Anda di halaman 1dari 58

STRATEGI GURU DALAM MENGEMBANGKAN MUTU

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KULTUR DAERAH DI


SMPN 2 WAWO

PROPOSAL SKRIPSI
Oleh

Muhammad Harmoko
E1R117019

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam melakukan penelitian


program sarjana (S1) Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2021
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Majapahit No. 62 Telp (0370) Fax. 634918 Mataram 83125

PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Nama : Muhammad Harmoko


Nim : E1R117019
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dosen PA : Dr. Arjudin, M.Si

JUDUL SKRIPSI
Strategi guru dalam mengembangkan mutu pembelajaran matematika
berbasis kultur daerah di SMPN 2 WAWO
Mataram, 29 Januari 2020
Mahasiswa

MUHAMMAD HARMOKO
NIM. E1R117019
Menyetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Drs. BAIDOWI, M. Si. DENI HAMDANI, S.Pd.,


M.Pd.
NIP. 19650406 199203 1 001 NIP.198602212019031004

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Drs. BAIDOWI, M. Si.


NIP. 19650406 199203 1 001

ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Majapahit No. 62 Telp (0370) 623873 Fax. 634918 Mataram-NTB.
Web: http://unram.ac.id/

PENETAPAN JUDUL SKRIPSI

Nama : Muhammad Harmoko


Nim : E1R117019
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dosen PA : Dr. Arjudin, M.Si

JUDUL SKRIPSI
Strategi guru dalam mengembangkan mutu pembelajaran matematika berbasis
kultur daerah di SMPN 2 WAWO
Mataram, 29 Januari 2020
Mahasiswa Pemohon

MUHAMMAD HARMOKO
NIM. E1R117019
Menyetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Drs. BAIDOWI, M. Si. DENI HAMDANI, S.Pd., M.Pd.


NIP. 19650406 199203 1 001 NIP.198602212019031004

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Drs. BAIDOWI, M. Si.


NIP. 19650406 199203 1 001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal yang berjudul Strategi

Guru dalam Mengembangkan Mutu Pembelajaran Matematika Berbasis Kultur

Daerah di kelas VII SMPN 2 WAWO ini tepat pada waktunya. Sholawat dan

salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Baginda Nabi

muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman kebodohan

menuju ke zaman yang terang benderang seperti zaman ini. Penulisan proposal

penelitian ini tidak jauh dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan

banyak bantuan, kritik dan saran yang membangun, sehingga proposal ini

terselasaikan dengan tuntas. Oleh karena itu, dengan segala hormat penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. ..................... selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan

Universitas Mataram.

2. ..................... selaku Ketua Program Studi Fakultas Pendidikan dan Ilmu

Keguruan Universitas Mataram.

3. ..................... selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan hati

mendidik, dengan memberikan masukan, kritik dan saran dalam

penyusunan proposal penelitian ini.

4. .................... selaku Dosen Pembimbing II yang telah berkenan hati

mendidik, mengajar, kritik dan saran dalam penyusunan proposal

penelitian ini.

iv
5. ................. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan

nasehat kaitan akademik sehingga penulis dapat sampai pada puncak ini.

6. Keluarga yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, didikan, dan

menyertakan doa dalam setiap aktivitas maupun aspek kehidupan.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal penelitian ini ada anyak

kekeliruan ataupun kesalahan yang tidak sengaja dilakukan, baik secara

penyampaian bahasa, maupun kerapian dalam penyusunan. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersfat membangun

demi kesempurnaan dari proposal penelitian ini. Demikian, semoga proposal

penelitian ini bisa bermanfaat bagi berbagai pihak, baik sebagai bahan bacaan,

referensi, dan keperluan lainnya.

v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
BAB I.....................................................................................................................11
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................11
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................30
1.3 Tujuan penelitian..........................................................................................30
1.4 Manfaat penelitian........................................................................................31
1.4.1. Manfaat Teoritis...................................................................................31
1.4.2. Manfaat Praktis....................................................................................31
1.5. Lingkup penelitian......................................................................................32
1.6. Definisi operasional/istilah..........................................................................32
1.6.1. Strategi Guru......................................................................................32
1.6.2. Mutu Pembelajaran...........................................................................32
BAB II....................................................................................................................34
2.1 Landasan teori..............................................................................................34
BAB III...................................................................................................................45
3.1. Rancangan Penelitian................................................................................45
3.1.1. Pendekatan Penelitian.......................................................................45
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................46
3.3. Populasi dan Sampel.................................................................................46
3.4. Metode pengumpulan data.......................................................................47
3.5. Instrumen Penelitian.................................................................................48
3.6. Prosedur Penelitian...................................................................................49
Daftar Pustaka........................................................................................................55

vi
DAFTAR TABEL
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Uma Lengge, 18
Gambar 2.1 Uma Jompa, 18
Gambar 3.1 Konstruksi Uma Jompa 20
Gambar 4.1 Konstruksi Uma Jompa 20
Gambar 5.1 Konstruksi Uma Jompa 21
Gambar 6.1 Motif tembe nggoli mbojo, 23
Gambar7.3 Bagan Prosedur Penelitian, 51

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi – Kisi Instrument Penelitian, 69

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, proses pengajaran di sekolah menengah pertama

(SMP) menuntut peranan dari seorang guru. Peranan guru disini adalah

sebagai pengorganisasi lingkungan belajar dan sekaligus sebagai fasilitator

belajar yang meliputi guru sebagai model, perencana, peramal, pemimpin,

dan penunjuk jalan atau pembimbing kearah pusat-pusat belajar (Zein,

2016). Guru diberi keleluasaan bukan saja memilah dan memilih, tetapi

merancang dan menentukan sendiri bahan ajar pembelajaran yang sesuai

dengan model kultur tempat ia mengajar, dengan mengedepankan prinsip-

prinsip tujuan yang harus dicapai. Sehingga pengajar harus kreatif

merancang bahan ajar yang mengangkat kearifan lokal yang ada di

lingkungan dimana siswa berada (Ferdianto & Setiyani, 2018).

Selanjutnya dari segi mata pelajaran, salah satunya matematika.

Mata pelajaran matematika diberikan dengan orientasi pada penyelesaian

masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Leeuw (

Handayani, 2015) menjelaskan bahwa menyelesaikan masalah pada

hakikatnya adalah belajar berpikir atau belajar bernalar untuk

mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh

sebelumnya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika, dan

11
menurut Hamdani & Subarinah (2020) pemecahan masalah adalah strategi

untuk belajar matematika baru. Definisi atas pemecahan masalah ini

mengindikasikan bahwa belajar bukan saja dihafal rumusannya secara

normatif, melainkan untuk dipahami, sehingga peserta didik merasakan

manfaat matematika dalam kehidupannya. Pemahaman terhadap konsep

matematika diharapkan dapat membantu siswa dalam menghubungkan

konsep secara bebas, sahih dan tepat untuk menyelesaikan masalah

(Radiusman, 2020).

National Council of Teachers of Mathematics (Leo Adhar, 2012)

menetapkan bahwa program pembelajaran dari pra-taman kanak-kanak

sampai dengan kelas 12 harus memungkinkan siswa untuk: (1) menciptakan

dan menggunakan representasi untuk mengorganisir, mencatat, dan

mengkomunikasikan ide-ide matematis; (2) memilih, menerapkan, dan

menerjemahkan representasi matematis untuk memecahkan masalah; dan

(3) menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan

fenomena fisik, sosial, dan fenomena matematis. Hal itu di dukung dengan

tujuan pendidikan matematika berdasarkan Permendiknas No.22 tahun 2006

(Mts, 2013) yaitu : Pertama, memahami konsep matematika; kedua,

menggunakan penalaran; ketiga, memecahkan masalah; keempat,

mengkomunikasikan gagasan; kelima, memilih sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan.

