Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebidanan merupakan profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat
manusia. Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan
menolong ibu-ibu melahirkan, tugas yang diemban sangat mulia dan juga selalu
setia mendampingi dan menolong ibu dalam melahirkan sampai sang ibu dapat
merawat bayinya dengan baik.
Sebelum bekerja dikomunitas seorang bidan harus mempunyai kompetensi
yaitu memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga,
kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
Sasaran utama kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang
berada didalam keluarga dan masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai
makhluk social yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi, politik, social budaya dan lingkungan sekitarnya. Kesehatan ibu dan
anak tidak hanya sensitive dalam menentukan pembangunan kesehatan suatu
Negara, tetapi juga  merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusia dimasa datang.
Pelayanan kebidanan komunitas diarahkan untik mewujudkan keluarga
yang sehat sejahtera sehingga tercipta derajat kesehatan yang optimal. Hal ini
sesuia dengan visi Indonesia Sehat 2010. Kesehatan keluarga merupakan salah
satu kegiatan dari upaya kesehatan dimasyarakat yang ditujukan kepada keluarga.
Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil,
sehat, bahagia dan sejahtera. Didalam kesehatan keluarga, kesehatan ibu
mencakup kesehatan masa pra kehamilan, kehamilan, persalinan, pasca
persalinan, dan masa diluar kehamilan (masa interval).
Bidan diakui sebagai profesional yang bertanggung jawab yang bekerja
sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan
dan nasihat selama kehamilan, periode persalinan dan post partum, melakukan

1
pertolongan persalinan di bawah tanggung jawabnya sendiri dan memberikan
asuhan pada bayi baru lahir dan bayi.
Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Upaya kesehatan anak dilakukan melalui penigkatan
kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi, balita, pra sekolah dan sekolah.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.   Kematian Ibu dan bayi


Kematian ibu adalah kematian perempuan selama masa kehamilan,atau
dalam 42 minggu hari setelah persalinan dari setiap penyebab yang berhubungan
dengan dan atau diperburuk oleh kehamilan atau penangannya,tetapi bukan karena
kecelakaan ( WHO-SEARO,1998)
Angka kematian Ibu(AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan
Indonesia(SDKI,2003) masih cukup tinggi,yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Berarti kematian ibu terjadi 18.300 setiap tahun ,1.500 setiap bulan,352 setiap
minggu,50 setiap hari dan 2 jam ,dengan estimasi ibu bersalin(Bulin)/tahun=5
juta.
Sebagian besar kematian perempuan disebabkan komplikasi karena hamil
dan bersalin,yakni
No. Penyebab kematian ibu Jumlah(presentasi)
1 Perdarahan 28%
2 Eklampsi 24%
3 Infeksi 11%
4 aborsi yang tidak aman 5%
5 trauma obstetric 3%
6 lain-lain 11%

perdarahan 28%,eklampsi 24%,infeksi 11%,aborsi yang tidak aman 5% persalinan


lama ,trauma obstetric 3 % dan lain-lain 11%. Penyebab kematian ibu terbesar
adalah [erdarahan dan eklampsi , kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah
dengan pemeriksaan antenatal care yang memadai atau penerapan teknolgi
kesehatan yang ada. Namun demikian ,banyak factor yang mempengaruhi baik
politis maupun teknis,sehingga teknologi kesehatan kurang dapat diterapkan
secara sempurna di tingkat Masyarakat.. pada saat kesehatan didekatkan ke
masyarakat belum tentu masyarakat memanfaatkan.nya karena berbagai alas an

3
yang dikategorikan sebagai penyebab tidak langsung kematian ibu,yakni social
ekonomi pendidikan ,kedudukan dan peranan wanita ,social budaya dan
transportasi. Hal tersebut sangat memicu terjadinya “tiga terlambat empat terlalu”
yaitu keterbatasannya kesempatan memperoleh informasi dan pengetahuan
baru,hambatan membuat keputusan,terbatasnya akses memperoleh informasi
pendidikan memadai dan kelangkaan pelayanann kesehatan yang peka terhadap
kebutuan perempuan.( Anonim,1998)
Survey WHO tahun 2002 dan 2004 menyebutkan,kematian bayi baru lahir
No Penyebab kematian Bayi Jumlah
1. Asfiksia 27%
2 BBLR 210%
3 Tetanus 4%
4 Malnutrisi 54%
5 Diare 19%
6 Pneumonia 19%
7 Campak 7%,
8 Malaria 5%.

disebabkan asfiksia 27%,BBLR 24%,tetanus 10%,sisanya infeksi,pendarahan dan


masalah asupan. Kematian anak ,masih menurut WHO, di sebabkan malnutrisi
sebesar 54% yang bermuara pada berbagai penyakit,yaitu diare 19%,pneumonia
19%,campak 7%,malaria 5%.

