Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Implementasi Pendidikan Ramah
Anak
Disusun Oleh:
Kelompok 1
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadiran Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Permasalahan Anak Di Sekolah Perundangan Dan Kekerasan Fisik”. Tanpa pertolongan-Nya
kami tidak akan bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Implementasi Pendidikan Ramah Anak. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan saran atas penyusunan tugas ini,
antara lain kepada:
1. Ibu Dwi Putri Fatmawati, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Implementasi
Pendidikan Ramah Anak.
2. Semua rekan sekelas program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar kelas ALL-1
PGSD Universitas PGRI Yogyakarta, dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Semoga makalah ini
dapatbermanfaat baik bagi penyusun maupun para pembaca.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
PENUTUP................................................................................................................................ 15
ii
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai anak, maka tidak aka nada hentinya dengan berbagai
permasalahan hukum yang berkaitan dengannya. Anak yang secara harfiah memang belum
dapat berfikir secara dewasa dan matang, serta kekuatan fisiknya tidak sebanding dengan
orang dewasa, sering megalami berbagai macam perlakuan buruk dari orang dewasa.
Perlakuan-perlakuan yang terkadang terlihat sepele, justru menjadi titik awal kekerasan
terhadap anak. Hal ini dikarenakan kekerasan terhadap anak bukan hanya secara fisik,
melainkan juga secara mental atau psikis. Dalam berbagai macam kasus, baik yang
terpublikasi melalui surat kabar atau layer televisi, merupakan sedikit contoh dari ribuan
kasus yang tidak terpublikasi ke masyarakat.
Bimbingan yang dilanjutkan di rumah juga merupakan kunci penting agar harmonisasi
antara guru dengan murid dapat berjalin dengan nyaman. Maka dari untuk dapat menjadikan
hubungan yang harmonis antara guru dan murid maka dibutuhkan adanya aturan hukum.
Salah satu aturan atau dasar hukum yakni diantaranya adalah Undang-Undang RI No. 35
Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Perubahan UU RI No. 23 Tahun 2002) dan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Kemudian untuk dapat meneliti dan mengkaji suatu permasalahan kekerasan yang
dilakukan oleh guru, siswa maupun pihak sekolah lainnya terhadap murid. Lebih tepatnya
lagi, kasus kekerasan tersebut haruslah yang sudah diputus oleh hakim sebagai sebuah
tindak pidana yang memiliki kekuatan hukum tetap. Hal ini dikarenakan dalam hukum
pidana, dikenal dengan adanya asas Presumption of Innoncence, dimana seseorang tidaklah
boleh dianggap bersalah sebelum adanya suatu putusan hakim yang telah berkekuatan
hokum tetap.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat
dikembangkan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian permasalahan anak, perundangan dan kekerasan fisik pada
anak?
2. Bagaimana jenis-jenis permasalahan yang terjadi pada anak di sekolah dasar?
1
3. Bagaimana sebab akibat terjadinya sebuah perundangan dan kekerasan fisik pada
anak di sekolah dasar?
4. Bagaimana cara menanggulangi perundangan dan kekerasan fisik pada anak di
sekolah?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang diangkat maka penulis dapat menyimpulkan tujuan dari
penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari permasalahan anak, perundangan dan kekerasan
fisik pada anak.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis permasalahan yang terjadi pada anak di sekolah dasar.
3. Untuk mengetahui sebab akibat terjadinya sebuah perundangan dan kekerasan fisik
pada anak di sekolah dasar.
4. Untuk mengetahui cara menanggulangi perundangan dan kekerasan fisik pada anak
di sekolah dasar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kemampuan akademik yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi
yang cukup tinggi, akan tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
2. Ketercepatan Dalam Belajar
Ketercepatan dalam belajar yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi
masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan
belajar yang amat tinggi itu.
3. Sangat Lambat Dalam Belajar
Dikatakan bahwa seorang anak tersebut lambat dalam belajar yaitu keadaan siswa yang
memiliki akademik yang memadai atau kurang optimal dan perlu dipertimbangkan
untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
4. Kurang Motivasi Dalam Belajar
Kurangnya motivasi dalam belajar yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam
belajar mereka seolah-olah tampat jera dan malas dalam belajar.