12
Terlepas dari tujuan belajar matematika menurut NCTM dan

Permendiknas di atas, rendahnya kemampuan matematika siswa Indonesia

menurut hasil laporan studi Programme for International Student

Assessment (PISA) 2018 yang dirilis serentak pada hari Selasa, 3 Desember

2019, skor rata-rata matematika mencapai 379 dengan skor rata-rata OECD

487 (Maulipaksi, 2016) dan laporan The Trends in International

Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2015 (Hadi & Novaliyosi,

2019) yang menunjukan bahwa Indonesia berada pada peringkat 44 dari 49

negara. Hasil TIMSS mengungkapkan bahwa kemampuan matematis siswa

Indonesia dalam mengerjakan soal- soal tidak rutin sangat lemah, sedangkan

untuk mengerjakan soal-soal tidak rutin berkaitan dengan kemampuan

pemahaman siswa dalam mengaitkan konsep matematis yang telah

dipelajarinya untuk menyelesaikan suatu masalah, selain itu untuk

membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sangat berkaitan dengan

bagaimana cara siswa merepresentasikan masalah tersebut kedalam bentuk

tabel, grafik, atau simbol-simbol matematika sehingga dapat memudahkan

siswa dapat menyelesaikannya.

Menurut Jean Piaget (Ibda, 2015) ada dua tahap perkembangan

kogniti pada anak. Pertama adalah tahap sensorimotor, pada tahap ini anak

akan mengambil kerangka bagi interaksi awal dengan lingkungannya sesuai

dengan kemampuan intelektualnya. Tahap ini lumayan berjalan

lambat.Tahap yang kedua adalah tahap interiorisasi, tahap ini anak langsung

berhadapan langsung dengan lingkungan dan sudah timbul kemampuan

13
untuk memanipulasi simbol diri dan lingkungan. Biasanya yang menjadi

tahap dominan pada peserta didik pada strata Sekolah Menengah Pertama

(SMP) adalah tahap sensorimotor. karakter menganalisa teman bermain dan

belajar masih berjalan dinamis, dan pada strata ini juga mereka kebanyakan

masih melakukan prakstek aksiologis masih parsial dan normatif.

Indonesia dengan negara multikultur, sangat penting untuk

mengkaitkan matematika dengan kultur masyarakat dengan cara

kontektualisasi matematika melalui proses pembelajaran dan materi yang

kontektual dengan budaya masyarakat. Sebagaimana yang di jelaskan oleh

Jonson (Handayani, 2015) bahwa pembelajaran kontekstual (Contextual

Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengkaitkan antara materi yang diajarkankanya dengan dunia nyata siswa

dan mendorong siswa mencari hubungan antara pengetahuan yang di

milikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Kontekstualisasi matematika ini dapat diimplementasi melalui sumber

belajar yang berbasis kebudayaaan. Sumber belajar berbasis kebudayaan ini

sejalan dengan dengan pembelajaran kontekstual, yang di dalamnya anak

dapat belajar atau beraktivitas sesuai dengan kultur peserta didik, serta

mempermudah proses komunikasi antar individu, baik siswa dengan siswa

lainnya atau siswa dengan pendidik/gurunya.

Kabupaten Bima adalah daerah yang memiliki kekayaan budaya

(local wisdom) salah satunya yang menjadi falsafah dalam masyarakat

kabupaten bima yaitu “falsafah maja labo dahu”. Menurut (A. Gafar

14
Hidayat & Tati Haryati, 2019) bahwa, maja labo dahu memiliki makna :

maja berarti malu, labo berarti dan, dan dahu berarti takut. Sehingga maja

labo dahu diartikan sebagai malu dan takut. Secara terminologis, maja labo

dahu berarti malu dan takut pada diri sendiri, orang lain dan kepada tuhan

ketika melakukan suatu kesalahan atau penyelewengan dalam bertindak.

Dengan pengertiannya tersebut, maja labo dahu merupakan alat kontrol

bagi setiap individu dalam bertindak, baik secara horizontal pada sesama

manusia, maupun secara vertikal pada Tuhan Yang Maha Esa.

Falsafah maja labo dahu dapat dijadikan sumber pembentukan atau

pembangun sikap peserta didik dalam belajar matematika dan menghargai

nilai matematika bagi kehidupan, karena falsafah ini memiliki nilai yang

lebih terkonsentrsi pada pembentukan sikap baik masyarakat. Falsafah maja

labo dahu ini kemudian akan digunakan sebagai sumber strategi

pembelajaran yang diimplementasikan dalam bentuk sumber belajar atau

bahan ajar matematika dengan tujuan untuk mengembangkan mutu

pembelajaran matematika di kelas. Ide mengunakan falsafah maja labo

dahu sebagai strategi pembelajaran diadopsi dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Tusriyanto, 2020) yang mengatakan pentingnya penyusunan

modul atau bahan ajar dalam pembelajaran berbasis budaya local sebagai

strategi guru dalam membelajarkan siswa, karena selain membangun mutu

pembelajaran, pembelajaran berbasis budaya lokal sangat diperlukan

sebagai upaya untuk mempertahankan kebudayaan daerah masing-masing

propinsi.

15
Ide lain yang memotivasi untuk menggunakan strategi pembelajaran

berbasis budaya Bima adalah krisis karakter yang terlihat pada bahwa

generasi kita sekarang, yang cenderung mengikuti sesuatu hal yang kadang

kala sangat jauh dari karakter budaya bangsa kita. Karakter-karakter yang

seharusnya dipelajari dan dipahami oleh mereka dari bangsanya kini

tergantikan oleh budaya luar yang tidak jelas datangnya. Memahami status

terancamnya sebuah kebudayaan lokal di tengah era globalisasi bisa dilihat

dari contoh bagaimana tari cokek betawi bertahan saat ini. Tari tradisional

seperti tari cokek dilestarikan secara turun-temurun dari generasi ke

generasi. Sementara saat ini, generasi muda Betawi harus me-nyandingkan

tari cokek dengan tari modern seperti break dance (Sukarwo, 2017).

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Wawo adalah sekolah

dengan keberagaman budaya yang ada di dalamnya. Rutinitas yang

terbangun di sekolah tersebut dari pagi adalah kegiatan apel pagi dengan

penanaman nilai moralitas dan agama. Biasanya dalam kegiatan ini kepala

sekolah sebagai pembicara utama mengambil beberapa falsafah daerah

mbojo lalu kemudian mengkaitkan dengan pembentukan pola belajar,

karakter dan adab peserta didik. Dari hasil wawancara dengan pak Taufik

selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dinas pendidikan dan

kebudayaan kabupaten Bima telah memprogramkan kegiatan – kegiatan

yang berkaitan dengan pengembangan mutu pembelajaran berbasis kultur

daerah seperti lomba membuat karikatur uma lengge dan karikatur

bangunan lainnya. Di dalam kurikulum tersebut juga memprogramkan mata

16
pelajaran yang khusus mempelajari kekayaan budaya daerah yaitu mata

pelajaran muatan lokal. Sekolah tersebut juga menyisipkan nilai – nilai

kebudayaan mbojo misalnya dalam mata pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

dengan aktivitas latihan tari hadra dan mata pelajaran Seni Budaya dengan

pengenalan budaya mbojo. Dengan hasil wawancara dengan ibu Hartati

guru matematika kelas VII di sekolah tersebut, pengembangan mutu

pembelajaran matematika berbasis kultur daerah diterapkan dalam proses

pembelajarannya setiap mengajar misalnya materi himpunan dan lainnya. Di

sekolah tersebut, mayoritas peserta didik datang dari latar belakang

pekerjaan sebagai petani. Secara kinestetik biasanya para pendidik langsung

mengarahkan peserta didik untuk langsung memperhatikan aktivitas petani

dan ber-eksperiment di lokasi tersebut, karena di dalam area sekolah

terdapat beberapa petak sawah masyarakat.