Departemen umum Departemen Kesehatan RI menurut Menkes adalah


menurunkanangka kematian bayi dan 33/1000 menjadi 26/1000 kelahiran hidup .
demikian pula,prevalensi gizi kurang pada balita ditekan dari 25,8 % menjadi
20%,umur harapan hidup .dari 66,2tahun menjadi 70,6 tahun. Untuk mencapai
target tersebut telah disiapkan Departemen Kesehatan dalam empat strategi
pokok yakni
1.    Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan

4
2.    Mendekatkan akses keluarga miskin daan rentan terhadap layanan kesehatan
berkualitas
3.    Meningkatkan surveilence
4.    Meningkatkatk pembiayaan dibidang kesehatann.
Keselamatan dan kesejahteraan perempuan dan anak sangat penting tidak
saja bagi pemenuhan hak hidup sehat bagi mereka,tapi juga dalam mengatasi
masalah ekonomi,social dan tantangan pembangunan( Pesan Kunci Hari
Kesehatan Dunia,2005)
Faktor Hambatan Kesempatan
pengaruh
Norma-norma Masih banyaknya Dengan adanya
dan hirarki masyarakat yang kepercayaan
sosial masih mempercayai tersebut,bagaimana
dukun sebagai bidan dapat
penolong mendekati dukun
persalinannya. untuk melakukan
mitra antara bidan
dan dukun
Struktur - -
kelebagaan
Faktor Banyaknya Kebijakan
Ekonomi masyarakat yang pemerintah yang
berpikir bahwa khususnya dalam
melahirkan pada bidang
Yankes membutuhkan kesehatan,telah
biaya yang banyak
banyak,karenabanyak mengeluarkan
masyarakat yang kebijakan tentang
masih memiliki kesehatan
kemampuan ekonomi gratis,yang
nya yang rendah. diharapkan

5
masyarakat dapat
memiliki kesadaran
untuk
memeriksakan
kesehatan ibu hamil
dan bayinya pada
pelayanan kesehatan
yang terbaik
Faktor Masih banyak Dengan adanya
politik kepentingan politik kekuatan
yang berasakan politik,dapat
kepentingan diadakan kerjasama
kelompok sehinga lintas sector,dimana
bantuan yang masyarakat
diperuntukan bagi khususnya ibu dan
penurunan angka bayinya dapat
kematian ibu dan bayi menerima nasihat
diselewengkan kearah dari pemerintahan
sebuah kekuassan yang dianggap
sehingga dana sebagai panutannya.
tersebut tidak tepat
sasaran,,,dan berujung
pada kepentingan
Nepotisme
Parameter - -
Hukum
Training - -
Sikap - -
komunitas
terhadap fihak

6
luar spt LSM

B.   Kehamilan Remaja


Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai
anak ditentukan oleh kesiapan tiga hal
1.    Kesiapan fisik secara umum seorang perempuan yang disebut siap secara
fisik,jika ia telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya,yaitu sekitar 20
tahun ,ketika tubuhnya yaitu sekitar 20 tahun,ketika tubuhnya berhenti
tumbuh,sehingga usia 20 tahun bias dijadikan pedoman keiapan fisik.
2.    Kesiapan mental/emosi psikis,adalah saat dimana seorang perempuan dan
pasangannya merasa relah ingin mempunyai anak merasa telah siap menjadi
orag tua termaksud mengasuh dan mendidik anak.
3.    Kesiapan ekonomi social ,secara ideal jika seorang bayi dilahirkn maka ia
akan membutuhkan tidak hanya kasih saying orang tuannya ,tetapi juga sarana
yang membuat bayinya bias tumbuh dan berkembang.
Beberapa ,salah yang dapat timbul pada kehamilan remaja(usia dibawah 20 tahun.
1. Pada umumnya ibu muda(remaja) kurang memperhatikan
kehamilannya,termaksud control kehamilan . ini berdampak pada
meningkatnya resiko kehamilan
2.    Ibu muda(remaja)pada waktu hamil sering mengalami ketidak aturan tekanan
darah yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kejangan yang
berakibat pada kematian
3.    Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda seringkali
berkaitan dengan munculnya kanker mulut rahim.
Faktor Hambatan Kesempatan
pengaruh
Norma-noma Adanya masyarakat Dengan adanya adat
dan hirarki yang terlalu kental atau sutu norma yang
sosial dengan adat untuk dapat dipatuhi yang
menikahkan anak berasaskan dengan

7
gadisnya di usia memperhatikan
muda tanpa kesehatan reproduksi
memperhatikan hak para remaja.
reproduksi dalam
mempersiapkan
kehamilannya
Struktur
kelembagaan
Faktor Ekonomi Dengan tidak Dengan adanya
adanya kesiapan ekonomi yang
Ekonomi yang baik baik,masyarakat
bagi ibu,akan khususnya
menyebabkan perempuan dapat
ketidak siapan bayi menempuh
dalam memenuhi pendidikan yang
kebutuhan bayinya tinggi untuk
menambah
pengetahuan,agar
pengetahuan tentang
kesehatan
reproduksi.
Faktor politik - Suatu kebijakan
pemerintah dapat
memberikan
penyuluhan uuntuk
bagaimana
masyarakat dapat
khususnya
perempuan dapat
meyiapka
kehamilannya