5. Bersikap Dan Berkebiasaan Buruk Dalam Belajar
Yaitu kondisi siswa yang perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic
dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu,
membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan
sebagainya.
4
langsung oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat, tidak bertangung
jawab, biasanya berulang dilakukan dengan perasaan senang.
Sedangkan menurut psikolog Andrew Mellor, Bullying adalah pengalaman yang
terjadi Ketika seseorang merasa teraniaya oleh Tindakan orang lain dan ia takut apabila
perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi, sedangkan korban merasa berdaya untuk
mencegahnya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Tindakan
Perundungan atau Bullying merupakan keinginan menyakiti orang lain secara fisik,
psikologis, sosial ataupun verbal dengan cara berulang.
2. Pengertian Kekerasan Fisik Pada Anak
Kekerasan anak di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Tahun 2007
dilaporkan 1.510 anak mengalami kekerasan, tahun 2008 ada 1826, tahun 2009
sebanyak 1998, dan di tahun 2010 semakin meningkat yaitu 2044 jumlah kasus
kekerasan terhadap anak di Indonesia(http://metro.vivanews.com). Tahun 2011
dilaporkan dari bulan Januari hingga April, jumlah korban kekerasan anak sudah
mencapai 435 jiwa. Data ini diperoleh dari Komnas Perlindungan Anak Indonesia
(http://nasional.kompas.com).
Kekerasan merupakan tindakan yang disengaja yang mengakibatkan cidera fisik
atau tekanan mental (Carpenito, 2009). Campbell dan Humphrey mendefinisikan
kekerasan anak sebagai berikut “setiap tindakan yang mencelakakan atau dapat
mencelakakan kesehatan dan kesejahteraan anak yang dilakukan oleh orang yang
seharusnya bertanggung jawab terhadap kesehatan dan kesejahteraananak tersebut”
(Yani, S.A. 2008).
Terry E. Lawson, psikiater anak membagi kekerasan anakmenjadi 4 (empat)
macam, yaitu emotional abuse, verbal abuse, physical abusedan sexual abuse. Verbal
abuse, terjadi ketika Ibu, mengetahui anaknya meminta perhatian, menyuruh anak
itu untuk “diam” atau “jangan menangis”. Anak mulai berbicara dan Ibu terus
menggunakan kekerasan verbal seperti, “kamu bodoh”, “kamu cerewet”, “kamu kurang
ajar”, dan seterusnya (Solihin, 2004).
Kekerasan fisik pada anak adalah kekerasan yang melibatkan kontak langsung
seperti, melukai, memukul, melempar, mencekik, mendorong, menarik rambut,
menedang, menggigit, menonjok, membakar, melukai dengan benda, dan jenis
kekerasan fisik lain terhadap anak, kekerasan fisik pada anak dapat di tandai dengan
luka, cedera, dan lebam. Kekerasan fisik terhadap anak merupakan kekerasan yang
kemungkinan besar terjadi. Termasuk dalam kekerasan fisik adalah ketika seseorang
5
menggunakan anggota tubuhnya atau obyek yang bisa membahayakan seorang anak
atau mengontrol kegiatan/tindakan anak.
8
c. Seberapa parah. Semakin sering dan semakin buruk perlakuan yang diterima anak
akan memperparah kondisi anak d. Berapa lama terjadi. Semakin lama kejadian
berlangsung akan semakin meninggalkan trauma yang membekas pada diri anak.
d. Jika anak mengungkapkan penganiayaan yang dialaminya, dan menerima dukungan
dari orang lain atau anggota keluarga yang dapat mencintai, mengasihi dan
memperhatikannya maka kejadiannya tidak menjadi lebih parah sebagaimana jika
anak justru tidak dipercaya atau disalahkan.
e. Tingkatan sosial ekonomi, anak pada keluarga dengan status sosial ekonomi rendah
cenderung lebih merasakan dampak negatif dari penganiayaan anak.
9
saat waktunya masuk sekolah, anak kemudian akan merasa sakit perut serta sakit
kepala meski secara fisik tak ada yang salah di tubuhnya.
b. Masalah Fisik
Bullying juga akan menyebabkan anak mengalami gangguan pencernaan Bukan
hanya pada memar ataupun rasa terluka akibat kekerasan fisik yang dialaminya,
korban bullying juga sering mengalami kecemasan yang kemudian akan memicu
stres pada tubuh. Kondisi ini juga akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan,
serta sering sakit, terkena gangguan pencernaan, juga berbagai masalah lainnya.
