Anda di halaman 1dari 17

13 Juni 2022

Kebijakan Umum DAK Nonfisik


DEFINISI
Dana Alokasi Khusus (DAK) Nonfisik merupakan bagian dari Dana Transfer Khusus yang dialokasikan dalam
APBN kepada daerah dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang bersifat operasional, dalam
rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik yang merupakan urusan daerah sesuai kebutuhan
dan prioritas daerah, serta selaras dengan prioritas nasional.

PRINSIP
 Membantu dan melengkapi kekurangan pendanaan bagi kegiatan khusus operasional dalam rangka
pelaksanaan pelayanan dasar publik berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) yang selaras dengan
program prioritas nasional dan menjadi kewenangan urusan pemerintah daerah.
 Dialokasikan kepada Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah, sesuai
dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN.
 Dapat berupa pengalihan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan yang merupakan bagian dari
anggaran kementerian negara/lembaga yang digunakan untuk melaksanakan urusan yang menurut peraturan
perundang-undangan menjadi urusan Daerah.

KRITERIA

1
URUSAN DAERAH
Merupakan urusan daerah
sesuai UU No.23 Tahun 2014
2 PRIORITAS NASIONAL
Mendukung capaian Prioritas
Nasional dalam RKP
3 AMANAT PERATURAN
Adanya amanat dalam
peraturan perudang-udangan
4 LAYANAN PUBLIK
Mendukung peningkatan
kualitas pelayanan publik
Perencanaan dan Penganggaran DAK Nonfisik
------------------------------------------

----------
• Kebijakan pengalokasian;
KESEPAKATAN : PERTIMBANGAN: • Jumlah sasaran;
1. Pencapaian prioritas nasional
 Arah kebijakan 2. Pengurangan kesenjangan layanan publik • Biaya satuan;
 Rencana pemanfaatan 3. Dukungan operasional layanan publik • Besaran pagu per
 Jenis DAK Nonfisik 4. Kemampuan keuangan negara kegiatan/ruang lingkup
• Hasil evaluasi pelaksanaan
---------------------------------- tahun anggaran sebelumnya;
• Formulasi pengalokasian.
------

1 3 5
PAGU INDIKATIF
Penentuan arah kebijakan, RAPBN & NOTA KEUANGAN
K/L terkait rencana pemanfaatan dan
jenis DAK Nonfisik antara Multilateral Meeting
--------- Bappenas, Kemenkeu Pengalokasian oleh DJPK,
(DJPK dan DJA) dengan K/L Kemenkeu