8
dengan matang
melalui program
BKKBN misalnya.
Parameter - -
Hukum
Training
Sikap
komunitas
terhadap fihak
luar spt LSM

C.   Unsafe Abortion


Menrut Fast about abortion: info kit on womwns health,institute for social
study and action,Maret 1991,dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai
penghentian kehamilan setelah tertanamnya ovum yang telah dibuahi dalam
rahim,sebel usia janin berusia mencapai 20 minggu.
Di Indonesia belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam kamus
Bahasa Indonesia (Prof.JS.Badudu dan Prof.Sutan Muhammad Zain 1996) abortus
didefinisikan sebagai terjadinya keguguran janin; melakukan abortus sebagai
melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tidak mengiginkan bakal bayi
yang ia kandung.
Yang dimaksud dengan aborsi tidak aman adalah (unsafe abortion adalah
penghentian kehamilan yan dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten
dan menggunakan saran yang tidak memadai ,sehingga menimbulkan banyak
komplikasi bahakan kematian. Banyaknya kematian akibat aborsi yang tidak
aman tentu sangat memprihatinkan.
Faktor Hambatan Kesempatan
pengaruh
Norma-noma Dengan minimnya Dengan adanya
dan hirarki norma yag dimiliki norma agama yang
sosial oleh diajarkan sedini

9
sipelaku,khususnya mungkin pada
kehamilan di luar masyarakat tidak
nikah yang membuat dian segan
pelaku melakuakan melakukan hal-hal
aborsi yang tidak yangtentunya
amankarena malu masyrrakat
terhadap
lingkungannya.
Struktur - -
kelembagaan
Faktor Karena adanya Dengan adanya
Ekonomi kelemahan pada kesiapan ekonomi
ekonomi,dan factor yang
kemisinan yang memadai ,seorang
mebuat ibu ibu akan siap dalam
mengugurkan hal menyiapkan
kandungannya secara kehamilannya
tidak aman dan hingga kelahiran
mengambil anaknya
alternative ke dukun tersebut,hingga tidak
karena merasa biaya akan terjadinya
nya lebihngkan ke aborsi yang tidak
dokter. aman -
Faktor politik - -
Parameter Lemahnya hukum di Bila ada sanksi tegas
Hukum Indonesia yang untuk per-UU
mengatasi hukum di Indonesia
permasalahan aborsi yang melarang
yang tidak aman di pelegalan aborsi
Indonesia,tidak ada yang tidak aman
sanksi tegas untuk

10
menindaki pelaku hal
tersebut
Training - -
Sikap - -
komunitas
terhadap fihak
luar spt LSM

D.   Bayi berat lahir rendah(BBLR)


Kriteria BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram. Diperkirakan,kejadian BBLR di Indonesia berkisar antara 14-17%
dari seluruh kelahiran. Penetapan angka tersebut berkaitan dengan pertubuhan
janin yang sesuai dengan masa gestasi(umur kehamilan yang normal). Umumnya
bayi yang normal berat badannya mencapai 2500 gram pada usia kehamilan
sekitar 38 minggu . usia kehamilan normal sendiri berkisar antara 38-42 minggu.
BBLR bias dibagi menjadi Bayi Berat Lahir Sangat Rendah(BBLR),yaitu
dengan berat lahir 1000-1500 gram dan Bayi Berat Amat Sangat
Rendah(BBLASR),yaitu dengan berat kurang 1000 gram.
Antisipasi kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah pada masa hamil
1.    Perhatikan suplai makanan baik kualitas maupun kuantitas atau 1 kali lebih
sering daripada sebelum hamil.
2.    Periksa kehamilan secara teratur minimal 4 kali. Bila kenaikan berat
badannya kurang dari 1 kg perbulan ,ibunperlu segera meminta pertolongan ke
puskesmas
3.    Ibu hamil minimum tablet zat besi secara teratur setiap hari 1
tablet,minimum 90 tablet
4.    Kurangi kerja yang melelahkan ,istirahat yang cukup dan tidur lebih awal
5.    Menjaga jarak antara kehamilan paling dekat 2 tahun.

11
Faktor saling pengaruh antara “profil aktifitas” dan “profil akses dan kontrol”.
Faktor Hambatan Kesempatan
pengaruh
Norma-noma Banyak Mitos-mitos Dengan Sosekbud
dan hirarki di masyarakat yang yang ada harusnya
sosial membuat masyarakat dapat
pelarangan memilah yang mana
konsumsi makan- mitos yang
makanan yang ditinggalkan oleh
sebenarnya bergizi nenek moyang yang
bagi untuk ibu dan dapat berguna bagi
bagi perkembangan masyarakat
janin namun di tetap khususnya ibu hamil
di aplikasikan tanpa dan yang mana yang
alas an ilmiah bukan hal yang dapat
sehingga ibu merugikan ibu
kekurangan hamil,sehingga
makanan yang perkebangan
banyak mengandung janinnya dapat
gizi untuk dirinya berkembang secara
dan bayinya normal
Struktur - Adanya program
kelembagaan garatis kunjungan
wajib selama ANC
dari pemerintah
Faktor Ekonomi .dengan Ekonomi -
yang pas-pasan
terkadang ibu hamil
tidak dapat
memenuhi
kandungan gizi dan

12
bayinya.
Faktor politik - -
Parameter
Hukum
Training - -
Sikap - -
komunitas
terhadap fihak
luar spt LSM

E. Tingkat Kesuburan
1.      DEFINISI
Infertilitas  adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu
tahun (Sarwono,497).
Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan
menghasilkan keturunan (Elizbeth, 639).
Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum
mampu memiliki anak walaupun  telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 –
3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat
kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono,2008, hal: 1).
Secara medis infertile dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1.      Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak
setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.