Kehidupan masyarakat Bima yang cenderung agraris tidak lepas dari

keberadaan lumbung tradisional yang telah di miliki sejak lama. Eksistensi

Uma Jompa…dapat di lihat pada gambar 1.1 dan Uma Lengge dapat di lihat

pada gambar 1.2 sebagai lumbung masyarakat Bima ini semakin menurun

jumlahnya karena kurangnya perawatan. Keberadaan Uma Jompa di ketahui

sudah ada sejak sebelum islam masuk ke Bima (1620)(Uma et al., n.d.).

Bangunan Uma Lengge di Desa Maria Kecamatan Wawo Kabupaten Bima

sudah berdiri sejak tahun 1912 dengan bahan utama pembuatannya hanya

menggunakan kayu sebagai tiang dan alang-alang sebagai atap sekaligus

dinding serta akar atau kulit pepohonan yang digunakan untuk mengikat

17
bambu dan alang-alang pada bagian sambungan atap dengan bubungan

(Kearifan et al., 2014). Bangunan ini memiliki dua tingkat. Tingkat pertama

berbentuk kubus tanpa dinding berfungsi untuk proses Mbolo Ro Dampa

atau musyawarah dan tempat tinggal. Tingkatan kedua berbentuk prisma

segitiga. Ruang ini yang berfungsi sebagai tempat menyimpan persediaan

makanan. Dalam kaitanya dengan matematika, bangunan ini adalah

salahsatu contoh aplikasi materi bangun ruang kubus dan prisma segitiga.

Ada beberapa bagian uma jompa yang dapat di gunakan sebagai konteks

dalam pembelajaran matematika. Bangunan ini terbagi atas empat bagian

yaitu Wombo, Sarangge, Ro, dan Taja. Masing-masing bagian ini di

tentukan lewat pembagian ruang vertical pada Uma jompa. Bagian

bangunan yang menjadi inti dari fungsi Uma Jompa ada pada Ro sebagai

penyimpanan hasil panen.

Gambar 1.1 Uma Lengge

18
Gambar 2.1 Uma Jompa

Bagian taja bermula dari batu pali yang terdiri dari empat buah

disusul dengan empat ri’i utama yang berpangku di atas pali. Tiap-tiap ri’i

di apit delapan batang nggapi yang saling berpasangan. Ketahanan

bangunan dari gaya lateral terlihat pada bagian taja dengan adanya ceko

sebagai balok diagonal yang memperkuat susunan ri,i dan nggapi. Seluruh

elemen konstruksi di sambung menggunakan wole.

Perhatikan gambar uma jompa berikut ini !

19
Gambar 3.1 Konstruksi Uma Jompa (Mawaddah & Hastuti, 2021)

Gambar 4.1 Kostruksi Uma Jompa (Mawaddah & Hastuti, 2021)

Berikut beberapa implementasi konsep matematika uma jompa pada

bagian – bagianya. Pertama wadu (batu) pali yang terdiri dari empat buah.

Fungsinya untuk menopang keberadaan empat ri’i utama. Bagunan ruang

yang terdapat pada wadu pali yakni gabungan dari balok dan prisma

segiempat. Kedua, wole mertupakan pengunci antara bagian ceko dan

20
nggapi serta beberapa bagian lainnya. Pada wole terdapat implementasi

kosep matematika materi geometri bangun ruang yakni tabung dan balok

yang memiliki ukuran yang kecil. Ketiga, nggapi berjumlah delapan batang

berbentuk persegi panjang. Nggapi berfungsi sebegai pembatas untuk

bagian sarangge dan penahan bagian sari dan bagian nggore. Keempat,

sarangge merupakan bagian yang berbentuk persegi yag berfungsi sebagai

lantai. Sedangkan penyusunya terdiri dari nggore berbentuk balok kecil

penahan bagian sari. Sedagkan sari berbentuk persegi panjang terbuat dari

bahan bambu atau kayu berbentuk persegi panjang yag menjadi bagian

sarangge. Kelima bagian ro. Rangka bagian ro adalah bangun ruang kubus.

Selain terdiri dari rangka pembentuk juga terdapat elemen pengisi dindig

dan lantai. Terdapat satu bukaan pintu sebagai akses masuk ke dalam ro

yang berbentuk persegi panjang. Papan lampu pada bagian bawah ro

menjadi karakteristik dari bangunan lumbung sebagai elemen yang

mengisolasi hama tikus dan berbentuk balok. Balok – balok pada bagian ini

berfungsi membentang agar melebihi kolom sehingga ro menjadi lebih luas.

Biaya pembangunan untuk satu bangunan ini sebesar lima belas juta rupiah.

21
Gambar 5.1 Konstruksi Uma Jompa (Mawaddah & Hastuti, 2021)

Dalam hal berpakaian, masyarakat suku mbojo memiliki pakaian

khas sendiri yaitu tembe nggoli. Ketika Islam menjadi agama yang dianut

oleh masyarakat Bima, sejak itu pula akulturasi ajaran Islam terhadap

kebudayaan local yang pada akhirnya memempengaruhi motif dan

menambah fungsi dari tembe nggoli, sehingga menjadi pakaian adat dengan

corak baru yang di kenal dengan rimpu mbojo (Pemanfaatan et al., 2015).

Dalam kaitannya dengan matematika, motif – motif yang terdapat pada

tembe nggoli adalah contoh aplikasi materi bangun datar.

22
Gambar 6.1 Motif tembe nggoli mbojo(Mawaddah & Hastuti,

2021)

Pada motif tembe nggoli segiempat yaitu belah ketupat memiliki

makna. Menurut (Nurbaeti, 2019) bahwa motif ini disebut Nggusu upa

(persegi panjang) dengan makna simbol kebersamaan dengan tetangga dan

kerabat. Selain itu ada motif pado waji (jajaran genjang) yang maknanya

dengan nggusu tolu (segitiga) hampir sama, tetapi mengakui kekuasaan

Allah sebagai tuhan yang maha kuasa, juga harus mengakui kekuasaan

pemimpin yang digambarkan oleh dua sudut tumpul.

Bahasa menjadi salahsatu aspek penting dalam budaya. Masyarakat

Bima dalam bersosialisai di masyarakat sering mengunakan bahasa mbojo

sebagai bahasa sehari–hari. Begitupula dalam hal menghitung proses

matematika dan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan penyebutan angka.

23
Seperti sebutan ica atau sabua berarti satu, sebutan ‘dua dengan berari dua,

tolu berarti tiga, upa berarti empat,lima berarti lima, ini berarti enam, pidu

berarti tujuh, waru berarti delapan, ciwi berarti Sembilan, bsampuru berarti

sepuluh, sampuru sabua berarti sebelas, sampuru dua berarti dua belas,

sampuru tolu berarti tiga belas, sampuruupa dan seterusnya, dua mpuru

berarti dua puluh, dua mpuru ica berarti dua puluh satu, dan dua mpuru dua

berarti dua puluh dua. Berdasarkan sebutan bilangan di atas dapat di

identifikasi bahwa untuk sebutan sampuru memiliki fungsi untuk

menunjukan bilangan antara bilangan sepuluh sampai Sembilan belas.

Sedangkan sebutan mpuru menunjukan bilangan antara dua puluh dan

seterusnya.

Proses pengukuran dalam kegiatan transaksi di masyarakat

kabupaten Bima juga memiliki ciri khas yaitu dengan beberapa terminology

yang otentik dengan kebudayaan mereka sendiri. Materi pengukuran yang di

terapkan oleh masyarakat mbojo pada saat trasaksi jual beli di pasar dan

beberapa profesi lainya seperti tukang batu atau bangunan dan pedagang

ikan. Masyarakat mbojo biasanya menggunakan beberapa benda yang di

anggap dapat mewakili dari satuan dan menjadi alat ukur yang di gunakan

sebagai pengganti satuan kilogram dan gram. Benda tersebut seperti embe

(ember) / basi (mangkok), caka (jengkal) dan karoro (karung). Penjelasan

satuan pengukuran yang di gunakan oleh masyarakat mbojo adalah pertama,

toho. Toho adalah satuan pengukuran yang di gunakan oleh pedagang di

pasar untuk menjual barang dagangannya seperti ikan, sayur, ubi, dan lain

24
sebagainya. Yang bermakna tempat. Tempat yang dimaksud bahwa tempat

barang dagangan dipisah menurut jenis dan jumlahnya. Satuan toho dengan

menyimpan beberapa barang dagangan menjadi satu tempat dengan jumlah

yang sama. Jenis barang dagangan yang disimpan adalah sama. Contoh. jika

ingin menjual ikan maka satuan pengukuran yang digunakan yakni toho.