Bullying pada anak juga akan memperburuk masalah kesehatan yang kemudian
mereka derita sebelumnya. Misalnya saja pada masalah kulit, masalah perut, ataupun
masalah jantung pada anak yang menjadi lebih parah akibat stres.
c. Gangguan Tidur
Dampak negatif bullying kemudian juga terlihat jelas ialah gangguan tidur. Para
korban bullying juga sering kali mengalami kesulitan untuk tidur yang nyenyak.
Sekalipun dapat tidur, tidak jarang waktu tersebut justru dihiasi oleh berbagai mimpi
buruk.
d. Pikiran untuk Bunuh Diri
Dampak bullying bagi korban yang satu ini juga tidak hanya akan menghampiri
pikiran pada orang dewasa. Korban bullying yang berusia anak-anak serta pada
remaja juga berisiko memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup. Takjarang ada
laporan kejadian tentang anak-anak berusia sekolah yang kemudian meninggal dunia
akibat bunuh diri setelah dirundung oleh teman-temannya. Inilah bahaya bullying
yang harus orangtua waspadai.
e. Tidak Dapat Menyatu dengan Orang-Orang di Sekitar
Salah satu akibat dari bullying yang kemudian perlu diwaspadai ialah kesulitan
untuk menyatu dengan orang-orang di sekitar. Anak pada orang dewasa yang
mengalami bullying, secara tak langsung ditempatkan pada status sosial yang
kemudian lebih rendah dari rekan-rekannya. Hal ini juga akan membuat korban bully
menjadi sering merasa kesepian, terabaikan, serta berujung pada turunnya rasa
percaya diri.
f. Gangguan Prestasi
Dampak dari bullying lainnya ialah anak yang cenderung akan mengalami kesulitan
dalam mencapai prestasi belajar. Mereka juga akan merasa kesulitan untuk
10
berkonsentrasi di kelas, sering tidak masuk sekolah, serta tidak diikutsertakan dalam
berbagai kegiatan yang ada di sekolah.
g. Sulit Percaya dengan Orang Lain
Dampak bullying bagi korban yang tak boleh diremehkan ialah rasa sulit percaya
dengan orang lain. Saat seorang anak menjadi korban bully, mereka kemudian akan
menjadi sulit untuk mempercayai orang lain di sekitarnya. Salah satu dampak buruk
akibat dari bullying akan terlihat pada saat korban masih kecil. Namun, ketika
beranjak dewasa, mereka akan merasa untuk membangun hubungan dengan orang
lain.
2. Dampak Kekerasan Fisik Pada Anak
Ada beberapa efek negatif yang dapat dialami seorang anak saat ia menjadi
korban kekerasan, di antaranya:
a. Sulit Mengendalikan Emosi
Anak yang menjadi korban kekerasan akan kesulitan mengelola emosinya dengan
baik. Oleh sebab itu, emosi yang dirasakan sering kali muncul secara berlebihan,
misalnya anak menjadi lebih mudah merasa marah, sedih, atau sering merasa
ketakutan. Ketidakmampuan anak untuk mengendalikan emosi ini bisa saja menetap
hingga ia dewasa dan mempengaruhi perilaku serta aktivitas hariannya, seperti
menjadi sulit memaafkan kesalahan orang lain dan tidak mampu bekerja secara
efektif.
b. Mengalami Penurunan Fungsi Otak
Anak yang menjadi korban kekerasan juga dapat mengalami penurunan fungsi otak.
Hal ini menyebabkan ia sulit memusatkan perhatian dan mempelajari hal-hal baru.
Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan prestasi akademik anak
tersebut menurun. Tak hanya itu, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa
pengalaman traumatis, termasuk kekerasan pada anak, dapat meningkatkan risiko
terjadinya demensia saat lanjut usia.
c. Sulit Membangun Hubungan Dengan Orang Lain
Pengalaman seorang anak sebagai korban kekerasan dapat membuat ia tumbuh
menjadi orang yang mudah merasa curiga dan sulit percaya pada orang lain.