2.      Infertile sekunder

13
Berrti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi
saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan
seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode
kontrasepsi jenis apapun.
Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
pasangan suami istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut:
1.      Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.
2.      Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum
mendapatkan kehamilan.
3.      Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap minggunya.
4.       Istri  maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun metode
kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk
mencegah kehamilan.
(Djuwantono,2008, hal: 3).

2.     ETIOLOGI
Sebanyak 60% – 70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada
tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun
ke-2 dari usia pernikahannya. Sebanyak 10% - 20% sisanya akan memiliki anak
pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak pernah memiliki anak.
Walaupun pasangan suami istri dianggap infertile bukan tidak mungkin
kondisi infertile sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal
tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan
dan lahirnya seorang manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri.
Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa dua factor yang harus dipenuhi
adalah:
1.      Suami memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) kedalam organ
reproduksi istri
2.      Istri memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovarium).

14
(Djuwantono,2008,2)
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil
penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian
infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus
anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
1.      Pada wanita
a.       Gangguan organ reproduksi
         Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina akan membunuh
sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma
ke vagina.
         Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks,
perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada
serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga
sperma tidak dapat masuk ke rahim
         Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
dan akhirnya terjadi abortus berulang.
         Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba
falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
b.      Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan
hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang
memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena
adanya tumor cranial, stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan
terjadinya disfungsi hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi
kedua hormone ini. Maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan
berakhir pada gangguan ovulasi.

15
c.       Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan
dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan,
proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak
dapat berkembang dan terjadilah abortus.
d.      Endometriosis
e.       Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
f.      Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
2.      Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas
pada pria yaitu:
· Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
· Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
· Abnormalitas ereksi
· Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi
kimiawi
· Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga
terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
· Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker.

3.     FAKTOR-FAKTOR INFERTILITAS YANG SERING DITEMUKAN


Factor-faktor yang mempengaruhi infertilitas pasangan sangat tergantung pada
keadaan local, populasi dan diinvestigasi dan prosedur rujukan.

16
1.      Faktor koitus pria
Riwayat dari pasangan pria harus mencakup setiap kehamilan yang
sebenarnya, setiap riwayat infeksi saluran genital, misalnya prostates,
pembedahan atau cidera pada genital pria atau daerah inguinal, dan setiap
paparan terhadap timbel, cadmium,radiasi atau obat kematerapeutik.
Kelebihan konsumsi alcohol atau rokok atau paparan yang luar biasa terhadap
panas lingkungan harus dicari.
2.      Faktor ovulasi
Sebagian besar wanita dengan haid teratur (setiap 22 – 35hari) mengalami
ovulasi, terutama kalau mereka mengalami miolimina prahaid (misalnya
perubahan payudara, kembung, dan perubahan suasana hati).
3.       Faktor serviks
Selama beberapa hari sebelum ovulasi, serviks menghasilkan lender encer
yang banyak yang bereksudasi keluar dari serviks untuk berkontak dengan
ejakulat semen. Untuk menilai kualitasnya, pasien harus diperiksa selama fase
menjelang pra ovulasi (hari ke-12 sampai 14 dari siklus 28 hari).
4.      Faktor tuba-rahim
Penyumbatan tuba dapat terjadi pada tiga lokasi: akhir fimbriae, pertengahan
segmen, atau pada istmus kornu. Penyumbatan fimbriae sajauh ini adalah yang
banyak ditemukan. Salpingitis yang sebelumnya dan penggunaan spiral adalah
penyebab yang lazim, meskipun sekitar separohnya tidak berkaitan dengan
riwayat semacam itu. Penyumbatan pertengahan segmen hamper selalu
diakibatkan oleh sterilisasi tuba. Penyumbatan semacam itu, bila tak ada
riwayat ini, menunjukan tuberculosis. Penyumbatan istmus kornu dapat
bersifat bawaan atau akibat endometriosis, adenomiosis tuba atau infeksi
sebelumnya. Pada 90% kasus, penyumbatan terletak pada istmus dekat tanduk
(kornu) atau dapat melibatkan bagian dangkal dari lumen tuba didalam
dinding organ.
5.      Faktor peritoneum
Laparoskopi dapat menengali patologi yang tak disangka-sangka sebelumnya
pada 30 sampai 50% wanita dengan infertilitas yang tak dapat diterangkan.