Ikan dengan jenis dan ukuran yang sama dikumpulkan menjadi satu dengan

jumlah ikan yang sudah ditentukan oleh pedagang yakni antara 5 sampai 10

ikan. Misalnya Uta (ikan) sa-toho, uta ‘dua-toho, uta tolu-toho, dan

seterusnya. Uta (ikan) sa-toho menunjukkan bahwa ikan dengan jumlah dan

ukuran yang sama pada ‘atu tempat, ‘dua toho artinya dua tempat, tolu toho

artinya tiga tempat. Harga ikan setiap ‘toho” berbeda-beda tergantung jenis

ikan dan jumlahnya. Misalkan harga ikan 8.000/toho. Jika ‘dua-toho’ berarti

2 × Rp. 8.000 = Rp. 16.000. kedua adalah basi. Basi adalah benda seperti

gelas, mangkok dan gayung yang digunakan untuk menentukan satuan berat

dari beras, ikan kering, kacang hijau, kedelai dan sejenisnya. Setiap jenis

“basi’ menentukan ukuran satuan berat yang ditetapkan. Satuan berat kg

dan gram yang biasa digunakan sebagai penggan ‘basi’. Satu ‘basi’ disebut

sa-basi, dua ‘basi; disebut ‘dua-basi, tiga ‘basi’ disebut ‘tolu-basi, dan

seterusnya. Ketiga adalah caka atau jengkal. Caka atau jengkal adalah

satuan yang digunakan untuk mengukur panjang dari suatu benda. Sa-caka

artinya satu jengkal, ‘dua caka artinya dua jengkal dan seterusnya. Keempat

adalah embe. Embe atau ember adalah benda yang biasa digunakan untuk

menggantikan satuan berat yang digunakan. Biasanya sa-embe atau satu

25
ember mewakili berat dari suatu benda yang hendak ingin diukur. Biasanya

sa-embe memiliki ukuran sekitar 10-20 kg tergantung jenis dan ukuran

embe/ember yang digunakan.

Objek budaya diatas dapat di gunakan sebagai objek pembetukan

narasi soal, penjelasan dan contoh factual penerapan materi – materi yang

berkaitan dengan kompetensi dasar matematika kelas VII Sekolah

Menengah Pertama seperti pengucapan toho, jengka, basi dan karoro da

embe dapat di gunakan untuk menjelaskan Kompetensi Dasar 3.5 tentang

bentuk aljabar dan melakukan operasi pada bentuk aljabar (penjumlahan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian), Kompetensi Dasar 3.9 tentang

mengenal dan menganalisis berbagai situasi terkait aritmetika sosial

(penjualan, pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal,

persentase, bruto, neto, tara) , Kompetensi Dasar 3.8 tentang menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai dan berbalik nilai,

Kompetensi Dasar 4.7 tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan rasio dua besaran (satuannya sama dan berbeda), Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar 4.12 tentang menyajikan dan menafsirkan data dalam

bentuk tabel, diagram garis, diagram batang, dan diagram lingkaran,

Kompetensi Dasar 3.6 tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variable (dapat di

jelaskan degan aspek budaya yang pertama juga), Kompetensi Dasar 4.9

tentang menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmetika sosial

(penjualan, pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal,

26
persentase, bruto, neto, tara). Objek budaya seperti uma lengge, uma jompa

dan motif tembe nggoli dapat di gunakan untuk menjelaskan kompetensi

dasar 3.10 tentang mengenai Menganalisis hubungan antar sudut sebagai

akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal,

Kompetensi Dasar 3.11 tentang Mengaitkan rumus keliling dan luas untuk

berbagai jenis segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat,

jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga, Kompetensi

Dasar 4.10 tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong

oleh garis transversal, Kompetensi Dasar 4.4 tentang menyelesaikan

masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat

(persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan

layanglayang) dan segitiga.

Selanjutnya berdasarkan pengalaman sebagai peserta program

pengenalan lapangan persekolahan (PLP) yang menuntut para peserta untuk

memiliki kemampuan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang lebih

menarik dan menyenangkan (meaningfull learning) yang tertuang dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran dan dijalankan melalui kegiatan

pembelajaran menggunakan berbagai strategi dan sumber ajar. Strategi dan

sumber belajar disini adalah media penyampaian belajar yang dapat

menjadikan anak belajar dengan aktif dan menyenangkan dengan

mengaitkan setiap aktivitas pembelajaran dengan budaya local atau budaya

27
tempat tinggal peserta didik, yakni salahsatunya adalah falsafah maja labo

dahu dari kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

Penelitian yang serupa dilakukan oleh Chatarina Febriyanti tentang

“Etnomatematika Permainan Kelereng”. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengungkapkan bagaimana permainan tradisional kelereng dapat

digunakan sebagai media dalam pembelajaran matematika. Kelereng

merupakan permainan tradisional, maka tujuan lain dari penelitian ini

adalah untuk mengungkap unsur etnomatematika pada permainan tersebut.

Metode penelitian ini adalah etnografi, dalam hal ini peneliti melakukan

pengamatan dan wawancara serta studi literature yang berkaitan dengan

permainan kelereng . hasil dari penelitian ini adalah dalam permainan

kelereng dapat melatih keterampilan motoric, melatih kemampuan berpikir

(kognitif), kemampuan berhitung, mengasah keterampilan social, dan

melatih anak mengendalikan emosi. Selain itu, Titik Rohmatin melakukan

penelitian tentang “Etnomatematika Permainan Tradisional Congklak

Sebagai Teknik Belajar Matematika”. Tujuan dari penelitian ini adalah

menggali unsur etnomatematika permainan tradisional congklak yang

kemudian menerapkannya sebagai teknik belajar matematika. congklak

merupakan permainan tradisional yang telah tersebar di masyarakat, yang

memiliki banyak manfaat dalam matematika. penelitian ini menggunakan

jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi, dalam hal ini

peneliti melakukan pengamatan dan wawancara serta studi literatur yang

berkaitan dengan permainan congklak. Jenis penelitian ini adalah kualitatif

28
dengan mendeskripsikan bagaimana proses permainan dan manfaat dalam

permainan congklak serta unsur etnomatematika. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa etnomatematika dalam permainan congklak dapat

melatih kemampuan berpikir (kognitif), kemampuan berhitung, mengasah

keterampilan sosial, dan dapat melatih anak dalam bersikap jujur dan

sportif. Lalu Osniman Paulina Maure melakukan penelitian tentang

“Etnomatematika Pada Tarian Caci Masyarakat Nusa Tenggara Timur”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi aspek dan aktivitas matematis

dalam tarian Caci yang merupakan tarian khas daerah Manggarai Nusa

Tenggara Timur. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan

pendekatan studi kasus, data diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi

dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat aspek dan

aktivitas matematis dalam atribut yang dipakai dan aturan tarian Caci

tersebut. Adapun aspek dan aktivitas tersebut adalah aspek geometri,

himpunan, relasi dan fungsi serta aktivitas mengukur dan membilang.