AKHIR JANUARI MARET-APRIL MEI-JUNI JULI-AGUSTUS SEPTEMBER-NOVEMBER

4
TIMELINE

2
K/L menyampaikan Indikasi Multilateral Meeting Penyampaian rincian
Kebutuhan Dana (IKD) dan Perencanaan oleh Bappenas alokasi per daerah oleh K/L
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Penyusunan UU APBN
kepada Kemenkeu c.q. PAGU ANGGARAN
DJPK Penyusunan Perpres
IKD • Arah kebijakan;
Rincian APBN
• Arah kebijakan dan prioritas • Sasaran/target;
DAK Nonfisik • Dukungan terhadap prioritas ALOKASI ANGGARAN
• Perkiraan kebutuhan belanja nasional;
operasional dan/atau biaya • Ruang lingkup/menu PER DAERAH
per unit TA berkenaan; AKHIR FEBRUARI kegiatan
• Target sasaran; dan (paling lambat) • Lokasi Prioritas;
• Perkiraan kebutuhan 3 tahun Penyamapaian IKD • Kriteria teknis/penilaian;
ke depan DJPK  DJA • Kebutuhan pendanaan
Pengalokasian DAK Nonfisik
Jenis Dana Penghitungan Alokasi Ketentuan lain
Dalam penghitungan alokasi, K/L
BOS Reguler Jumlah sasaran dikalikan biaya Terdapat dana cadangan dengan
berkoordinasi dengan DJPK dan
BOS Kinerja satuan. perhitungan berdasarkan proyeksi
Bappenas. (Dituangkan dalam Berita
BOS Afirmasi perubahan sasaran pada TA
Acara)
BOP Paud bersangkutan.
BOP Kesetaraan
TPG ASN Daerah Jumlah sasaran dikalikan gaji • Memperhitungkan perkiraan K/L menyampaikan rincian alokasi
TKG ASN Daerah pokok/dana tambahan kurang salur dan perkiraan sisa per daerah kepada DJPK paling
TAMSIL ASN Daerah penghasilan selama 12 bulan. dana di RKUD atas penyaluran TA lambat M1 Bulan September
sebelumnya.
• Terdapat dana cadangan dengan
perhitungan berdasarkan proyeksi Peraturan Presiden mengenai rincian
perubahan sasaran pada TA APBN
bersangkutan.
DAK Nonfisik • Jumlah sasaran/kegiatan Terdapat dana cadangan dengan
lainnya dikalikan biaya satuan perhitungan berdasarkan proyeksi
• Bantuan operasional lainnya perubahan sasaran pada TA Petunjuk Rencana
yang ditetapkan oleh K/L bersangkutan. Berdasarkan penggunaan
teknis DAK
terkait Perpres APBN, DAK Nonfisik
Nonfisik
• Kebijakan lain yang ditetapkan K/L menetapkan
bersama oleh Bappenas, Meliputi jenis dana BOP PAUD, Kesetaraan dan DAK
Kemenkeu dan K/L terkait Nonfisik jenis lainnya. Paling lambat tanggal 31 Maret
Pelaporan DAK Nonfisik (PMK 119/2021)
Sebagai Syarat Penyaluran
BOS Reguler/ Kinerja/Afirmasi
menyampaikan laporan rekapitulasi
menyampaikan laporan penggunaan dana BOS per tahapan
realisasi Dana BOS per prov/kab/kota

Kemendikbudristek DJPK - Kemenkeu


Sekolah
Dana TPG, Tamsil, TKG ASN Daerah
paling lambat:
menyampaikan laporan a. 15 maret untuk laporan
realisasi pembayaran disertai
rekap SP2D

Kemendikbudristek
& DJPK - Kemenkeu
realisasi TA sebelumnya
b. 15 September untuk laporan
realisasi semester I
Pemda
BOP PAUD, BOP Kesetaraan, dan DAK Nonfisik Jenis Lainnya
paling lambat:
a. 30 Juni untuk laporan tahun
menyampaikan laporan realisasi penyerapan, anggaran sebelumnya
rekap SP2D, dan realisasi penggunaan b. 30 November untuk laporan
tahap 1
Pemda DJPK - Kemenkeu

Keterangan:
• Disampaikan dalam bentuk dokumen fisik (hardcopy) dan/atau dokumen elektronik (softcopy)
• Dalam hal tanggal 15 Maret, 30 Juni, 15 September, 30 November bertepatan dengan hari libur, batas waktu menjadi hari kerja berikutnya
• Dalam hal Daerah baru pertama kali menerima jenis DAK Nonfisik lainnya, laporan realisasi penyerapan, rekap SP2D, dan realisasi penggunaan tetap harus disampaikan ke DJPK
Pelaporan DAK Nonfisik (PMK 119/2021)
Melalui Aplikasi Pelaporan DAK Nonfisik

Laporan realisasi DAK Nonfisik, selain Dana BOS, disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik (softcopy) melalui aplikasi terdiri
dari Laporan Realisasi Penyerapan, Laporan dan Rekap SP2D yang ditandatangani oleh Kepala OPD pengelola keuangan di daerah.
http://sikd.djpk.kemenkeu.go.id/lapordjpk/

