Anda di halaman 1dari 38

BAB II

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PROYEK


2.1. PENDAHULUAN
Materi utama dalam merencanakan jadwal pelaksanaan proyek
adalah Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) yang merupakan produk
tugas besar dari mata kuliah “GAMBAR KERJA DAN ESTIMASI BIAYA”.
Dalam Kaitan dengan “Rencana Jadwal Pelaksanaan Proyek”,
komponen RAB yang dibutuhkan adalah
1. Kuantitas atau Volume
2. Koefisiien Analisa Tenaga Kerja Dan Peralatan
Dengan demikian dalam perkuliahan ini digunakan RAB sebagai
data sekunder untuk menyelesaikan tugas utama mata kuliah
“DASAR-DASAR MANAJEMEN KONSTRUKSI & KEWIRAUSAHAAN”.
Selanjutnya berbicara tentang rencana jadwal pelaksanaan proyek,
tentunya menjadi acuan kita adalah waktu. Waktu untuk
menyelesaikan seluruh kegiatan proyek, dalam proses lelang
biasanya sudah ditentukan oleh pemilik proyek.
Waktu pelaksanaan biasanya mulai dari beberapa bulan hingga
beberapa tahun dan biasanya ditetapkan dalam hitungan hari
kalender atau bulan ( 1 bulan = 30 hari kalender ).
Hal – hal yang menjadi pertimbangan selain waktu yang telah
ditetapkan dalam menyusun jadwal pelaksanaan adalah :
➢ Metode pelaksanaan pekerjaan
Cara – cara pelaksanaan suatu item pekerjaan, yang disusun
sedemikian rupa sehingga efisien dalam penggunaan
sumberdaya serta efektif dalam mencapai tujuan
penyelenggaraan proyek.
➢ Kapasitas produksi peralatan dan tenaga kerja per satuan waktu
tertentu.
Adalah kemampuan alat dan tenaga kerja berproduksi dalam
suatu satuan waktu tertentu ( Jam, hari ).
Untuk alat harus memperhitungkan faktor efisiensi ( bucket,
blade, lokasi atau medan operasi, mesin material ), jarak angkut,
kecepatan ( Waktu siklus ), daya muat. Sedangkan untuk tenaga
kerja, diperhitungkan kemampuan kerja dalam satu kelompok
tenaga kerja ( pekerja, tukang, mandor ). Kemampuan kerja
pekerja dan tukang, berbeda – beda antara satu kelompok
dengan kelompok yang lain, begitupun juga dengan jenis
pekerjaannya dan lokasinya. Kemampuan kerja mandor
tergantung ringan, berat, sulit, ketelitian dan lain – lain.
➢ Urutan kegiatan pelaksanaan
o Kegiatan yang harus dimulai terlebih dahulu.
o Kegiatan yang tidak tergantung pada kegiatan lain
o Kegiatan yang dapat dilakukan secara bersamaan . dengan
kegiatan lain
o Kegiatan yang mendahului atau langsung mengikuti kegiatan
lainnya
o Kegiatan yang mempunyai bobot / nilai pekerjaan yang besar
o Kegiatan yang materialnya harus melalui proses yang cukup lama.

2.2. WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN


Perhitungan lamanya waktu untuk melaksanakan kegiatan
dilakukan bila dinilai jadwal pelaksanaan yang disusun dalam RAB
tidak memadai.
Diagram alir perhitungan dapat dilihat pada halaman berikut :
Gambar 2.1. Diagram alir perhitungan waktu penyelesaian kegiatan
MULAI

DATA RAB

KOEFISIEN ANALISA KUANTITAS / VOLUME

KAPASITAS ATAU KAPASITAS ATAU


JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH ALAT

PRODUKSI KELOMPOK PRODUKSI ALAT


PRODUKSI
MINIMUM

WAKTU PENYELESAIAN

SELESAI
Untuk menghitung kapasitas produksi harian kelompok
tenaga kerja dan masing – masing peralatan maka
digunakan kuantitas / koefisien analisa harga satuan
pekerjaan. Setelah mengetahui kapasitas produksi maka
selanjutnya menentukan produksi minimum harian
diantara kelompok tenaga kerja dan peralatan.
Konsekwensinya bahwa terdapat alat – alat / kelompok
tenaga kerja yang menganggur karena kapasitasnya tidak
dapat digunakan secara maksimal. Agar alat tidak
menganggur teralu lama maka perlu perhitungan yang
cermat. Usahakan supaya produksi harian kelompok
tenaga kerja mendekati produksi harian salah satu alat.
2.3. PRODUKSI TENAGA KERJA
Estimasi produksi tenaga kerja dapat didasarkan pada
kuantitas ( koefisien ) tenaga kerja yang ada dalam analisa
harga satuan untuk pekerjaan tersebut. Secara matematis
diformulasikan sebagai berikut :

