Anda di halaman 1dari 97

TUGAS KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

VENTRIKEL SEPTUM DEFECT (VSD)

DISUSUN OLEH

APRILIA KAMBEY

ASTRID ARTIKA WINDA SONDAKH

CITRA SOLERAN

DISTANCIA C.L.ANIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

FAKULTAS KEPERAWATAN

2022
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2

BAB I ............................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4

1 LATAR BELAKANG ......................................................................................... 4

2. RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 5

3. TUJUAN ............................................................................................................. 5

BAB II ............................................................................................................................ 6

LANDASAN TEORI ...................................................................................................... 6

A. DEFINISI ............................................................................................................ 6

B. ETIOLOGI .......................................................................................................... 7

C. PATOFISIOLOGI ............................................................................................... 8

D. TANDA DAN GEJALA ...................................................................................... 9

E. KLASIFIKASI .................................................................................................. 10

F. GAMBARAN KLINIS ...................................................................................... 10

G. PEMERIKSAAN FISIK .................................................................................... 12

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIC ...................................... 13

I. KOMPLIKASI .................................................................................................. 14

J. PENATALAKSANAAN ................................................................................... 15

BAB III ......................................................................................................................... 24


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................... 24

A. PENGKAJIAN .................................................................................................. 24

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................................................................ 28

C. INTERVENSI KEPERAWATAN ..................................................................... 29

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ............................................................... 44

E. EVALUASI KEPERAWATAN ......................................................................... 45

BAB IV ........................................................................................................................ 46

PENUTUP .................................................................................................................... 46

A. KESIMPULAN ................................................................................................. 46

B. SARAN ............................................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 49


BAB I

PENDAHULUAN

1 LATAR BELAKANG

Tubuh manusia terdiri dari berbagai system, diantaranya adalah system

kardiovaskuler. System ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan

pembuluh darah. Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini

adalah jantung yangjuga merupakan organ besar dalam tubuh. Jantung adalah

organ berupa otot berbentuk kerucut. Fungsi utama jantung adalah untuk

memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara mengembang dan menguncup

yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf

otonom. Seperti pada organorgan yang lain, jantung juga dapat mengalami

kelainan ataupun disfungsi. Sehingga muncullah penyakit jantung yang dapat

dibedakan dalam dua kelompok, yaitu penyakit jantung didapat dan penyakit

jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktural jantung yang

kemungkinan terjadi sejak lahir dan beberapa waktu setelah bayi dilahirkan. Salah

satu jenis penyakit jantung yang tergolong penyakit jantung bawaan adalah VSD

yang paling sering ditemukan, yaitu 30% dari semua jenis penyakit jantung

bawaan. Pada sebagian kasus, diagnosis kelainan ini ditegakkan setelah melewati

masa neonatus, karena pada minggu-minggu pertama bising yang bermakna

biasanya belum terdengar oleh karena resistensi vascular paru masih tinggi dan

akan menurun setelah 8-10 minggu. Untuk menghindari atau mencegah penyebab

dari penyakit ini semaksimal mungkin perawat harus berusaha memberikan


nasehat terutama pada ibu yang sedang hamil untuk tidak mengkonsumsi alcohol

ataupun pengobatan sembarangan.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan ventrikel septal defect (vsd)?

2. Apa penyebab / etiologi dari VSD ?

3. Bagaimana patofisiologi dari VSD?

4. Apa manifestasi klinis dari VSD ?

5. Komplikasi dari VSD ?

6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang bias di lakukan?

7. Bagaimana penatalaksanaan dari VSD ?

3. TUJUAN

1. Mampu mengetahui pengertian VSD.

2. Mampu mengetahui penyebab VSD.

3. Mampu mengetahui perjalanan VSD.

4. Mampu mengetahui gejala VSD.

5. Mampu mengetahui komplikasi VSD.

6. Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang VSD.

7. Mampu mengetahui penanganan VSD.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI

VSD (Ventricular Septal Defect) atau Defek Septum Ventrikel adalah suatu

keadaan abnormal jantung berupa adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan

ventrikel kanan.(Rita &Suriadi, 2001).VSD adalah adanya hubungan (lubang)

abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri. (Heni et

al, 2001; Webb GD et al, 2011; Prema R, 2013; AHA, 2014)

VSD adalah kelainan jantung berupa tidak sempurnanya penutupan dinding

pemisah antara kedua ventrikel sehingga darah dari ventrikel kiri ke kanan, dan

sebaliknya. Umumnya congenital dan merupakan kelainan jantung bawaan yang

paling umum ditemukan (Junadi, 1982; Prema R, 2013; AHA, 2014).

Ventrikel Septum Defek (VSD) yaitu kelainan jantung bawaan berupa

lubang pada septum interventrikuler. Lubang tersebut dapat hanya satu atau lebih

yang terjadi akibat kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam

kandungan, sehingga darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun

sebaliknya. VSD yaitu defek yang biasanya terjadi pada septum pars

membranaseum dan terletak di bawah katup aorta kadang defek terjadi pada pars

muscolorum. VSD perimembraneus dapat pula terletak baik di bawah cincin katup

aorta maupun pulmonal. Keadaan ini disebut “doubly commited vsd”. VSD

biasanya bersifat tunggal tetapi dapat pula multiple yang disebut “swiss cheese

vsd” (Gray, Dawkins, Simpson, & Morgan, 2013).


B. ETIOLOGI

Sebelum bayi lahir, ventrikel kanan dan kiri belum terpisah, seiring

perkembangan fetus, sebuah dinding / sekat pemisah antara kedua ventrikel

tersebut normalnya terbentuk. Akan tetapi, jika sekat itu tidak terbentuk sempurna

maka timbullah suatu keadaan penyakit jantung bawaan yang disebut defek

septum ventrikel. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat

diketahui secara pasti (idopatik), tetapi ada beberapa faktor yang diduga

mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan

(PJB) yaitu :

1. Faktor prenatal (faktor eksogen):

Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela

Ibu alkoholisme

Umur ibu lebih dari 40 tahun

Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin

Ibu meminum obat-obatan penenang

2. Faktor genetik (faktor endogen)


 Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB

 Ayah/ibu menderita PJB

 Kelainan kromosom misalnya sindrom down

 Lahir dengan kelainan bawaan yang lain

 Kembar identik(Prema R, 2013)

Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 30% dari seluruh

kelainan jantung (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Dinding pemisah antara

kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi

dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan VSD ini sering bersama-sama dengan

kelainan lain misalnya trunkus arteriosus, Tetralogi Fallot. Kelainan ini lebih

banyak dijumpai pada usia anak-anak, namun pada orang dewasa yang jarang

terjadi merupakan komplikasi serius dari berbagai serangan jantung (Prema R,

2013; AHA, 2014).

C. PATOFISIOLOGI

Defek septum ventricular ditandai dengan adanya hubungan septal yang

memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari kiri ke

kanan. Diameter defek ini bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Perubahan fisiologi yang

terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningklatkan aliran darah kaya

oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.

2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya

dipenuhi darah, dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vascular pulmoner.


3. Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat,

menyebabkan piarau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel

kanan ke kiri, menyebabkan sianosis.

Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi

pulmoner. Jika anak asimptomatik, tidak diperlukan pengobatan; tetapi jika timbul

gagal jantung kronik atau anak beresiko mengalami perubahan vascular paru atau

menunjukkan adanya pirau yang hebat diindikasikan untuk penutupan defek

tersebut. Resiko bedah kira-kira 3% dan usia ideal untuk pembedahan adalah 3

sampai 5 tahun. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000; Webb GD et al, 2011; Prema

R, 2013; AHA, 2014)

D. TANDA DAN GEJALA

a. Pada VSD kecil: biasanya tidak ada gejala-gajala. Bising pada VSD tipe ini

bukan pansistolik,tapi biasanya berupa bising akhir sistolik tepat sebelum

S2.

b. Pada VSD sedang: biasanta juga tidak begitu ada gejala-gejala, hanya

kadang-kadang penderita mengeluh lekas lelah., sering mendapat infeksi

pada paru sehingga sering menderita batuk.

c. Pada VSD besar: sering menyebabkan gagal jantung pada umur antara 1-3

bulan, penderita menderita infeksi paru dan radang paru. Kenaikan berat

badan lambat. Kadang-kadang anak kelihatan sedikit sianosis

d. Gejala-gejala pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas cepat, berkeringat

banyak dan tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan pertumbuhan


anak akan terganggu dan sering menderita batuk disertai demam (Webb GD

et al, 2011; Prema R, 2013; AHA, 2014).

E. KLASIFIKASI

Klasifikasi VSD berdasarkan pada lokasi lubang, yaitu:

 Perimembranous (tipe paling sering, 60%) bila lubang terletak di daerah

pars membranaceae septum interventricularis,

 Subarterial doubly commited, bila lubang terletak di daerah septum

infundibuler dan sebagian dari batas defek dibentuk oleh terusan jaringan

ikat katup aorta dan katup pulmonal,

 Muskuler, bila lubang terletak di daerah septum muskularis

interventrikularis (PDPDI, 2009).

F. GAMBARAN KLINIS

Menurut ukurannya, VSD dapat dibagi menjadi:

 VSD kecil

a. Biasanya asimptomatik

b. Defek kecil 1-5 mm

c. Tidak ada gangguan tumbuh kembang

d. Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltic yang menjalar

ke seluruh tubuh pericardium dan berakhir pada waktu distolik karena

terjadi penutupan VSD

e. EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas

ventrikel kiri
f. Radiology: ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit

meningkat

g. Menutup secara spontan pada umur 3 tahun

h. Tidak diperlukan kateterisasi

 VSD sedang

a. Sering terjadi symptom pada bayi

b. Sesak napas pada waktu aktivitas terutama waktu minum, memerlukan

waktu lebih lama untuk makan dan minum, sering tidak mampu

menghabiskan makanan dan minumannya

c. Defek 5- 10 mm

d. BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu

e. Mudah menderita infeksi biasanya memerlukan waktu lama untuk

sembuh tetapi umumnya responsive terhadap pengobatan

f. Takipneu

g. Retraksi bentuk dada normal

h. EKG: terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri maupun kanan, tetapi

kiri lebih meningkat. Radiology: terdapat pembesaran jantung derajat

sedang, conus pulmonalis menonjol, peningkatan vaskularisasi paru dan

pemebsaran pembuluh darah di hilus.

 VSD besar

a. Sering timbul gejala pada masa neonates

b. Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam

minggu pertama setelah lahir


c. Pada minggu ke2 atau 3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal jantung

biasanya baru timbul setelah minggu ke 6 dan sering didahului infeksi

saluran nafas bagian bawah

d. Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis

karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan

e. Gangguan tumbuh kembang

f. EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri

g. Radiology: pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang

tampak menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan

vaskularisasi paru perifer (PDPDI, 2009; Webb GD et al, 2011; Prema R,

2013).

G. PEMERIKSAAN FISIK

 VSD kecil

a. Palpasi: Impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba

getaran bising pada SIC III dan IV kiri.

b. Auskultasi: Bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang

bunyi jantung II agak keras. Intensitas bising derajat III s/d VI.

 VSD besar

a. Inspeksi: Pertumbuhan badan jelas terhambat,pucat dan banyak keringat

bercucuran. Ujung-ujung jadi hiperemik. Gejala yang menonjol ialah

nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intercostal dan regio

epigastrium.
b. Palpasi: Impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada

dinding dada.

c. Auskultasi: Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan

sering diikuti ‘click’ sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan

kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung

kedua mengeras terutama pada sela iga II kiri (Kapita Selekta

Kedokteran, 2000; PDPDI, 2009; Webb GD et al, 2011)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIC

 EKG : Gambaran EKG pada pasien VSD dapat menggambarkan besar

kecilnya defek dan hubungannya dengan hemodinamik yang terjadi :

a. Pada VSD kecil,gambaran EKG biasanya normal,namun kadangkadang

di jumpai gelombang S yang sedikit dalam dihantaran perikardial atau

peningkatan ringan gelombang R di V5 dan V6.

b. Pada VSD sedang, EKG menunjukkan gambaran hipertrofi kiri.Dapat

pula ditemukan hipertrofi ventrikel kanan,jika terjadi peningkatan arteri

pulmonal.

c. Pada VSD besar,hampir selalu ditemukan hipertrofi kombinasi ventrikel

kiri dan kanan.Tidak jarang terjadi hipertrofi ventrikekl kiri dan kanan

disertai deviasi aksis ke kanan (RAD).Defek septum ventrikel

membranous inlet sring menunjukkan deviasi aksis ke kiri.(LAD)

 Gambaran Radiologi Thorax :

a. Pada VSD kecil,memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung normal

dengan vaskularisasi peru normal atau sedikit meningkat.


b. Pada VSD sedang,menunjukkan kardiomegali sedang dengan konus

pulmonalis yang menonjol,hilus membesar dengan vaskularisasi paru

meningkat.

c. Pada VSD besar yang disertai hipertrofi pulmonal atau sindroma

eisenmenger tampak konus pulmonal sangat menonjol dengan

vaskularisasi paru yang meningkat di daerah hilus namun berkurang di

perifer

 Echocardiografi :

a. Pemeriksaan echocardiografi pada VSD meliputi M-Mode,dua dimensi

doppler.Pada doppler berwarna dapat ditemukan lokasi,besar dan arah

pirau.

b. Pada defek yang kecil,M-Mode dalam batas normal sedangkan pada dua

dimensi defek kecil sulit dideteksi.

c. Pada defek sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan

ekokardigrafi dua dimensi,dengan M-Mode terlihat pelebaran ventrikel

kiri atau atrium, kontraktilitas ventrikel masih baik.

d. Pada defek besar,ekokardiografi dapat menunjukkan adanya pembesaran

ke empat ruang jantung dan pelebaran arteri pulmonalis.

I. KOMPLIKASI

 Gagal jantung kronik

 Endokarditis infektif

 Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonary


 Penyakit vaskular paru progresif

 Kerusakan sistem konduksi ventrikel, Ro toraks memperlihatkan

kardiomegali dengan pembesaran LA, LV, dan kemungkinan

RV.Terdapat peningkatan PVM. Derajat kardiomegali dan peningkatan

PVMsesuai dengan bertambahnya besar defek VSD. Bila telah terjadi

PVODmaka gambaran lapangan paru akan iskemik dan segmen PA

akanmembesar

 Kelainan fungsi ventrikel

 Gagal jantung

 Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal)

 Aritmia

 Henti jantung

J. PENATALAKSANAAN

1. UMUM

a. Tirah baring, posisi setengah duduk.

Pengurangan aktivitas fisik merupakan sandaran utama pengobatan gagal

jantung dewasa, namun sukar pada anak. Olahraga kompetitif, yang

memerlukan banyak tenaga atau isometrik harus dihindari, namun tingkat

kepatuhan anak dalam hal ini sangat rendah. Jika terjadi gagal jantung berat,

aktivitas fisik harus sangat dibatasi. Saat masa tirah baring seharian,

sebaiknya menyibukkan mereka dengan kegiatan ringan yang mereka sukai

yang dapat dikerjakan diatas tempat tidur (menghindari anak berteriak-teriak


tidak terkendali). Sedasi kadang diperlukan: luminal 2-3 mg/kgBB/dosis

tiap 8 jam selama 1-2 hari.

b. Penggunaan oksigen.

Penggunaan oksigen mungkin sangat membantu untuk penderita gagal

jantung dengan edema paru-paru, terutama jika terdapat pirau dari kanan ke

kiri yang mendasari dengan hipoksemia kronik.(3) Diberikan oksigen 30-

50%dengan kelembaban tinggi supaya jalan nafas tidak kering dan

memudahkansekresi saluran nafas keluar.2 Namun, oksigen tidak

mempunyai peran padapengobatan gagal jantung kronik.

c. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan dan elektrolit.

Pembatasan cairan dan garam. Dianjurkan pemberian cairan sekitar 70-

80% (2/3) dari kebutuhan. Sebelum ada agen diuretik kuat, pembatasan diet

natrium memainkan peran penting dalam penatalaksanaan gagal jantung.

Makanan rendah garam hampir selalu tidak sedap, lebih baik untuk

mempertahankan diet adekuat dengan menambah dosis diuretik jika

diperlukan. Sebaiknya tidak menyarankan untuk membatasi konsumsi air

kecuali pada gagal jantung yang parah.

d. Diet makanan berkalori tinggi

Bayi yang sedang menderita gagal jantung kongestif banyak kekurangan

kalori karena kebutuhan metabolisme bertambah dan pemasukan kalori

berkurang. Oleh karena itu, perlu menambah kalori harian. Sebaiknya

memakan makanan berkalori tinggi, bukan makanan dengan volume yang

besar karena anak ini ususnya terganggu. Juga sebaiknya makanannya


dalam bentuk yang agak cair untuk membantu ginjal mempertahankan

natrium dan keseimbangan cairan yang cukup

e. Pemantauan hemodinamik yang ketat

Pengamatan dan pencatatan secara teratur terhadap denyut jantung,

napas, nadi, tekanan darah, berat badan, hepar, desakan vena sentralis,

kelainan paru, derajat edema, sianosis, kesadaran dan keseimbangan asam

basa

f. Hilangkan faktor yang memperberat (misalnya demam, anemia, infeksi)

jika ada.

Peningkatan temperatur, seperti yang terjadi saat seorang

menderitademam, akan sangat meningkatkan frekuensi denyut jantung,

kadang-kadangdua kali dari frekuensi denyut normal. Penyebab pengaruh

ini kemungkinankarena panas meningkatkan permeabilitas membran otot

ion yangmenghasilkan peningkatan perangsangan sendiri. Anemia dapat

memperburuk gagal jantung, jika Hb < 7 gr % berikan transfusi PRC.