Input Laporan
2 3 4

Kirim Laporan Laporan Salah


Melalui Aplikasi Verifikasi laporan

4
Laporan Benar

5 6 7

Laporan di ratifikasi dan Laporan diterima


Transfer Dana ke RKUD
diunggah melalui aplikasi dan Benar
Penyaluran DAK Nonfisik (PMK 119/2021)
 Penyaluran DAK Nonfisik dilakukan secara triwulanan untuk Dana Tunjangan Guru dan Tahapan untuk jenis DAK
Nonfisik lainnya dari RKUN ke RKUD berdasarkan penyampaian laporan periode sebelumnya.
 Penyaluran DAK Nonfisik selain Dana Tunjangan Guru dan Dana BOS dilakukan dengan memperhitungkan sisa dana
yang terdapat di RKUD sampai dengan akhir tahun sebelumnya.
 Penyaluran DAK Nonfisik dilakukan setelah ditetapkannya:
 Peraturan Daerah mengenai APBD atau Peraturan Kepala Daerah mengenai Penjabaran APBD; dan
 Petunjuk Teknis.
No Jenis Dana Pola Penyaluran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
(tiga tahap, paling
BOS Reguler
cepat) 30% 40% 30%
(sekaligus, paling
1 BOS Kinerja
cepat) 100%
(sekaligus, paling
BOS Afirmasi*
cepat) 100%
(tahap I dan II,
2 BOP PAUD
paling cepat) 50% 50%
(tahap I dan II,
3 BOP Pendidikan Kesetaraan
paling cepat) 50% 50%
Tunjangan Profesi Guru ASN (triwulanan, paling
4
Daerah cepat) 30% 25% 25% 20%
Tambahan Penghasilan Guru (triwulanan, paling
5
ASN Daerah cepat) 30% 25% 25% 20%
Tunjangan Khusus Guru ASN (triwulanan, paling
6
Daerah di Daerah Khusus cepat) 30% 25% 25% 20%
(tahap I dan II,
7 DAK Nonfisik Jenis Lainnya
paling cepat) 50% 50%
Sisa DAK Nonfisik

Pemda
Wajib menganggarkan Sisa Dana Akhir Tahun dalam APBD/perubahan APBD T.A. berikutnya
!
BOP PAUD, Kesetaraan, dan DAKNF lainnya
• Diperhitungkan dalam Penyaluran T.A. berikutnya

BOS Reguler
• Perhitungan Sisa Dana dilakukan oleh Kemendikbudristek berdasarkan laporan
Sekolah
• diperhitungkan pada rekomendasi penyaluran Dana BOS tahap II T.A. berikutnya

TPG, Tamsil, TKG ASN Daerah, BOS Kinerja dan Afirmasi


• Tidak diperhitungkan pada T.A. berikutnya
Sisa DAK Nonfisik
Jenis DAK Nonfisik tidak dialokasikan pada T.A. berikutnya
• Sisa Dana dapat digunakan sesuai petunjuk teknis paling akhir

Sisa Dana tidak habis digunakan s.d. akhir T.A. berikutnya


• DJPK dapat melakukan pemotongan DAU dan/atau DBH sebesar sisa dana
Sisa Dana
wajib
Ada sisa dana namun daerah tidak mendapat alokasi di T.A. berikutnya dilaporkan ke
DJPK
• Sisa Dana dapat digunakan sesuai petunjuk teknis tahun berkenaan
Paling lambat
Sisa Dana TPG, TKG, Tamsil ASN Daerah 31 Januari T.A.
• Digunakan sesuai petunjuk teknis dan kebutuhan daerah pada tahun berkenaan berikutnya
• DJPK dapat melakukan pemotongan DAU dan/atau DBH sebesar sisa dana setelah mendapat
Rekomendasi Kemendikbudristek