17
Endometriosis adalah penemuan yang paling lazim. Perlekatan perianeksa
dapat ditemukan, yang dapat menjauhkan fimbriae dari permukaan ovarium
atau menjebak oosit yang dilepaskan. (Cristina, 600-607)

4.    PENATALAKSANAAN INFERTILITAS


1.      Wanita
Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan
waktu yang tepat untuk coital
Pemberian terapi obat, seperti :
a.       Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh
supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
b.      Terapi penggantian hormon
c.       Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
d.      Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
        GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
        Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang
rusak secara luas
        Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
        Pengangkatan tumor atau fibroid
        Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau
kemoterapi
2.      Pria
a.   Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi
autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
b.    Agen antimikroba
c.   Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi
kejantanan
d.    HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e.     FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis

18
f.   Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus
g.      Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h.      Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i.        Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas
dan ketat
j.        Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang
mengandung spermatisida.

5.      PENCEGAHAN INFERTILITAS


a.       Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama
infeksi prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap
infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius (Steven RB,1985).
b.      Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan
pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven
RB,1985).
c.       Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar
hormone testosterone yang tentunya akan menganggu pertumbuhan
sperma (Steven RB,1985).
d.      Berperilaku sehat (Dewhurst,1997).

6.     PATOFISIOLOGIS
1.      Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH
tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari
infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat
lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus

19
menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya
terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel.
Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang
mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom
seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun
sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan,
infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya
menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus
2.      Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya
merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada
abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi
masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis.
Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga
menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi
sperma terganggu.
a.       Peran bidan komunitas terhadap tingkat kesuburan Fertilitas dengan KB
Infertilitas :
         Melakukan rujukan sehingga pasangan infertil mendapat penanganan yang
tepat
         Konseling tentang variasi dalam hubungan seksual, cara menghitung masa
subur, makanan yang dapat meningkatkan kesuburan suami atau isteri
         Mencari ketenangan psikologi

F. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Non Kesehatan


1.      Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Non Kesehatan

20
2.      Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan yaitu proses persalinan
yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa dikenal dengan istilah
dukun bayi.

Etiologi:
1.      Kebiasaan/ perilaku/ adat istiadat yang tidak menunjang.
Keluarga yaitu adanya kebiasaan keluarga yang memutuskan atau memaksa
calon orang tua mengenai siapa yang akan menolong persalinan
·                 Masyarakat, yaitu adanya kebiasaan masayarakat yang lebih
mempercayai penolong
persalinan pada tenaga non medis (dukun)
2.      Sarana kesehatan.
3.      Keadaan sosial ekonomi yang masih belum memadai.
4.      Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.
5.      Status dalam masyarakat.
6.      Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penyuluhan kesehatan dan
petugas kesehatan yang masih rendah.
Penanganan
Penanganannya dengan diadakan program penempatan bidan di desa yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita. Kecuali
hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan masyarakat setempat,
dengan menjalin hubungan kemitraan antara keduanya.

Penyebab persalinan di tenaga non medis :


1.      Disparitas anta rwilayah  (Jauh dari nakes)
2.      Pendidikan (Pendidikan yang rendah)
3.      Akses dan kualitas layanan Antenatal Care (ANC), (Ibu hamil yang tidak
mendapatkan layanan ANC cenderung lebih banyak melakukan persalinan
dirumah (86,7%) dibandingkan ibu-ibu yang minimal melakukan kunjungan
ANC 4 kali selama kehamilan (45,2%).)

21
4.      Ekonomi (Ibu dengan tingkat penghasilan rendah hampir lima kali lebih
besar melakukan persalinan dirumah dibandingkan dengan ibu dengan tingkat
pengeluaran tinggi)

G. Penyakit Menular Seksual (PMS/ IMS)


PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau
kontak intim ( Jan Tambayong,2000:195). Selain itu ada pendapat lain “Penyakit
menular seksual sering terjadi selama kehamilan, khususnya dalam masyarakat
kota karena penyalahgunaan obat dan prostitusi (Karwati, 2011:28).
1.      Angka kejadian PMS
a.  Angka kesakitan sifillis pada tahun 1996 adalah 4,71 per 100.000 penduduk.
b.  Gonokokus pada tahun 1996 tahun 1996, angka kesakitannya 11,1 per
100.000 penduduk.
2.       Ciri-ciri PMS
Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin. Penyakit
dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan
kelamin
Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka,
dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit,
tetapi kenyataan masih juga terjangkit (Adhi Jduanda, 2007 : 361).
3.      Epidemiologi PMS
a.  Banyak kasus yang tidak dilaporkan, karena belum ada UU yang
mengharuskan melaporkan setiap kasus baru PMS yang ditemukan.
b.   Bila ada laporan, sistem pelaporan yang berlaku belum seragam.
c.   Fasilitas diagnostik yang ada sekarang ini kurang sempurna sehingga
seringkali terjadi salah diagnostic dan penanganannya.
d.  Banyak kasus yang asimtomatik (tanpa gejala yang khas) terutama penderita
wanita.
e.   Pengontrolan terhadap PMS  ini belum berjalan baik (Adhi Jduanda, 2007 :
361)