Persamaan ketiga penelitian di atas dengan dengan penelitian ini adalah

sama – sama mengunakan metode kualitatif serta menggunakan objek

budaya tradisional. Terdapat perbedaan yang sama antara penelitian di atas

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Perbedaan pada penelitian

Chatarina Febriyanti hanya, Titik Rohmatin, Osniman Paulina Maure hanya

menguraikan unsur – unsur – unsur dan aplikasi materi matematika dalam

permainan kelereng, congklak dan tarian masyarakat Manggarai. Sedangkan

pada penelitian yang dilakukan ini terdapat pembaharuan dimana pada

29
penelitian tidak saja menguraikan unsur dan topic matematika dalam tradisi

permainan dan budaya tradisional tetapi mengkongkritkan dalam bentuk

strategi melalui perangkat pembelajaran yang berbasis etnomatematika

dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) menggunakan

metode discovery learning. Perangkat pembelajaran yang disusun

berdasarkan budaya masyarakat kabupaten Bima.

Sehingga berdasarkan teori dan gagasan diatas telah cukup memotivasi

penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul: Strategi Guru dalam

Mengembangkan Mutu Pembelajaran Matematika Berbasis Kultur Daerah

di SMPN 2 Wawo Kabupaten Bima.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana strategi guru dalam mengembangkan mutu

pembelajaran matematika berbasis kultur daerah di kelas VII SMPN 2

WAWO?

1.2.2 Apakah ada kendala guru dalam mengembangkan mutu

pembelajaran matematika berbasis kultur daerah di kelas VII SMPN 2

WAWO?

30
1.3 Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari proposal penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1.3.1. Untuk mengetahui strategi-strategi guru dalam

mengembangkan mutu pendidikan berbasis kultur daerah di kelas VII

SMPN 2 WAWO

1.3.2. Untuk mengetahui kendala guru dalam mengembangkan mutu

pendidikan berbasis kultur daerah di kelas VII SMPN 2 WAWO

1.4 Manfaat penelitian

Mengetahui manfaat peneliti dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu, kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Dari hasil peneliti ini diharapkan dapat membawa wawasan

peneliti, guru dan para pembaca dalam rangka mengembangkan

pemikiran yang diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan.

b. Diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam meningkatkan

kualitas pengembangan mutu dalam pembelajaran matematika.

c. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian secara

lebih mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah

pengembangan mutu pembelajaran matematika.

31
1.4.2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat memberikan solusi terhadap permasalah yang

dihadapi oleh guru-guru dalam mengembangkan mutu

pembelajaran matematika berbasis kultur daerah.

b. Dari hasil pengembangan mutu pembelajaran matematika ini

diharapkan bisa menjadi bahan renungan untuk ditindak lanjuti

dalam rangka mengembangkan mutu pembelajaran matematika

berbasis kultur daerah.

1.5. Lingkup penelitian

Mengingat luasnya pembahasan yang terkandung dalam proposal

ini, maka lingkup masalah dalam penelitian ini adalah strategi dan kendala

guru dalam mengembangkan mutu pembelajaran matematika berbasis kultur

daerah di kelas VII SMPN 2 Wawo.

1.6. Definisi operasional/istilah

1.6.1. Strategi Guru

Strategi Guru adalah pendekatan secara keseluruhan yang

berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi

sebuah aktivitas dalam kurun waktu yang di lakukan oleh seorang

guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

32
1.6.2. Mutu Pembelajaran

Mutu Pembelajaran adalah substabsi atau isi dalam proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar.

1.6.3. Kultur Daerah

Kultur Daerah adalah totalitas pola perilaku, kesenian,

kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan

pemikiran manusia yang,mencirikan kondisi suatu masyarakat atau

penduduk yang di transmisikan bersama dalam suatu daerah atau

teritorial tertentu.

33
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori

2.1.1. Strategi

MacDonald mendefinisikan strategi sebagai: the art of carring

out plan skillfully. Strategi merupakan suatu seni untuk melaksanakan

sesuatu secara baik atau terampil. Sedangkan menurut Seels dan

Richey strategi adalah instructional strategies are specififications for

selecting events and activities within a lesson. Sejalan dengan

pendapat tersebut, David mendefinisikan startegi sebagai : a plan,

method, or series of activities designed to achiev a particular

education goals. Berdasarkan rumusan di atas, strategi diartikan

sebagai suatu rencana tindakan, metode, atau serangkaian aktivitas

yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu(Haidir,

2012).

34
Strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh

pembelajaran dalam suatu sistem pembelajaran, yang berupa pedoman

umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum

pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori

belajar tertentu (Nasution, 2017). Ada empat strategi dasar dalam

belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut: 1. Mengidentifikasi

serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku

dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. 2. Memilih

sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyarakat. 3. Memilih dan menetapkan prosedur,

metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan

efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam

menunaikan kegiatan mengajarnya. 4. Menetapkan norma-norma dan

batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan

sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan

evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan

dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang

bersangkutan secara keseluruhan (Priyatna, 2016).

Pendekatan merupakan suatu pedoman mengajar yang sifatnya

masih teoritis atau konseptual. Berikut akan di bahas beberapa

pendekatan dalam matematika, antara lain :

1. Pendekatan Konstruktivisme

35
Konstruktivisme yang dikenal dari kerja Piaget Yang

menyatakan bahwa pengetahuan konseptual tidak dapat ditransfer dari

seseorang ke orang lainnya melainkan harus di konstruksi oleh setiap

orang berdasarkan pengalaman mereka sendiri. Fosnot Menyatakan

konsep bahwa siswa membangun pengetahuan berdasar pengalaman

dinamakan konstruktivisme. Menurut Doolitle dan Camp inti dari

konstruktivisme adalah aktif memahami dan membangun pengetahuan

sendiri berdasarkan pengalamannya.

2. Pendekatan Pemecahan Masalah

Problem solving yaitu suatu cara menyajikan pelajaran dengan

mendorong peserta didik untuk mencari atau memecahkan suatu

masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran dengan

menggunakan pendekatan ini siswa akan lebih bertanggung jawab dan

terlibat secara langsung dalam pemecahan masalah dengan

merumuskan dan memecahkan masalah mereka sendiri atau dengan

menulis kembali masalah dalam kata-kata sendiri guna memudahkan

pemahaman(Agustin, 2016).

3. Pendekatan Open-Ended

Pendekatan open- ended merupakan suatu pendekatan yang

dimulai dari pengenalan siswa Pada masalah open- ended.

Pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan penggunaan beberapa

jawaban yang benar terhadap masalah ah yang diajukan untuk

memberikan pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru

36
mengenai proses atau cara pemecahan masalah itu. hal ini dapat

diteruskan dengan mengkombinasikan kan berbagai pengetahuan,

Kecakapan, atau cara berpikir siswa yang sudah mereka pelajari

sebelumnya.

4. Realistic Mathematic Education (RME)

Pendekatan ini dimaksudkan adalah Matematika sekolah yang

yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan lingkungan

murid sebagai titik awal pembelajaran masalah-masalah yang nyata

atau yang telah dikuasai atau dapat dibayangkan dengan baik oleh

murid digunakan sebagai sumber munculnya konsep atau pengertian

pengertian matematika yang semakin meningkat abstrak. Siswa diberi

kesempatan mengaplikasikan konsep matematika untuk memecahkan

masalah sehari-hari.

Dalam kurikulum 2013, menggunakan pendekatan sainstifik.

Dalam kegiatan belajar dengan pendekatan saintifik, guru mengajak

siswa mengamati, menanya, mengumpulkan, mengumpulkan

informasi atau eksperimen, mengasosiasi atau mengolah informasi,

dan mengkomunikasikan materi yang di pelajari(Diandra et al., 2020).

Secara umum pendekatan sainstifik tersusun atas beberapa langkah

kegiatan berurutan, ialah : mengamati, menanya, mengumpulkan

hasil(Setiawan, 2020).

Metode berasal dari bahasa latin, Metodos yang artinya “jalan

atau cara”. Menurut Robert Ulich, istilah metode berasal dari bahasa

37
yunani : meta ton odon, yang artinya berlangsung menurut cara yang

benar (to proceed according to the right way). Dalam kamus besar

bahasa Indonesia, metode adalah “cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan guna mencapai apa yang telah ditentukan”.