1
Qtk = ...............................................................................................................2.1
xJtk
Ktk

Dimana :
Qtk = Produksi tenaga kerja
Ktk = Kuantitas / Koefisien tenaga kerja
Jtk = Jumlah Tenaga Kerja
Sebagai contoh dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut ini.
Tabel 2.1. Perhitungan Jumlah Dan Produksi tenaga kerja
Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar Satuan M3
Jumlah
No Tenaga Kerja Satuan Kuantitas Tenaga Kerja Produksi
( Orang ) M3/Jam
1 Mandor Jam 0.639 1.000 1.566
2 Tukang Jam 1.277 2.000 1.566
3 Pekerja Jam 6.386 10.000 1.566

Catatan :
o Kuantitas diperoleh dari analisa harga satuan pekerjaan
pasangan batu dengan mortar
o Jumlah mandor diasumsikan satu orang, jumlah tukang
adalah perbandingan kuantitas tukang dengan mandor,
jumlah pekerja adalah perbandingan kuantitas pekerja
dengan mandor
o Produksi diperoleh berdasarkan formula 2.1.
Jumlah tenaga kerja merupakan perbandingan angka
kuantitas atau koefisien masing – masing tenaga kerja
dengan mandor, dengan mengasumsikan bahwa jumlah
mandor adalah satu orang sehingga ;
➢ Tukang = 1.277 : 0.639 = 2 orang
➢ Pekerja = 6.386 : 0.639 = 10 orang
Produksi tenaga kerja adalah sebagai berikut :
▪ Mandor = 1/ 0.639 x 1 orang = 1.57 m3 / jam
• Tukang = 1/ 1.277 x 2 orang = 1.57 m3 / jam
• Pekerja = 1/ 6.386 x 10 orang = 1.57 m3 / jam
Pada beberapa analisa harga satuan, terdapat nilai
perbandingan koefisien yang tidak tepat, sehingga
menyebabkan perbedaan nilai produksi diantara tenaga
kerja.
Pada kondisi ini, maka nilai produksi terkecil ( minimum ) yang
akan digunakan sebagai produksi kelompok. Demikian halnya
juga jika kelompok tenaga kerja bekerja bersama – sama
dengan alat, maka produksi terkecil diantara produksi tenaga
kerja dan alat yang digunakan sebagai produksi kerja.
Sebagai contoh lihat tabel berikut ini :
Tabel 2.2. Perhitungan Jumlah Dan Produksi tenaga kerja
Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar Satuan M3
No Tenaga Kerja Satuan Kuantitas Jumlah Tenaga Kerja ( Org ) Produksi
Jml org dibulatkan M3/Jam
1 Mandor Jam 0.639 1.000 1.000 1.566
2 Tukang Jam 1.124 1.760 2.000 1.780
3 Pekerja Jam 5.848 9.158 9.000 1.539

Dengan demikian yang dapat direkomendasikan menjadi


produksi kelompok tenaga kerja adalah 1.539 m3 / jam. Hasil ini
terlihat tidak optimal karena ada tenaga kerja yang tidak
efektif digunakan, misalnya pada tukang dan mandor. Secara
teoritis jumlah tukang yang dibutuhkan adalah 1.760 org,
namun harus diadakan sebanyak 2 orang.
Perhitungan analisa hanya menganggarkan biaya untuk 1,760
0rang sehingga terjadi kerugian sebanyak 0.24 orang yang
tidak diamggarkan sebagai biaya dalam pelaksanaan
pekerjaan tersebut, padahal secara realitas mereka
sesungguhnya ada walaupun pada kenyataannya ada yang
mengganggur karena kemampuan produksinya lebih besar
dari produksi pekerja.
2.4. PRODUKSI ALAT
Formula umum untuk menentukn produksi alat adalah :
60
Q = q  E ...............................................................................................2.2
Ws