Antibiotika seringdiberikan sebagai upaya pencegahan terhadap miokarditis/

endokarditis, mengingat tingginya frekuensi ISPA (Bronkopneumoni) akibat

udem parupada bayi/ anak yang mengalami gagal jantung kiri.12 Pemberian

antibiotikatersebut boleh dihentikan jika udem paru sudah teratasi. Selain

itu, antibiotikaprofilaksis tersebut juga diberikan jika akan dilakukan

tindakan-tindakan khusus misalnya mencabut gigi dan operasi. Jika seorang

anak dengan gagal jantung atau kelainan jantung akan dilakukan operasi,
maka tiga hari sebelumnya diberikan antibiotika profilaksis dan boleh

dihentikan tiga harisetelah operasi.

g. Penatalaksanaan diit pada penderita yang disertai malnutrisi.

Memberikan gambaran perbaikan pertumbuhan tanpa memperburuk

gagal jantung bila diberikan makanan pipa yang terusmenerus.Karena

penyebab gagal jantung begitu bervariasi pada anak, maka sukaruntuk

membuat generalisasi mengenai penatalaksanaan medikamentosa.

Walaupun demikian, dipegang beberapa prinsip umum. Secara

farmakologis, pengobatan adalah pendekatan tiga tingkat, yaitu:

 Memperbaiki kinerja pompa jantung

 Mengendalikan retensi garam dan air yang berlebihan

 Mengurangi beban kerja

Pendekatan pertama adalah memperbaiki kinerja pompa dengan

menggunakan digitalis, jika gagal jantung tetap tidak terkendali maka

digunakandiuretik (pegurangan prabeban) untuk mengendalikan retensi

garam dan air yang berlebihan. Jika kedua cara tersebut tidak efektif,

biasanya dicoba penguranganbeban kerja jantung dengan vasodilator

sistemik (pengurangan beban pasca). Jikapendekatan ini tidak efektif, upaya

lebih lanjut memperbaiki kinerja pompa jantung dapat dicoba dengan agen

simpatomimetik atau agen inotropik positif lain. Jika tidak ada dari cara-

cara tersebut yang efektif, mungkin diperlukan transplantasi jantung. Untuk

menilai hasilnya harus ada pencatatan yang teliti dan berulang kali terhadap
denyut jantung, napas, nadi, tekanan darah, berat badan,hepar, desakan vena

sentralis, kelainan paru, derajat edema, sianosis, dan kesadaran.

2. PEMBEDAHAN

Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen:

biasanya pada keadaan menderita gagal jantung, dalam pengobatannya

menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi transfuse eritrosit selanjutnya

diteruskan dengan terapi besi. Operasi dapat ditunda sambil menunggu

penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan setelah berumur

6 bulan.

Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen: operasi paliatif

atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis

mengalami aterosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi

beban yang berat sekali dan akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila

defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan

ke ventrikel kiri melalui defek.

a. Antibiotic profilaksis: mencegah endokarditis pada tindakan tertentu

b. Penanganan gagal jantung jika terjadi operasi pada umur 2-5 tahun

c. Prognosis operasi baik jika tahanan vascular paru rendah, pasien dalam

keadaan baik, BB 15 kg. Bila sudah terjadi sindrom Eisenmenger maka

tidak dapat dioperasi. Sindrom Eisenmenger diderita pada penderita

dengan VSD yang berat, yaitu ketika tekanan ventrikel kanan sama

dengan ventrikel kiri, sehingga shuntnya sebagian atau seluruhnya telah


menjadi dari kanan ke kiri sebagai akibat terjadinya penyakit vaskuler

pulmonal

d. Penatalaksanaan bedah: Perbaikan defek septum ventricular

Perbaikan dini lebih disukai jika defeknya besar. Bayi dengan gagal

jantung kronik mungkin memerlukan pembedahan lengkap atau paliatif

dalam bentuk pengikatan atau penyatuan arteri pulmoner jika mereka tidak

dapat distabilkan secara medis. Karena kerusakan yang ireversibel akibat

penyakit vaskular paru, pembedahan hendaknya tidak ditunda sampai

melewati usia pra sekolah atau jika terdapat resistensi vaskular pulmoner

progresif. Dilakukan sternotomi median dan bypass kardiopulmoner, dengan

penggunaan hipotermia pada beberapa bayi. Untuk defek membranosa pada

bagian atas septum, insisi atrium kanan memungkinkan dokter bedahnya

memperbaiki defek itu dengan bekerja melalui katup trikuspid. Jika tidak,

diperlukan ventrikulotomi kanan atau kiri. Umumnya Dacron atau penambal

perikard diletakkan di atas lesi, meskipun penjahitan langsung juga dapat

digunakan jika defek tersebut minimal. Pengikatan yang dilakukan tadi

diangkat dan setiap deformitas karenanya diperbaiki. Respon bedah harus

mencakup jantung yang secara hemodinamik normal, meskipun kerusakan

yang disebabkan hipertensi pulmoner itu bersifat irreversibel. Berikut ini

adalah komplikasi darigangguan tersebut :

1) Kemungkinan insufisiensi aorta (terutama jika sudah ada sebelum

pembedahan

2) Aritmia
 Blok cabang ikatan kanan (ventrikulotomi kanan)

 Blok jantung

3) Gagal jantung kronik, terutama pada anak dengan hipertensi pulmoner

dan ventrikulotomi kiri

4) Perdarahan

5) Disfungsi ventrikel kiri

6) Curah jantung rendah

7) Kerusakan miokardium

8) Edema pulmoner

3. NON BEDAH

Menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung Kateterisasi

jantung diperlukan pada :

• VSD kecil dan sedang yang diduga ada peningkatan tahanan paru.

• VSD besar dan atau gagal jantung.

Tujuan kateterisasi jantung terutama untuk mengetahui :

• Jumlah defek.

• Evaluasi besarnya pirau.

• Evaluasi tahanan vaskular paru.

• Evaluasi beban kerja ventrikel kanan dan kiri.

• Mengetahui defek lain selain VSD.


Kateterisasi jantung kanan untuk mengukur tekanan dan saturasi pada

aliran darah pulmonal sedangkan kateterisasi jantung kiri untuk aliran darah

sistemik.

4. FARMAKOLOGI

a. Vasopresor atau vasodilator adalah obat-obat yang dipakai untuk anak

dengan defek septum ventricular dan gagal jantung kronik berat

b. Dopamine (intropin) memiliki efek inotropik positif pada miokard,

menyebabkan peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan

sistolik serta tekanan nadi, sedikit sekali atau tidak ada efeknya pada

tekanan diastolic, digunakan untuk mengobati gangguan hemodinamika

yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis diatur untuk

mempertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal)

c. Isoproterenol (isuprel) memiliki efek inotropik positif pada miokard,

menyebabkan peningkatan curah jantung dan kerja jantung, menurunkan

tekanan diastolik dan tekanan rata-rata sambil meningkatkan tekanan

sistolik.
PATHWAY VENTRIKEL SEPTUM DEFECT

Intoleransi aktivitas

Defisit nutrisi

Ansietas Resiko infeksi


BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama, usia, jenis kelamin, alamat, nomor telepon, status pernikahan,

agama, suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal masuk,

tanggal pengkajian, sumber informasi, nama keluarga dekat yang bisa

dihubungi, status, alamat, nomor telepon, pendidikan, dan pekerjaan.

2. Status kesehatan saat ini

3. Riwayat penyakit sekarang

4. Riwayat kesehatan terdahulu

Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi,

DM, dan hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh

klien pada masa lalu yang masih relevan.Catat adanya efek samping yang

terjadi di masa lalu. Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul.

5. Riwayat keluarga

Menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada

anggota keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab kematiannya.

Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda

merupakan factor risiko utama untuk penyakit jantung pada keturunannya.


6. Pemeriksaan Fisik

 Sistem pernafasan

1) bentuk dada,simetris,adanya insisi,selang di dada atau penyimpa ngan

lain.

2) penggunaan otot-otot pernafasan tambahan : gerakan cuping

hidung,retraksi sub sternal dan interkostal atau sub clavia.

3) Tentukan rata-rata pernafasan dan keteraturannya.

4) Auskultasi dan gambarkan bunyi nafas,kesamaan bunyi nafas,

berkurangnya / tidak adanya udara nafas, stridor, crakles, wheezing.

5) Kaji adanya tangisan bila tidak di intubasi.

6) Bila diintubasi catat ukuran pipa endotrakeal,jenis dan setting ventilator.

7) Ukur saturasi oksigen dengan menggunakan oximetri pulse dan analisa

gas darah.

 Sistem kardiovaskuler

1) Tentukan denyut jantung dan iramanya.

2) Kaji bunyi jantung termasuk murmur.

3) Tentukan poin maksimum impuls ( PMI ),poin dimana bunyi jantung

terdengar paling keras.

4) Tentukan tekanan darah. Kaji warna kuku,membran mukosa bibir.


5) Kaji warna kulit bayi atau anak ( mungkin dapat menunjukkan latar

belakang masalah jantung,pernafasan atau darah ). Sianosis, pucat,

jaundice, mouting,

6) Kaji nadi perifer,pengisian kapiler ( kurang dari 3 detik )

7) Pastikan monitor,parameter dan alarm posisi “On”

 Pengkajian gastrointestinal

1) Kaji adanya distensi abdomen,meningkatnya lingkar perut,kulit yang

terang ( bright ),adanya eritema dinding abdomen, tampaknya peristaltik,

bentuk usus yang dapat dilihat,status umbilikus.

2) Kaji adanya tanda-tanda regurgitasi,waktu yang berhubungan dengan

pemberian makan,bila memakai NGT tentukan karakter, jumlah residu,

warna, konsisten,PH vairan lambung.

3) Palpasi area hati.

4) Kaji bising usus,ada atau tidak ada.

5) Gambarkan jumlah,warna,konsistensi feces.

 Pengkajian genitourinari

1) Kaji bentuk abnormal dari genetalia.

2) Kaji jumlah ( ditentukan oleh berat badan ), PH dan berat jenis untuk

menggambarkan status cairan.

3) Timbang berat badan ( tindakan yang paling sering dilakukan untuk

mengkaji status cairan.


 Pengkajian neuromuskuloskeletal

1) Kaji gerakan bayi : random,bertujuan,twitching,spontan,tingkat akti fitas

dengan stimulasi,evaluasi saat kehamilan dan persalinan.

2) Kaji sikap dan posisi bayi/anak : fleksi ayau ekstensi.

3) Observasi reflek moro,sucking,babinski,plantar dan reflek lain yang

diharapkan.

4) Tentukan tingkat respon

5) Kaji adanya perubahan pada lingkar kepala ( bila ada indikasi ) ukuran,

tahanan fontanel, dan garis sutura.

6) Kaji respon pupil pada bayi yang usia kehamilannya lebih dari 32

minggu.

 Pengkajian kulit

1) Kaji beberapa perubahan warna,daerah kemerahan,tanda iritasi,abrasi,

khususnya dimana terdapat daerah penekanan oleh infus atau alat yang

lain kontak dengan bayi/anak,juga observasi dan catat bahan yang

digunakan untuk perawatan kulit.

2) Kaji tekstur dan turgor kulit : kering,lembut, dan lain-lain.

3) Kaji adanya rash,luka kulit atau tanda lahir.

4) Kaji kateter infus dan jarum yang digunakan dan observasi adanya tana

infiltrasi.
5) Kaji adanya infus parenteral : lokasi;arteri,vena perifer, umbilical,

sentral. Jenis infus (bat, saline, dektrose, elektrolit, lemak, TPN ).

 Temperatur

1) Kaji suhu kulit dan axilla.

2) Kaji hubungan dengan suhu lingkungan.

 Faktor Prenatal

1) Ibu menderita infeksi : rubella.

2) Ibu alkoholisme

3) Umur ibu lebih dari 40 tahun.

4) Ibu menderita penyakit diabetes yang memerlukan insulin.

5) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

 Faktor Genetik

1) Anak yang lahir sebelumnya PJB.

2) Ayah / ibu menderita PJB.

3) Kelainan kromosom misalnya Sindrom Down.

4) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Penurunan curah jantung

2. Gangguan pertukaran gas


3. Intoleransi aktivitas

4. Defisit nutrisi

5. Gangguan tumbuh kembang

6. Ansietas (orang tua)

7. Resiko infeksi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Penurunan curah jantung

Penyebab :

 Perubahan irama jantung

 Perubahan frekuensi jantung

Gejala dan tanda mayor :

Subjektif :

 Perubahan irama jantung : palpitasi

Objektif :

 Bradikardia/ takikardia

 Gambaran EKG aritmia atau gangguan kondusif

Tujuan : Curah jantung meningkat

Kriteria hasil :

 Kekuatan nadi perifer meningkat

 Palpitasi menurun

 Bradikardia menurun

 Takikardia menurun
 Gambaran EKG aritmia menurun

 Lelah menurun

 Dispnea meurun

 Pucat/ sianosis menurun

 Suara jantung S3 menurun

 Suara jantung S4 menurun

Intervensi

 Perawatan Jantung

Observasi

1. Identifikasi tanda/ gejala primer penurunan curah jantung

(meliputi: dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal

nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)

2. Identifikasi tanda/ gejala sekunder penurunan curah jantung

(meliputi : palpitasi, kulit pucat, distensi vena jugularis, ronkhi

basah, oliguria)

3. Monitor tekanan darah

4. Monitor intake dan output cairan

5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama

6. Monitor saturasi oksigen

7. Monitor keluhan nyeri dada

8. Monitor EKG

9. Monitor aritmia
10. Monitor nilai laboratorium jantung

11. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan

sesudah aktivitas

12. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian

obat

Terapeutik

1. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki kebawah

atau posisi nyaman

2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen

(>94%)

3. Berikan diet jantung yang sesuai

4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup

sehat

5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres

6. Berikan dukungan emosional dan spiritual

Edukasi

1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi

2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap

3. Ajarkan keluarga untuk mengukur berat badan harian

4. Ajarkan keluarga mengukur intake dan output cairan harian


Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian antiaritmia

2. Gangguan pertukaran gas

Penyebab :

 Ketidakseimbangan ventilasi- perfusi

 Perubahan membran alveolus kapiler

Gejala dan tanda mayor

Subjektif :

 Dispnea

Objektif :

 PCO2 meningkat/ menurun

 PO2 menurun

 Takikardia

 pH arteri meningkat/ menurun

 bunyi napas tambahan

gejala dan tand minor

Subjektif:

 Pusing

Objektif :
 Sianosis

 Diaforesis

 Gelisah

 Pernapasan cuping hidung

 Pola nafas abnormal

 Warna kulit abnormal

Tujuan : pertukaran gas meningkat

Kriteria hasil :

 Dispnea menurun

 Bunyi napas tambahan menurun

 Takikardia menurun

 PCO2 membaik

 PO2 membaik

 pH arteri membaik

Intervensi :

 Pemantauan respirasi

Observasi :

1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

2. Monitor pola napas ( seperti bradipnea, takipnea,

hyperventilasi)

3. Monitor adanya sumbatan jalan napas

4. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

5. Auskultasi bunyi napas


6. Monitor saturasi oksigen

7. Monitor nilai AGD

8. Monitor hasil x-ray

Terapeutik :

1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien

2. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi :

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

2. Informasikan hasil pemantauan jika perlu

3. Intoleransi aktivitas

Penyebab :

 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

 Tirah baring

 Kelemahan

Gejala dan tanda mayor

Subjektif :

 Mengeluh lelah

Objektif :

 Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Gejala dan tanda mayor


Subjektif :

 Dispnea saat/ setelah aktifitas

 Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

 Merasa lelah

Objektif :

 Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/ setelah aktivitas

 Sianosis

Tujuan : toleransi aktivitas meningkat

Kriteria hasil :

 Keluhan lelah menurun

 Dispnea saat aktivitas menurun

 Dispnea setelah aktivitas menurun

 Frekuensi nadi membaik

Intervensi :

 Manajemen energi

Observasi :

1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan

kelelahan

2. Monitor pola dan jam tidur


3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan

aktivitas

Terapeutik :

1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus

2. Berikan aktivitas distraksi yang menenagkan

Edukasi :

1. Anjurkan melakukan secara bertahap

2. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi :

1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan

makanan

4. Defisit nutrisi

Penyebab :

 Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

 Peningkatan kebutuhan metabolisme

Gejala dan tanda mayor

Objektif :

 Berat badan menurun 10 % dibawah rentang ideal

Gejala dan tanda minor :

Subjektif :
 Nafsu makan menurun

Objektif :

 Membran mukosa pucat

 Otot pengunyah lemah

 Otot menelan lemah

Tujuan : status nutrisi membaik

Kriteria hasil :

 Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

 Berat badan membaik

 Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik

 Nafsu makan membaik

Intervensi :

 Manajemen nutrisi

Observasi :

1. Identifikasi status nutrisi

2. Identifikasi alergi dan intolerasi makanan

3. Identifikasi makanan yang disukai

4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric

6. Monitor asupan makanan

7. Monitor berat badan

8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik :
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu

2. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

3. Berikan makanan tinggi serat mencegah konstipasi

4. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

5. Berikan suplemen makanan

6. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika

asupan oral bisa ditoleransi

Edukasi :

Anjurkan posisi duduk jika mampu

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

2. Kolanorasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

jenis nutrien yang dibutuhkan jika perlu

5. Gangguan tumbuh kembang

Penyebab :

 Efek ketidakmampuan fisik

 Keterbatasan lingkungan

Gejala dan tanda mayor

Objektif :

 Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai

usia (fisik, bahasa, motorik, psikososial)

 Pertumbuhan fisik terganggu


Gejala dan tanda minor

Objektif

 Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia

 Afek datar

 Respon sosial lambat

 Kontak mata terbatas

 Nafsu makan menurun

 Lesu

 Pola tidur terganggu (pada bayi)