22
4.       Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya PMS
a.       Perubahan demografik secara luar biasa
         Peledakan jumlah penduduk
         Pergerakan masyarakat yang bertambah, dengan berbagai alasan, misalnya:
pekerjaan, liburan, pariwisata, rapat, kongres atau seminar

b.      Kemajuan sosial ekonomi


         Perubahan sikap dan tindakan akibat perubahan-perubahan demografi
diatas, terutama dalam bidang agraris dan moral.
         Kelalaian beberapa negara dalam pemberian kesehatan dan pendidikan seks
khususnya
         Perasaan aman pada penderita karena pemakaian obat antibiotik dan
kontrasepsi
         Akibat pemakaian obat antibiotik tanpa petunjukyang sebenarnya
         Fasilitas kesehatan yang kurang memadai, terutama fasilitas laboratorium
dan klinik pengobatan (Adhi Jduanda, 2007 : 361)
5.      Macam-macam penyebab PMS
PMS dapat disebabkan oleh beberapa organisme penyebab, diantaranya
yaitu :
a.       Infeksi bakteri
         Neisseria gonorroeae (gonore)
         Chlamidia trachomatis (limfogranuloma venerum)
         Treponema pallidum (sifillis, kondilo malatum)
         Ureaplasma urealyticum (infeksi mikoplasma)
         Haemophillus ducrei (chancroid)
         Calymmatobacterium granulomatis (granuloma inguinale)
         Spesies shigella
         Gardanela vaginalis (vaginitis)
b.       Infeksi virus
         Virusherper simpleks (HSV)
         Hepatitis A, B, C

23
         Sitomegalovirus (infeksi CMV)
         Human papilomavirus (kulit genital, kondiloma akuminata)
         Moloskum kontangiosum
         Human immunodeficiency virus (HIV)
c.       Infeksi protozoa
         Trichomonas vaginalis
         Entamoba histolyca
         Giardia lambia
d.      Parasit
         Phthirus pubis (kutu kepiting)
         Sarcoples scabies (tungau scabies)
         (Karwati,2011:31)
6.      Macam-macam PMS
Penyakit menular seksual yang sering terjadi di lingkungan masyarakat,
dintaranya yaitu :
1.      GONORRHOE
Gonore adalah penyakit seksual yang paling sering terjadi disebabkan oleh bakteri
Neisseria Gonorrhoeae, kokus gram negative kecil berbentuk ginjal yang tersusun
berpasangan.
(Karwati, 2011:32)
Tipe: Bakterial
Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
Gejala: Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul,
sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar.  Gejala-gejala
meliputi discharge dari penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat
buang air kecil.
Pengobatan: Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik.   Namun tidak dapat
menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Pada
perempuan jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit
Radang Panggul, yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik,

24
kemandulan dan nyeri panggul kronis.  Dapat menyebabkan kemandulan pada
pria.  Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau
otak.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Gonore
dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan
arthritis sepsis pada bayi yang terinfkesi pada proses persalinan.  Untuk mencegah
kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk
pengobatan gonore.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral
dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk
pencegahan.  Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama
sekali risiko penularan penyakit ini.

2.      KLAMIDIA TRACHOMATIS


Clamidia trachomatis merupakan penyakit menular seksual yang paling sering
dijumpai pada orang dewasa dan remaja, paling sering dijumpai pada wanita yang
aktif secara seksual diantara usia 12 dan 19tahun (Sri Mujiati,2011:34)
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal dan anal.
Gejala: Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak
menunjukkan gejala.  Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal, dan rasa
nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun perempuan.  Perempuan juga dapat
mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual,
pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada testis.
Pengobatan: Infeksi dapat diobati dengan antibiotik.  Namun pengobatan tersebut
tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan
dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi: Pada
perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang
Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik,
kemandulan dan nyeri panggul kronis.  Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia

25
akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradangan pada testis (tempat di
mana sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan. 
Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika
terpapar virus tersebut.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir: lahir
premature, pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat
terjadi karena penularan penyakit ini saat proses persalinan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual secara vaginal maupun anal
dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100%
efektif.  Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali
risiko tertular penyakit ini.

3.      HERPES SIMPLEKS / GENITALIS


Virus herpes simpleks adalah anggota dari keluarga virus herpes DNA dan
ditularkan lewat kontak mukokutaneus yang intim (Neville F. Hacker , 2001:
199). Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus herpes simplek ( V. Herpes
Hominls) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel berkelompok di
atas kulit yang eritematosa di daerah muka kutan (Arif Mansjoer jilid II, 2000 :
151). Sedangkan virus herpes genitalia adalah virus herpes simpleks tipe I dan II
(M. William Schwarts, 2004 : 701)
Tipe: Viral
Cara Penularan: Herpes menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan
bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal
atau oral.  Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1)
umumnya menular lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di
bibir.  Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat
menyebabkan infeksi alat kelamin.
Gejala-gejala: Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa
gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau keputihan. 
Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi,
biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di