Dimana :
Q = Produksi alat
q = Kapasitas Alat
Ws = Waktu Siklus
E = Efisiensi alat
Dalam pelaksanaan proyek dikenal produksi dalam keadaan
padat ( compacted ) dan dalam keadaan lepas ( loose ).
Pada saat alat angkut ( truck ) memindahkan material maka
volume produksi yang terjadi adalah dalam keadaan lepas.
Pada saat pengukuran untuk pembayaran penkerjaan maka
produksi yang dihitung adalah dalam keadaan padat. Untuk
memadatkan 1 m3 material dibutuhkan lebih dari 1 m3 material
dalam keadaan lepas. Hal ini disebabkan sifat penyusutan
material ( shrinkage ). Sifat lain dari material adalah
pengembangan ( swell ) yang terjadi pada saat material /
tanah dilepas atau diganggu dari keadan padat atau asli.
Dengan melihat kondisi tersebut ( padat dan lepas ) maka
formula 2.2. merupakan produksi dalam keadaan lepas,
sedangkan formula produksi dalam keadaan padat adalah :
60
Qp = q  E f ...................................................................................2.3
Ws
Qp = QL  f ................................................................................2.4

Dimana
QL = Produksi dalam keadaan lepas
Qp = Produksi dalam keadaan padat
f = faktor kondisi material ( lebih kecil dari 1 )

Pada kontrak - kontrak proyek yang mempunyai analisa harga


satuan item pekerjaan maka estimasi produksi alat dapat
didasarkan pada kuantitas ( koefisien ) alat yang ada dalam
analisa harga satuan untuk pekerjaan tersebut. Produksi
tercermin dari kuantitas ini adalah produksi dalam keadaan
padat.
1
Qp = .....................................................................................................2.5
Ka
Dimana :
Qp = Produksi alat dalam keadaan padat
Ka = Kuantitas alat
Formula 2.5 tersebut adalah sama dengan formula 2.1.
dengan memperhitungkan jumlah alat yang dalam analisa
harga satuan adalah sama dengan satu unit. Hasil produksi
yang lebih kecil dalam perhitungan ini mengindikasikan
penggunaan alat dilapangan lebih dari satu unit, jika produksi
yang diinginkan lebih besar dari alat yang produksinya paling
kecil.

Umumnya peralatan yang perolehannya membutuhkan


investasi yang besar seperti loader, excavator, bulldozer hanya
digunakan sebanyak satu unit jika waktu pelaksanaan masih
mencukupi. Alat – alat yang mudah diadakan lebih dari satu
unit misalnya dump truck dan concrete mixer.
Sebagai Contoh dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Perhitungan produksi alat
Pekerjaan : Asphalt Treated Base ( ATB ) Sat. m3
No Alat Satuan Kuantitas Produksi Jumlah Alat ( Unit )
m3/jam Jml dibulatkan
1 Wheel Loader Jam 0.0229 43.67 0.35 1
2 Dump Truck Jam 0.3782 2.64 5.76 6
3 Tandem Roller Jam 0.0466 21.46 0.71 1
4 Tire Roller Jam 0.0439 22.78 0.67 1
5 Asphalt Mixing Plant Jam 0.0657 15.22* 1.00 1
6 Generator Set Jam 0.0657 15.22* 1.00 1
7 Asphalt Finisher Jam 0.0657 15.22* 1.00 1

Catatan :
• Kuantitas diperoleh dari analisa harga satuan pekerjaan ATB
• Jumlah Alat didasarkan pada produksi minimum alat ( * ),
selain dump truck. Produksi minimum dari tabel diatas
adalah 15,22 m3/ jam sehingga jumlah alat merupakan
perbandingan antara produksi minimum tersebut dengan
produksi alat yang bersangkutan.
• Produksi diperoleh berdasarkan formula 2.5
Produksi Wheel loader adalah 1/ 0.0229 = 43.67 m3/ jam.
Dengan cara yang sama maka dapat dihitung produksi alat –
alat yang lain. Perlu diingat bahwa hasil produksi tersebut
dalam keadaan padat.