Tujuan : Status Perkembangan membaik

Kriteria hasil :

 Keterampilan perilaku sesuai usia meningkat

 Kemampuan melakukan perawatan diri meningkat

 Respon sosial meningkat

 Kontak mata meningkat

 Pola tidur membaik

Intervensi :

 Perawatan perkembangan

Observasi :

1. Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak

2. Identifikasi isyarat perilaku ddan fisiologis yang ditunjukan bayi

(mis: lapar, tidak nyaman)

Terapeutik :
1. Pertahankan sentuhan minimal mungkin pada bayi prematur

2. Berikan sentuhan yang bersifat gentle dan tidak ragu- ragu

3. Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan minimal

4. Motivasi anak untuk berinteraksi dengan anak yang lain

5. Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan yang

lain

6. Fasilitasi anak berbagi dan bergantian/ bergilir

7. Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan positif

atau umpan balik atas usahanya

8. Pertahankan kenyamanan anak

9. Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara

mandiri

10. Bernyanyi bersama anak lagu – lagu yang disukai

Edukasi :

1. Jelaskan orang tua dan/ atau pengasuh tentang milestone

perkembangan anak dan perilaku anak

2. Anjurkan orang tua menyentuh dan menggendong bayinya

3. Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya

4. Ajarkan anak keterampilan berinteraksi

5. Ajarkan anak teknik asertif

Kolaborasi :

1. Rujuk untuk konseling jika perlu

6. Ansietas (orang tua)


Penyebab :

 Krisis situasional

 Ancaman terhadap konsep diri

 Ancaman terhadap kematian

Gejala dan tanda mayor

Subjektif :

 Merasa bingung

 Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

 Sulit berkonsentrasi

Objektif :

 Tampak gelisah

 Tampak tegang

 Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif :

 Mengeluh pusing

 Anoreksia

 Palpitasi

 Merasa tidak berdaya

Objektif :

 Frekuensi napas meningkat

 Frekuensi nadi meningkat

 Tekanan darah meningkat


 Diaforesis

 Tremor

 Muka tampak pucat

 Suara bergetar

 Kontak mata buruk

Tujuan : tingkat ansietas menurun

Kriteria hasil:

 Perilaku gelisah menurun

 Verbalisasi kebingungan menurun

 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

 Perilaku tegang menurun

 Konsentrasi membaik

 Pola tidur membaik

Intervensi :

 Reduksi ansietas

Observasi :

1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah

2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

3. Monitor tanda- tanda ansietas

Terapeutik :

1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

2. Pahami situasi yang menimbulkan ansietas

3. Dengarkan dengan penuh perhatian


4. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

5. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

6. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan

datang

Edukasi :

1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin di alami

2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan

prognosis

3. Anjurkan melakukan tindakan yang tidak kompetitif, sesuai

kebutuhan

4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

6. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat

7. Latih teknik relaksasi

7. Resiko infeksi

Faktor resiko :

 Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan

Tujuan: tingkat infeksi menurun

Kriteria hasil:

 Kebersihan tangan meningkat

 Kebersihan badan meningkat

 Demam menurun
 Kadar sel darah putih membaik

 Nyeri menurun

Intervensi :

 Pencegahan infeksi

Observasi:

1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik :

1. Batasi jumlah pengunjung

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

lingkungan pasien

3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi

Edukasi

1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar

3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan adalah

kategori dari perilaku kepewatan dimana tindakan yang diperlukan untuk tujuan

dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.

Dalam teori implementasi dan rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen

perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, dibanyak lingkungan


perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara langsung setelah

pengkajian (Potter &Perry, 2010).

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Menurut (Wahyuni & Sri, 2016). Evaluasi atau tahap penilaian adalah

perbandingan sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan

yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan dengan melibatkan

klien, keluarga dan tenaga kesehatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat

kemapuan klien mencapai tujuan yang diinginkan dengan kriteria hasil pada

perencanaan. Format yang dipakai adalah format SOAP :

S : Data Subjektif

Pekembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan

dikemukakan klien.

O : Data Objektif

Perkembangannya bias diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan.

A : Analisis

Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun Objektif) apakah

berkembang kearah kebaikan atau kemunduran.

P : Perencanaan

Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis diatas yang berisi

melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratas


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ventrikel Septum Defek adalah kelainan jantung berupa lubang pada sekat

antar bilik jantung yang menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan

kanan jantung. Berdasarkan lokasi defek , VSD terbagi atas 4 yaitu ; Defek

subpulmonal, disebabkan oleh kekurangan septum conal; Defek membranous,

terletak dibelakang septum dari katup tricuspid; Defek Atrioventrikular (AV),

disebabkan karena kekurangan komponen endokardial dari septum

interventrikuler; Defek muscular, dapat terjadi dibagian manapun dari septum

otot. Berdasarkan ukuran defek , VSD terbagi atas 3 yaitu : Defek kecil, tidak

didapatkan gejala dan murmur jantung pada pemeriksaan rutin; Defek sedang,

menyebabkan timbul gejala pada bayi ( muncul pada bulan pertama kehidupan);

Defek besar, gejala mulai muncul pada minggu pertama kehidupan. Penanganan

yang dapat dilakukan adalah dengan tindakan bedah dengan cara menjahit lubang

pada sekat antar ventrikel atau menambah defek dengan sepotong dakron.

Ventrikel Septum Defek adalah kelainan jantung berupa lubang pada sekat antar

bilik jantung yang menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan

jantung.

Berdasarkan lokasi defek , VSD terbagi atas 4 yaitu ; Defek subpulmonal,

disebabkan oleh kekurangan septum conal; Defek membranous, terletak

dibelakang septum dari katup tricuspid; Defek Atrioventrikular (AV), disebabkan


karena kekurangan komponen endokardial dari septum interventrikuler; Defek

muscular, dapat terjadi dibagian manapun dari septum otot. Berdasarkan ukuran

defek , VSD terbagi atas 3 yaitu : Defek kecil, tidak didapatkan gejala dan

murmur jantung pada pemeriksaan rutin; Defek sedang, menyebabkan timbul

gejala pada bayi ( muncul pada bulan pertama kehidupan); Defek besar, gejala

mulai muncul pada minggu pertama kehidupan. Penanganan yang dapat dilakukan

adalah dengan tindakan bedah dengan cara menjahit lubang pada sekat antar

ventrikel atau menambah defek dengan sepotong dakron.

Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan

dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembekuan sekat. Defek ini dapat

berupa defek sinus venosus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale

terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum

sekunder yaitu kegagalan pembentukan septum sekunder dan efek septum primum

adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antara

bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus ditutupi

dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui

pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tindakan timbulnya syndrome Eisemenger.

Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraidikasikan.

Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan

jelujur atau dengan menambah defek dengan sepotong dakron.


B. SARAN

a. Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan

dengan jantung VSD Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang

bermanfaat untuk menanganinya secara efektif dan efisien .

b. Mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan mnegetahui konsep.

ventrikel septum defek dan askep nya guna unttuk mengaplikasikan

dalam memberikan pelayanan kepada pasien

c. Perawat memiliki pengetahuan tentang VSD untuk dapat

mengantisipasi orang tua dalam menjalani pengobatan untuk sehingga

penyakit lebih berat dapat dihindari .

d. Pelayanan keperawatan dapat memberikan anjuran kepada orang tua

untuk melalukan terapi agar VSD dapat teratasi.


DAFTAR PUSTAKA

AHA (2014). https://www.heart.org/en/health-topics/congenital-heart-

defects/about-congenital-heart-defects/ventricular-septal-defect-vsd

Kapita Selekta Kedokteran (2000). Defek septum ventrikel, Bab VI Ilmu

Kesehatan Anak Ed. III Jilid 2 Editor: Arif Mansjoer, et al. Jakarta: Media

Aesculapius FK UI hal.445-447

Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia (2009). Ilmu Penyakit

Dalam Ed. V Jilid 2 Editor: Aru W.S., et al. Jakarta: FKUI

Prema R (2013). Ventricular septal defect.

http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview#aw2aab6b2b2 Diakses

pada 31 Januari 2014.

Webb GD, Smallhorn JF, Therrien J, Redington AN (2011). Congenital

heart disease. In: Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, eds. Braunwald's

Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine. 9th ed. Philadelphia, Pa:

Saunders Elsevier:chap 65.

Gray, H., Dawkins, K., Simpson, I., & Morgan, J. (2013). Cardiologi .

Jakarta : Erlangga .

Tim POKJA SDKI DPP PPNI 2017 edisi 1 cetakan III (revisi)

Tim POKJA SLKI DPP PPNI 2019 edisi 1 cetakan II

Tim POKJA SIKI DPP PPNI 2018 edisi 1 cetakan II


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN VENTRIKEL SEPTUM DEFECT
Kelompok 2 KEPERAWATAN ANAK II
Suatu keadaan abnormal jantung berupa adanya pembukaan
antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.(Rita &Suriadi, 2001).

Adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan


ventrikel kanan dan ventrikel kiri. (Heni et al, 2001)
KLASIFIKASI
lubang terletak di daerah pars
PERIMEMBRANOUS membranaceae septum
interventricularis

lubang terletak di daerah


septum infundibuler dan
SUBARTERIAL DOUBLY sebagian dari batas defek
COMMITED dibentuk oleh terusan jaringan
ikat katup aorta dan katup
pulmonal

lubang terletak di daerah


MUSKULER septum muskularis
interventrikularis
PATHWAY VSD

DEFISIT NUTRISI
GAMBARAN KLINIS VSD BESAR
 Sering timbul gejala pada masa neonatus
VSD SEDANG
 Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan
paru kiri ke kanan dalam minggu pertama
 Sering terjadi symptom pada bayi
VSD KECIL setelah lahir
 Sesak napas pada waktu aktivitas terutama waktu
 Pada minggu ke2 atau 3 simptom mulai timbul
 Biasanya asimptomatik minum, memerlukan waktu lebih lama untuk
akan tetapi gagal jantung biasanya baru timbul
makan dan minum, sering tidak mampu
 Defek kecil 1-5 mm setelah minggu ke 6 dan sering didahului infeksi
menghabiskan makanan dan minumannya
saluran nafas bagian bawah
 Tidak ada gangguan tumbuh kembang  Defek 5- 10 mm  Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat,
 Bunyi jantung normal, kadang ditemukan  BB sukar naik sehingga tumbuh kembang kadang tampak sianosis karena kekurangan
bising peristaltic yang menjalar ke seluruh terganggu oksigen akibat gangguan pernafasan
tubuh pericardium dan berakhir pada
waktu distolik karena terjadi penutupan  Mudah menderita infeksi biasanya memerlukan  Gangguan tumbuh kembang
VSD waktu lama untuk sembuh tetapi umumnya
 EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel
responsive terhadap pengobatan
 EKG dalam batas normal atau terdapat kanan dan kiri
sedikit peningkatan aktivitas ventrikel kiri  Takipneu  Radiology: pembesaran jantung
 Radiology: ukuran jantung normal,  Retraksi bentuk dada normal
vaskularisasi paru normal atau sedikit  EKG: terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri
meningkat maupun kanan, tetapi kiri lebih meningkat.
 Menutup secara spontan pada umur 3
tahun
 Tidak diperlukan kateterisasi
KOMPLIKASI

 Gagal jantung kronik

 Endokarditis infektif

 Terjadinya insufisiensi aorta atau


stenosis pulmonary

 Penyakit vaskular paru progresif

 Kerusakan sistem konduksi


ventrikelKelainan fungsi ventrikel

 Gagal jantung

 Obtruksi pembuluh darah pulmonal


(Hipertensi Pulmonal)

 Aritmia

 Henti jantung
PEMERIKSAAN PENUNJANG

ECHOKARDIOGRAFI
RADIOLOGI X-RAY
EKG
ASUHAN KEPERAWATAN VSD
Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung

Gangguan pertukaran gas


Intoleransi aktivitas

Defisit nutrisi
Gangguan tumbuh kembang
Ansietas (orang tua)
Resiko infeksi
INTERVENSI
PENURUNAN CURAH JANTUNG PERAWATAN JANTUNG
Observasi
Identifikasi tanda/ gejala primer penurunan curah jantung
Identifikasi tanda/ gejala sekunder penurunan curah jantung Monitor tekanan
darah
Monitor intake dan output cairan
Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
Monitor saturasi oksigen
Monitor keluhan nyeri dada
Monitor EKG
Monitor aritmia
Monitor nilai laboratorium jantung
Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
INTERVENSI
PENURUNAN CURAH JANTUNG PERAWATAN JANTUNG
 Terapeutik
 Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen (>94%)
 Berikan diet jantung yang sesuai
 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres
 Berikan dukungan emosional dan spiritual

 Edukasi
 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
 Ajarkan keluarga untuk mengukur berat badan harian
 Ajarkan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
INTERVENSI
GANGGUAN PERTUKARAN GAS PEMANTAUAN RESPIRASI
 Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
 Monitor pola napas ( seperti bradipnea, takipnea, hyperventilasi)
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray
 Terapeutik :
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan jika perlu
INTERVENSI
INTOLERANSI AKTIVITAS MANAJEMEN ENERGI
 Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

 Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
 Berikan aktivitas distraksi yang menenagkan

 Edukasi
 Anjurkan melakukan secara bertahap
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

 Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
INTERVENSI
DEFISIT NUTRISI MANAJEMEN NUTRISI
Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intolerasi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
INTERVENSI
DEFISIT NUTRISI MANAJEMEN NUTRISI
Terapeutik :
Lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan
Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika asupan oral bisa
ditoleransi
Edukasi :
Anjurkan posisi duduk jika mampu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Kolanorasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan jika perlu
INTERVENSI
GANGGUAN TUMBUH KEMBANG PERAWATAN PERKEMBANGAN
 Observasi
 Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
 Identifikasi isyarat perilaku ddan fisiologis yang ditunjukan bayi (mis: lapar, tidak nyaman)
 Terapeutik :
 Pertahankan sentuhan minimal mungkin pada bayi prematur
 Berikan sentuhan yang bersifat gentle dan tidak ragu- ragu
 Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan minimal
 Motivasi anak untuk berinteraksi dengan anak yang lain
 Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan yang lain
 Fasilitasi anak berbagi dan bergantian/ bergilir
 Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan positif atau umpan balik atas usahanya
 Pertahankan kenyamanan anak
 Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara mandiri
 Bernyanyi bersama anak lagu – lagu yang disukai
INTERVENSI
GANGGUAN TUMBUH KEMBANG PERAWATAN PERKEMBANGAN
Edukasi :
Jelaskan orang tua dan/ atau pengasuh tentang milestone
perkembangan anak dan perilaku anak
Anjurkan orang tua menyentuh dan menggendong bayinya
Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
Ajarkan anak keterampilan berinteraksi
Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi :
Rujuk untuk konseling jika perlu
INTERVENSI
ANSIETAS (ORANG TUA) REDUKSI ANSIETAS
 Observasi :
 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda- tanda ansietas
 Terapeutik :
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Pahami situasi yang menimbulkan ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
 Edukasi :
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin di alami
 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
 Anjurkan melakukan tindakan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
INTERVENSI
RESIKO INFEKSI PENCEGAHAN INFEKSI
Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik :
Batasi jumlah pengunjung
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku


kepewatan dimana tindakan yang diperlukan untuk tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan.

EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi adalah untuk melihat kemapuan klien


mencapai tujuan yang diinginkan dengan kriteria hasil
pada perencanaan dengan format SOAP
Efikasi dan Keamanan Penutupan Defek Septum Ventrikel secara Transkateter
dengan Nit-Occlud Le VSD coil pada Pengamatan Jangka Pendek

Efficacy and Safety of Transcatheter Ventricular Septal Defect Closure


Using Nit-Occlud Le VSD coil in Short-term Observation

Saraswati Dewi1,2, Mahrus A Rahman1*, Alit Utamayasa1, Taufiq Hidayat1


1
Divisi Kardiologi Anak Departmen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
RSUD Dr Soetomo Surabaya, Surabaya 60131
* e-mail korespondensi: mahrus.a@fk.unair.ac.id
2
SMF Anak RSD Dr. Soebandi Jember/ FK Universitas Jember

Abstrak
Nit-Occlud Le VSD coil merupakan alternatif alat penutup DSV yang mulai digunakan di RSUD dr. Soetomo pada
tahun 2017, namun belum dilakukan penelitian mengenai hasil penutupan dengan alat ini. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi efikasi dan keamanan nit-occlud le VSD coil. Metode yang digunakan adalah
observasional deskriptif dengan studi perbandingan, dengan hasil sebagai berikut: Penutupan DSV transkateter
antara Januari sampai Desember 2018 ada 17 tindakan, 10 (58, 8%) kasus dengan nit-occlud le VSD coil.
Keberhasilan implantasi 100%, 8 dengan nit-occlud le VSD coil., 2 ditambah amplatzer (ADO 1 dan AVSO) Tipe
DSV: perimembran 7 (70%), subaortik 2 (20%) dan mid muskularis 1(10%). Penutupan sempurna 7(70%),
sedangkan 3 (30%) didapatkan residual DSV. Closure rate bulan 1 pasca tindakan menjadi 80%. Lama perawatan
pasca tindakan median 2 hari (2 – 3 hari). Komplikasi; 1 (10%) regurgitasi aorta ringan, 1 (10%) hemolisis dan 2
(20%) yang ditambah alat kedua (ADO 1 dan AVSO), kasus pertama: residual DSV sedang dan regurgitasi aorta
berat; kasus kedua: regurgitasi trikuspid dan residual DSV meghilang pada bulan ke 1. Residual DSV 30% menjadi
10% dan closure rate 80% pada pengamatan bulan 1. Penutupan DSV dengan nit-occlud Le VSD coil memberikan
efikasi baik dan aman bagi pasien.
Kata Kunci: DSV, Nit-Occlud Le VSD coil.