26
bagian tubuh yang lain.  Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu
tetapi dapat muncul kembali.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk penyakit ini.  Obat anti virus biasanya
efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala karena
infeksi HSV-2.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Orang yang
terinfeksi dan memiliki luka akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV jika
terpapar sebab luka tersebut menjadi jalan masuk virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Perempuan yang
mengalami episode pertama dari herpes genital pada saat hamil akan memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur.  Kejadian akut pada
masa persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan
operasi cesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat
menyebabkan kematian atau kerusakan otak yang serius.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral
dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100%
efektif mencegah penularan virus herpes genital melalui hubungan seks.  Kondom
dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat samasekali menghilangkan risiko
tertular penyakit ini melalui hubungan seks.  Walaupun memakai kondom saat
melakukan hubungan seks, masih ada kemungkinan untuk tertular penyakit ini
yaitu melalui adanya luka di daerah kelamin.

4.      SIFILLIS       
Sifilis adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh treponema pallidum
(Dewi Pujiati,2011:33).
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks
vaginal, anal atau oral.  Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui
hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis
kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.

27
Gejala-gejala: Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa
sakit atau “chancres” yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga
muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke
fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada
tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.
Pengobatan: Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun, kerusakan pada
organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Jika tidak
diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata, sistem
saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian.  Seorang yang sedang
menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut
akan meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati,
seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada
janin yang dikandungnya.  Janin meninggal di dalam dan meninggal pada periode
neonatus terjadi pada sekitar 25% dari kasus-kasus ini.  40-70% melahirkan bayi
dengan sifilis aktif.  Jika tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung,
otak dan mata bayi.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral
dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100%
efektif mencegah penularan sifilis melalui hubungan seksual.  Kondom dapat
mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui
hubungan seks.  Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai
kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin.  Usaha untuk mencegah
kontak non-seksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena adanya
sifilis juga perlu dilakukan.

5.      KANDIDOSIS VAGINAL


Kandidosis vaginal adalah penyakit jamur yang yang bersifatakut atau sub akut
pada vagina danatau vulva dan disebabkan oleh kandida, biasanya oleh C.
albicans.

28
(Arif Mansjoer, 2000 : 150)
PENATALAKSANAAN KANDIDOSIS:
Pengobatan kandidosis vulvovaginitis dengan obat anti kandida topikal krim
maupun tablet vaginal. Preparat azol lebih efektif daripada nistatin. Pengobatan
menghasilkan penyembuhan 80-90%.
a. Pengobatan topikal :
- mikonazol 200 mg intravaginal/hari selama 3 hari
- klotrimazol 200 mg intravaginal/hari selama 3 hari
- klotrimazol 500 mg intravaginal dosis tunggal
- butoconazol 2% krim vulva diberikan selama 1-7 hari
- nistatin 100.000 IU intravaginal/hari selama 7-14 hari
- klotrimazol 1 % atau mikonazol 2 % atau tiokonazol 6,5% krim vulva 7-14 hari

B.     Pengobatan sistemik :


Beberapa uji coba menunjukkan hasil pengobatan oral dengan flukonazol,
ketokonazol, atau itrakonazol sama efektifnya dengan pengobatan topikal.
Penggunaan secara oral memang lebih mudah, tetapi potensi toksisitasnya
khususnya ketokonazol harus dipertimbangkan.
  Pemberian nistatin secara oral tidak terbukti efektif untuk pengobatan kandidosis
vulvovaginitis.
  Pemberian ketokonazol dosis 2 x 200 mg selama 5 hari, atau
  Flukonazol 150 mg sebagai dosis tunggal
  Untuk pengobatan kandidosis vulvovaginitis kambuhan atau rekuren:
  Pengobatan setiap bulan dengan satu klotrimazol 500 mg intravaginal,
  Ketokonazol 200 mg/hari selama 5 hari setiap bulan, atau
  Flukonazol 150 mg oral setiap bulan.

6.      AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh

29
infeksi Human Immunodefisiency Virus (HIV) (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 :
162).
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau
produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian pada pengguna
narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin dalam kandungannya, saat
persalinan, atau saat menyusui.
Gejala-gejala: Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama
kali.  Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk
demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan pembengkakan
saluran getah bening.  Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam
seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant)
selama beberapa tahun.  Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan
sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat
bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk infeksi ini.  Obat-obat anti retroviral
digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi. 
Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Hampir
semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal
karena komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: 20-30% dari bayi
yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala
dari AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran.  20% dari bayi-bayi
yang terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan.  Obat
antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk
terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi,
khususnya hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret
vagina paling mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang 100% efektif
untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seks.  Kondom dapat

30
menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali
kemungkinan penularan.  Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi
jarum suntik.  Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang
harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima
transfusi darah maupun produk darah.