2.5. PRODUKSI MINIMUM

Pada pelaksanaan konstruksi baik tenaga kerja maupun alat


tidak bekerja secara induvidu namun mereka bekerja secara
kelompok untuk menyelesaikan pekerjaaan tersebut secara
bersama – sama. Pengertian bekerja bersama – sama adalah
bahwa didalam waktu yang sama, mereka menghasilkan
pekerjaan dengan jumlah ( produksi ) yang sama. Namun
sesungguhnya, produksi masing –masing (tenaga kerja dan
alat ) secara induvidu berbeda.
Oleh karena itu besarnya produksi yang mungkin dilakukan
secara bersama – sama adalah produksi yang paling kecil
( minimum ). Pada kebanyakan proyek, pelaksana jarang
sekali menginvestasikan peralatannya dalam jumlah yang
lebih dari satu kecuali alat angkut ( truck ), sehingga dalam
pengertian ini produksi minimum yang diakibatkan oleh truck
diabaikan, karena diasumsikan jumlahnya dapat diadakan
lebih dari satu unit.

Jika dalam analisa harga satuan pekerjaan, terdapat


kelompok tenaga kerja yang bekerja bersama – sama dengan
alat dalam menyelesaikan satu satuan pekerjaan, maka
konsep produksi minimum tetap digunakan. Hal ini
mengindikasikan bahwa harus memilih produksi yang terkecil
diantara produksi alat dan tenaga kerja.
2.6. WAKTU PENYELESAIAN ITEM PEKERJAAN
Waktu penyelesaian item pekerjaan adalah waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh kuantitas item
pekerjaan yang terdapat dalam Bill Of Quantity ( BOQ ) dari
proyek yang bersangkutan. Untuk menentukan waktu
penyelesaikan item pekerjaan digunakan formula sbb :
V
W = .............................................................................,,,................2.6.
Qm

Dimana :
W = Waktu penyelesaikan item pekerjaan
V = Kuantitas pekerjaan
Qm = Produksi minimum ( per hari atau per jam )
Contoh
Sebuah proyek mempunyai pekerjaan pasangan batu
dengan mortar sebanyak 1500 m3. Produksi m3 / jam dapat
dilihat pada tabel 2.1 sehingga waktu penyelesaian item
pekerjaan dapat ditentukan sbb :
Tabel. 2.4. Perhitungan waktu Penyelesaian Item Pekerjaan
Produksi Produksi Waktu
No Item Pekerjaan Satuan Kuantitas m3/ jam m3/ hari penyelesaian
( Hari )

1 Pas. Batu Dgn Mortar M3 1500 1.57 10.99 136.49

Catatan :
▪ Produksi per hari diperoleh dari produksi per jam dikalikan
dengan waktu kerja efektif per hari ( diasumsikan 7 jam per
hari )
• Waktu penyelesaian item pekerjaan diperoleh dengan
menggunakan formula 2.6.
Dari tabel diatas terlihat bahwa, waktu penyelesaian pekerjaan
pasangan batu dengan mortar cukup lama. Untuk mengatasi hal
ini maka jumlah kelompok tenaga kerja dapat ditambah karena
perhitungan diatas mengandaikan pekerjaan dikerjakan oleh satu
kelompok tenaga kerja. Jika menggunakan 3 kelompok tenaga
kerja maka :

• Produksi kelompok tenaga kerja = 3 x 10.99 = 32.97 m3 / hari


• Waktu penyelesaian pekerjaan = 1500 / 32.97 = 45.5 hari

Meningkatkan produksi dapat juga dilakukan dengan menambah


jam kerja efektif per hari yaitu melalui kerja lembur. Misalnya
pekerjaan pasangan batu dan mortar ingin dipercepat melalui
kerja lembur ( Over time ) dan setiap harinya secara efektif
diadakan lembur selama 3 jam maka :
• Jam kerja efektif per hari = 7 + 3 = 10 jam
• Produksi per hari = 1.57 x 10 x 3 = 47,1 m3 / hari

Waktu penyelesaian pekerjaan = 1500 / 47,1 = 31.847 hari.