Abstract

Nit-Occlud Le VSD coil, an alternative device for closing VSD transcatheter, started to be used in dr. Soetomo
Hosptal in 2017, but no research has been done on the results of closure with this device. This study aims to
evaluate the efficacy and safety of the Nit-Occlud Le VSD coil. Descriptive observational method was used. The
results are as follow: Of the 17 patients who underwent transcatheter closure during January to December 2018,
10 (58, 8%) cases were closed with Nit- Occlud Le VSD coil. The success of implantation is 100%, 8 cases were
closed with Nit-Occlud Le VSD coil, 2 plus an amplatzer (ADO 1 and AVSO). Type of VSD: perimembranaous 7
(70%), subaortic 2 (20%) and mid muscularis 1 (10%). Immediate complete closure in 7/10 (70%), while 3 (30%)
obtained residual DSV. The closure rate at the first month of follow up becomes 80%. Median length of post-
catheterization was 2 days (2 - 3 days). Complications: 1 (10%) mild aortic regurgitation, 1 (10%) hemolysis and 2
(20%) with additional second device (ADO 1 and AVSO): first case: moderate residual VSD and severe aortic
regurgitation; second case: severe tricuspid regurgitation and residual VSD that disappeared in first month. The
residual VSD altered from 30% to 10%, and closure rate was 80% at the first month of observation. VSD closure
with Nit-Occlud Le VSD coil provides good efficacy and safety for patients.
Keywords: VSD, Nit-Occlud Le VSD coil.

Vol. 7 No. 1 (2021) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 32


Pendahuluan
Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Soetomo mulai bulan
Defek septum ventrikel (DSV) merupakan penyakit Januari 2020 sampai dengan Maret 2020 setelah
jantung bawaan (PJB) yang paling sering ditemui baik dinyatakan laik etik oleh Komite Etik nomor
sebagai defek tunggal atau komponen dari PJB lain yang 1745/KEPK/XII/2019. Data penelitian diambil dari rekam
lebih komplek. Insiden sebagai defek tunggal t3-3.5 per medik di Instalasi Diagnostik dan Intervensi
1000 kelahiran hidup atau 15 - 37% dari seluruh PJB, Kardiovaskuler (IDIK), Instalasi Rekam Medik untuk data
jika terkait kelainan kongenital lainnya maka insidennya rekam medik rawat inap dan data rekam medik rawat
akan jauh lebih tinggi (Park, 2014; Jortveit et al., 2016; jalan Poli Pelayanan Penyakit Jantung Terpadu (PPJT)
Yang et al., 2014; Ko Eun Lee, 2016). Anak dan Ruang Pemeriksaan Kardiologi Anak.
Tatalaksana definitif DSV adalah penutupan secara
transkateter atau pembedahan. Intervensi pembedahan Populasi penelitian adalah pasien DSV anak yang tercatat
merupakan baku emas tatalaksana DSV (Lilleheietal, di Divisi Kardiologi Anak Departemen/ SMF Ilmu
1955; Carminati, 2007). Namun demikian dalam Kesehatan Anak. Sampel penelitian adalah semua rekam
perkembangannya, intervensi transkateter telah medis pasien DSV anak yang memenuhi kriteria inklusi:
diterima secara luas sebagai jawaban dari tingginya berusia >1 tahun sampai dengan 18 tahun, mendapat
morbiditas, ketidaknyamanan pasca-operasi, dan bekas terapi definitif penutupan defek DSV secara transkateter
luka torakotomi pada prosedur pembedahan (Yang et dengan Nit-Occlud Le VSD coil di IDIK dan dirawat di
al., 2014). Sejak diperkenalkan pertama kali pada tahun Departemen/ SMF Ilmu Kesehatan Anak sejak Januari
1988 oleh Lock dengan menggunakan Rashkind Double- 2018 sampai dengan Desember 2018 dengan tehnik
Umbrella, penutupan DSV transkateter dengan pengambilan sampel secara total sampling. Kriteria
amplatzer terus berkembang (Lock et al., 1988). eksklusi apabila data tidak lengkap.
Keterbatasan utama dari penutupan DSV transkateter
dengan amplatzer adalah resiko terjadinya blok Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri dan
atrioventrikuler permanen dan gangguan pada katup mengambil data rekam medik pasien DSV anak yang
aorta (Tutar et al., 2015; Phi Le T, 2015). dilakukan penutupan defek secara transkateter dengan
Sejak tahun 2010, suatu alat coil occluder diperkenalkan nit-occlud le VSD coil pada tahun 2018 meliputi laporan
sebagai alternatif penggunaan amplatzer untuk pre kateterisasi dan hasil kateterisasi/ evaluasi
penutupan DSV secara transkateter dan kardiovaskuler di IDIK, kemudian dilakukan pengambilan
penggunaannya mulai meluas (Chungsomprasong et al., data ke Instalasi Rekam Medik berupa data rawat inap di
2011). Alat ini dianggap layak dan aman dengan resiko SMF Ilmu Kesehatan Anak untuk mendapatkan data pre,
minimal. Sejauh ini dari beberapa kasus, kasus serial selama dan pasca kateterisasi. Data pasca kateterisasi
dan observasi terhadap penderita tidak didapatkan blok dievaluasi dalam follow up 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6
atrioventrikuler komplit permanen. Namun para bulan, 9 bulan dan 12 bulan setelah tindakan kateterisasi
peneliti masih menyarankan untuk dilakukan penelitian yang didapatkan dari data rekam medik Poli PPJT Anak
klinik lebih lanjut berkenaan dengan hasil, keamanan dan Ruang Pemeriksaan Kardiologi Anak. Keseluruhan
dan efek pemakaiannya (Chungsomprasong et al., 2011; proses pengumpulan data tersebut diatas dilakukan
Odemis et al., 2014). Sementara itu di RSUD Dr. berdasar Lembar Pengumpul Data (LPD) untuk data
Soetomo sejak pemakaian nit-occlud le VSD coil tahun karakteristik klinik subjek, hasil anamnesis, pemeriksaan
2017 pada penderita anak, belum dilakukan penelitian fisik, foto rontgen dada, EKG dan ekokardiografi pre
mengenai hasil penutupan dengan alat ini, sehingga kateterisasi; hasil evaluasi tindakan selama kateterisasi
dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang dan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, EKG dan
efikasi dan keamanannya sebagai bahan evaluasi dalam ekokardiografi pasca kateterisasi selama perawatan di
upaya peningkatan pelayanan intervensi transkateter. rumah sakit dan setelah keluar dari rumah sakit.

Metode Luaran penelitian meliputi variabel efikasi dan keamanan


penutupan DSV dengan alat nit-occlud le VSD coil. Efikasi
Penelitian ini merupakan studi deskriptif observasional dianalisis dari variabel: efektifitas hasil dan efisiensi
dengan jenis studi perbandingan. Hasil penutupan DSV dalam prosedur. Efekifitas hasil meliputi variabel:
dengan nit-occlud le VSD coil pada penelitian ini keberhasilan implantasi, penutupan sempurna dan
dibandingkan dengan studi yang telah diakukan closure rate. Efisinsi dalam prosedur meliputi variabel:
sebelumnya.

Vol. 7 No. 1 (2021) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 33


waktu tindakan, jumlah zat kontras, waktu fluoroskopi dipasang dengan kateter 7F dan coil ini lebih kaku.
dan lama perawatan. Keamanan nit-occlud le VSD coil Implantasi dilakukan dengan long sheath 6 dan 7 F yang
dianalisis berdasarkan komplikasi yang terjadi yaitu sesuai (Phi LeT, 2015; Haas et al., 2016).
residual DSV, regurgitasi aorta, regurgitasi trikuspid,
blok AV, hemolisis, embolisasi dan kematian. Mekanisme coil menutup DSV yang mendasar adalah
dengan mengisi defek dari ventrikel kiri dan bukan suatu
Pengolahan data menggunakan program SPSS untuk stenting atau menjepit defek (Gambar 2) dan bukan
analisis deskriptif terhadap variabel yang ada dalam semata mata menutup lubang ( Phi LeT, 2015; Haas et al.,
penelitian ini. Distribusi frekuensi dalam bentuk 2016).
prosentase. Variabel continous dengan distribusi
abnomal dilaporkan sebagai median dan range.

Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2. Nit Occlud le VSD coil

Penentuan ukuran coil ditentukan berdasarkan diameter


DSV pada sisi ventrikel kanan dan kiri. Diameter coil pada
sisi ventrikel kiri harus dipilih paling sedikit dua kali
diameter minimal DSV pada sisi ventrikel kanan atau
sama dengan 1-2 mm lebih besar dari diameter DSV pada
sisi ventrikel kiri. Jika terdapat aneurisma septal, dimana
Gambar 1. Alur penelitian
terdapat lebih dari satu defek pada sisi ventrikel kanan,
pemilihan coil harus tetap berdasarkan diameter
Deskripsi Alat aneurisma pada sisi ventrikel kiri (Phi LeT, 2015; Haas et
Alat yang dipakai nit-occlud lê VSD coil (Gambar 2), al., 2016).
diproduksi oleh PFM, telah diregistrasi di Eropa (CE
mark) yang saat ini tersedia di Asia, Rusia, Latin Amerika Prosedur tindakan dilakukan di IDIK, sebagai berikut:
dan Afrika dan dalam pengawasan FDA. Coil ini terbuat 1. Persiapan penderita dibaringkan dimeja operasi.
dari wire nitinol dengan serat poliester yang melekat 2. Premedikasi kemudian dilakukan general anestesi.
pada sisi kiri kumparan. Bentuknya kerucut dimana sisi 3. Desinfeksi di regio inguinalis kanan dan kiri dengan
kiri lebih besar dengan bagian distal kumparan coil yang povidoniodine 10%, kemudian ditutup dengan doek
diperkuat dan sisi kanan kerucut yang lebih kecil steril.
sehingga dengan bentuk tersebut dapat melewati 4. Pemeriksaan ekokardiografi untuk menilai secara
kerucut sisi kiri (Phi LeT, 2015; Haas et al., 2016). detil defek DSV dan struktur jantung lain.
5. Perekaman EKG 12 lead.
Coil dibuat dalam ukuran: 8/6, 10/6, 12/6, 12/8, 14/8, 6. Membuat kanulasi pembuluh darah, pungsi arteri
16/8 mm dimana angka pertama menggambarkan Femoralis secara Seldinger, kemudian dipasang
diameter coil pada sisi ventrikel kiri dan angka kedua introducer sheath 5F dan pungsi vena Femoralis,
menggambarkan diameter coil pada ventrikel kanan. kemudian dipasang introducer sheath 6F dengan
Pada coil dengan ukuran 8/6, 10/6, dan 12/6 dipasang bantuan wire.
kateter ukuran 6F, sementara coil 14/8 dan 16/8 7. Memberikan heparin 50-100u/kgBB iv.

Vol. 7 No. 1 (2021) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 34


8. Memasukan kateter pigtail 5F menuju Ao-LV, Karakteristik klinis 10 pasien tersebut (Tabel 1), 5 orang
mengukur tekanan di LV. laki laki (50%) dan 5 orang perempuan (50%), usia median
9. Melakukan LV ventrikulografi dengan proyeksi LAO 35 bulan (18 bulan – 54 bulan). Median berat badan 11,1
60 CRA 20, untuk mendapatkan secara detil lokasi kg (7,8 – 15,5 kg), median tinggi badan 89,3 cm (70 – 97
dan ukuran DSV. Pull back kateter LV-AO. cm). Pasien dengan status gizi: baik 6 orang (60%),
10. Memasukan long wire melalui kateter pigtail wasted-moderate malnutrition 2 orang (20%), severe
menuju Ao-LV-defek IVS-RV-PA. Wire standby. wasted-severe malnutrition (gizi buruk) 2 orang (20%).
11. Memasukan kateter MPA melalui vena Femoralis Seluruh pasien dalam keadaan umum baik dengan tanda
menuju IVC-RA-RV-PA, memasukan snare kit, vital stabil.
dilakukan snaring long wire. Wire ditarik keluar
Tipe DSV: perimembran 7 (70%), subaortik 2 (20%), mid
melalui IVC. Kateter MPA dikeluarkan.
muskularis 1 (10%). Ukuran defek kecil 1/10, sedang 4/10,
12. Memasukan kateter moulin SFP 6F dengan kissing
besar 5/10. Regurgitasi katub trikuspid dan mitral trivial
technique, menuju RV-defek IVS-LV-Ao. Kateter
pre kateterisasi intervensi ditemukan pada satu kasus
moulin stand by di Ao (delivery sheath ini diarahkan
DSV perimembran besar dengan prolaps katub aorta.
menuju distal arkus aorta), kateter pigtail stand by
di LV.
Tabel 1. Karakteristik Klinis Pasien
13. Memasukkan nit-occlude le VSD coil melalui
kateter moulin.
14. Dilakukan LV ventrikulografi
15. Melakukan pengembangan nit-occlude le VSD coil.
Alat didorong keluar dari sheath sekitar 1-2 cm,
kemudian dibuat kumparan diskus sisi kiri secara
lengkap dan awal dari kumparan diskus sisi kanan di
aorta asenden, kemudian perlahan ditarik melewati
katup aorta menuju ventrikel kiri. LV angiografi
diulang, bila perlu kumparan berikutnya dibentuk di
sisi kiri kemudian ditarik perlahan menuju defek.
Setelah itu, kumparan akhir dikembangkan pada sisi
kanan defek.
16. Setelah implantasi, dilakukan pemeriksaan
ekokardiografi evaluasi untuk menilai letak dan
fungsi coil serta residual DSV, potensial
inkompetensi aorta demikian juga regurgitasi
trikuspid. Pirau residual trivial sampai ringan bisa
diterima. Jika posisi dinilai sudah adekuat, alat
dirilis. Tapi jika dinilai belum adekuat, bila perlu
Prosedur Tindakan
dilakukan pengambilan kembali, lebih mudah
Terhadap seluruh pasien dilakukan tindakan penutupan
melakukan pull back ke dalam kateter delivery
DSV dengan nit-occlud le VSD coil (Tabel 2). Dua kasus
sebelum rilis. Setelah rilis, dilakukan pemeriksaan
mendapatkan tambahan alat amplatzer AVSDO (kasus
ulang untuk menilai lokasi alat dan pirau residual.
DSV mid muskularis sedang) dan ADO I (kasus DSV
17. Prosedur selesai, semua alat dikeluarkan
perimembran sedang besar + prolaps RCC) oleh karena
18. Pasien diberikan terapi antipletelet (aspirin dengan
dari hasil evaluasi post implantasi nit-occlud le VSD coil
dosis 3-5 mg/kgBB/hari selama 6 bulan).
masih didapatkan residual DSV.
(Phi LeT, 2015; Haas et al., 2016; IDIK,2018).
Prosedur tindakan penutupan dengan nit-occlud le VSD
coil (8 kasus) dilakukan dalam waktu median 70,5 menit
Hasil (range 45 menit – 135 menit). Waktu fluoroskopi 1833
detik/ 30 menit, 33detik (range 899 -3448 detik).
Karakteristik Klinis Membutuhkan zat kontrast 87,5 ml (range 65–150 ml).
Data penelitian dari Januari 2018 sampai Desember Tindakan kateterisasi diagnostik dan penutupan dengan
2018, didapatkan 17 pasien mendapatkan tindakan nit-occlud le VSD coil dan amplatzer (2 kasus) median 125
penutupan DSV transkateter dan 10 (58%) pasien menit (range waktu 100 – 150 menit). Waktu fluoroskopi
diantaranya menggunakan nit-occlud le VSD coil. median 4813,5/ 80 menit, 13 detik (range 2000–7627

Vol. 7 No. 1 (2021) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 35


detik). Membutuhkan zat kontrast median 155 ml (140-
170 ml). Lama perawatan paska tindakan median 2 (2–3 Hasil follow up dalam 1 atau 2 hari paska tindakan,
hari). didapatkan seluruh pasien dengan kondisi klinis baik,
Tabel 2. Prosedur tindakan murmur ditemukan pada 2 pasien, pasien dengan nit-
occlud le VSD coil dan AVSO/ADO.

Penutupan sempurna (7 pasien/ 70%) pada pasien


dengan implantasi nit-occlud le VSD coil, dari hasil
ekokardiografi alat berada ditempatnya dan berfungsi
baik menutup defek dan tidak didapatkan residual DSV, 6
dari kasus tersebut dalam evaluai 1 minggu sampai 12
bulan tetap menunjukan hasil yang sama baik. Satu
pasien pada pengamatan bulan ke 6, 9 dan 12 didapatkan
regurgitasi aorta ringan.