Sisa Dana > Pagu T.A. berikutnya


• Digunakan paling tinggi sebesar pagu T.A. berikutnya
EVALUASI KINERJA ANGGARAN BOK TA 2021 (1)
Sumber: Ditarik dari Aladin Per 11 Juni 2022 Dalam Miliar Rupiah
2019 2020 2021 2022 Kenaikan/p
Menu Kegiatan Real enurunan
Pagu Penyerapan % Sasaran Satuan Pagu Salur Serap % serap Sasaran Real Output Satuan Pagu Salur Serap* %serap Sasaran Satuan APBN 2022 2022/2021
Output
BOK Puskesmas 7.033,4 6.220,7 88,4% 9.993 9.889 Puskesmas 6.489,1 6.450,0 5.388,9 83,5% 10.143 9.717 Puskesmas 7.316,4 6.647,5 4.864,4 66,5% 10.260 puskesmas 8.217,9 12,3%
BOK Dinas 1.069,0 860,5 80,5% 542 542 Pemda 1.247,7 1.240,1 901,0 72,7% 541 541 Pemda 1.200,5 1.090,7 775,7 64,6% 542 pemda 821,3 -31,6%
BOK Keafarmasian 109,9 93,2 84,8% 531 531 Pemda 108,3 107,6 92,6 86,0% 520 402 Pemda 109,2 99,3 88,0 80,6% 542 pemda 107,0 -2,1%
BOK Stunting 116,0 86,7 74,7% 260 252 Pemda 195,0 193,8 125,9 65,0% 360 278 Pemda 270,0 245,3 168,8 62,5% 360 pemda 239,0 -11,5%
Akreditasi Puskesmas 769,4 600,4 78,0% 3.447 3.391 Puskesmas 610,4 606,7 231,7 38,2% 3.378 2.216 Puskesmas 610,4 554,5 182,9 30,0% 3.946 puskesmas 183,5 -69,9%
Akreditasi Labkesda 42,0 26,4 62,8% 72 32 Labkesda 21,7 19,8 3,2 14,7% 64 labkesda 16,2 -25,3%
Jampersal 1.004,3 661,9 65,9% 500 484 Pemda 1.000,0 994,0 734,5 73,9% 157.709 139.169 Ibu Hamil 1.000,0 908,6 669,4 66,9% 514 pemda 200,0 -80,0%
Saryanfar Saryanfar
POM 24.895 21.809 58,2 57,9 38,4 66,3% 10.788 6.681 204,9 186,2 138,7 67,7% 280 kab/kota 111,8 -45,5%
/IRTP /IRTP
lokus di 20
Pelayanan Kesehatan Bergerak 33 36,5 0,0%
provinsi
Total 10.219,1 8.581,3 84,0% 9.708,6 9.650,1 7.513,0 77,9% 10.733,1 9.751,8 6.891,2 64,2% 9.933,1 -7,5%