Dengan kata lain adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai

tujuan tertentu.

Jika ditinjau dari segi terminologis (istilah), metode dapat di

maknai sebagai “jalan yang di tempuh oleh seseorang supaya sampai

pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau perniagaan maupun

dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainnya (Ahyat, 2017). Ada

bermacam – macam metode yang biasa di gunakan dalam pengajaran,

seperti berikut (Turmuzi, 2012) :

1. Metode Ceramah.

Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi

dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendegar di suatu

ruangan. Kegiatan berpusat pada peceramah dan komunikasi yang

terjadi searah dari pembicaraan kepada pendengar. Peceramah

mendominasi seluruh kegiatan, sedang pendengar hanya

memperhatikan dan membuat catatan seperluya.

2. Metode Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran

yang menekankan kepada proses peyampaian materi secara verbal dari

seorang guru kepada seorang siswa dengan maksud agar siswa dapat

38
meguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini ini materi

pelajaran disampaikan langsung oleh guru siswa tidak dituntut untuk

menemukan materi itu.

3. Metode Tanya Jawab

Djamarah dan Zain mengemukakan bahwa metode bertanya

merupakan teknik penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang

harus dijawab terutama dari guru kepada siswa dan dapat pula dari

siswa kepada guru. Bersamaan pikiran tersebut, Alipandie mengatakan

metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran oleh guru dengan

jalan mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab. Definisi yang

sama juga datang dari Djajojodisastro bahwa metode tanya jawab

merupakan suatu cara cara menyampaikan bahan pelajaran dalam

bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh murid pada saat itu juga.

Hakikat metode tanya ini dilakukan secara lisan. Bertolak dari

definisi-definisi di atas dapat dinyatakan bahwa metode tanya jawab

merupakan metode dimana Guru mengajukan pertanyaan secara lisan

kepada siswa untuk dijawab. Sebaliknya demikian pertanyaan

menciptakan sugesti untuk menggiatkan pola berpikir siswa jika ada

ketidak jelasan sesuatu memotivasi seseorang berupaya memaknainya.

4. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran

dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang

suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya

39
sekedar tiruan. Metode demonstrasi sejenis dengan metode ceramah

Dan metode ekspositori. Kegiatan belajar mengajar berpusat pada

guru atau guru mendominasi kegiatan belajar mengajar. Tetapi pada

metode demonstrasi aktivitas murid lebih banyak lagi dilibatkan.

Dengan demikian dominasi guru lebih berkurang lagi.

5. Metode Drill dan Metode latihan

Metode ini disebut juga dengan metode training, merupakan

suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan

kebiasaan tertentu. Dapat digunakan juga untuk memperoleh suatu

ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.

6. Metode Penemuan

Dalam pengajaran matematika yang umumnya dilaksanakan,

siswa menerima bahan pelajaran melalui Informasi yang disampaikan

oleh guru. cara mengajar informatif ini dapat terjadi di dengan

menggunakan metode ceramah, ekspositori, demonstrasi, tanya jawab,

atau metode mengajar lainnya. Pada cara ini materi disampaikan

sehingga bentuk akhir ,sedangkan kan cara belajar siswa merupakan

belajar dengan menerima (reception learning).

7. Metode Inkuiri

Pembelajaran berdasarkan inkuiri merupakan seni penciptaan

situasi-situasi sedemikian rupa sehingga mengambil peran sebagai

ilmuwan. Dalam situasi situasi ini berinisiatif untuk mengamati dan

menanyakan gejala alam ,mengajukan penjelasan-penjelasan tentang

40
apa yang mereka lihat merancang dan melakukan pengujian untuk

menunjang atau menentang teori-teori mereka, menganalisis data,

menarik kesimpulan dari data eksperimen, merancang dan

membangun model, atau setiap konstribusi dari kegiatan tersebut di

atas.

8. Metode Permainan

Metode permainan sama seperti metode-metode mengajar

lainnya memerlukan perumusan tujuan instruksional yang jelas

penilaian topik atau subtopik perincian kegiatan belajar mengajar dan

lain-lainnya. Metode permainan dalam pembelajaran matematika

adalah cara untuk menyampaikan pelajaran matematika dengan sarana

bermain. Metode permainan dalam pembelajaran dapat memberikan

kesempatan bagi siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran

dan membuat siswa merasa senang terhadap matematika.

9. Metode Pemberian Tugas

Metode ini biasa disebut cukup dengan metode tugas. Tugas

yang paling sering diberikan Dalam pengajaran Matematika adalah

pekerjaan rumah yang diartikan sebagai latihan menyelesaikan soal-

soal. Kecuali ini dapat pula menyuruh murid mempelajari lebih dulu

topik yang akan dibahas; menyuruh mencari bukti lain daripada ada

sebuah sebuah teorema; menyuruh membaca sejarah perkembangan

geometri pada zaman Mesir purba dan lain-lain.

41
Di dalam kurikulum 2013 mengunggakan metode penemuan

(Discover Learning). Discovery Learning adalah proses belajar yang

didalamnya tidak disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi(final),

tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasi sendiri cara belajarnya

dalam menemukan konsep(Muhamad, 2016).

Seperangkat strategi pembelajaran yang berdasarkan teori dan

penelitian disebut juga model pembelajaran(Yusuf et al., 2019).

Terkait dengan model pembelajaran, terbagi menjadi dua yaitu ;

1. Model Pembelajaran Klasikal-Individual

Pengajaran klasikal adalah model pembelajaran yang kita lihat

sehari-hari guru mengajar sekitar 30 sampai 40 siswa di sebuah

ruangan dalam hal ini Siswa memiliki kemampuan minimum dengan

asumsi bahwa minat dan kecepatan belajarnya sama. Selanjutnya

pembelajaran individual adalah model pembelajaran yang berupaya

untuk mengembangkan kebutuhan anak berkebutuhan khusus yang

bersifat heterogen baik dalam hal jenis maupun kemampuannya .

2. Cooperatif Learning

Cooperative learning mengacu pada metode pengajaran

dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling

membantu dalam belajar. kebanyakan melibatkan visual dalam

kelompok yang terdiri dari 4 siswa yang mempunyai kemampuan

yang berbeda dan ada yang menggunakan ukuran kelompok-

42
kelompok yang berbeda-beda. Dalam kurikulum 2013 menggunakan

model pembelajaran ini.

2.1.2. Pembelajaran Matematika

2.1.2.1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah penggambaran komponen proses dalam

kurikulum, terutama pada saat kurikulum sudah diimplementasikan

( Ibrahim, 2021).

2.1.2.2. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses yang

mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar

hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan tertentu(Netriwati, 2017).

2.1.2.3. Pembelajaran Matematika dengan Mengkaitkan

dengan Budaya Daerah (Etnomatematika)

Secara bahasa, awalan “ethno” diartikan sebagai sesuatu

yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya,

termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos, dan symbol. Kata

dasar “mathema” cenderung berarti menjelaskan, mengetahui,

memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean,

mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan.

43
Akhiran “tics“ berasal dari techne, dan bermakna sama seperti

teknik. Sedangkan secara istilah etnomatematika diartikan sebagai:

"The mathematics which is practiced among identifiable cultural

groups such as national- tribe societies, labour groups, children of

certain age brackets and professional classes",Artinya:

“Matematika yang dipraktekkan di antara kelompok budaya

diidentifikasi seperti masyarakat nasional suku, kelompok buruh,

anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas profesional”.

Istilah tersebut kemudian disempurnakan menjadi: "I have

been using the word ethnomathematics as modes, styles, and

techniques (tics) of explanation, of understanding, and of coping

with the natural and cultural environment (mathema) in distinct

cultural systems (ethno)". Artinya: "Saya telah menggunakan kata

Etnomatematika sebagai mode, gaya, dan teknik (tics) menjelaskan,

memahami, dan menghadapi lingkungan alam dan budaya

(mathema) dalam sistem budaya yang berbeda.