Akibatnya, ia sulit mempertahankan hubungan dengan orang di sekitarnya dan
rentan mengalami kesepian. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa
korban kekerasan anak memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kegagalan
dalam membina hubungan asmara dan pernikahan saat sudah dewasa.
11
d. Berisiko Lebih Tinggi Untuk Mengalami Masalah Kesehatan
Trauma akibat tindak kekerasan pada anak dapat meningkatkan risiko terjadinya
berbagai macam masalah kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental,
seperti asma, diabetes, penyakit jantung koroner, stroke, serangan panik, dan
depresi. Korban kekerasan pada anak juga memiliki kecenderungan yang lebih
tinggi untuk mengonsumsi alkohol secara berlebihan dan menggunakan narkoba
sebagai coping mechanism atau cara mengatasi trauma yang ia rasakan. Bahkan,
keinginan untuk bunuh diri juga dapat muncul bila trauma karena tindak kekerasan
pada anak tidak kunjung teratasi.
e. Menjadi Pelaku Kekerasan Pada Anak
Orang tua yang pernah menjadi korban kekerasan selama masa kecilnya dapat
melakukan hal yang sama pada anaknya. Siklus ini dapat terus berlanjut bila korban
kekerasan anak tidak mendapatkan penanganan yang tepat untuk mengatasi trauma
yang dialami. Seperti yang telah dijelaskan di atas, tindak kekerasan pada anak dapat
menimbulkan efek, bahkan masalah yang berkelanjutan. Korban tetap
membutuhkan bantuan dan penanganan yang tepat, meski pengalaman traumatis
karena tindak kekerasan anak telah lama berlalu. Oleh karena itu, jika Anda pernah
menjadi korban kekerasan anak atau menyadari bahwa kondisi yang sama pernah
terjadi pada orang terdekat Anda, janganlah ragu untuk mencari bantuan psikolog
atau psikiater.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah yang menimpa seseorang bila dibiarkan berkembang dan tidak segera
dipecahkan dapat menggangu kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Pada
anak-anak sekolah prilaku yang dapat dipandang sebagai normal untuk usia tertentu juga
sulit dibedakan dari perilaku yang bermasalah. Perilaku bermasalah mungkin digunakan
untuk mengidentifikasikan membesarnya frekuensi atau intensitas perilaku tertentu sampai
pada tingkatan yang mengkhawatirkan (Campbell, dalam Rita Eka Izzaty: 2005). Ada tiga
kriteria yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk melihat apakah perilaku itu normatif atau
bermasalah, yaitu kriteria statistik rata-rata, kriteria sosial dan kriteria penyesesuaian diri.
Sikap dan perilaku anak-anak yang menyimpang karena adanya suatu masalah dapat juga
menggangu tugas-tugas dari perkembangan pada fase berikutnya yaitu fase dimasa puber
dan sebagai akibatnya, anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupannya.
Kemampuan akademik yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang
cukup tinggi, akan tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal. Ketercepatan dalam
belajar yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan
tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi
itu. Dikatakan bahwa seorang anak tersebut lambat dalam belajar yaitu keadaan siswa yang
memiliki akademik yang memadai atau kurang optimal dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
Pengertian Perundangan Dan Kekerasan Fisik Pada Anak Perundungan atau Bullying
adalah perilaku tidak menyenangkan baik secara verbal, visik, ataupun sosial dunia nyata
maupun dunia maya yang membuat seseorang merasa tidak nyaman, sakit hati dan tertekan
baik dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok. perundungan di anggap telah terjadi
bila seseorang merasa tidak nyaman dan sakit hati atas perbuatan orang lain padanya.
Menurut (Sullvan, 2003& Heath & Sheen, 2005) Perundungan merupakan perilaku agresif
yang dilakukan secara sengaja dan sadar oleh sekelompok pelaku yang lebih kuat terhadap
kelompok lain yang lebih lemah, dilakukan dalam bentu verbal, fisik, psikologis, seksual
dan relasional yang terjadi dalam waktu yang cukup Panjang dan berulang.
