Anda di halaman 1dari 9

Makalah Pendidikan Komunitas Asia

PENDIDIKAN KARAKTER PADA SEKOLAH DI JEPANG

Disusun oleh:

Zerent Axa Rossa


A23118019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat-
Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah pendidikan komuntas asia.

Makalah ini disusun dengan judul “Pendidikan Karakter pada Sekolah di


Jepang”. Penyajian materi ini didesain untuk mengetahui bagaimana pendidikan
karakter pada sekolah di Jepang.

Segala kritik dan saran yang membangun senantiasa diharapkan penyusun


demi penyempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan dan menjadi sumbangan pemikiran dan bermanfaat kepada pembaca.

Palu, 17 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I...................................................................................................................... 1

BAB II..................................................................................................................... 2

BAB III.................................................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan karakter menjadi sebuah isu yang sangat memprihatinkan
akhir-akhir ini. Lembaga pendidikan resmi dari sekolah dasar sampai tingkat
universitas mulai memasukkkan nilai pendidikan karakter dan mencoba untuk
memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan. Ini terkait dengan masalah
yang sering terjadi di Indonesia. Masalah karakter telah menarik banyak
perhatian masyarakat Indonesia seperti banyak hal yang terjadi pada kasus
korupsi, huru hara, kekerasan, konflik antar etnis dan lainnya. Masalah
karakter adalah Masalah mendasar. Pembentukan karakter dapat menjadi
proses waktu yang lama dan panjang sehingga harus dimulai sedini mungkin.
Jepang merupakan salah satu negara yang diakui memiliki masyarakat dengan
karakter dan moral yang baik, sopan, dan sangat menjunjung budayanya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana pendidikan karakter pada
sekolah di Jepang?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pendidikan


karakter pada sekolah di Jepang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Umum

Japan (bahasa Inggris), adalah sebutan internasional negara Jepang berasal


dari kata “Zippang” (negeri emas, Marco Polo). Orang Jepang sendiri menyebut
nama negaranya dengan kata “Nihon” atau “Nippon” dalam huruf Kanji「日本」
yang berarti “asal muasal matahari. Jepang sendiri merupakan negara kepulauan
terbesar keempat di dunia (kurang lebih 377.915 km2) setelah Indonesia,
Madagaskar, dan Papua Nugini. Keadaan geografi menyebabkan Jepang memiliki
banyak sumber mata air panas, dan sebagian besar di antaranya telah dibangun
sebagai daerah tujuan wisata.

2.2 Latar Belakang Budaya Jepang

Dari segi budaya, masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat yang


bersih, tertib, dan disiplin. Tidak hanya orang dewasa, bahkan anak-anak pun rela
mengantri dengan sabar untuk naik bus. Bagaimana disiplin ini didirikan? Norma-
norma masyarakat Jepang erat kaitannya dengan ajaran Shinto dan Buddha. Huruf
Jepang yang digunakan untuk menulis Shinto berasal dari bahasa Cina kanji: shin
/ kami (dewa), dan to / michi (jalan). Oleh karena itu, kata itu berarti jalan ilahi,
atau lebih sederhananya jalan (Teasdale 1999). Tetapi yang menarik adalah
sekolah-sekolah tidak mengajarkan kedua agama tersebut dalam bentuk mata
pelajaran wajib, seperti halnya pelajaran agama di Indonesia. Namun, nilai-nilai
keagamaan tersebut tercermin dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.

Budaya Jepang dan identitas masyarakatnya didasarkan pada tradisi


bushido. Nitobe Inazo dalam Junaedi dan Syukur (2017) menunjukkan delapan
kode etik samurai atau kebijaksanaan bushido, yaitu : 1. Kebajikan (gi) kejujuran
atau keadilan, 2. Keberanian (yū), melakukan apa adanya yang benar, 3.

2
Kebajikan (jin), cinta, kemurahan hati, kasih sayang kepada orang lain, simpati
dan belas kasihan, seperti persyaratan tertinggi dari seorang penguasa laki-laki, 4.
Rasa hormat (rei), sopan santun, 5. Keikhlasan (makoto), menganjurkan berhemat,
bukan untuk alasan ekonomis seperti untuk latihan dari pantang, 6. Kehormatan
(meiyo), rasa kehormatan, kesadaran yang jelas akan martabat pribadi dan nilai, 7.
Loyalitas (chūgi), dan 8. Pengendalian Diri (jisei). Delapan kebijaksanaan
Bushido adalah jiwa atau semangat Jepang, yang telah menjadi dasar pembiasaan
perilaku dan kesadaran seluruh masyarakat Jepang.

2.3 Budaya Sekolah dan Pendidikan Karakter di Jepang

Dalam bahasa Jepang, pendidikan moral disebut "doutokukyouiku".


Doutoku berarti moralitas, dan kyouiku berarti pendidikan. Pendidikan moral di
sekolah dasar dan menengah Jepang tidak diajarkan sebagai mata pelajaran
tertentu. Pendidikan moral di Jepang diintegrasikan ke dalam semua mata
pelajaran seperti musik, menggambar dan kerajinan, olahraga, dan Aritmatika,
Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (Mulyadi 2014). Dan juga terintegrasi dengan
kegiatan khusus seperti seperti kegiatan ekstrakurikuler, acara sekolah, kegiatan
organisasi kemahasiswaan, dan makan siang. Kegiatan khusus di sekolah
bertujuan untuk melatih kebersamaan, kerjasama, membangun kesadaran sebagai
anggota kelompok, dan berkontribusi dalam praktik konkret tentang
perkembangan moral siswa (Takakura, dkk. 1997) . Dengan intensnya supervisi
yang dilakukan oleh guru, moral pendidikan dalam kegiatan tertentu dapat
dilakukan secara optimal.