Pada 3 kasus (30%) didapatkan residual DSV yaitu: 1 kasus


dengan defek DSV besar dan komplikasi hemolisis, 2
kasus dengan implantasi nit-occlud le VSD coil –AVSO dan
implantasi nit-occlud le VSD coil – ADO I. Pada kasus
pertama dengan defek DSV besar, 3 hari paska tidakan
terjadi komplikasi berat berupa hemolisis dengan gejala
Hasil Tindakan hematuria, menyebabkan terjadinya anemia dan injuri
akut pada ginjal, dari pemeriksaan didapatkan murmur,
Keberhasilan implantasi, penutupan sempurna dan
regurgitasi trikuspid ringan, regurgitasi mitral sedang,
closure rate
regurgitasi aorta dan residual DSV. Terhadap penderita
Keberhasilan implantasi nit-occlud le VSD coil 100%,
telah diberikan transfusi darah dan farmakoterapi.
penutupan sempurna tanpa residual DSV terjadi pada 7
Hemolisis dapat diatasi setelah dilakukan penutupan
kasus (70%) yaitu: 1 kasus DSV kecil, 3 kasus DSV
defek secara bedah. Pasien tidak dihitung closure
sedang dan 3 kasus DSV besar. Tiga kasus (30%)
ratenya.
didapatkan residual DSV yaitu: 2 kasus DSV sedang
dengan implantasi nit-occlud le VSD coil dan amplatzer
Pada 2 pasien dengan defek DSV sedang dipasang dua
dan 1 kasus dengan defek DSV besar dengan komplikasi
alat, 1 dengan nit-occlud le VSD coil ukuran 12x8 mm &
hemolisis, yang selanjutnya akan diteliti closure rate
ADO ukuran 5x4 mm; kasus kedua nit-occlud le VSD coil
8x6 mm dan AVSO. Pada kasus pertama, follow up awal
ditemukan keluhan berdebar sampai follow up bulan ke 3
dan murmur sampai follow up bulan ke 12. Residual DSV
di awal kecil, bulan 3 sampai dengan bulan ke 12 residual
DSV berkisar 0,36 – 0,43 cm. Ditemukan regurgitasi aorta
berat, regurgitasi mitral sedang, regurgitasi trikuspid
ringan pada follow up bulan 1, dalam perkembanganya
regurgitasi mitral dan regurgitasi trikuspid menghilang
sedangkan regurgitasi aorta tetap berat. Pasien telah
Gambar 3. Hasil tindakan mendapatkan terapi medikamentosa.

Follow up dan Komplikasi Pada evaluasi tahap awal kasus kedua didapatkan
Komplikasi selama tindakan dialami oleh 9 pasien, 4 murmur sampai follow up bulan ke 12. Dari pemeriksaan
pasien mengalami Non Sustain Ventricular Tachycardia ekokardiografi ditemukan regurgitasi trikuspid berat
(NS VT), 1 pasien mengalami NS VT dan PVC (Premature menetap sejak follow up minggu pertama sampai dengan
Ventricular Contraction), 1 pasien dengan NS VT dan bulan ke 12 dan residual DSV yang ditemukan 1 atau 2
multiple PVC, 1 pasien dengan PVC, 1 pasien dengan hari paska tindakan meghilang di pengamatan bulan ke 1
PAC (Premature Atrial Contraction) dan 1 pasien NS VT, dan ditemukan DSV muskularis apikal kecil. Pasien telah
bradikardi dan komplit RBBB. Komplikasi ini sifatnya mendapatkan terapi medikamentosa.
sesaat selama tindakan intervensi.

Vol. 7 No. 1 (2021) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 36


Sehingga kejadian residual DSV 30% paska tindakan dapat digunakan untuk menutup DSV subaortik dan
menjadi 10% pada pengamatan bulan 1 dan menetap muskular. Chungsomprasong menyatakan bahwa nit-
sampai dengan bulan ke 12. Closure rate sejak bulan 1 occlud® lê VSD coil dapat digunakan pada berbagai tipe
paska tindakan mencapai 80%, menetap sama sampai DSV yang berbeda (Chungsomprasong dkk, 2011; Phi Le
bulan ke 12. T, 2015). Studi Odemis berhasil melakukan implantasi
Seluruh pasien tidak didapatkan gangguan irama pada 20 pasien anak dengan tipe defek seluruhnya DSV
jantung, blok AV, embolisasi dan kematian. perimembran, 19 dengan aneurisma (Odemis et al.,
2014). Sedangkan Phi Le menyatakan nit-occlud® lê VSD
Tabel 2. Hasil tindakan coil pada awalnya didesain untuk menutup DSV muskular
atau perimembran dengan ukuran kurang dari 8 mm
dengan jarak antara rim DSV dan anulus aorta minimal 3
mm, pada akhirnya bisa juga untuk menutup DSV sub
aortic double committed dengan defek tidak lebih besar
dari 5 mm. Haas seperti halnya Nguyen menyatakan
tipe DSV yang sesuai dengan alat ini adalah tipe muskular
atau perimembran dengan jarak minimal 2 mm antara
rim DSV dan anulus aorta atau dengan perkiraan akhir
posisi nit-occlud® lê VSD coil komplit tidak menyentuh
katub aorta (PhiI Le T, 2015; Haas, 2016; Nguyen et al,
2018).

Pada penelitian ini tipe DSV yang dapat ditutup dengan


nit-occlud® lê VSD coil yaitu DSV perimembran 7 (70%),
DSV subaortik 2 (20%), DSV mid muskularis 1(10%). Besar
defek terbanyak defek besar (> 5mm) 50%, defek sedang
(3-5mm) 40% dan defek kecil 10%. Penutupan DSV
sedang dan besar ini bisa dilakukan mengingat hampir
seluruh kasus kurang dari 8 mm, seperti pendapat Phi Le
T, 2015 bahwa coil didesain untuk defek < 8 mm. Satu
defek dengan ukuran 8,7 mm sukses dilakukan
penutupan dengan nit-occlud® lê VSD coil dengan
ukuran yang lebih besar yaitu 10/6. Pada kasus dengan
Pembahasan residual DSV bermakna dilakukan penambahan
Nit-Occlud® lê VSD coil merupakan alat alternatif untuk alatamplatzer.
menutup DSV selain amplatzer. Pertimbangan
pemilihannya karena implantasi secara transvena, Dari studi yang dilakukan Odemis didapatkan 20 pasien
dapat secara komplit mengisi defek, menyesuaikan dengan rerata usia 7,3 tahun ± 4.0 tahun, berat badan
dengan baik bentuk anatomi defek dan memungkinkan rerata 25.7 kg ± 11.8 kg (Odemis et al., 2014). Haas yang
untuk dilakukan reposisi dalam proses implantasinya. melakukan penelitian selama 3 tahun terhadap 111
Konsep yang mendasari alat fleksibel ini lebih pada pasien, didapatkan rerata usia 8.2 tahun, rerata berat
mengisi dengan baik defek yang sebagian besar badan 28.82 kg (Haas et al., 2016). Pada penelitian ini, 10
berbentuk corong daripada menutup defek dengan pasien, usia median 35 bulan/ 2 tahun 11 bulan (18 bulan
mekanisme “stent and clamp”. Efektifitas penutupan – 54 bulan), berat badan median 11,1 kg (7,8 – 15,5 kg).
dan kestabilannya yang adekuat diperoleh dari struktur Perbedaan usia dengan penelitian sebelumnya karena
kumparan sisi distal dan serat poliester. Dibandingkan pada penelitian sebelumnya subjek penelitian dari anak
dengan hasil implantasi ampltazer, memiliki sampai dewasa.
keberhasilan yang sama namun dengan tingkat
keamanan yang lebih baik (Yang et al., 2014; Haas et Pada studi Odemis, prosedur pemasangan nit-occlud® lê
al., 2016). VSD coil membutuhkan waktu rerata 88.5 menit, waktu
fluoroskopi rerata 29.4 menit ±14.8 mnt (range 13.3–
Pada implantasi pertama kali yang dilakukan tahun 67.4 mnt) (Odemis et al., 2014). Haas yang melakukan
2005 oleh Phi Le dkk, prototipe nit-occlud® lê VSD coil penelitian terhadap 111 pasien, 102 kasus sukses
dilakukan implantasi dengan tipe DSV: 81 DSV

Vol. 7 No. 1 (2021) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 37


perimembran (48 dengan aneurisma), 30 DSV didapatkan transient maupun permanen AV blok
muskular, membutuhkan waktu prosedur rerata 121.1 (Odemis, 2014).
menit, dan rerata waktu fluoroskopi 26.3 menit (Haas
et al., 2016). Dalam review yang dilakukan Phi Le T pada tahun 2015
atas beberapa penelitian sebagai berikut:
Pada penelitian ini prosedur tindakan penutupan - Phi Le T, 2005 implantasi prototipe nit-occlud® lê
dengan nit-occlud Le VSD coil (8 kasus) dilakukan dalam VSD coil berhasil dilakukan pada 4 orang dari 5
waktu median 70,5 menit (range 45 menit – 135 pasien, penutupan sempurna terjadi pada 2 pasien
menit), waktu fluoroskopi 1833 detik / 30 menit 33 DSV subaortik dan 1 penderita DSV muskular, pada 1
detik (range 899 -3448 detik). Tercatat dalam pasien didapatkan residual DSV kecil (PhiLeT, 2009).
penelitian ini dibanding sebelumnya waktu tindakan Kegagalan implantasi pada 1 pasien oleh karena
lebih sedikit cepat dan waktu fluoroskopi sedikit lebih konfigurasi alat. Tidak didapatkan komplikasi pada
lama. kataterisasi intervensi tersebut (Phi Le T, 2011).
- Phi Le T, 2008 implantasi nit-occlud® lê VSD coil
Analisis hasil tindakan penutupan DSV dengan nit- dilakukan dengan sukses kepada 126 pasien.
occlud® lê VSD coil dilakukan terhadap variabel Komplikasi yang terjadi: 1 kasus terjadi embolisasi, 4
keberhasilan implantasi, penutupan sempurna dan kasus hemolisis dengan 3 kasus terjadi remisi
closue rate serta komplikasi yang terjadi. Keberhasilan spontan dalam 5 hari dan 1 harus menjalani
implantasi adalah keberhasilan tindakan intervensi pembedahan (Phi Le T, 2015).
transkateter dalam menempatkan atau menanam alat - Chungsomprasong terhadap 33 penderita DSV yang
tepat pada posisinya sehingga menutup defek menerima nit-occlud® lê VSD coil, kejadian residual
(Carminati et al., 2000; Haas, 2016; Anonim, 2017). DSV 18,2% setelah prosedur dan menjadi 15,2%
Penutupan sempurna adalah penutupan DSV tanpa setelah 6 bulan. Tidak didapatkan residual sedang
menimbulkan residual DSV. Closure rate menunjukan atau berat, embolisasi dan hemolisis. Pasien yang
tingkat penutupan defek dalam masa pengamatan mengalami regurgitasi aorta trivial menjadi ringan
tertentu (Hijazi et al., 2012; Haas, 2016; 39,4% menjadi 33% dalam pengamatan berikutnya
Chungsomprasong dkk, 2017). dalam beberapa hari setelah implantasi, dan tidak
ditemukan kasus regurgitasi aorta sedang. Penelitian
Komplikasi tindakan penutupan DSV dengan nit- ini juga membandingkan dengan amplatzer 76 orang
occlud® lê VSD coil bisa terjadi ringan, sedang atau dengan total sampel 116 orang. Terdapat perbedaan
transien dan berat. Komplikasi ringan bila didapatkan bermakna terjadinya komplikasi AV blok, 5/76
kelainan tanpa konsekwensi gangguan hemodinamik, pasien dengan amplatzer terjadi komplit AV blok,
misal regurgitasi aorta trivial, regurgitasi trikuspid sedangkan pasien dengan coil 1 pasien mengalami
trivial, new onset RBBB, alat fraktur namun tidak transient AV blok derajat 3 yang membaik dengan
memberikan gangguan pada fungsi jantung. Komplikasi steroid dalam 5 hari terapi dan tidak membutuhkan
sedang yang bersifat self limiting atau dapat membaik implantasi pacemaker (Chungsomprasong et al.,
dengan terapi medis, misal AV blok derajat 3 yang 2011).
terjadi pasca tindakan dan remisi dengan - Survei internasional terhadap data penutupan DSV
farmakoterapi, hemolisis dengan remisi spontan, dengan nit-occlud® lê VSD coil, total pasien 448
hemolisis yang membutuhkan transfusi dan orang dari 27 center di 12 negara: implantasi pada
pemasangan alat kedua. Komplikasi berat adalah 94% pasien, 92% dengan penutupan komplit. Follow
komplikasi yang membutuhkan intervensi bedah dalam up dilakukan 6,5 tahun, tidak ada komplikasi serius,
penangananya, misal regurgitasi trikuspid sedang/ morbiditas mayor dan mortalitas. AV blok atau
berat, regurgitasi aorta sedang/ berat, AV blok gangguan irama lain tidak ditemukan, 7 % terjadi
permanen, hemolisis yang membutuhkan intervensi hemolisis mekanikal dimana 75%nya membaik
bedah, embolisasi dengan pembedahan dan kematian sendiri. Hemolisis ini diduga berhubungan dengan
(Haas, 2016). residual DSV (Phi LeT, 2015).
dengan kesimpulan bahwa nit-occlud® lê VSD coil dapat
Pada penelitian Odemis implantasi nit-occlud® lê VSD digunakan menutup DSV restriktif, diameter hingga 8 mm
coil berhasil dilakukan pada seluruh pasien 20/ 100%, 3 dengan aman dan efektif. Keunggulannya dibanding
pasien mengalami hemolisis, 1 orang diantaranya amplatzer tidak ditemukan gangguan aritmia berat
membutuhkan pembedahan. Dua pasien mengalami seperti AV blok komplit.
residual DSV minor sampai dengan 90 hari. Tidak

Vol. 7 No. 1 (2021) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 38


Rodrigez melakukan evaluasi efikasi dan keamanan nit- VSD coildan ductus occluder layak, aman dan memberikan
occlud® lê VSD coil, pegamatan selama 9 tahun efikasi pada pasien (Nguyen et al., 2018).
daritahun 2004-2013, didapatkan 59 kasus, diteliti 54 Pada penelitian ini, dari seluruh pasien yang telah
kasus karena 5 kasus tidak lengkap data. Usia penderita berhasil dilakukan implantasi alat (100%), 7 pasien ( 70%)
17 bulan -16 tahun, keseluruhan DSV perimembran dengan penutupan sempurna.
100%, dengan anuerisma 51/ 94,44%, ukuran DSV 1,5 –
16 mm, implantasi berhasil dilakukan pada 50 pasien/ Komplikasi selama tindakan dialami oleh 9 pasien berupa
92,59%, 3 kasus migrasi dan 1 kasus tidak bisa gangguan irama sesaat pada waktu dilakukan tindakan
dilakukan implantasi. Komplikasi sedang hemolisis 2 seperti tersebut diatas. Tidak ada pasien yang mengalami
kasus/ 4% yang membaik dalam 2 hari dan 5 hari pada AV blok, baik transien maupun permanen. Gangguan
kedua kasus ini terjadi residual DSV minimal tanpa irama ini terjadi oleh karena mekanikal iritasi oleh karena
gangguan hemodinamik, residual DSV berat 1 kasus prosedur kateterisasi interventrikuler (Park, 2014; Ko Eun
dan membaik dengan pembedahan, tidak ditemukan Lee, 2016).
AV blok komplit, gangguan irama segera pasca
tindakan yang terjadi sifatnya transien dan menghilang: Dari 7 pasien (70%) dengan penutupan sempurna, satu
AV blok derajat 1 dan RBBB, permanen RBBB pada pasien (10%) mulai pengamatan bulan ke 6 didapatkan
follow up berikutnya namun tidak menyebabkan regurgitasi aorta ringan. Pada 3 kasus (30%) yang tidak
gangguan hemodinamik. Dalam penelitian ini mengalami penutupan sempurna yaitu: 1 kasus dengan
disimpulkan penutupan dengan nit-occlud® lê VSD coil DSV besar terjadi komplikasi berat berupa hemolisis dan
dapat dilakukan dengan aman dan sukses dengan menjalani penutupan DSV secara pembedahan, pada 2
morbiditas dan mortalitas rendah (Rodrigez et al., pasien dipasang dua alat: 1 kasus DSV perimembran
2016). besar dan prolaps RCC dipasang nit-occlud® lê VSD coil
dan ADO 1, kasus kedua VSD mid muskularis sedang,
Haas berhasil melakukan implantasi nit-occlud® lê VSD ditutup nit-occlud® lê VSD coil dan AVSO. Pada kasus
coil pada 102 oang dari 111 pasien (91%), 9 pasien pertama didapatkan residual DSV diawal kecil sampai
gagal, penutupan sempurna 49 dari 101 orang/ 48,5%, dengan follow up bulan ke 1 pada follow up bulan 3
residual DSV trivial terjadi pada 51pasien (50%), closure sampai dengan bulan ke 12 residual DSV berkisar 0,36 –
rate 96% pada 6 bulan dan 97% dalam 1 tahun pasca 0,43 cm. Ditemukan regurgitasi aorta berat, regurgitasi
tindakan. Komplikasi berat pada 2 pasien (1.8%), 1 mitral sedang, regurgitasi trikuspid ringan pada follow up
hemolisis berat dan1 embolisasi keduanya membaik bulan 1 yang dalam perkembanganya regurgitasi mitral
dengan pembedahan dan 4 mengalami komplikasi dan regurgitasi trikuspid menghilang sedangkan
sedang (7.2%) yaitu 2 orang dengan hemolisis yang regurgitasi aorta tetap berat berat (1 dari 10 pasien/
mengalami resolusi spontan, 1 hemolisis 10%). Pada kasus kedua didapatkan regurgitasi trikuspid
membutuhkan transfusi dan alat kedua, 1 AV blok berat menetap sejak follow up minggu pertama sampai
transien. Komplikasi ringan terjadi pada 15 orang dengan bulan ke 12 dan residual DSV yang ditemukan 1
(14,7%): 6 orang RBBB, 5 orang regurgitasi trikuspid, 3 atau 2 hari paska tidakan meghilang dipengamatan bulan
orang regurgitasi aorta dan 1 didapatkan alat fraktur. ke 1 dan ditemukan DSV muskularis apikal kecil.
Haas menyimpulkan penutupan DSV dengan nit-
occlud® lê VSD coil layak dan aman dengan resiko Kejadian residual DSV 30% pasca tindakan menjadi 10%
minimal dari efek samping yang berat (Haas et al., pada pengamatan bulan 1 dengan closure rate bulan 1
2016). paska tindakan mencapai 80%.

