan waktu adalah momentum yang membutuhkan layanan,
apabila tertunda maka dianggap layanan sudah tidak berlaku lagi.
Sejalan dengan pemikiran Berger dan Friedrich, konsep perilaku
birokrasi menurut Aucoin (1991:26) yangmerupakan perpaduan antara
konsep kinerja dan konsep layanan publik. Kinerja birokrasi dapat
meningkatkan kualitas layanan publik, kemudian oleh Rainey dan
Steinbauer (2007:99) mengatakan bahwa perilaku birokrasi merupakan
hubungan antara tindakan birokrasi dengan kepentingan publik yang
lebih menitik beratkan pada perilaku prevalensi, yaitu perilaku
penyamaan hak masyarakat terhadap pelayanan publik yang diterima dan
tidak melakukan diskriminasi.
Birokrasi Puskesmas yang melakukan pelayanan jasa juga adalah
organisasi pelayanan publik yang berada pada tingkat daerah/kecamatan
yang berfungsi menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Secara
teoritik menurut Lipsky (David, 2010), birokrasi Puskesmas
dikategorikan sebagai street level bureaucracy, yaitu birokrasi yang
menjalankan tugas berhadap- hadapan dengan masyarakat dimana karena
peran dan kedudukannya itu birokrasi menjadi representase pemerintah
dimata publik, operasi birokrasi pada level terbawah menyangkut urusan
kebutuhan dasar masyarakat.
Perkembangan Puskesmas untuk menata lembaganya searah
dengan paradigma pembangunan kesehatan yaitu ”paradigma sehat”
dengan tujuan untuk peningkatan mutu, pemerataan dan efisiensi
mendorong Puskesmas untuk senantiasa berupaya melakukan reformasi.
Salah satu cara pencapaian reformasi birokrasi pada instansi pelayanan
kesehatan adalah penerapan standar ISO-9001. Menurut Van den Heuvel
(2005), standar ISO-9001 merupakan standar internasional tentang sistem
manajemen mutu dimana sebuah organisasi dapat mewakili sebuah
konsensus internasional tentang praktek-praktek manajemen yang baik

16
dengan tujuan untuk memastikan bahwa organisai dapat secara
berkesinambungan menghasilkan produk atau jasa yang memenuhi
persyaratan perundangan, meningkatkan kepuasan pelanggan dan
mencapai perbaikan berkesinambungan dalam mencapai tujuan- tujuan
tersebut. perilaku birokrasi dalam pelayanan Puskesmas di Haur Gading
adalah faktor kepemimpinan transformasional, birokrasi profesional dan
adanya kewenangan khusus.

2. Penataan Organisasi di Puskesmas Haur Gading


Penataan organisasi sangat diperlukan bagi suatu
instansi/organisasi yang gunanya untuk mengetahui jalur pemberian
tugas dan pelaporan serta tanggung jawab. Struktur organisasi pada UPT
Puskesmas Haur gading adalah sebagai garis komunikasi kerja yang
meningkatkan hubungan antara personil yang ada maupun dengan bagian
bidang-bidang lainnya, sehingga jelas terlihat kedudukan,wewenang dan
tanggung jawab dalam suatu kesatuan yang terorganisir. puskesmas
mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di delapan belas wilayah kerja puskesmas
Haur gading yaitu Lok Suga, palimbang, palimbang Gusti,palimbang
sari, sungai Limas,pihaung,keramat, sungai Binuang,panawakan,Haur
gading,Jingah bujur Tambak Sari pnji,pulantani ,teluk Haur
,Tangkawang,Tuhuran, Waringin dan Bayur dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat.
Adapun uraian tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan
tugasnya puskesmas menyelenggarakan fungsi :
a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya,
puskesmas berwenang untuk:

17
1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang
diperlukan
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi,dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
4) Menggerakkan masyarakat untuk mengindentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang berkerjasama dengan sektor
lain terkait
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan
dan upaya kesehatan berbasis masyarakat
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas
7) Membantu pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan
8) Melaksanakan pencatatan,pelaporan,dan evaluasi terhadap
akses,mutu,dan cakupan pelayanan kesehatan dan
9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat
, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan diri dan
respon penanggulangan penyakit
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya,
puskesmas berwenang untuk:
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara
komprehensif,berkesinambungan dan bermutu
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif
3) .Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