 Secara umum alokasi BOK meningkat dari tahun ke tahun. Pada TA 2022, alokasi BOK mengalami sedikit penurunan karena adanya pengalihan biaya persalinan pada Jampersal ke Belanja KL.
 Sampai dengan 11 Juni 2022, masih terdapat 54 daerah yang belum menyampaikan laporan realisasi dan laporan penggunaan BOK Tahap II TA 2021
 Sampai dengan 11 Juni 2022, realisasi penyerapan dana BOK TA 2021 masih rendah yaitu Rp6,885T (64,2% dari pagu)
 Alokasi BOK Keafarmasian berfluktuasi setiap tahunnya, tetapi cenderung menunjukkan penurunan.
 Penyaluran BOK Keafarmasian pada TA 2021 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya, baik secara persentase maupun secara nominal
 Penyerapan BOK Keafarmasian secara persentase mengalami peningkatan pada TA 2020, tetapi mengalami penurunan pada TA 2021 berdasarkan data per 11 Juni 2022
 Meskipun target output BOK Keafarmasian mengalami penurunan pada TA 2021, tetapi capaian realisasi outputnya masih jauh di bawah TA 2020 baik secara jumlah maupun secara
persentase
 Terdapat 7 daerah yang tidak mendapatkan penyaluran tahap II TA 2020 karena tidak memenuhi syarat penyaluran (tidak menyampaikan laporan realisasi tahap I)
 Masih terdapat 114 daerah yang tidak mendapatkan penyaluran tahap II TA 2021 karena tidak memenuhi syarat penyaluran (tidak menyampaikan laporan realisasi tahap I atau tidak memenuhi
minimal persentase penyerapan)
10
EVALUASI KINERJA ANGGARAN BOK TA 2021 (2)
Daftar 54 daerah yang belum menyampaikan laporan realisasi dan laporan penggunaan BOK Tahap II TA 2021
No. Pemda No. Pemda
1 Kab. Aceh Barat 28 Kota Bau-bau
2 Kab. Dairi 29 Kab. Sumbawa
3 Kab. Karo 30 Kab. Sumba Barat
4 Kota Binjai 31 Kab. Rote Ndao
5 Kota Medan 32 Kab. Nagekeo
6 Kota Pematang Siantar 33 Kab. Malaka
7 Kota Tanjung Balai 34 Kab. Maluku Tengah
8 Kota Tebing Tinggi 35 Kab. Seram Bagian Timur
9 Kab. Serdang Bedagai 36 Kab. Kepulauan Aru
10 Kab. Nias Utara 37 Provinsi Papua
11 Kab. Padang Pariaman 38 Kab. Jayawijaya
12 Kab. Kuantan Singingi 39 Kab. Keerom
13 Kota Pekanbaru 40 Kab. Boven Digoel
14 Provinsi Jambi 41 Kab. Waropen
15 Provinsi Bengkulu 42 Kab. Mamberamo Raya
16 Kab. Lampung Utara 43 Kab. Mamberamo Tengah
17 Kota Yogyakarta 44 Kab. Lanny Jaya
18 Kab. Trenggalek 45 Kab. Dogiyai
19 Kab. Sintang 46 Kab. Puncak
20 Kab. Melawi 47 Provinsi Maluku Utara
21 Provinsi Kalimantan Tengah 48 Kab. Halmahera Timur
22 Kab. Kutai Timur 49 Kab. Halmahera Utara
23 Kab. Penajam Paser Utara 50 Provinsi Banten
24 Kab. Minahasa 51 Kota Cilegon
25 Kab. Banggai Laut 52 Kab. Bangka Tengah
26 Kab. Sidenreng Rappang 53 Provinsi Papua Barat
27 Kota Makassar 54 Kab. Sorong
11
Data per 09 Juni 2022
BOK KEAFARMASIAN
EVALUASI TA 2020
 Penyerapan pada tahun 2020 adalah sebesar Rp91,8M
(84,8%)
Dalam Miliar Rupiah

 35 daerah dengan realisasi penyerapan = 0


 31 daerah dengan penyerapan < 50%
 431 daerah dengan realisasi penyerapan 50% s.d 100%

Realisasi BOK Keafarmasian TA 2021 EVALUASI TA 2021


 Pagu alokasi BOK Keafarmasian meningkat pada tahun
2021 dan sedikit mengalami penurunan di tahun 2022
 Penyerapan BOK Keafarmasian TA 2021 sampai dengan
11 Juni 2022, terdapat 500 daerah yang telah
merealisasikan Dana BOK Keafarmasian, dengan rata-rata
penyerapan sebesar 82,87%.
 Terdapat 445 Daerah dengan realisasi >50% hingga
100%, dan 96 Daerah dengan realisasi <= 50%
 Kegiatan dengan penyerapan tertinggi adalah distribusi
obat, vaksin dan BMHP.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 12