Nguyen mengevaluasi efikasi dan keamanan nit-occlud® Penutupan tidak sempurna terjadi oleh karena defek
lê VSD coil dibanding ductus occluder mendapatkan terlalu besar untuk ditutup dengan nit-occlud® lê VSD
hasil: keberhasilan implantasi 97,2% dibanding ductus coil, sehingga membutuhkan alat lain untuk menutupnya
occluder 95,6%, penutupan komplit 58% dibanding atau posisi coil yang kurang tepat Haas, 2016). Terdapat
ductus occluder 76,8%, closure rate 84,1%. dibanding dua kasus yang membutuhkan alat tambahan yaitu ADO I
ductus occluder 91,3%, Komplikasi mayor rendah pada dan AVSO. Pada kasus dengan tambahan AVSO terjadi
kedua grup, 1 pasien dengan nit-occlud® lê VSD coil dan residual DSV yang kemudian menutup sempurna, pada
2 pasien dengan ductus occluder membutuhkan pengamatan 1 bulan pasca tindakan ditandai dengan
pacemaker, embolisasi 3 pasien dan endokarditis 1 menghilangnya aliran residual DSV. Adanya regurgitasi
pasien terjadi pada penutupan dengan ductus occluder. berat yang menetap bisa terjadi oleh karena gangguan
Dari penelitian ini disimpulkan pemakaian nit-occlud® lê sekunder akibat implantasi nit-occlud® lê VSD coil atau

Vol. 7 No. 1 (2021) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 39


karena adanya DSV muskularis kecil yang menambah Chungsomprasong P, Durongpisitkul K, Panjasamarnwong
tekanan di ventrikel kanan. Sedangkan pada kasus P, Darunaitorn S, Chanthong P, Vijarnsorn C and
dengan alat tambahan ADO I residual DSV dan oongswang J, 2017. Intermediate term follow up
regurgitasi aorta berat menetap, yang bisa terjadi results of transcathether closure of
karena defek besar, posisi nit-occlud® lê VSD coil yang ventricularseptal defect using amplatzer
kurang tepat dan adanya prolaps RCC. Gangguan katub device versus nit-occlud le VSD coil system,
aorta pasca tindakan dapat terjadi karena kontak Southeast Asian J Trop Med Public Health, pp.
akibat implantasi nit-occlud® lê VSD coil dan katub 49-64.
(Haas, 2016). Hemolisis berat terjadi pada 1 kasus, Dakkak W & Oliver TI, 2019. Ventricular septal defect, in:
membaik dengan pembedahan. Hemolisis Statpearls(internet), Treasure island(FL),
kemungkinan dapat disebabkan oleh karena disain alat Stat Pearls Publishing on
dan bahannya yang kurang lembut (Haas, 2016). https://www.ncbi.nlm.nih.gov>books
Djer MM, 2014. Penanganan penyakit jantung bawaan
Kesimpulan tanpa operasi, kardiologi intervensi, Sagung
Seto, Jakarta, pp. 89-112.
Nit-Occlud® lê VSD coil merupakan alat yang dapat Fu Y-C, Bass J, Amin Z, et al., 2006. Transcatheter closure
digunakan menutup DSV, pada penelitian ini dapat of perimembranous ventricular septal
menutup DSV perimembran, subaortik dan mid defects using the new amplatzer
muskularis, dengan ukuran defek dari kecil sampai membranous VSD occluder: results of the
besar, ukuran terbesar 8,7 mm. Berdasarkan hasil U.S. phase I trial, J Am Coll Cardiol, vol. 47,
analisis dari penelitian sebelumnya, maka penutupan pp.319–25.
DSV dengan nit-occlud® lê VSD coil memberikan efikasi Haas NA, Kock L, Bertram H, et al., 2016. Interventional
baik dan aman bagi pasien. VSD closure with the nit-occlud® lê VSD coil
in 110 patients: early and midterm results of
Saran the eureveco registry, PediatrCardiol, vol. 38, pp.
Perlu dilakukan penelitian dalam pengamatan jangka 215–27.
panjang, jumlah sampel yang lebih besar dan Hijazi ZM, Hakim F, Hawelah AA, Madani A, Tarawna W,
membandingkan dengan alat yang telah dipakai Hiari A, 2002. Cathether closure of
sebelumnya yaitu amplatzer. perimembranous ventricular septal
defects using the new Amplatzer membranous
Daftar Pustaka VSD occluder: Initial clinical experience.
Cathet Cardiovasc Intervent, 56: 508-15
Anonim, 2017. Konar MF TM VSD Occluder Instalasi diagnostik dan intervensi kardiovaskuler (IDIK)
http://wwwlifetechmed.com/en/product/p1/k RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 2017-2018. Hasil
onar-mf%E2%84%A2%20vsd evaluasi kardiovaskuler penutupan VSD pada
Bass JL, Kalra GS, Arora R, Masura J, Gavora P, pasien anak tahun 2017 - 2018.
Thanopoulos BD, 2003. Initial human Jortveit J, Leirgul E, Eskedal L, et al, 2016. Mortality and
experience with the Amplatzer complications in 3495 children with isolated
perimembranous ventricular septal occluder ventricular septal defect, Arch Dis Child, vol. 101,
device. Cathet Cardiovasc Intervent, 58: 238- pp. 808-13.
45. Ko Eun Lee, Yeon Jeong Seo, Gi Beom Kim, Hyo Soon An,
Carminati M, Butera G, Chessa M, et al. 2007, Young Hwan Song, Bo Sang Kwon, Eun
Investigators of the european VSD Jung Bae, dkk, 2016. Complications of cardiac
registry, Transcatheter closure of catheterization in structural heart disease.
congenital ventricular septal defects: Korean Circ J, 46(2): 246-55.
results of the european registry, Eur Heart J, Lillehei CW, Cohen M, Warden HE, Ziegler NR & Varco R,
vol.28, pp. 2361–68. 1955. The results of direct vision closure of
Chungsomprasong P, Durongpisitkul K, Vijarnsorn C, ventricular septal defects in eight
Soongswang J & Lê TP, 2011. The results of patients by means of controlled cross circulation,
transcatheter closure of VSD using amplatzer® Surg Gynecol Obstet, 1955, vol.101, pp. 446–6.
device and nit occlud® Lê coil, Catheter Lock JE, Block PC, McKay RG, Baim DS & Keane JF, 1988.
Cardiovasc Interv, 2011, vol. 78, pp. Transcatheter closure of ventricular septal
1032–40. defects, Circulation, vol.78, pp 361–8.

Vol. 7 No. 1 (2021) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 40


Madiyono B, Rahayuningsih SE & Sukardi R, 2005. septal defects (VSD). J Intervent Cardiol, 27:
Penanganan penyakit jantung pada bayi dan 260–272.
anak, UKK Kardiologi, IDAI Balai Penerbit
FKUI, Jakarta, pp. 3-13.
Nguyen HL, Phan QT, Dinh LH, et al., 2018. Nit-occlud lê
VSD coil versus duct occluders for
percutaneous perimembranous ventricular
septal defect closure, Congenit Heart Dis,
vol. 13, pp 584–93.
Odemis E, Saygi M, Guzeltas A, Tanidir IC, Ergul Y,
Ozyilmaz I &Bakir I, 2014. Transcatheter
closure of perimembranous VSD using
nit-occlud ®) le VSD coil: early and mid-term
results, Pediatr Cardio, vol. 25, pp. 817-23.
Park MK, 2014. Park’s pediatric cardiology for
pratitioners. 6thEdn, Philadelphia, Elsevier Inc,
pp. 226-31, 287-96.
Phi Le T, Kozlik-Fieldman R, Sievert H et al, 2009.
Potential complications of transchateter
closure of ventricular septal defect using the
PFM NitOcclud VSD coil. In: Hijazi, Fieldman T,
Creatham J, Sievert H, Eds. Complication during
percutaneus interventions for congeniytal
and structural heart disease.
London:Taylor & Francis: 171-4.
Phi Le T, Vaesssen P, Freudenthal F, et al, 2011.
Transchateter closure of sub aortic ventricular
septal defect (VSD) using a nickel-titanium
spiral coil (NIT occlud): Animal study and
initial clinical results. Prog Pediatr Cardiol, 14:
83-8.
Phi Le T, 2015. Ventricular septal defect closure: closure
of perimembranous VSD using PFM coil, in:
Franke J, Bertog S, Gafoor S, Sievert, Qureshi
SA, Wilson N and Hijazi ZM (eds),
Interventions in structural, valvular and
congenital heart disease, 2ndEdn, CRC Press,
Taylor & Francis Group, Boca Raton, pp: 591-9.
Rodrigez FB, Sparano A, Robles Y, et al., 2016.
Transcatheter membranous ventricular septal
defect closure, with Nit-Occlud PFM device in
one working group, long term follow up. J
Cardiol & Cardiovasc Ther,1(4): 1-6.
Thanopoulos BD, Tsaousis GS, Kontadopoulou GN,
Zarayelyan AG, 1999. Transcathether closure of
muscular ventriucular septal defect with the
Amplatzer ventricukar septal defect occluder:
initial clinical applications in children. J Am Coll
Cardiol, 33: 1395-9.
Yang L, Tai B-C, Khin LW and Quek SC, 2014. A
systematic review on the efficacy and safety of
transcatheter device closure of ventricular

Vol. 7 No. 1 (2021) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 41


Jurnal Anestesi Perioperatif
[JAP. 2017;5(2): 134–40]
 Laporan Kasus

Penutupan Defek Septum Ventrikel Secara Transtorakalis Minimal Invasif


dengan Panduan Transesophageal Echocardiography (TEE)

Fredi Heru Irwanto,1 Yusni Puspita,1 Rudy Yuliansyah2


1
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
2
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif RSJPD Harapan Kita Jakarta

Abstrak

Defek septum ventrikel (ventricular septal defect VSD) merupakan penyakit jantung bawaan yang paling
sering ditemukan pada bayi dan anak. Penutupan defek ini masih memberikan tantangan tersendiri.
Penanganan VSD dengan metode minimally invasive transthoracic merupakan perkembangan inovatif
penutupan defek ventrikel. Laporan kasus ini bertujuan memperkenalkan metode terbaru dalam
penanganan kasus VSD yang dilakukan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Kami melaporkan
serial kasus penutupan VSD menggunakan metode minimally invasive transthoracic dengan panduan
transesophageal echocardiography (TEE). Transesophageal Echocardiography digunakan selama prosedur
sebagai panduan penempatan alat dan mengevaluasi hasil operasi. Empat pasien pada periode November
2015 menjalani prosedur penutupan defek, dua pasien laki-laki dan dua perempuan, usia 2 tahun sampai 4
tahun dengan berat badan 12–22 kg, dengan diameter VSD berdasar atas pemeriksaan ekokardiografi 4–7
mm. Penutupan VSD menggunakan metode minimally invasive transthoracic dengan panduan TEE melalui
mini sternotomi menunjukkan prosedur yang aman dan efektif. Penggunaan TEE memberikan informasi
yang sangat berguna selama periode intraoperatif.

Kata kunci: Defek septum ventrikel, minimal invasif, transesophageal echocardiography

Minimally Invasive Transthoracic Ventricular Septal Defect ClosureUsing


Transesophageal Echocardiography (TEE) Guidance
Abstract

Ventricular septal defect (VSD) is the most common congenital heart disease found in infants and children.
Until currently, the management of VSD closure remains as a challenge for clinicians. Ventricular septal defect
closure with minimally invasive transthoracic method is an innovative development of ventricular defect
closure. This case report aimed to introduce the minimally invasive transthoracic VSD closure method which
is the latest method in VSD management, in Dr. Mohammad Hoesin General Hospital Palembang. A series of
VSD closure cases using minimally invasive transthoracic method with transesophageal echocardiography
(TEE) guidance were described. Transesophageal echocardiography is used during the procedure to guide
the placement of device and to evaluate the results of the surgery. Four patients were seen in November
2015, two girls and two boys aged 2 years to 4 years old weighing 12–22 kg, with a diameter of VSD based
on echocardiography examination of between 4–7 mm. The closure of VSD using minimally invasive
transthoracic under TEE guiding through mini-sternotomy is shown as a safe and effective procedure as it
provides very useful information during the intraoperative period.

Key words: Minimally invasive, transesophageal echocardiography, venticular septal defect

Korespondensi: Fredi Heru Irwanto, dr., SpAn, Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Rumah Sakit Umum Pusat
dr. Mohammad Hoesin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang, Jl. Jenderal Sudirman Km 3,5 Palembang,
Tlpn. 0711-369791, Email fhaeroo.dr@gmail.com

134 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// 10.15851/jap.v5n2.1113


10.15851/jap.v5n1.xxxx
Fredi Heru Irwanto, Yusni Puspita, Rudy Yuliansyah: Penutupan Defek Septum Ventrikel Secara Transtorakalis Minimal 135
Invasif dengan Panduan Transesophageal Echocardiography (TEE)

Pendahuluan terutama pada pasien-pasien dengan berat


badan yang rendah, akses vaskular yang
Defek septum ventrikel (ventricular septal buruk, serta efek terpapar radiasi terhadap
defect, VSD) merupakan penyakit jantung pasien dan tenaga medis yang terlibat pada
bawaan (congenital heart disease, CHD) yang prosedur tersebut.2
paling sering ditemukan pada bayi dan anak. Beberapa tahun terakhir telah
Defek septum ventrikel merupakan 20–30% dikembangkan dan diperkenalkan metode
dari seluruh penyakit jantung bawaan.1 penutupan VSD transtorakalis melalui mini
Secara global angka kejadian penyakit jantung sternotomi tanpa menggunakan alat pintas
bawaan dilaporkan terjadi pada 8–10 setiap jantung paru. Metode minimal invasif ini
1.000 kelahiran hidup, dari jumlah tersebut merupakan pilihan alternatif untuk penutupan
20–30% adalah VSD. Penutupan VSD secara VSD.2-4 Transesophageal echocardiography
rutin dikerjakan dengan menggunakan pintas memerankan peranan yang penting selama
jantung paru (cardiopulmonary bypass) atau prosedur pada metode transtorakal minimal
dengan pendekatan intervensi transkateter invasif.4 Serial kasus ini melaporkan mengenai
perkutaneus. Bedah jantung terbuka keamanan dan efikasi metode tersebut.
menggunakan pintas jantung paru merupakan
teknik yang aman dan memberikan hasil yang Laporan Kasus
baik, tetapi penggunaan mesin pintas jantung
paru ternyata memberikan dampak seperti November 2015 dilaporkan terdapat empat
peningkatan respons inflamasi, pemakaian orang pasien VSD perimembran yang
obat-obatan antikoagulan, produk darah, serta direncanakan dilakukan penutupan defek
digunakan metode hipotermia. Penutupan secara mini sternotomi dengan panduan TEE;
VSD dengan teknik transkateter perkutaneus dua orang laki- laki dan dua orang perempuan,
merupakan metode minimal invasif, tetapi usia 2 tahun sampai dengan 4 tahun dengan
dapat memberikan tantangan tersendiri berat badan 11 kg sampai dengan 20 kg dan

Gambar 1 TEE Sebelum Prosedur

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


136 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// 10.15851/jap.v5n2.1113

menilai produksi urin. Pasien kemudian


dinilai kondisi jantungnya dengan TEE. Kami
menggunakan Philips iE 33 dan probe S7-3t
ukuran pediatrik. Probe dimasukkan ke dalam
midesofageal untuk mengevaluasi ulang
VSD dan sebagai panduan selama prosedur.
Kami menggunakan 3 serial pencitraan, yaitu
midesophageal four-chamber view (ME Four-
chamber), midesophageal aortic valve long
axis viev (ME AV LAX view), dan midesophageal
right ventricular inflow-outflow view (ME RV
Gambar 2 TEE pada pasien dengan diameter Inflow-Outflow). Diameter maksimal dari defek
VSD >7 mm dan jarak dari defek ke katup aorta diukur
menggunakan tiga serial pencitraan tersebut.
diameter VSD dari pemeriksaan transthoracic Transesofageal kardiografi juga dapat melihat
echocardiography (TTE) antara 4–7 mm, tidak kelainan anatomis lain, arah pintasan, serta
didapatkan kelainan kongenital lain dan tidak kelainan katup trikuskip dan katup aorta.
ditemukan regurgitasi pada katup aorta. Ukuran device ditentukan setelah didapatkan
Penatalaksanaan preoperatif dilakukan di ukuran terbesar dari defek ditambah 2 mm.
kamar operasi, pasien dipremedikasi dengan Kami menggunakan lifetech cera membrane
midazolam 1 mg intravena, kemudian diinduksi VSD occluder tipe simertik dan asimetrik. Tipe
dengan fentanil 3 mcg/kg, propofol 2 mg/ asimetrik dipakai pada VSD tipe perimembrane
kg, vekuronium 0,08 mg/kg, dan dilakukan outlet doubly committed.
intubasi endotracheal. Rumatan anestesi Sternum kemudian di-insisi pada segmen
menggunakan sevofluran 1% sampai dengan bawah sepanjang 5 cm sampai tampak
2% volume dalam oksigen 50%. Monitoring dinding bebas dari ventikel kanan. Ahli bedah
yang digunakan meliputi elektrokardiografi kemudian meraba dengan lembut dinding
(EKG), saturasi oksigen, suhu, kapnografi, bebas ventikel kanan sampai mendapatkan
dilakukan pemasangan arterial line pada bruit maksimal untuk menentukan lokasi dan
arteri radialis, serta folley catheter untuk arah penusukan dari selongsong okluder yang

Gambar 3 Occluder Device dan Delivery Sheath

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


Fredi Heru Irwanto, Yusni Puspita, Rudy Yuliansyah: Penutupan Defek Septum Ventrikel Secara Transtorakalis Minimal 137
Invasif dengan Panduan Transesophageal Echocardiography (TEE)