18
4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung
5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi
6) Melaksanakan rekam medis
7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan,dan evaluasi terhadap mutu
dan akses pelayanan kesehatan
8) melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
9) Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya
10) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis
dan sistem rujukan .
Puskesmas-puskesmas kita membutuhkan petugas kesehatan yang
cukup besar, seperti dokter umum, dokter gigi, dan bidan. Jika memang
untuk peningkatan kapasitas dan kualitasnya maka dibutuhkan beberapa
orang spesialis dan tenaga apoteker serta sejumlah analis. Hal ini tentu
saja berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan
oleh Puskesmas untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Selain itu,
apakah para petugasnya memang memiliki keahlian (keterampilan)
dalam melakukan tugas-tugasnya. Sebab bukan tidak mungkin, secara
organisasi seseorang tercatat sebagai pegawai pada satu unit organisasi
pemerintah tapi apakah oknum atau individu tersebut mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai petugas kesehatan secara memadai? Tentu
pertanyaan ini patut dikedepankan agar masyarakat kita lebih kritis dan
jeli melihat berbagai fenomena pelayanan kesehatan khususnya di tingkat
Puskesmas. Apalagi ada KIS bahwa layanan Puskesmas merupakan basis
pelayanan kesehatan masyarakat secara gratis.
Selain memiliki orang-orang dengan kualifikasi seperti yang telah
dijelaskan tadi, maka setidaknya puskesmas harus ditopang dengan
manajemen pelayanan puskesmas yang solid dan valid. Artinya bahwa

19
Puskesmas harus memiliki standar pelayanan minimal (SPM) atau
Standar Prosedur Pelayanan (Standard Operating Prosedure). Hal ini
menjadi alat ukur keberhasilan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Misalnya saja, pada saat pasien datang di depan puskesmas, mulai
mendaftar, proses pencatatan, pelayanan diagnosis, hingga mendapatkan
obat dibutuhkan waktu berapa lama. Kemudian jenis obat-obat apa saja
yang harus diberikan kepada pasien. Jenis dan standarnya serta
ukurannya. Rakyat perlu tahu seperti apa kualitas layanan yang mereka
terima, setidaknya mereka punya hak untuk mengetahui tindakan medis
seperti apa yang mereka terima, dan konsekuensi logis apa yang terjadi
dengan tindakan medis yang mereka terima. Semua ini setidaknya
menjadi catatan penting untuk manajemen puskesmas. Kita harus bisa
memikirkan pola dan cara-cara baru yang lebih efisien dan praktis serta
murah dan mudah untuk dilakukan manajemen puskesmas agar tidak
membebani rakyat kita pada saat mereka berobat di Puskesmas.
Umumnya rakyat di kampung-kampung hanya mengandalkan Puskesmas
sebagai tempat mereka berobat. Berbeda dengan rakyat di kota atau
dipinggiran kota, yang memiliki alternatif lain untuk pengobatan, karena
selain mengakses ke Puskesmas mereka bisa langsung ke Rumah Sakit
(tanpa rujukan) atau ke klinik-klinik terdekat yang biasanya menjadi
tempat bisnisnya dokter- dokter pemerintah di luar jam dinasnya di
Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota.
Satu hal yang biasanya dilupakan Pemerintah melalui Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) atau dinas teknis yang mengurus bidang
kesehatan adalah soal penyediaan fasilitas penunjang pelayanan
kesehatan di Puskesmas. Penyediaan fasilitas ini biasanya terkait dengan
kebutuhan-kebutuhan pelayanannya. Umumnya adalah fasilitas bagi
tenaga medisnya berupa rumah tinggal yang berdekatan dengan
Puskesmas, lalu fasilitas dan perabotan dalam rumah, serta fasilitas
pendukung operasional Puskesmas diluar kebutuhan obat-obatan seperti