EVALUASI KINERJA BOK KEAFARMASIAN TA 2021
Daftar 96 daerah dengan realisasi penyerapan BOK Keafarmasian <= 50%
No. Pemda % No. Pemda % No. Pemda % No. Pemda %
1 Kota Sabang 49,3% 25 Kab. Purwakarta 41,1% 49 Kota Blitar 17,8% 73 Kota Ambon 0,0%
2 Kab. Aceh Tamiang 49,2% 26 Kab. Subang 41,0% 50 Kota Kediri 16,2% 74 Kab. Seram Bagian Timur 0,0%
3 Kab. Dairi 48,9% 27 Kota Bogor 40,5% 51 Kab. Sintang 11,3% 75 Kab. Keerom 0,0%
4 Kab. Simalungun 48,3% 28 Kota Depok 40,1% 52 Kab. Melawi 10,2% 76 Kab. Boven Digoel 0,0%
5 Kab. Tapanuli Selatan 48,2% 29 Kota Cimahi 38,8% 53 Kab. Barito Selatan 4,6% 77 Kab. Mappi 0,0%
6 Kota Pematang Siantar 48,0% 30 Kota Banjar 37,3% 54 Kab. Hulu Sungai Utara 3,7% 78 Kab. Asmat 0,0%
7 Kota Tebing Tinggi 47,6% 31 Kab. Jepara 36,0% 55 Kab. Tabalong 0,0% 79 Kab. Yalimo 0,0%
8 Kota Padang Sidempuan 47,4% 32 Kab. Karanganyar 35,8% 56 Kab. Kutai Kartanegara 0,0% 80 Kab. Lanny Jaya 0,0%
9 Kab. Labuhanbatu Selatan 47,4% 33 Kab. Kendal 35,3% 57 Kota Samarinda 0,0% 81 Kab. Intan Jaya 0,0%
10 Kab. Padang Pariaman 46,8% 34 Kab. Kudus 32,2% 58 Kab. Penajam Paser Utara 0,0% 82 Kab. Halmahera Barat 0,0%
11 Kab. Pesisir Selatan 46,0% 35 Kab. Purbalingga 31,3% 59 Kab. Bolaang Mongondow 0,0% 83 Kab. Halmahera Utara 0,0%
12 Kab. Sijunjung 45,6% 36 Kab. Temanggung 31,1% 60 Kab. Minahasa 0,0% 84 Kab. Kepulauan Sula 0,0%
13 Kota Bukit tinggi 45,1% 37 Kota Magelang 31,0% 61 Kab. Sangihe 0,0% 85 Kota Serang 0,0%
14 Kota Sawah Lunto 44,5% 38 Kota Salatiga 31,0% 62 Kota Bitung 0,0% 86 Kab. Bangka Selatan 0,0%
15 Kab. Siak 44,5% 39 Kab. Sleman 30,5% 63 Kab. Siau Tagulandang Biaro 0,0% 87 Kab. Bangka Tengah 0,0%
16 Kota Lubuk Linggau 44,1% 40 Kab. Banyuwangi 30,2% 64 Kab. Soppeng 0,0% 88 Kab. Pohuwato 0,0%
17 Kab. Muko-muko 43,4% 41 Kab. Jember 29,3% 65 Kab. Toraja Utara 0,0% 89 KAB. Kep. ANAMBAS 0,0%
18 Kab. Lampung Utara 43,3% 42 Kab. Jombang 28,9% 66 Kab. Buleleng 0,0% 90 Kab. Teluk Wondama 0,0%
19 Kab. Pesawaran 42,9% 43 Kab. Kediri 26,9% 67 Kab. Karang asem 0,0% 91 Provinsi Bengkulu 0,0%
20 Kab. Bekasi 41,8% 44 Kab. Lumajang 26,9% 68 Kab. Flores Timur 0,0% 92 Provinsi Jawa Barat 0,0%
21 Kab. Bogor 41,7% 45 Kab. Madiun 26,7% 69 Kab. Lembata 0,0% 93 Provinsi Sulawesi Utara 0,0%
22 Kab. Indramayu 41,6% 46 Kab. Mojokerto 23,2% 70 Kab. Sumba Barat Daya 0,0% 94 Provinsi Maluku 0,0%
23 Kab. Karawang 41,4% 47 Kab. Nganjuk 20,1% 71 Kab. Maluku Tengah 0,0% 95 Provinsi Maluku Utara 0,0%
24 KAB. KUNINGAN 41,1% 48 Kab. Pasuruan 19,6% 72 Kab. Maluku Tenggara 0,0% 96 Provinsi Banten 0,0%
13
Data per 09 Juni 2022
Evaluasi DAK Fisik Subbidang Farmasi
Perkembangan Pagu-Realisasi Subbidang Farmasi Rincian Nilai Nilai
Menu Nilai RK %
3.500,0 100,00% Kegiatan Kontrak Penyerpaan
90,00% Rincian
3.000,0 Menu Penunjang
80,00%
Penunjang 4.4 4.0 3.1 69.52%
Penyediaan Bahan Habis
dalam miliar rupiah