Ethnomathematics adalah studi tentang matematika yang

memperhitungkan pertimbangan budaya dimana matematika

muncul dengan memahami penalaran dan sistem matematika yang

mereka gunakan. Kajian etnomatematika dalam pembelajaran

matematika mencakup segala bidang: arsitektur, tenun, jahit,

pertanian, hubungan kekerabata, ornamen, dan spiritual dan praktik

44
keagamaan sering selaras dengan pola yang terjadi di alam atau

memerintahkan sistem ide-ide abstrak.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

3.1.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang di anggap paling sesuai dengan pokok

pembahasan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif

dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Alasan peneliti

menggunakan penelitian pendekatan kualitatif deskriptif karena

ingin mengetahui lebih dalam terkait dengan masalah yang akan

diteliti mengenai strategi guru dalam mengembangkan mutu

45
pembelajaran matematika berbasis kultur daera di kelas VII SMPN 2

WAWO. Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya peneliti turun

langsung untuk melakukan dan dokumentasi dan wawancara.

Artinya dalam melakukan hal ini peneliti langsung sebagai

instrumen peneliti tanpa harus memakai seperti angket, kuesioner

dan sebagainya.

Dilihat dari instrumen yang dipakai dalam proses

pengumpulan data menyebabkan peneliti menggolongkan bahwa

pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana dalam hal ini peneliti

harus mengenal betul narasumber atau orang yang memberikan data

karena dengan cara inilah peneliti akan mendapatkan data secara

lugas dan luas.

3.1.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Adapun

penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan data dan menginterpretasikannya sesuai dengan apa

adanya. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang paling

sederhana apabila dibandingkan dengan jenis penelitian lainnya,

karena pada penelitian deskriptif tidak perlu melakukan apa-apa

terhadap objek dan wilayah penelitian yang akan diteliti.

46
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di rencanakan pada semester genap tahun pelajaran

2021–2022 pada guru matematika kelas VII di SMPN 2 WAWO. Penelitian

ini rencanakan akan dilakukan pada bulan April 2021.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Pada penelitian ini, populasi yang digunakan oleh peneliti

adalah semua guru matematika yang ada di SMPN 2 WAWO.

3.3.2. Sampel

Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah guru

matematika kelas VII sebanyak dua orang.

3.4. Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu teknik teknik dokumentasi dan teknik

wawancara. Adapun penjelasan dati kedua teknik tersebut sebagai

berikut.

3.4.1. Teknik Dokumentasi

47
Dokumentasi merupakan langkah awal sebelum wawancara

.Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data

dan informasi dari narasumber atau responden. Adapun tujuan dari

dokumentasi ini yaitu untuk memperoleh data dan informasi tertulis

mengenai data pembelajaran matematika di sekolah SMPN 2 WAWO,

berupa rencana pelaksanaan pembelajaran dan hasil tugas maupun

latihan untuk mengetahui strategi dan kendala yang dihadapi guru

dalam mengembangkan mutu pembelajaran matematika berbasis

kultur daerah di kelas VII SMPN 2 WAWO.

3.4.2. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara

terstruktur yang digunakan sebagai salah satu teknik yang digunakan

untuk mengumpulkan data mengenai informasi yang akan diperoleh.

Wawancara terstruktur merupakan wawancara yang dimana peneliti

menetapkan sendiri pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada

narasumber. Dengan menggunakan teknik wawancara tersebut akan

mempermudah peneliti dalam memperoleh data-data yang sesuai

dengan keinginan peneliti. Selain itu, peneliti juga perlu berpatokan

pada kisi-kisi wawancara yang dipersiapkan sehingga peneliti lebih

bebas mewawancarai dengan bertanya secara langsung kepada subjek

(guru) sesuai apa yang peneliti temui di lokasi penelitian.

48
Adapun hal-hal yang peneliti persiapkan teknik alat-alat

wawancara dalam hal ini yaitu buku catatan untuk mencatat hasil

wawancara sebagai jawaban alternatif dalam penelitian, handphone

sebagai alat perekam hasil wawancara peneliti dengan narasumber,

tetapi sebelum menggunakan alat ini peneliti harus meminta izin dari

narasumber terlebih dahulu apakah diperbolehkan atau tidak. Data

yang ingin peneliti peneliti dapatkan dalam proses wawancara ini

adalah data mengenai bagaimana strategi dan kendala yang dihadapi

guru dalam mengembangkan mutu pembelajaran matematika berbasis

kultur daerah di kelas VII SMPN 2 WAWO.

3.5. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

sebagai berikut:

3.5.1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi tentang kisi – kisi dan daftar

pertanyaan yang harus dijawab oleh responden yang telah ditentukan

oleh peneliti. Dalam penelitian ini lembar wawancara digunakan

untuk mewawancarai responden mengenai Strategi Guru dalam

Mengembangkan Mutu Pembelajaran Matematika Berbasis Kultur

Daerah di SMPN 2 WAWO.

49
3.6. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan serangkaian langkah – langkah yang

berurut dari tahap awal hingga tahap akhir yang digunakan dalam

penelitian. Hal ini perlu dilakukan agar penelitian berjalan dengan lancer

dan sistematis.

Penelitian di lakukan dengan langkah sebagai berikut :

3.6.1. Tahap Persiapan Penelitian

Penelitian ini di mulai sejak April 2021 dengan langkah awal

mengidentifikasi masalah, memilih prosedur dan teknik sampling yang

digunakan, dan menyusun instrument penelitian berupa pedoman

wawancara.

3.6.2. Tahap Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data dari para narasumber. Data yang peneliti

kumpulkan berupa dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran dan hasil

tugas maupun latihan siswa dari narasumber.

3.7.2.Tahap Wawancara

Langkah-langkah wawancara yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

3.7.2.1 Menentukan Subjek Wawancara

Peneliti menentukan subjek wawancara yaitu dua orang

guru matematika di kelas VII SMPN 2 WAWO.

50
3.7.2.2 Pelaksanaan Wawancara

Setelah subjek wawancara ditentukan, maka peneliti

melaksanakan tahap wawancara yang dimana dilakukannya proses

pengajaran matematika dengan mengkaitkan dengan budaya

daerah. Dengan tujuan agar dapat diketahui informasi terkait

strategi dan tantangan guru dalam mengembangkan mutu

pembelajaran matematika berbasis budaya daerah di SMPN 2

Wawo. Berikut bagan prosedur wawancara.

Persiapan Penelitian

Dokumentasi

Penetuan Subjek Wawancara

Pelaksanaan Wawancara
51
kesimpulan

Kegiatan Penelitian

Alur Penelitian

kesimpulan Hasil

Gambar 7.3 Bagan Prosedur Penelitian

LAMPIRAN I
Kisi – Kisi Instrumen Penelitian

Kisi – kisi pedoman wawancara guru


NOMOR
NO INDIKATOR
PERTANYAAN

1 Nama 1

2 Alamat 2

52
3 Umur 3

4 Jenis Kelamin 4

5 Objek budaya 5

6 Pendekatan pembelajaran 6 dan 7

7 Metode pembelajaran 8 dan 9

8 Model pembelajaran 10 dan 11

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU


A. Identitas Narasumber

1. Nama :

2. Alamat :

3. Umur :

4. Jenis Kelamin :

B. Pertanyaan Inti

5. Apa saja objek budaya mbojo yang anda gunakan dalam dalam mengajar

matematika di SMPN 2 WAWO?

53
6. Apakah pendekatan pembelajaran yang anda gunakan dalam mengajar

matematika dengan mengkaitkan budaya daerah mbojo di SMPN 2

WAWO?

7. Bagaimana anda mengaplikasikan pendekatan tersebut dalam

pengajaran matematika dengan dengan mengkaitkan budaya daerah

mbojo di SMPN 2 WAWO?

8. Apakah metode pembelajaran yang anda gunakan dalam mengajar

matematika dengan mengkaitkan budaya daerah mbojo di SMPN 2

WAWO?