Jika tidak terpaksa karena berbagai alasan maka umumnya kerja
lembur jarang sekali diadakan. Kerja lembur akan menyebabkan
konsekwensi biaya yang cukup tinggi karena insentif untuk lembur
cukup besar dibandingkan jika bekerja pada jam kerja normal.
Sehingga kerja lembur diadakan hanya jika waktu pelaksanaan
sudah sangat kritis dan mempunyai kecenderungan untuk
terlambat.
2.7.BOBOT KEGIATAN
Bobot kegiatan adalah prosentase kegiatan terhadap
keseluruhan nilai item pekerjaan. Bobot kegiatan ini
menggambarkan besarnya yang menunjukkan keutamaan suatu
item pekerjaan secara relatif terhadap item pekerjaan lainnya
yang terdapat dalam proyek yang bersangkutan.
Pada beberapa proyek, bobot item pekerjaan
dikelompokkanmenurut tingkat keutamaannya. Bobot item
pekerjaan yang lebih besar dari 2 % dikelompokkan dalam
pekerjaan mayor sedangkan yang lebih kecil dari 2 % disebut
pekerjaan minor. Jadi keutamaan suatu item pekerjaan
ditentukan oleh nilai total item pekerjaan tersebut yang
tergantung dari volume item pekerjaan dan analisa harga
satuannya.
Semakin besar volume pekerjaan dan analisa harga satuannya,
maka semakin besar pula bobot item pekerjaan yang
bersangkutan.
Pada penyusunan jadwal pelaksanaan, pekerjaan – pekerjaan
mayor harus diperhatikan karena membutuhkan sumberdaya yang
relatif besar. Sumberdaya ini harus diadakan dan didistribusikan
secara memadai agar target produksinya dapat dicapai.
Kebanyakan pekerjaan – pekerjaan minor dapat dikerjakan secara
parallel dengan pekerjaan – pekerjaan mayor.

Untuk menghitung bobot kegiatan sebaiknya diperhatikan kembali


diagram biaya proyek seperti diuraikan dibawah ini :
Gambar 2.2. Diagram Biaya Proyek
Keterangan Symbol :
BP = Biaya Proyek
Xi = Biaya Item Pekerjaan ke – i
O = Fee dan Overhead
Tax = Pajak
Vi = Kuantitas / Volume Item Pekerjaan ke-i
Ai = Analisa Harga Satuan Item Pekerjaan ke-i
Ti = Biaya Tenaga Kerja Analisa Harga Satuan item pekerjaan ke-i
Mi = Biaya Material Analisa Harga Satuan item pekerjaan ke-i
Pi = Biaya Peralatan Analisa Harga Satuan item pekerjaan ke-i
Tij = Biaya Unsur Tenaga Kerja ke - j Analisa Harga Satuan item pekerjaan ke-i
Mij = Biaya Unsur Material ke - j Analisa Harga Satuan item pekerjaan ke-i
Pij = Biaya Unsur Peralatan ke - j Analisa Harga Satuan item pekerjaan ke-i
KTij = Kuantitas/Koefisien unsur tenaga kerja ke - j Analisa Harga Satuan item pekerjaan ke-i
KMij = Kuantitas/Koefisien unsur Material ke - j Analisa Harga Satuan item pekerjaan ke-i
KPij = Kuantitas/Koefisien unsur Peralatan ke - j Analisa Harga Satuan item pekerjaan ke-i
HTij = Harga Satuan unsur tenaga kerja ke - j Analisa Harga Satuan item pekerjaan ke-i
HMij = Harga Satuan unsur Material ke - j Analisa Harga Satuan item pekerjaan ke-i
HPij = Harga Satuan unsur Peralatan ke - j Analisa Harga Satuan item pekerjaan ke-i
Oleh karena bobot merupakan ukuran keutamaan suatu item
pekerjaan maka formulanya adalah sebagai berikut :

Xi
Bb = n
x100% ....................................................................2.7
 Xi
i =1

Jika biaya overhead ( O ) dan Pajak ( Tax ) telah diperhitungkan


didalam analisa harga satuan item pekerjaan ( Ai ) maka formula
bobot item pekerjaan adalah :
Xi ....................................................................2.8
Bb = x100%
Bp
Sebagai contoh, hitungan bobot pada RAB berikut ini :
Tabel 2.4. Rekapitulasi Daftar Kuantitas dan Harga
Contoh Perhitungan Bobot
sbb :
1. Pekerjaan Persiapan
21.426.445,40
𝐵𝑏 = 𝑥 100%
1.157.505.638,10
= 1,85
2. Pekerjaan Struktur
a. Pek. Galian dan Urugan
35.607.426,49
𝐵𝑏 = 𝑥 100%
1.157.505.638,10
= 3,08
b. Pekerjaan Beton
380.632.833,57
𝐵𝑏 = 𝑥 100%
1.157.505.638,10
= 32,88
2.8. DIAGRAM BALOK
Diagram balok dikembangkan pertama kali pada awal abad ke 19
oleh Hendry L. Gantt, sehingga metode penjadwalan ini dikenal juga
dengan nama The Gant Chart. Diagram ini digambarkan dalam
bentuk balok –balok yang mengilustrasikan keseluruhan aktivitas
proyek yang ada dalam item – item pekerjaan. Tiap balok
menggambarkan satu aktivitas atau satu item pekerjaan. Balok –
balok tersebut disusun dalam kondisi yang berurutan atau disebut seri
dan dapat juga disusun dalam kondisi paralel.