2.500,0 70,00% BHP Malaria


Pakai 12.2 10.2 9.1 74.69%
60,00%
2.000,0 Penyediaan Bahan Habis
50,00% BMHP
1.500,0
Pakai 585.4 542.3 463.9 79.25%
40,00% Penyediaan Bahan Habis Cartridge
1.000,0 30,00% Pakai TCM 354.1 331.8 302.8 85.49%
20,00% Penyediaan Bahan Habis R0 dan BHP
500,0
10,00% Pakai Skrining HIV 74.1 63.1 58.4 78.81%
- 0,00% Penyediaan Obat Obat 1,053.4 941.9 732.1 69.50%
2016 2018 2019 2020 2021 2022
Penyediaan Sarpras
Pagu 3.135,4 1.906,4 1.806,5 1.366,2 2.196,5 2.275,6 Prasarana
instalasi farmasi 12.1 11.4 7.7 63.55%
Realisasi 2.172,6 1.656,0 1.640,3 1.251,2 1.685,7 5,0
Penyediaan Sarpras
% 69,29% 86,87% 90,80% 91,59% 76,75% 0,22% Sarana
instalasi farmasi 100.8 92.9 21.5 21.33%
Perkembangan Pelaksanaan TA 2022
• Pagu alokasi subbidang farmasi mengalami kenaikan dari Rp 2.196,5 miliar pada Nilai %
tahun 2021 menjadi Rp2.275,6 miliar pada tahun 2022 Pagu 2,275.6
• Pada tahun 2021 realisasi DAK Fisik subbidang farmasi sebesar 76,75% atau RK 2,269.0 99.71%
lebih rendah dari tahun sebelumnya Diinput Pemda 267.7
Direvie APIP 9.4
• Perlu ditingkatkan penyaluran subbidang farmasi pada tahun 2022 mengingat Disetujui APIP 20.1
batas waktu penyampaian kontrak berakhir pada 21 Juli Kontrak
Ditolak APIP 0.6
Disetujui Pemda 133.1 5.85%
Ditolak Pemda 1.3
Penyaluran 5.0 0.22%
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 14
Kronologis Perpindahan Pengadaan Obat dan BMHP ke DAK Nonfisik

Perpindahan Menu Pengadaan Obat dan BMHP ke DAK Nonfisik bahas saat MM Perencanaan I tanggal 20 April
1
2022 (Lead Bappenas)

DAK Fisik mencakup pengadaan yang menambah aset/modal, sedangkan DAK Non-fisik mencakup kebutuhan
2
operasional dan bersifat habis pakai  menu Obat dan BMHP berpotensi dipindahkan ke DAK Non-Fisik

3 Mekanisme pengadaan dapat didiskusikan lebih lanjut (dapat bersifat kontraktual atau mekanisme lainnya)

Kesepakatan (Sementara dalam MM Perencanaan 1): Obat dan BMHP (Kefarmasian) dipindahkan ke DAK Non-
4
Fisik

15
Persiapan/Antisipasi

Ketegasan/kesepakatan akhir dalam MM Perencanaan selanjutnya  Menu Obat dan BMHP


dipindahkan ke DAK Nonfisik

Perlu dibuat mapping kebutuhan obat dan BMHP di setiap daerah karena berpotensi bersifat
nation wide jika berada di struktur DAK Non-Fisik, yang akan dipakai dalam MM Alokasi
berikutnya

Mekanisme pengadaan Obat dan BMHP harus dilaksanakan dengan mengacu Petunjuk
Teknis yang telah diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan

16
Terima Kasih
DIREKTORAT DANA TRANSFER KHUSUS
DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

Anda mungkin juga menyukai