Tabel 1 Data Preoperatif


Usia Jenis
Pasien (Tahun) Berat Badan Hasil Ekokardiografi
Kelamin
1 4 P 12 kg SS, AV-VA concordance, VSD PMO 5 mm L-R shunt
2 3 P 12,5 kg SS, AV-VA concordance, LA LV dilatasi ringan, VSD PMO
4-5 mm, L-R shunt
3 6 L 22 kg SS, AV-VA concordance, VSD double committed, diameter
di LV 5 mm di RV 6 mm, L-R shunt
4 2 L 11 kg SS, AV-VA concordance VSD PMO 7 mm, L-R shunt
Keterangan: SS= situs solitus, AV-VA= atrioventricular-ventriculoatrial, VSD= ventricle septal defect, PMO= perimembrane
outlet, L-R= left to right, LA= left atrial, LV= left ventricle, RV= right ventricle)

digunakan. Setelah mendapatkan lokasi dan lahan sampai melewati defek. Setelah occluder
posisi secara perpendikular dengan panduan device melewati defek, salah satu piringan
TEE, ahli bedah kemudian memasang jahitan dikembangkan dengan cara menahan occluder
pursue string di sekitar lokasi tusukan. Dinding device dan menarik delivery sheath perlahan-
bebas ventrikel kanan ditusuk menggunakan lahan. Setelah satu piringan menempel pada
trokar ukuran 18 G, kemudian flexible septum ventrikel sebelah kiri, kemudian
hyperechogenic guide wire dimasukkan secara delivery sheath ditarik perlahan-lahan sampai
perlahan melalui trokar dan didorong ke arah piringan yang lain menempel di septum
defek VSD dengan panduan TEE. Setelah guide ventrikel sebelah kanan.
wire melewati defek, kemudian trokar dicabut. Setelah semua piringan dari occluder device
Setelah trokar dicabut, dimasukkan double mengembang dan menutup sepenuhnya ahli
lumen delivery sheath dengan bantuan guide bedah kemudian menggerakkan benang pada
wire. Occluder device kemudian dimasukkan occluder device untuk menguji stabilitas okluder
melalui delivery sheath, didorong perlahan- dengan gerakan manuver berulang-ulang dan

Gambar 5 Gambaran TEE Pascapemasangan Device

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


138 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// 10.15851/jap.v5n2.1113

memastikan bahwa okluder terpasang dengan Setelah dirawat selama lebih kurang lima hari
tepat sebelum delivery sheath dan guide wire pasien kemudian dapat dipulangkan.
ditarik keluar seluruhnya. Seluruh rangkaian
prosedur divisualisasi secara terus menerus Pembahasan
menggunakan TEE. Sebelum delivery sheath
ditarik keluar dievaluasi kembali apakah Penutupan defek VSD tanpa pintas jantung
terdapat residual shunt, regurgitasi pada paru dilaporkan pertama kali oleh Amin dan
katup aorta, dan letak device telah menutup menjadi pilihan yang dapat diterima di berbagai
pada defek dengan sempurna. Setelah evaluasi rumah sakit.6 Metode ini di Indonesia pertama
menyeluruh, benang pengikat device dilepas, kali dilakukan di Surabaya. Metode ini memiliki
seluruh delivery sheath dan guide wire ditarik banyak keuntungan antara lain: tidak terdapat
keluar dan dinding ventrikel kanan yang telah komplikasi potensial akibat pemakaian
dijahit dengan pursue string diikat, kemudian mesin cardiopulmonary bypass (CPB), trauma
dinding sternum dijahit, prosedur selesai. pembedahan minimal, lama perawatan lebih
Berdasar atas keseluruhan pasien yang singkat, dan insisi pembedahan lebih kecil
kami kerjakan pada periode November 2015, sehingga nyeri pascaoperasi lebih rendah
kami telah berhasil melakukan penutupan serta masa pemulihan lebih cepat.4-8 Suatu uji
VSD dengan minimally invasive transthoracic perbandingan terhadap 80 pasien di China
pada tiga orang pasien. Satu pasien setelah menunjukkan hasil jangka pendek metode
dilakukan evaluasi dengan TEE didapatkan minimal invasif lebih baik dibanding dengan
ukuran maksimal lebar defek lebih dari metode konvensional, meskipun untuk hasil
7 mm dan jarak subaortik rim (jarak dari jangka panjang efektivitas metode ini masih
katup aorta ke defek VSD) kurang dari 2 mm harus dikonfirmasi lebih lanjut.11
sehingga apabila dilakukan pemasangan Metode ini memiliki beberapa kelebihan
okluder akibat jarak subaortik rim yang terlalu dibanding dengan prosedur penutupan defek
dekat dapat mengganggu pada katup aorta perkutaneus, diantaranya: tidak ada akses
sehingga direncanakan dilakukan penutupan vaskular yang mengalami kerusakan akibat
VSD dengan pintasan jantung paru. pemasangan selongsong dan guide wire
Tiga orang pasien yang dilakukan seperti pada prosedur perkutaneus; occluder
pemasangan okluder dievaluasi menggunakan device mudah dikontrol dan dimanipulasi
TEE, tidak terdapat kelainan anatomis lain, selama prosedur dibanding dengan teknik
arah pintasan dari kiri ke kanan, dan tidak perkutaneus; dengan bantuan TEE prosedur
didapatkan regurgitasi pada katup aorta pada ini relatif aman dan tidak ada paparan radiasi
ketiga pasien ini sebelum dilakukan prosedur terhadap anak dan tenaga kesehatan yang lain
penutupan defek. Selama prosedur dilakukan dibanding dengan prosedur per kutaneus.5,6
keadaan hemodinamik stabil, Hasilnya tidak Prosedur ini masih belum ada evidence
didapatkan residual shunt, tidak terdapat base mengenai indikasi dan kontraindikasi
regurgitasi pada katup aorta, juga tidak pemilahan atau seleksi pasien preoperatif.
ditemukan blok irama jantung atau blokade Kami memilih pasien yang akan dilakukan
atrioventrikular selama dan setelah prosedur. tindakan ini dengan berat badan >5 kg,
Semua pasien diekstubasi di kamar operasi diameter VSD <10 mm, pengukuran subaortik
setelah prosedur pembedahan selesai, tidak rim >2 mm, dan tidak ada regurgitasi aorta
ada komplikasi perdarahan. Pasien kemudian karena keadaan ini berhubungan dengan
dipindahkan ke post anestesia care unit (PACU) potensi kegagalan prosedur dan komplikasi
dan dirawat di bangsal. Satu hari setelah pascaoperasi meningkat.
dirawat di bangsal, kemudian dilakukan Pemeriksaan TEE pada penutupan defek
evaluasi ulang dengan TTE, tidak didapatkan VSD digunakan untuk menentukan jumlah
dislokasi okluder, trombosis, blok irama dan lokasi defek, fungsi ventrikel, ada atau
jantung, ataupun regurgitasi pada katup aorta. tidak ada dan beratnya prolaps, regurgitasi

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


Fredi Heru Irwanto, Yusni Puspita, Rudy Yuliansyah: Penutupan Defek Septum Ventrikel Secara Transtorakalis Minimal 139
Invasif dengan Panduan Transesophageal Echocardiography (TEE)

katup aorta, ada atau tidak ada dan beratnya tersebut meminimalkan efek samping akibat
regurgitasi trikuspid, fraksi pintasan dan pemakaian pintas jantung paru, luka operasi
kelainan kongenital lain.9,12 dan nyeri pascaoperasi yang minimal, waktu
Beberapa hal yang berperan penting pada perawatan lebih singkat, serta terhindar dari
prosedur ini adalah, pertama peranan TEE penggunaan radiasi seperti pada penutupan
sebagai monitor yang aman, efektif terutama defek yang menggunakan metode perkutaneus.
saat penentuan arah dan posisi defek secara Penggunaan TEE memberikan informasi yang
perpendikular, pendorongan guide wire dan sangat berguna selama prosedur berlangsung,
delivery sheath sampai terpasangnya device selain memberikan visualisasi secara terus
menutup defek; kedua, pemilihan ukuran dan menerus selama prosedur berlangsung, TEE
tipe okluder sangat penting untuk penutupan juga mengevaluasi ada tidaknya residual
defek secara lengkap dan menghindari gejala pintasan, gangguan yang mungkin terjadi pada
sisa yang dapat membahayakan. Ukuran katup aorta, serta menilai penempatan device.
device yang terlalu besar dapat menyebabkan
regurgitasi katup dan blokade atrioventrikular, Daftar Pustaka
sementara jika okludernya terlalu kecil
berpotensial menyebabkan residual shunt dan 1. Li F, Chen M, Qiu ZK, Lu J, Wu WH. A new
kesalahan penempatan okluder. minimally invasive technique to occlude
Prosedur yang kami lakukan, pengukuran ventricular septal defect using an occluder
diameter maksimal defek dengan TEE device. Ann Thorac Surg. 2008;85:1067–
memberikan hasil yang lebih akurat dibanding 71.
dengan TTE. Selain itu, TTE juga tidak dapat 2. Holoshitz N, Kenny D, Hijazi ZM. Hybrid
menampilkan struktur yang berdekatan interventional procedures in congenital
dengan defek sebaik pada tampilan TEE.10 Satu heart disease. MDCVJ. 2014;2:93–8.
pasien tidak dapat kami lanjutkan prosedur 3. Lin K, Zhu D, Tao K, Gan C, Tang H, Feng
penutupan defek dengan metode ini karena Y, dkk. Hybrid perventricular device
setelah dilakukan evaluasi menggunakan closure of doubly committed subarterial
TEE, didapatkan defek yang cukup besar ventricular septal defects: mid-term
dan jarak subaortic rim yang terlalu dekat. results. Catheter Cardiovasc Interv.
Informasi ini tidak kami dapatkan melalui 2013;82:225–32.
TTE pada periode preoperatif; ketiga, 4. Liang X, Qian T, Lei F, Ruan F, Sun J, Peng
kerjasama tim merupakan salah satu kunci X, dkk. Intraoperative device closure or
keberhasilan dalam menjalankan prosedur perimembranous ventricular septal defect
ini. Saat ahli bedah melakukan rangkaian with transthoracic minimal invasion. Sch J
prosedur, komplikasi yang dapat terjadi App Med Sci. 2016;4(10D):3846–9.
adalah gangguan irama jantung yang dapat 5. Bai W, An Q, Tang H. Application of
menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik. transesophageal echocardiography in
Kondisi euvolume dan anestesi yang adekuat minimally invasive surgical closure of
dapat meminimalisir komplikasi ini. Selain itu, ventricular septal defects. Tex Hearts Inst
visualisasi secara terus menerus melalui TEE J. 2012;39(2):211–4.
dengan informasi yang akurat memudahkan 6. Sun Y, Zhu P, Zhou P, Guo Y, Zheng
ahli bedah melakukan prosedur ini. SY. Intra-operative device closure of
perimembranous ventricular septal
Simpulan defect without cardiopulmonary bypass
under guidance of trans-epicardial
Penutupan VSD memakai metode minimally echocardiography: a single center
invasive transthoracic dengan panduan TEE experience. J Cardiothoracic Surg.
melalui mini sternotomi merupakan prosedur 2016;11:87.
yang sangat aman dan efektif. Metode 7. Quansheng X, Silin P, Zhongyun Z, Youbao

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


140 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// 10.15851/jap.v5n2.1113

R, Shengde L, Qian C, dkk. Minimally 10. Zhang GC, Chen Q, Chen LW, Cao H,
invasive perventricular device closure of Yang LP, Wu XJ, dkk. Transthoracic
an isolated perimembranous ventricular echocardiographic guidance of minimally
septal defect with a newly designed invasive perventricular device closure
delivery system : preliminary experience. J of perimembranous ventricular septal
Thorac Cardiovasc Surg. 2009;137:556–9. defect without cardiopulmonary bypass:
8. Zang GC, Chen Q, Cao H, Chen LW, Yang LP, initial experience. Euro Heart J Cardiovasc
Chen DZ. Minimally invasive perventricular Imaging. 2012;13:739–44
device closure of ventricular septal 11. Yang XC, Liu DB. Minimally invasive
defect in infants under transthoracic perventricular device closure of
echocardiographic guidance: feasibility ventricular septal defect: a comparative
and comparison with transesophageal study in 80 patients. Chinese Med Sci J.
echocardiography. Cardiovascular 2014;29(2):98–102.
Ultrasound. 2013;11:1–8. 12. Sidebotham D, Merry AF, Legget ME,
9. Parmana IMA. Perioperative Edwards ML. Practical perioperative
transesophageal echocardiography (TEE), transesophageal echocardiography,with
interpetasi dan panduan klinis. Jakarta: critical care echocardiography, Edisi ke-2.
Aksara Bermakna; 2013. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011.

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


DELIMA, APEL, TOMAT, DAN PENYAKIT JANTUNG
Retno Mardhiati1
retno_m74@yahoo.co.id

1Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas


Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

ABSTRACT

Fruit consumption will decrease cardiovascular heart disease risk. Some fruits have the
ability to prevent cardiovascular heart disease namely pome, apple, and tomato. Those
fruits are containing antioxidants, especially flavonoid. The working mechanism of
bioactive substances contained in the fruits can prevent heart disease. Some of the
working mechanisms of bioactive substances are decreasing of blood cholesterol level,
preventing blood clotting and preventing plaque deposit on blood vessel. The attempt in
introducing and promoting the benefit of fruit forheart disease prevention to society is
done continually through many kind of information media so fruits benefit to health can
spread widely.

Keywords: Fruit, Heart, Cholesterol, Cardiovascular

ABSTRAK
Konsumsi buah akan menurunkan risiko penyakit jantung. Beberapa buah memiliki
kemampuan untuk mencegah penyakit jantung. Buah yang memiliki kemampuan
mencegah penyakit jantung antara lain delima, apel, dan tomat. Buah-buah tersebut
mengandung zat antioksidan, terutama kandungan flavonoid. Mekanisme kerja zat
bioaktif yang terkandung dalam buah-buahan dapat mencegah penyakit jantung.
Beberapa mekanisme kerja zat bioaktif yang ada antara lain penurunan kadar kolesterol
darah, mencegah penggumpalan darah, dan mencegah timbunan plak pada pembuluh
darah. Upaya pengenalan dan promosi untuk masyarakat tentang manfaat buah sebagai
pencegahan penyakit jantung, dilakukan secara kontinyu melalui berbagai media
informasi, sehingga informasi khasiat buah utuk kesehatan semakin luas.

Kata Kunci : Buah, Jantung, Kolesterol,kardiovaskular

PENDAHULUAN
WHO menyatakan penyakit kardiovaskular disebabkan oleh gangguan jantung
dan pembuluh darah. Penyakit kardiovaskular antara lain penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskular, hipertensi, penyakit arteri perifer, penyakit jantung rematik,
penyakit jantung bawaan dan gagal jantung. WHO menyatakan penyakit kardiovaskular
merupakan penyebab kematian no 1 di dunia dari 31 % kematian global. Sebesar 7,4
juta karena jantung koroner dan 6,7 juta karena stroke, dialami oleh penduduk dunia.
Efek adanya peningkatan tekanan darah, glukosa darah, lipid darah, dan kelebihan berat
badan dan obesitas semakin meningkatkan kejadian penyakit kardiovaskular. Sebagian
besar penyakit kardiovaskular dapat dicegah. Upaya pencegahan, dengan penghentian
penggunaan tembakau, pengurangan garam dalam diet, mengkonsumsi buah-buahan
dan sayuran, aktivitas fisik secara teratur dan menghindari minum alkohol (Roger et al,
2014).
Penyakit jantung kononer dan penyakit gagal jantung merupakan penyakit
jantung yang sering ditemui di Indonesia. Penyakit jantung koroner adalah
penyempitan pembuluh darah koroner sehingga otot jantung kekurangan darah. Hasil
Riskesdas 2013, prevalensi jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter ada 0,5 %.
Secara klinis, penyakit jantung koroner ditandai nyeri dada di kiri depan, dada terasa
tertekan, tidak nyaman ketika mendaki, kerja berat berjalan cepat, berjalan jauh, akan
hilang ketika menghentikan aktifitas/istirahat. Gejala jantung koroner ditemukan ada 1
%. Gagal Jantung merupakan fungsi jantung yang melemah ketika memompa darah
yang cukup ke seluruh tubuh ditandai dengan sesak nafas pada saat beraktifitas atau
saat tidur terlentang tanpa bantal atau tungkai bawah membengkak. Gagal jantung ada
0,13 % dan gejala gagal jantung ada 0,17 % (Kemenkes, 2014).
WHO (2015), untuk mengurangi risiko penyakit jantung, minimal 400 g (5 porsi)
dari buah-buahan dan sayuran sehat, dan membantu memastikan asupan harian yang
cukup serat makanan. Kentang, ubi jalar, ubi kayu dan akar bertepung lainnya tidak
diklasifikasikan sebagai buah atau sayuran. Namun saat ini masyarakat lebih banyak
mengkonsumsi makanan tinggi energi, lemak, gula atau garam, dan kurang
mengkonsumsi buah, sayuran dan serat makanan seperti biji-bijian. Sayur dan buah
mengandung antioksidan yang tinggi, makanan sehat mengandung buah-buahan,
sayuran, kacang-kacangan dan biji-bijian (misalnya jagung, millet, gandum, gandum,
beras merah). Dan Sangita (2013), konsumsi buah dan sayuran akan menurunkan
risiko dari obesitas, diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular.
American Heart Asociation(2012) menyatakan, dari data NHANES 2005 – 2008,
perilaku masyarakat Amerika mengkonsumsi buah berkisar 1,1 – 1,8 porsi per-hari, dan
mengkonsumsi sayuran 1,3-2,2 porsi per-hari. Sedangkan remaja 5-9 tahun
mengkonsumsi buah 1,5 porsi, remaja 10-14 tahun 1,3 porsi, dan remaja 15-19 tahun
0,9 porsi. Setiap porsi harian buah-buahan mengurangi risiko penyakit jantung sebesar
4%.
Hasil penelitian pada wanita, ditemukan adanya hubungan antara konsumsi
buah dan sayur dengan kejadian gagal jantung, dimana semakin banyak mengkonsumsi
buah dan sayur maka semakin kecil peluang wanita mendapatkan gagal jantung (RR
0,81 (95% CI 0,68-0,97). Sangita (2013), menemukan konsumsi sayuran dapat
menurunkan risiko penyakit jantung iskemik pada laki-laki dan perempuan. Asgary et al
(2013), Beberapa kelompok makanan dan suplemen telah direkomendasikan untuk
mencegah penyakit jantung koroner (PJK) pada wanita. Kelompok makanan (biji-bijian,
buah-buahan, sayuran, ikan, kacang-kacangan, dan kedelai) dan suplemen (pitosterol,
antioksidan, asam folat, dan vitamin B-kompleks).
Kailaku dkk, (2007), buah mengandung antioksidan, yang merupakan molekul
yang sangat penting yang bertindak sebagai pemusnah radikal bebas. Antioksidan
bekerja menangkap radikal bebas dan melepaskan elektronnya sendiri, sehingga
mencegah oksidasi oleh radikal bebas yang dapat merusak molekul-molekul lain.
Bendinelli et al (2011), sampel wanita Itali, menunjukkan adanya penurunan risiko
pada penyakit jantung dengan mengkonsumsi sayuran berdaun. Hubungan terbalik
antara peningkatan konsumsi sayuran berdaun dengan gejala penyakit jantung.
Kebiasaan konsumsi harian total sayuran adalah 188,7 - 99,9 g/hari, konsumsi harian
buah total adalah 351,8 - 207,8 g/hari. Konsumsi sayuran dan buah mengandung zat
antioksidan dan vitamin C yang secara signifikan dapat menurunkan peroksidasi lipid
yang berdampak terhadap patogenesis aterosklerosis. Bhupathiraju et al (2013),
asupan buah dan sayuran dalam kaitannya dengan insiden penyakit jantung koroner
(PJK). Konsumsi sayur dan buah terutama sayur yang berdaun hijau, jeruk, yang
mengandung beta karoten dan vitamin C yang tinggi akan menurunkan risiko penyakit
jantung. Kobylecki et al (2015),asupan buah dan sayuran yang tinggi vitamin C
menurunkan risiko penyakit jantung iskemik dan semua penyebab kematian.