Menurut Rigby (2005: dalam Anesty, 2009) merumuskan bahwa Perundungan atau
Bullying merupakan sebuah Hasrat untuk menyakiti. Aksi ini dilakukan secara langsung
15
oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat, tidak bertangung jawab, biasanya
berulang dilakukan dengan perasaan senang. Sedangkan menurut psikolog Andrew Mellor,
Bullying adalah pengalaman yang terjadi Ketika seseorang merasa teraniaya oleh Tindakan
orang lain dan ia takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi, sedangkan korban
merasa berdaya untuk mencegahnya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa Tindakan Perundungan atau Bullying merupakan keinginan menyakiti orang lain
secara fisik, psikologis, sosial ataupun verbal dengan cara berulang. Pengertian Kekerasan
Fisik Pada Anak Campbell dan Humphrey mendefinisikan kekerasan anak sebagai berikut
“setiap tindakan yang mencelakakan atau dapat mencelakakan kesehatan dan kesejahteraan
anak yang dilakukan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesehatan
dan kesejahteraananak tersebut” (Yani, S. A. 2008).
Kekerasan fisik terhadap anak merupakan kekerasan yang kemungkinan besar terjadi.
Termasuk dalam kekerasan fisik adalah ketika seseorang menggunakan anggota tubuhnya
atau obyek yang bisa membahayakan seorang anak atau mengontrol kegiatan/tindakan anak.
Sebab Terjadinya Perundangan Dan Kekerasan Fisik Pada Anak Faktor individu termasuk
di dalamnya kekuatan fisik dan reaksi agresif yang dimiliki pelaku bullying dan korban.
Tidak semua anak laki-laki kuat adalah pelaku bullying, hanya merek yang memiliki
kecenderungan agresif yang memiliki potensi besar untuk menjadi pelaku. Kristi dan
Fardana (2012) berpendapat bahwa individu yang memiliki keyakinan diri mampu secara
optimal berperilaku kreativitas, baik itu dalam hal apapun.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis menyarankan agar menjadi mahasiswa serta warga negara
yang baik maka perlunya mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang Implementasi
Pendidikan Ramah Anak terhadap kemajuan-kemajuan yang terjadi dilingkungan sekitar
atau di Indonesia khususnya. Permasalahan Anak Di Sekolah, Perundangan dan Kekerasan
Fisik Pada Anak tentunya perlu kita perhatikan kembali sebagai tenaga pengajar atau guru
yang menentukan penjaminan mutu pendidikan bagi anak-anak.
16
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Rosmala Dewi, M.Pd. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak. Departemen
Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti. Jakarta 2005.
Dr. Martini Jamaris, M.Sc. Ed. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-
kanak. Program PAUD PPS UNJ. Jakarta 2005.
Sigit Nugroho, Seger Handoyo, dan Wiwin Hendriani: Identifikasi Faktor Penyebab Perilaku
Bullying Di Pesantren: Sebuah Studi Kasus Al-Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu
Pengetahuan P-ISSN 1412-5382 Vol. 17 No. 2, Oktober 2020 http://
file:///C:/Users/user/Downloads/5212-Article%20Text-17385-1-10-20201103.pdf
Thathit Manon Andini1), Tutik Sulistyowati2), Aini Alifatin3) , Rahmad Pulung Sudibyo4) ,
Wildan Suharso5), Diana Savitri Hidayati6), Dini Kurniawati7) , Nur Hayatin8) , Erna
Retna Rahadjeng9) , Dyah Worowirastri Ekowati10) : Identifikasi Kejadian Kekerasan
pada Anak di Kota Malang ; Jurnal Perempuan dan Anak (JPA), Vol. 2 No. 1, Februari
2019 ISSN 2442-2614
http://file:///C:/Users/user/Downloads/aalifatin,+2019_Vol+2+No+1_Artikel+2_Ident
ifikasi+Kekerasan+Baru_versi7.pdf
https://www.google.com/amp/s/www.gramedia.com/literasi/dampak-bullying/amp/
https://www.alodokter.com/efek-kekerasan-pada-anak-bisa-berlanjut-hingga-dewasa
Putri, A. M., & Santoso, A. (2012). Persepsi orang tua tentang kekerasan verbal pada
anak. Jurnal Keperawatan Diponegoro, 1(1), 22-29.
17