9. Bagaimana anda mengaplikasikan metode tersebut dalam pengajaran

matematika dengan dengan mengkaitkan budaya daerah mbojo di SMPN

2 WAWO?

10. Apakah model pembelajaran yang anda gunakan dalam mengajar

matematika dengan mengkaitkan budaya daerah mbojo di SMPN 2

WAWO?

11. Bagaimana anda mengaplikasikan model tersebut dalam pengajaran


matematika dengan dengan mengkaitkan budaya daerah mbojo di SMPN
2 WAWO?

54
Daftar Pustaka

A. Gafar Hidayat, & Tati Haryati. (2019). Peran Guru Profesional dalam
Membina Karakter Religius Peserta Didik Berbasis Nilai Kearifan Lokal
(Maja Labo Dahu) Sekolah Dasar Negeri Sila Di Kecamatan Bolo Kabupaten
Bima. Jurnal Pendidikan Ips, 9(1), 15–28.
https://doi.org/10.37630/jpi.v9i1.169
Agustin, R. D. (2016). Kemampuan Penalaran Matematika Mahasiswa Melalui
Pendekatan Problem Solving. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 5(2), 179.
https://doi.org/10.21070/pedagogia.v5i2.249

55
Ahyat, N. (2017). EDUSIANA : Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam.
Edusiana : Jurnal Manajemen Dan Pendidikan Islam, 4(1), 24–31.
Cholid Narbuko, H. A. A. (2015). Metodologi Penelitian. PT. Bumi Aksara.
Diandra, W., Marsidin, S., Sabandi, A., & Zikri, A. (2020). Analisis Supervisi
Kepala Sekolah dalam Penyusunan RPP dan Pelaksanaan Model Saintific di
Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(2), 443–452.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i2.378
Ferdianto, F., & Setiyani, S. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Media
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Mahasiswa Pendidikan Matematika.
JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 2(1), 37.
https://doi.org/10.33603/jnpm.v2i1.781
Hadi, S., & Novaliyosi. (2019). TIMSS Indonesia (Trends in International
Mathematics and Science Study). Prosiding Seminar Nasional & Call For
Papers Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas
Siliwangi, 562–569.
Haidir, S. (2012). STRATEGI PEMBELAJARAN (Suatu pedekatan Bagaiamana
Meningkatkan Kegiatan Belajar Siswa Secara Transformatif) (Rusmiati
(ed.); 1st ed.). Anggota Ikatan Peerbit Indonesia (IKAPI).
file:///C:/Users/LENOVO/Documents/DOKUMENT/data base
kuliah/PROPOSAL/terakhir/referensi/STRATEGI PEMBELAJARAN.pdf
Hamdani, D., & Subarinah, S. (2020). Argumen Deduktif Mahasiswa Dalam
Mengonstruksi Bukti. … Conference: Education, Social …, 2, 21–32.
Handayani, H. (2015). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap
Kemampuan Pemahaman Dan Representasi Matematis Siswa Sekolah Dasar.
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 1(1), 142–149.
https://doi.org/10.36989/didaktik.v1i1.20
Ibda, F. (2015). Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Intelektualita, 3(1),
242904.
Kearifan, B., Di, L., Maria, D., & Bima, K. (2014). STRUKTUR DAN POLA
RUANG KAMPUNG UMA LENGGE Siti Fatimah Azzahra 1 dan Nurini2
PENDAHULUAN Kampung tradisional merupakan bagian dari kota-kota di

56
Indonesia yang perlu dilestarikan , kampung dapat mencerminkan kekhasan
budaya masyarakat . Perkembangan suatu . 2(1), 321–330.
Leo Adhar, E. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan
Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(2), 1–10.
Maulipaksi, D. (2016). Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia. In 4 Januari 2016 (Vol. 3, Issue 1, pp. 1–19).
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/06/revisi-kurikulum-2013-
guru-lebih-dimudahkan%0Ahttps://www.kemdikbud.go.id/main/blog/
2016/05/rumah-kunci-sukses-pola-asuh-anak%0Ahttps://
www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/01/7-provinsi-raih-nilai-terbaik-uji-k
Mawaddah, S., & Hastuti, I. D. (2021). Etnomatematika : Eksplorasi Kebudayaan
Mbojo Sebagai Sumber Belajar Matematika. 7(1), 33–42.
Mts, D. I. S. M. P. (2013). Mata Pelajaran Matematika Paket a. 1, 2013.
Muhamad, N. (2016). Pengaruh Metode Discovery Learning untuk Meningkatkan
Representasi Matematis dan Percaya Diri Siswa. Jurnal Pendidikan
Universitas Garut, 9(1), 9–22.
http://journal.uniga.ac.id/index.php/JP/article/view/83
Nasution, W. N. (2017). Strategi Pembelajaran. Kelompok Penerbit Perdana
Mulya Sarana (ANGGOTA IKAPI No. 022/SUT/11) Jl. Sosro No. 16-A
Medan 20224 Telp. 061-77151020, 7347756 Faks. 061-7347756 E-mail:
perdanapublishing@gmail.com Contact person: 08126516306.
file:///E:/MAHASISWA/DOKUMENT/data base
kuliah/PROPOSAL/terakhir/2022/Strategi Pembelajaran.pdf
Netriwati, M. S. L. (2017). Media Pembelajaran Matematika (M. S. Lena (ed.)).
Permata Net.
https://www.researchgate.net/profile/Netriwati-Netriwati/publication/
332935226_MEDIA_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA/links/
5cd29c97a6fdccc9dd93ac5c/MEDIA-PEMBELAJARAN-
MATEMATIKA.pdf
Pemanfaatan, E., Elektronik, J., Mahasiswa, O., Kedokteran, F., & Makassar, U.

57
H. (2015). Fakultas adab dan humaniora uin alauddin makassar 2015.
Priyatna, M. (2016). Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol . 05 , Januari
2016. Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam, 05, 1175–1183.
Prof. R. Ibrahim, M. (2021). Beberapa Catatan Tentang Kurikulum dan
Pembelajaran. 14. https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=EAgiEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA55&dq=kurikulum+dan+
pembelajaran&ots=CHIa8f_Drn&sig=fsriBBRzNZe_iPkPXsOsC_ySm-M
Radiusman, R. (2020). Studi literasi: pemahaman konsep siswa pada
pembelajaran matematika. FIBONACCI: Jurnal Pendidikan Matematika
Dan Matematika, 6(1), 1–8.
Setiawan, A. R. (2020). Peningkatan Literasi Saintifik Melalui Pembelajaran
Biologi Menggunakan Pendekatan Saintifik. Journal Of Biology Education,
2(1), 1. https://doi.org/10.21043/jobe.v2i1.5278
Sugiyono. (2018a). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dam R dan D.
Alfabeta.
Sugiyono. (2018b). Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta.
Sukarwo, W. (2017). Krisis Identitas Budaya: Studi Poskolonial pada Produk
Desain Kontemporer. Jurnal Desain, 4(03), 311.
https://doi.org/10.30998/jurnaldesain.v4i03.1869
Turmuzi, M. (2012). STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Uiversitas Mataram.
Tusriyanto, T. (2020). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis
Budaya Lokal di SD Kota Metro. Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar, 6(1), 59. https://doi.org/10.32332/elementary.v6i1.2206
Uma, T., Di, J., Maria, D., & Bima, K. (n.d.). SAMBUNGAN DAN MATERIAL
KONSTRUKSI BANGUNAN. 1–10.
Yusuf, Suhirman, Suastra, I. W., & Tokan, M. K. (2019). The effects of problem-
based learning with character emphasis and naturalist intelligence on
students’ problem-solving skills and care. International Journal of
Innovation, Creativity and Change, 5(3), 1–26.
Zein, M. (2016). Peran guru dalam pengembangan pembelajaran. Journal UIN-

58
Alauddin, V(2), 274–285.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif-Pendidikan/article/
view/3480

59

Anda mungkin juga menyukai