PEMBAHASAN
Dalam tulisan ini, akan dibahas beberapa buah yang dapat dikonsumsi untuk
pencegahan penyakit jantung,antara lain delima, apel, dan tomat.
Delima
Susanto (2013), buah delima memiliki kandungan polifenol, flavonoid, tannin,
kalium, sodium, vitamin B1, Vitamin B2, vitamin B3 dan vitamin C. Sudjijo (2014)
menyatakan kandungan 100 gr buah delima terdiri dari air 78 g, protein 1,6 g, lemak 0,1
g, karbohidrat 14,5 g, dan mineral 0,7 g, gula inversi 20 %, glukosa 5-10 %, asam sitrat
0,5-3,5 %, dan vitamin C 14 mg.Lusitia (2011), kandungan gizi buah delima antara lain
energi 346 kj, karbohidrat 18,7 g, gula 13,7 g, diet serat 4 g, lemak 1,2 g, protein 1,7 g Vit
B1 0,07 mg, Vit B2 0,05 mg, Vit B3 0,29 mg, Vit B5 0,38 mg, Vit B6 0,08 mg, Vit B9 38 mg,
Vit C 10 mg, Kalsium 10 mg, besi 0,30 mg, magnesium 12 mg, fosfor 36 mg, kalium 236
mg, seng 0,35 mg. Hadisaputra (2011), delima mengandung ion kalium, vit A, vit C, vit E,
asam folic, dan zat tanin. Antioksidan dimiliki delima 3 kali lipat daripada wine dan teh
hijau.
Basu and Penugonda (2009), buah delima memiliki kemampuan mengurangi lesi
ateroskelerotik, menurunkan peroksidasi lipid pada penderita diabetes tipe 2, dan
kardioprotektif. Asgary et al (2014) hasil penelitian menemukan delima mengandung
zat antioksidan dan bioaktif polifenol bioaktif . Berkaitan dengan kesehatan jantung,
delima dapat menurunkan kadar lipid dan tekanan darah tinggi serta mencegah
inflamasi pada sel endotel. Ropacki (2013), Ekstrak buah delima 2 g selama 6 minggu,
dapat meningkatkan kondisi syaraf pasien setelah operasi jantung iskemik. Kobylecki et
al (2015), ekstrak kulit buah delima memiliki kemampuan menurunkan efek
cardiodepressent dimana menurunkan tekanan pada jantung dikarenakan adanya
ventrikel kiri yang berkembang. Latifipour (2013), pemberian ekstrak kulit delima
dapat meningkatkan kemampuan mitokondria dan meningkatkan enzim yang
mendukung metabolismejantung.
Susanto (2013), kerja zat aktif di delima meningkatkan daya tahan tubuh,
menurunkan kolesterol, menurunkan tekanan darah, melawan radikal bebas yang dapat
merusak sel-sel, sehingga delima mampu melindungi jantung.Saraswati (2013)
menyatakan setiap 100 gram biji delima mengandung kalium 259 mg/gr. Dan
pemberian 8 ons jus buah delima selama 3 bulan pada 45 pasien jantung iskemia,
menunjukkan kondisi yang lebih baik.
Apel
Boyer and Liu (2004), menyatakan kandungan Quercetin glikosida, 13,2 mg /
100 g buah; vitamin C, 12,8 mg / 100 g buah; procyanidin B, 9,35 mg / 100 g buah; asam
chlorogenic, 9,02 mg / 100 g buah; epicatechin, 8.65 mg / 100 g buah; dan glikosida
Phloretin, 5,59 mg / 100 g buah [46]. Hadisaputra (2011) menyatakan satu porsi apel
terdapat kalium, pectin, selulosa, flavonoid dan asam D-glucaric.
Saraswati (2013) menyatakan jantung mampu menurunkan risiko kematian
pada penderita penyakit jantung koroner dan gangguan kardiovaskular. Kandungan
apel yang berkaitan dengan pencegahan penyakit jantung adalah kandungan flavonoid
yang disebut Quacetin. Quacetin ini memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang
akan menurunkan kolesterol LDL dalam pembuluh darah. Selain itu juga mengandung
pectin merupakan serat larut yang menurunkan kolesterol (Lusita, 2011). Hadisaputra
(2011) menyatakan apel mengandung antioksidan yang menurunkan kadar kolesterol
LDL dan menaikan HDL, sehingga memiliki daya pencegahan penyakit jantung.
Boyer and Liu (2004), juga menyatakan beberapa penelitian membuktikan efek
konsumsi apel terhadap penurunan risiko kejadian penyakit kardiovaskular. Pada
wanita, 13-22 % penurunan risiko penyakit kardiovaskular. Hal ini karena apel
mengandung berbagai phytochemical, termasuk quercetin, catechin, phloridzin dan asam
chlorogenic, yang semuanya merupakan antioksidan kuat. Konsentrasi antioksidan di
kulit lebih tinggi daripada di daging apel. Kulit apel mengandung 2-6 kali senyawa
fenolik daripada dalam daging, dan 2-3 kali lebih zat flavonoid dalam kulit
dibandingkan dengan daging. Adanya penurunan peroksidasi lipid lebih tinggi ketika
memakan kulit apel daripada daging apel. Zat procyanidins, epicatechin dan catechin,
memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan menghambat oksidasi low density
lipoprotein (LDL).Quercetindalam apel merupakan antioksidan yang kuat, memiliki efek
protektif potensi terhadap penyakit jantung. Tajoda et al (2013) menemukan bahwa
konsumsi apel dengan lemon akan meningkatkan kemampuan untuk menurunkan
kolesterol LDL dan menaikkan HDL.Dan Nouri and Rezapour (2011), konsumsi apel
menghambat peroksidasi lipid dan menurunkan kolesterol LDL dan trigliserida serta
meningkatkan HDL.
Baluja and Kaur (2013) menyatakan apel sebagai sumber kaya flavonoid yang
mengandungquercetin,proanthocyanidins, anthocyanin dan kandungan pektin
menurunkan tekanan darah, meningkatkan kemampuan endotelia, enzim yang
menghambat angiostensin, mencegah oksidasi LDL dan meningkatkan HDL, mencegah
aterosklerosis dan berdampak pada kesehatan jantung.
Tomat
Nama lain tomat adalah Solanum lycopersicumL. Salah satu zat aktif yang
terkandung dalam buah tomat adalah golongan bioflavonoid termasuk likopen dan α
dan ß-karoten. Kandungan senyawa lain dalam buah tomat di antaranya solanin (0,007
%), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan
histamin (Canene-Adam, et al, 2004). Adanya antiinflamasi dan antioksidan dari
lycopene dalam tomat, menyebabkan mengkonsumsi tomat beserta olahannya dapat
melindungi jantung (Bohm, 2012).Likopen atau yang sering disebut sebagai α-karoten
adalah suatu karotenoid pigmen merah terang yang banyak ditemukan dalam buah
tomat dan buah-buahan lain yang berwarna merah. Novita dkk (2015) Semakin merah
warna tomat semakin banyak mengandung likopen, dan semakin tidak segar buah
tomat semakin menurun kadar likopen. Likopen dalam tomat semakin mudah diserap
oleh tubuh setelah mengalami pengolahan.
Pereira et al (2015) menemukan efek pemberian tomat terhadap jantung tikus,
adanya pengecilan atrium kiri, hidroperoksida lipid lebih rendah, dan mengurangi
stress oksidatif, peningkatan fungsi diastolic. Lusita (2011) menurunkan risiko
pencegahan penggumpalan darah 72 % ketika mengkonsumsi 1 buah tomat tanpa
membuang bijinya.Duttaroy (2007), tomat memiliki efek kardioprotektif dengan
menghambat agregasi platelet atau aktifitas antiplatelet. Nutrisi antioksidan dalam
tomat, akan memperlambat atrosklerosis dengan peningkatan degradasi LDL,
mencegah pembentukan sel busa dan plak aterosklerosis. Kandungan likopen dalam
tomat, menekan sintesis kolesterol. Bhowmik et al (2013), tomat dan produk tomat
dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular karena lycopene di dalamnya. Tomat,
akan mencegah pengerasan pembuluh darah. Vitamin E dan lycopene dalam tomat
mencegah oksidasi LDL secara efektif.
Upaya pengenalan dan promosi untuk masyarakat tentang manfaat buah sebagai
pencegahan penyakit jantung, dilakukan secara kontinyu melalui berbagai media
informasi, sehingga informasi khasiat buah utuk kesehatan semakin luas. Sangita
(2013) adanya upaya untuk meningkatkan proporsi pendudukan yang mengkonsumsi 2
atau lebih prosi buah dan sayuran dengan nilai sosial, lingkungan, dan pemasaran buah
dan sayuran.Beberapa cara sebagai upaya peningkatan konsumsi buah antara lain,
selalu menyertakan buah dalam setiap frekuensi makan, memakan buah-buahan segar
sebagai makanan ringan, memakan buah-buahan segar sesuai musim buah yang ada,
dan memakan makanan olahan dari buah-buahan.

KESIMPULAN
1. Kandungan zat antioksidan dalam buah diperkirakan berkaitan dalam
pencegahan penyakit jantung.
2. Mekanisme kerja zat bioaktif yang terkandung dalam buah-buahan dapat
mencegah penyakit jantung. Beberapa mekanisme kerja zat bioaktif yang ada
antara lain penurunan kadar kolesterol darah, mencegah penggumpalan
darah,dan mencegah timbunan plak pada pembuluh darah.

SARAN
Upaya pengenalan dan promosi untuk masyarakat tentang manfaat buah sebagai
pencegahan penyakit jantung, dilakukan secara kontinyu melalui berbagai media
informasi, sehingga informasi khasiat buah untuk kesehatan semakin luas. Dan upaya
menjadikan buah dan sayur sebagai makanan pilihan utama untuk dikonsumsi setiap
hari.

DAFTAR PUSTAKA
Asgary S., Sahebkar A., Afshani M.R., Keshvari M., Haghjooyjavanmard S., Kopaei M.R.
2014. Clinical Evaluation of Blood Pressure Lowering, Endothelial Function
Improving, Hypolipidemic and Anti-Inflammatory Effects of Pomegranate Juice in
Hypertensive Subjects. Phytotherapy Research Vol. 28, Issue 2, pages 193–199.

Baluja Z And Kaur S. 2013. Antihypertensive Properties Of An Apple Peel -Can Apple A Day
Keep A Doctor Away. Bulletin Of Pharmaceutical And Medical Sciences ol.1.Issue.1

Basu A. and Penugonda K. 2009. Pomegranate Juice: A Heart-Healthy Fruit Juice.


Nutrition Reviews.

Bendinelli B, Masala G, Saieva C, Salvini S, Calonico C, Sacerdote C, Agnoli C, Grioni S,


Frasca G, Mattiello A, Chiodini P., Tumino R., Vineis P., Palli D., and Panico S.
2011. Fruit, Vegetables, and Olive Oil And Risk of Coronary Heart Disease in Italian
Women: The EPICOR Study. Am J Clin Nutr ;93:275–83.

Bhupathiraju S.N.,Wedick N.M.,Pan A., Manson J.A.E, Rexrode K.M., Willett W.C, Rimm N
B, and Hu F.B. 2013. Quantity And Variety In Fruit And Vegetable Intake And Risk
Of Coronary Heart Disease. Am J Clin Nutr
`
Bhowmik D., Kumar K.P.S., Paswan S., Srivastava S. 2012.Tomato-A Natural Medicine and
Its Health Benefits. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry Vol.1 No.1 : 33

Bohm V. 2012. Lycopene and heart health. Molecular Nutrition & Food Research. Volume
56, Issue 2, pages 296–303
Boyer J. and Liu R.H. 2004. Apple Phytochemicals and their Health Benefit. Nutrition
Journal 3:5

Canene-Adams K., Clinton, S. K., King, J. L., Lindshield, B. L., Wharton C., Jeffery, E. &
Erdman, J. W. Jr. 2004. The Growth Of The Dunning R-3327-H Transp Lantable
Prostate Adenocarcinoma In Rats Fed Diets Containing Tomato, Broccoli,
Lycopene, Or Receiving Finasteride Treatment. FASEB J. 18: A886 (591.4).

Duttaroy A.K.2007. Taking tomatoes to heart . Advances in Medicinal Plant Research


7/661

Eyres L., Eyres M.F.,Chisholm A., Brown R.C. 2016.Coconut Oil Consumption And
Cardiovascular Risk Factors In Humans.Nutrition ReviewsVol 74 267-280

Kailaku K.I, Dewandari K.T. dan Sunarman. Potensi Likopen Dalam Tomat Untuk
Kesehatan. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 3 2007

Kemenkes. 2014. Laporan Riskesdas 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan.

Kobylecki C. J., Afzal S., Smith G.D., and Nordestgaard B.G. 2015. Genetically High Plasma
Vitamin C, Intake of Fruit and Vegetables, and Risk Of Ischemic Heart Disease and
All-Cause Mortality: A Mendelian Randomization Study. Am J Clin Nutr;101:1135–
43.

Latifipour N., Kazerani HR. 2013. Cardiodepressant Effects of Ethanol Extract of


Pomegranate Skin on Rat Isolated Heart. JMP, 2(46): 113-120

Lusita S. 2011. Aneka Resep Sehat dan Lezat untuk Jus Panjang Umur. Yogyakarta :
Penerbit Araska

Novita M., Satriana, dan Hasmarita E . 2015. Kandungan Likopen Dan Karotenoid Buah
Tomat (Lycopersicum Pyriforme) Pada Berbagai Tingkat Kematangan: Pengaruh
Pelapisan Dengan Kitosan Dan Penyimpanan Jurn Al Teknologi Dan Industri
Pertanian Indonesia – Vol. ,7 No. 1

Nouri M.K. and Rezapour A.K. 2011. Effect of Apple (Malus domestica) Supplementation
on Serum Lipids and Lipoproteins Level in Cholestrol-Fed Male Rat. Middle-East
Journal of Scientific Research 9 (6): 744-748

Pereira B.L.B, Arruda F.C.O, Reis P.P, Felix T.F., Santos P.P, Rafacho R.P., Gonçalves A.F.,
Claro R.T., Azevedo P.S., Polegato B.F., Okoshi K., Fernandes, Paiva S.R.A., Zornoff
L.A.M. and Minicucci M.F. 2015. Tomato (Lycopersicon esculentum)
Supplementation Induces Changes in Cardiac miRNA Expression, Reduces Oxidative
Stress and Left Ventricular Mass, and Improves Diastolic Function. Nutrients7 (11),
9640-9649

Ropacki S.A.,Patel S.M, and Hartman H.M. 2013. Pomegranate Supplementation Protects
against Memory Dysfunction after Heart Surgery: A Pilot Study. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine
Saraswati N.P. 2013. Terapi 7 Penyakit Paling Berbahaya dengan 12 Buah Paling
Berkhasiat. Yogyakarta : IN AzNa Books

Sudjijo. 2014. Sekilas Tanaman Delima Dan Manfaatnya. Balai Penelitian Tanaman Buah
Tropika

Susanto D.B. 2014. Resep Jus Buah dan Sayur. Jakarta : Cemerlang Publishing

Tajoda, H.N.,Kurian, J.C.,Bredenkamp, M.B. 2013. Reduction of Cholesterol and


Triglycerides in Volunteers using Lemon and Apple. International Journal of
Humanities and Social Science Vol. 3 No. 18

Anda mungkin juga menyukai