7.      ULKUS MOLE


Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada kelamin yang akut, setempat, disebabkan
oleh haemopilus ducrey.
(Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 158)
Pencegahan
Gunakan kondom dengan cara yang benar dan jika ada kulit yang
menutupi kepala penis maka sebaiknya dihilangkan (disunat/khitan) untuk
mengurangi resiko terjangkit. Lebih baik lagi untuk pencegahan jangan berganti-
ganti pasangan seks karena penyakit ini banyak terjadi pada praktek-praktek
prostitusi.
2.8 Pengobatan
Untuk pembaca umum jangan coba beli obat sendiri tanpa resep dokter karena
bisa membuat kuman resisten (kebal) terhadap obat. Harap ditanyakan pada
dokter atau medis yang berkompeten.

8.      KONDILOMA AKUMINATA


Kondiloma akuminata adalah vegetasi oleh virus papiloma humanus (VPH) tipe
tertentu, bertangkai dan permukaannya berjonjot (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 :
157).
PENGOBATAN
Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada genitalia eksterna.
Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis,
muara uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal penis.

31
Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia mayor,
labia minor, terkadang pada porsio uteri.
1. Tutul (olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak
    boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat terjadi  kematian fetus/janin).
2. Pada wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA)
    80-90%. Atau digunakan larutan dengan konsentrasi 50%,dioleskan setiap
minggu.
3. Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang.
4. Bedah listrik (elektrokauterisasi).
5. Bedah beku dengan nitrogen cair.
6. Bedah skalpel.
7. Laser karbondioksida.
8. Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim).

H. Perilaku Dan Sosial Budaya Yang Berpengaruh Pada Pelayanan


Kebidanan Komunitas
Perilaku dan Sosial Budaya Pada Saat Hamil,Persalinan,Nifas dan BBL
1.       Hamil
a.        Perilaku sosial budaya masyarakat selama kehamilan
         Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi
janin
         dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara
mitoni,
         procotan dan brokohan.
         Mengidam, dikotomi panas dingin
         Larangan masuk hutan
         Pantangan keluar waktu maghrib
         Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.
         Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
b.      Peran bidan terhadap perilaku selama hamil

32
         KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi
makananbergizi, batasi aktifitas fisik, tidak perlu pantang makan.
         KIE tentang segala sesuatu sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa, mitos
yang tidakbenar ditinggalkan.
         Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif
atauberpengaruh buruk terhadap kehamilan.
2.       Persalinan
a.        Perilaku sosial budaya selama persalinan
         Bayi laki – laki adalah penerus keluarga yang akan membawa nama baik.
         Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.
         Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.
         Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.
         Minum air akar rumput fatimah dapat membuat persalinan lancar.
b.      Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan
         Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat
persalinan,proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan.
         Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi
tempat danperalatan.
         Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan
setempat.
3.       Nifas dan Bayi Baru Lahir
a.        Perilaku sosial budaya yang mempengaruhi masa nifas dan bayi baru lahir.
         Pantang makan ikan, pedas, asin.
         Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa sawan
         Tidak boleh makan terong bisa membuat bayi panas dingin
         Minum jamu dapat memperlancar ASI
         Upacara adat : brokohan, sepasaran, selapanan.
         Menaruh ramuan pada tali pusat
         Khitan yang dilakukan pada bayi laki – laki dan perempuan.
b.      Peran bidan di komunitas terhadap perilaku masa nifas dan bayi baru lahir.
         Kie perilaku positif (menentramkan ibu pada masa nifas dan BBL)

33
         Kie perilaku negatif (mengganggu kesejahteraan hidup ibu nifas dan BBL)
         Memberikan penyuluhan tentang pantangan makanan selama masa nifas
dan
c.       menyusui sebenarnya kurang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
          Memberikan pendidikan tentang perawatan bayi baru lahir yang benar dan
tepat, meliputi pemotongan tali pusat, membersihkan/memandikan,
menyusukan (kolostrum), menjaga kehangatan.
          Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca
bersalin, bayi dan balita.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai seorang bidan yang bekerja di komunitas, harus mengetahui dan


memahami beberapa pokok permasalahan yang terjadi di komunitas,
diantaranya :

1. Kematian ibu dan bayi


2. Kehamilan remaja
3. Unsafe abortion
4. Angka kejadian BBLR
5. Tingkat kesuburan PUS
6. Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan
7. Infeksi Menular Seksual (IMS) pada masyarakat
8. Perilaku dan social budaya yang berpengaruh pada pelayanan
kebidanan komunitas.

Dengan mengetahui dan memahami masalah-masalah di atas, diharapkan


bidan dapat berkontribusi dalam upaya pemecahan masalah tersebut.

34
DAFTAR PUSTAKA

1)      Manuaba. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC. Jakarta; 1999.


2)      Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang disampaikan
pada Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak, Manajemen Terpadu Balita
Sakit. 2009

3)      Ambarwati, Eny Retna Dkk. Asuhan Kebidanan Komunitas. Muha Medika.
Yogyakarta. 2009

4)      Departemen Kesehatan RI. Pedoman Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina
Kesehatan Keluarga. Jakarta. 2003

5)      Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/perilaku-dan-sosial-


budaya-yang.html#ixzz2NP5TvgBP

6)      Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/infertilitas-pengertian-


penanganan.html#ixzz2NP4ku3OO

35

Anda mungkin juga menyukai