20
ambulans dan lain sebagainya. Tentu saja untuk pemenuhan kebutuhan
ini, jarang sekali dilakukan analisis kebutuhan berdasarkan tingkat
kebutuhan rakyat di kampung-kampung.
Inilah yang barangkali kurang tersentuh, sehingga tidak jarang
petugas ogah-ogahan untuk bekerja melayani masyarakat dan lebih
memilih ―menghilang‖ ke tempat lain dari pada melakukan
pekerjaannya di tempat tugas. Kadang fasilitas menjadi salah satu alasan
petugas tidak berada di tempat. Tidak ada rumah, kalau pun ada rumah
tidak ada alat penerang, atau tidak dilengkapi dengan air bersih.
Kalaupun fasilitas rumah lengkap kadang hak-hak petugas (gaji dan jatah
beras) termasuk insentif tidak diberikan tepat waktu, sehingga hal-hal ini
menjadi alasan-alasan yang sebenarnya sangat klasik dan terdengar lucu
saja, sebab terjadi berulang- ulang dan tidak pernah dibenahi. Oleh sebab
itu, dalam kaitannya dengan penguatan kapasitas puskesmas sebagai
basis pelayanan kesehatan masyarakat di kampung-kampung maka
ketersediaan fasilitas dalam arti luas setidaknya menjadi pertimbangan
yang harus dipikirkan dan harus ditemukan solusinya.
Selain fasilitas, pembiayaan operasional Puskesmas pun menjadi
hal penting. Mengapa? Semua fasilitas yang dibutuhkan puskesmas tentu
harus dibeli, makanya alokasi dana untuk operasional Puskesmas harus
benar-benar dianalisa dan ditetapkan besarannya, sehingga dalam hal
alokasi semua kebutuhan pembiayaan harus bisa terkover dalam dana
APBD Kabupaten/kota dimana puskesmas itu berada.
Perilaku aparat kita disini adalah cenderung melakukan manipulasi
anggaran untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pembelanjaan. Makanya,
dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan anggaran pembiayaan
untuk operasional sebuah Puskesmas, dibutuhkan kepemimpinan
(leadership), Kerjasama tim (tim work), partisipasi (Partisipation),
komunikasi (communication), dan lainnya seperti yang diuraikan pada
bagian atas tulisan ini. Sebab, bukan tidak mungkin, dengan

21
kepemimpinan (leadership) yang solid akan menggerakkan struktur
organisasi dalam menjalankan Manajemen Organisasi Puskesmas.
Salah satu bentuk organisasi yaitu organisasi fungsional.
Organisasi fungsional adalah organisasi yang susunannya berdasarkan
atas fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi tersebut. Dalam organisasi
ini seorang tenaga kerja tidak hanya bertanggung jawab kepada satu
atasan saja. Pada organisasi ini pemimpin berhak memerintahkan kepada
para tenaga kerja / para karyawannya, selama masih dalam hubungan
pekerjaan. Sehingga seorang pekerja dapat saja diperintah oleh lebih dari
satu atasan sesuai dengan keahliannya.
Kekurangan Organisasi Fungsional, yaitu :Tidak adanya satu
kesatuan perintah antara atasan yang satu dengan atasan lainnya dalam
memerintahkan suatu tugas sehingga menyebabkan bawahan
mengalami kesulitan dalam melaksanakan perintah.
Ada 3 fungsi pokok Puskesmas yaitu :
c. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya
d. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam
rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat
e. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu di wilayah kerjanya
Berdasarkan Pasal 13 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Pola Tata Kelola
merupakan peraturan internal Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
atau Unit Kerja yang akan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
(PPK) BLUD. Selanjutnya dalam pasal 31 dan 32 Permendagri Nomor
61 Tahun 2007 disebutkan, BLUD beroperasi berdasarkan Pola Tata
Kelola atau peraturan internal, yang memuat antara lain:
a. Struktur organisasi; menggambarkan posisi jabatan, pembagian
tugas, fungsi, tanggung jawab, dan wewenang dalam organisasi.