Suatu pekerjaan disebut seri jika untuk memulai pekerjaan tersebut


harus menunggu sampai pekerjaan yang mendahuluinya selesai
dikerjakan. Pekerjaan disebut paralel jika untuk memulai pekerjaan
tersebut tidak perlu menunggu sampai pekerjaan yang
mendahuluinya selesai dikerjakan. Pekerjaan yang bersifat paralel
satu dengan yang lainnya dapat dikerjakan secara bersama – sama
pada saat yang sama misalnya antara pekerjaan pasangan tembok
dinding penahan dengan lapis pondasi pada suatu pekerjaan jalan.
Pekerjaan yang bersifat seri akan menyebabkan waktu kerja menjadi
kritis karena adanya ketergantungan saat mulai pekerjaan tersebut
misalnya pekerjaan sloof pada suatu gedung baru dapat dikerjakan
jika pasangan pondasi telah selesai dikerjakan.

Balok – balok pada diagram balok melambangkan suatu aktivitas atau


item pekerjaan, panjang balok menggambarkan lamanya suatu item
pekerjaan akan dikerjakan. Kemajuan aktivitas tersebut tidak
diperlihatkan secara nyata pada balok – balok tersebut karena
diasumsikan bahwa kenajuan fisik pekerjaan merupakan fungsi linear
terhadap waktu yang telah dijalani. Oleh karena itu dalam
perencanaan tidak diadakan suatu usaha untuk memperlihatkan
prosentase penyelesaian fisik pada suatu titik pada balok untuk
mencerminkan kemajuan fisik aktivitasnya.
Untuk dapat memperlihatkan kemajuan fisik pekerjaan, maka diagram
balok ini dimodofikasi dengan manambah prosentase fisik pekerjaan
pada bagian atas balok menurut skala waktu tertentu, baik pada saat
perencanaan maupun pada saat pelaksanaan. Namun distribusi
prosentase fisik pekerjaan tersebut tetap diasumsikan merupakan funsi
linear terhadap waktu.

Manfaat diagram balok adalah :


a. Dapat memperlihatkan kapan mulai dan mengakhiri suatu item
pekerjaan.
b. Dapat memperlihatkan lamanya suatu item pekerjaan boleh
dilaksanakan.
c. Dapat memperlihatkan urutan – urutan pelaksanaan item
pekerjaan
d. Dengan menambah informasi prosentase kemajuan fisik pekerjaan,
diagram ini dapat memperlihatkan target yang ingin dicapai untuk
dapat mengendalikan pelaksanaan pekerjaan.
Kendala yang sering dihadapi bila menggunakan diagram balok ini
adalah :
1. Diagram ini mejadi tidak praktis jika aktivitas proyek sangat luas dan
kompleks dimana balok – balok yang dibutuhkan untuk
mengilustrasikannya sangat banyak.
2. Diagram ini sangat sederhana sehingga sangat sulit untuk diterapkan
pada aktivitas – aktivitas proyek yang cukup kompleks dalam hal
logika hubungan antar kegiatan. Misalnya aktivitas dalam pekerjaan
beton adalah pembuatan perancah, bekisting,pembengkokan
tulangan, perakitan tulangan,pengecoran dan perawatan sedangkan
dalam diagram hanya digambarkan dalam satu balok.
3. Bangan ini sulit untuk digunakan dalam meramalkan pengaruh yang
ditimbulkan oleh perubahan atau penyimpangan dari suatu aktivitas
tertentu. Demikian juga halnya dengan memproyeksikan kemajuan
pekerjaan diwaktu yang akan datang.
Walaupun memilikih kendala dalam aplikasinya, namun diagram ini
sangat disukai karena kesederhanaan pemahaman sehingga sangat
sering digunakan secara luas dalam perencanaan – perencanaan
awal.