Pendidikan moral di Jepang diajarkan dalam mata pelajaran “seikatsuka”


atau life skills atau pendidikan kehidupan sehari-hari. Pada mata pelajaran
seikatsuka siswa SD belajar tata cara menyeberang jalan dan tata krama di dalam
kereta api, tidak hanya dalam bentuk teori, guru juga mengajak mereka untuk naik
kereta dan berlatih bersama. Wali kelas juga mengomunikasikan kasus
pelanggaran dan mengajak siswa berdiskusi untuk mencari solusi. Pendidikan
akhlak di SMA sudah menjadi pendidikan kewarnegaraan. Namun, pendidikan

3
moral saling terkait satu sama lain pengajaran mata pelajaran dan kegiatan khusus
di sekolah (Unsriana dan Ningrum 2018)

Siswa Jepang hingga usia 16 tahun menerima satu jam sekolah (45 menit
di SD, dan 50 menit di sekolah menengah pertama) pendidikan moral per minggu.
Guru dapat menggambar pada serangkaian teks dari buku instruksi kemudian
mengintegrasikannya dengan cerita dan contoh praktis dari kehidupan siswa .
Terutama di tahap sekolah dasar, penekanannya adalah pada mendorong siswa
untuk berpikir tentang bagaimana mereka akan menanggapi keputusan moral
kehidupan nyata. Pendidikan moral dibagi menjadi empat fokus utama yaitu
kesadaran diri, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan kelompok dan
dengan masyarakat, dan hubungan dengan alam dan semesta.

Pembelajaran pendidikan moral di sekolah dasar di Jepang menggunakan


berbagai metode pembelajaran seperti bercerita dengan alat menggambar, bermain
peran, permainan dan metode pemecahan masalah, dan seperti metode
pembelajaran aktif lainnya. Adapun di Sekolah Menengah Pertama, guru
menggunakan variasi metode pembelajaran seperti: diskusi, kasus belajar,
pemecahan masalah, sosiodrama. Belajar pendidikan moral di kelas pendidikan
moral juga didukung oleh buku bacaan dan siaran TV yang memaksimalkan
pendidikan moral. Menunjukan buku yang digunakan pada pendidikan moral,
yaitu buku yang berjudul Watashitachi no Doutoku (Moral Kita) dan buku
Kokoro no Noto (Buku Catatan Hati) disahkan oleh Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi (MEXT), dan juga
program TV (Bamkin, 2016). Misalnya, di NHK E -tere penayangan sebuah moral
program pendidikan (dōtoku) tentang Kawaguchi Jun'ichirō, pencipta satelit
Hayabusa ; kata kuncinya di sini adalah rasa ingin tahu ( kōkishin ), ketekunan
(ganbaru), dan minat (kyōmi). Sebuah pelajaran penting yang bisa dipetik dari
Kawaguchi adalah bertujuan untuk menjadi yang pertama melakukan sesuatu
daripada yang terbaik

4
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pertama, pendidikan moral di sekolah Jepang adalah bukan merupakan


mata pelajaran tetapi wajib bagi seluruh siswa sekolah dasar dan bawah sekolah
menengah. Dengan pendidikan moral, generasi muda Jepang diharapkan mampu
merespon kemajuan global, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial dan
memiliki kemampuan untuk berpikir, membuat keputusan yang efektif dan
bertindak secara mandiri, sehingga siap menghadapi tantangan zaman.

Kedua, pendidikan moral Jepang sudah memiliki pendekatan cara


interaktif dan komunikatif yang cocok sehingga pembelajaran efektif.

Ketiga adanya integrasi dan keterhubungan pendidikan moral melibatkan


semua pihak yaitu pemerintah, sekolah, dan keluarga, yang memiliki peran
penting dalam pendidikan moral.

3.2 Saran

Pendidikan moral di Jepang dapat menjadi cotoh bagi pendidikan di


Indonesia. Utamanya yaitu saling mendukung dan berintegrasi antara pemerintah,
sekolah, dan keluarga sehingga pendidikan moral di Indonesia dapat menjadi
lebih baik.

5
DAFTAR PUSTAKA

Junaedi, Mahfud, and Fatah Syukur. 2017. “Moral Education in Japanese Schools
a Model for Improving Character Education in Indonesia.” Analisa:
Journal of Social Science and Religion 2 (01): 23.
https://doi.org/10.18784/analisa.v2i01.416.

Mulyadi, Budi. 2014. “Model Pendidikan Karakter Dalam Masyarakat Jepang.”


Izumi 3 (1): 69. https://doi.org/10.14710/izumi.3.1.69-80.

Takakura, Sho, and Yuko Murata. 1997. Education in Japan, Present System and
Tasks/Curriculum and Instruction. Tokyo: University of Tsukuba.

Teasdale, Bradford A. 1999. “Japanese Tradition and Culture : Aid or Obstacle to


Future Success?” Japanese Tradition and Culture : Aid or Obstacle to
Future Success?, 1–17.

Unsriana, Linda, and Rosita Ningrum. 2018. “The Character Formation of


Children in Japan: A Study of Japanese Children Textbook on Moral
Education (Doutoku).” Lingua Cultura 12 (4): 363.
https://doi.org/10.21512/lc.v12i4.4270.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja
&uact=8&ved=2ahUKEwient35_uv0AhW47XMBHeFbDdgQFnoECAM
QAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.indonesia-osaka.org%2Fwp-
content%2Fuploads%2F2016%2F11%2FProfil-Negara-
Jepang.pdf&usg=AOvVaw2a_-muzh9Q2Tl0IpbsGCYg

https://kids.nationalgeographic.com/geography/countries/article/japan

Anda mungkin juga menyukai