22
b. Prosedur kerja; menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja
antar posisi jabatan dan fungsi dalam organisasi.
c. Pengelompokan fungsi yang logis; menggambarkan pembagian
yang jelas dan rasional antara fungsi pelayanan dan fungsi
pendukung yang sesuai dengan prinsip pengendalian intern dalam
rangka efektifitas pencapaian organisasi.
d. Pengelolaan sumber daya manusia; merupakan pengaturan
dan kebijakan yang jelas mengenai sumber daya manusia yang
berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif dan
kualitatif/kompeten untuk mendukung pencapaian tujuan
organisasi secara efisien, efektif, dan produktif. Meliputi
penerimaan pegawai, penempatan, sistem renumerasi, jenjang karir,
pembinaan termasuk sistem reward dan punishment, serta pemutusan
hubungan kerja.
Struktut organisasi pada puskesmas
a. Kepala Puskesmas
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Pokia Upaya Kesehatan Masyarakat
d. Pokia Upaya Pelayanan Kesehatan
e. Pokia Upayan Penanggulangan Masalah Kesehatan dan Bencana;
dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional
Pengorganisasian Puskesmas ke depan selain dipimpin oleh
seorang Kepala Puskesmas, juga ada Wakil Kepala Puskesmas dan
meliputi unit fungsional dan unit tata usaha. Program pokok Puskesmas
atau program kesehatan dasar yang harus dilaksanakan di Puskesmas
meliputi :
a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan lingkungan
c. Kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga berencana

23
d. Perbaikan gizi
e. Pemberantasan penyakit menular
f. Pengobatan.
Sesuai dengan misi dan strategi diatas, Puskesmas dapat
mengembangkan program-program unggulan berdasarkan kebutuhan,
situasi dan kondisi daerah masing-masing. Contohnya, daerah yang
diwilayah kerjanya banyak ditemukan kelompok rawan kesehatan atau
kelompok resiko tinggi (high-risk group) : seperti ibu hamil Risti,
penyakit kronis, lanjut usia, dll. Di wilayah tersebut dapat dikembangkan
perawatan kesehatan masyarakat (community health nursing) sebagai
program unggulan atau program prioritas kesehatan lain.

24
BAB IV
KESIMPULAN

Puskesmas Haur Gading di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Provinsi


Kalimantan Selatan, terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kepada seluruh warga. Program kegiatan yag dijalankan bukan hanya untuk warga
yang melakukan pengobatan, namun juga seluruh di Kecamatan Haur Gading
melalui berbagai progra pencegahan.Perkembangan Puskesmas untuk menata
lembaganya searah dengan paradigma pembangunan kesehatan yaitu ”paradigma
sehat” dengan tujuan untuk peningkatan mutu, pemerataan dan efisiensi
mendorong Puskesmas untuk senantiasa berupaya melakukan reformasi.
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang
wajib di laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Penataan
organisasi sangat diperlukan bagi suatu instansi/organisasi yang gunanya untuk
mengetahui jalur pemberian tugas dan pelaporan serta tanggung jawab. Struktur
organisasi pada UPT Puskesmas Haur gading adalah sebagai garis komunikasi
kerja yang meningkatkan hubungan antara personil yang ada maupun dengan
bagian bidang-bidang lainnya, sehingga jelas terlihat kedudukan,wewenang dan
tanggung jawab dalam suatu kesatuan yang terorganisir. puskesmas mempunyai
tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di delapan belas wilayah kerja puskesmas Haur gading yaitu Lok Suga,
palimbang, palimbang Gusti,palimbang sari, sungai Limas,pihaung,keramat,
sungai Binuang,panawakan,Haur gading,Jingah bujur Tambak Sari pnji,pulantani
,teluk Haur ,Tangkawang,Tuhuran, Waringin dan Bayur dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Albrow, Martin. 2005. Birokrasi. Alih Bahasa Rusli Karim dan Totok Daryanto.
Yogyakarta : PT. Tirta Wacana.
Dwiyanto, Agus, dkk, 2003, Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah,
Yogyakarta, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM.
Gibson L. James, dkk, 1989, Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses,
Terjemahan, Jakarta, Erlangga.
Media. Dunn, W. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. UGM Press.
Pasolong, H. 2008. Teori Administrasi Publik. Alfabeta.
Rohmah, L. N. 2021 Pengelolaan Perpustakaan Oleh Dinas Kearsipan Dan
Perpustakaan Kota Banjar.
Supriyanto, Wahyu dan Ahmad Muhsin, 2008. Strategi Perancangan
Perpustakaan Digital. Yogyakarta ; Kanisius.
Syarifuddin Anwar,et.all, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammmadiyah ,Banda Aceh, 2005
Tawi.M, 2002. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi DPT
di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng,Skripsi,PSIK Unsyiah.
USAID/Health Service Program, Basic Human Service : Baseline Household
Survey 2005/6 in 30 Districts of 6 Provinces in Indonesia, Jakarta, 2006.

26

Anda mungkin juga menyukai