Waktu yang ditampilkan dalam diagram balok tergantung dari


lamanya suatu proyek dilaksanakan. Jika masa pelaksanaan proyek
sangat panjang, misalnya beberapa tahun maka satuan waktu yang
biasa digunakan adalah bulan. Jika masa pelaksanaan proyek dalam
beberapa bulan maka satuan waktu yang biasa digunakan adalah
minggu. Kegiatan – kegiatan yang dikerjakan dalam jangka waktu
yang pendek umumnya menggunakan satuan hari. Ilustrasi diagram
balok sebagai berikut :
2.9. KURVA S ( S – CURVE )
Disebut kurva – S karena bentuk grafiknya berbentuk huruf s, kadang
– kadang disebut juga Lazy Curve, karena karakteristik kurva yang
manggambarkan bahwa awal kegiatan pekerjaan selalu lambat
sehingga disebut malas. Kurva ini dikembangkan untuk menjawab
kendala – kendala yang dihadapi pada penggunaan diagram
balok.
Secara grafis kurva – S menggambarkan ukuran kemajuan
pekerjaan secara kumulatif terhadap waktu, Kemajuan pekerjaan
tersebut dapat diukur menurut kebutuhan yang ingin diinformasikan,
misalnya prosentase kemajuan pekerjaan, jumlah uang atau
sumberdaya lain yang telah digunakan. Berkaitan dengan
penjadwalan ini maka lebih ditekankan pada prosentase kemajuan
pekerjaan. Bentuk S yang khas tersebut pada kurva berasal dari
pemaduan kemajuan setiap satuan waktu untuk mendapatkan
suatu kemajuan kumulatif.
Pada pelaksanaan proyek –proyek maka pengeluaran suberdaya
untuk setiap satuan waktu cenderung berjalan dengan lambat pada
saat awal dan meningkat pada masa – masa berikutnya, kemudian
berkurang secara berangsur –angsur bila telah mendekati pada akhir
masa penyelesaian proyek. Hak ini menyebabkan kemiringan dari
kurva kumulatif itu dimulai secara lambat pada saat awal, meningkat
pada bagian tengahnya dan kemudian melandai kembali bila telah
mendekati masa akhir kontrak.
Manfaat kurva – S adalah :
a. Manfaat Diagram Balok dapat juga menjadi manfaat kurva – S.
b. Dapat mengetahui kemajuan pekerjaan tiap waktu
c. Dapat mengetahui kemajuan pekerjaan secara kumulatif dari
seluruh item pekerjaan.
d. Dapat memperlihatkan kemajuan atau keterlambatan pekerjaan
serta kecenderungannya.
e. Dapat merencanakan Cash Flow.
Secara umum kelemahan Diagram balok juga masih merupakan
kelemahan kurva – S namun Kurva – S telah menjawab beberapa
kelemahan tersebut yaitu : Kurva – S dapat meramalkan pengaruh
yang ditimbulkan oleh perubahan atau penyimpangan

secara kumulatif dari suatu aktivitas tertentu. Demikian juga halnya


dengan memproyeksikan kenmajuan pekerjaan secara kumulatif
diwaktu yang akan datang. Walaupun memilikih kendala dalam
aplikasinya namun kurva – S ini sangat disukai karena
kesederhanaan pemahaman, sehingga sangat sering digunakan
secara luas dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek. Ilustrasi
kurva – S dapat dilihat pada gambar berikut :
Kelandaian Kurva menunjukkan besar kecilnya penggunaan
sumberdaya. Kurva yang curang menunjukkanpenggunaan
sumberdaya yang tinggi. Karakteristik ini penting bagi pelaksana untuk
dapat menyeimbangkan kemampuan perusahaan dengan
pelaksanaan dilapangan. Kemampuan perusahaan yang rendah
pada suatu waktu tertentu dapat diatasi dengan menurunkan
aktivitas sehingga kebutuhan sumber daya juga berkurang dan
penampilan kurva menjadi lebih landai.
Jika Kurva realisasi berada dibawah kurva rencana maka dikatakan
pelaksanaan proyek mengalami keterlambatan begitupula sebaliknya
jika kurva realisasi berada diatas kurva rencana maka dikatakan
pelaksanaan proyek mengalami percepatan. Oleh sebab itu evaluasi
setiap akhir minggu untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan
dilapangan sangat penting untuk mengetahui keterlambatan
sehingga tindakan korektif dapat segera dilakukan pada minggu
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai