Anda di halaman 1dari 7

Pendekatan Sistem

Penggunaan GST dalam banyak disiplin awalnya dikenal sebagai pendekatan


sistem. Putnam (1964) melihat pendekatan sistem sebagai dasar proses untuk
membangun dan menguji (melalui simulasi) model diskrit dalam berbagai bidang.
Namun, Ryan (1975), berbicara dalam referensi untuk sistem pembelajaran, memiliki
salah satu definisi yang paling komprehensif dari pendekatan sistem.
Pendekatan sistem merupakan konsep operasional, mengacu pada ilmiah,
sistemik dan rasional prosedural untuk mengoptimalkan hasil dari suatu organisasi atau
struktur, dengan menerapkan satu set operasi terkait untuk mempelajari sistem yang ada,
memecahkan masalah serta mengembangkan baru atau memodifikasi sistem yang ada.
Dengan demikian, pendekatan sistem mencerminkan gagasan dasar keteraturan
dan perencanaan. Hal ini dapat digunakan untuk menarik makna dari struktur yang ada,
serta menciptakan struktur baru dan memecahkan masalah.
Awal literatur pendekatan sistem mengidentifikasi berbagai langkah atau tahapan
dikaitkan dengan proses ini seperti yang diterapkan dalam berbagai konteks. Tabel 2.1
merangkum tahapan pendekatan sistem.
Referensi Langkah Mengidentifikasi
Banathy (1968) - Analysis Sistem
- Solusi dari masalah
- Perkembangan sistem
Kaufman (1970) - analisis sistem (mengidentifikasi
masalah, menentukan jalan lain)
- sintesis sistem (memilih solusi
strategi, mengimplementasi solusi
strategi, menentukan keefektifan)
Silvern (1972) - analisis
- sintesis
- model
- simulasi
Ryan (1975) - study existing system
- solve problem
- design system
Remiszowski (1981) - mendefinisikan masalah
- analisis masalah
- desain / mengembangkan solusi
- implementasi
- kontrol / evaluasi
Sebuah Perbandingan Stagen dalam pendekatan sistem: Excerts dari Awal Sastra
1968 – 1981 Ada banyak kesamaan antara pandangan-pandangan ini dari pendekatan
sistem dengan benang merah menjadi ketergantungan pada metode ilmiah tradisional
pemecahan masalah.
Sebuah pemeriksaan lebih dekat dari literatur menunjukkan bahwa elemen dasar
GST masih digabungkan dalam berbagai penafsiran dari pendekatan sistem. Mereka
masing-masing meliputi:
- Sebuah definisi yang konsisten dari sistem
Negara tujuan dalam suatu sistem
- Penekanan pada struktur
Konsep self – regulation

Mengidentifikasi bagian dari sistem dapat menjadi proses rinci. Bagian-bagian dapat
mencakup komponen, seperti:
- Orang
- Obyek
- Proses
- Kendala eksternal
- Sumber daya yang tersedia

Hubungan antara bagian-bagian ini juga dapat mengambil beberapa bentuk, termasuk:
- Urutan kronologis antara proses
- Aliran data atau informasi antar bagian
- Bahan baku (orang atau benda) yang masuk atau keluar dari sistem

Hubungan, atau koneksi, antara bagian-bagian sebuah sistem terdapat antara subsytem.
dengan subsistem, atau antara subsistem dan lingkungannya.
Analisis diulang menggunakan pendekatan sistem. (lihat Tabel 2.1) Sebagai contoh,
analisis sangat penting untuk:
- Mempelajari sistem yang ada
- Mendefinisikan dan menganalisis masalah
- Mengidentifikasi masalah dan penetapan alternatif (Kaufman)...
Sintesis adalah tahap utama kedua di masing-masing deskripsi pendekatan sistem dalam
Tabel 2.1. Setelah analisis, melibatkan desain sistem baru sehingga masalah yang
diidentifikasi dapat diatasi. Hal ini dapat terjadi dengan baik:
- Membangun hubungan baru antara bagian yang ada
- Mengidentifikasi Bagian baru dan menciptakan hubungan antara mereka.
Tahap pendekatan sistem adalah murni kreatif. Dalam deskripsi alternatif, syntesis tidak
hanya disebut dengan jelas, tapi itu tersirat dalam tahap merancang atau
mengembangkan sistem (banathy, Romiszowki, dan Ryan).

Paradigma

Berdasarkan sejarah perkembangan teori sistem umum, dikenal beberapa pandangan


atau paradigma yang berpengaruh dalam perkembangan teori sistem umum, yaitu
sebagai berikut :

1. Paradigma Klasik
Teori-teori organisasi klasik adalah teori yang berkembang di khir abad ke18,
yang pada peroide yang sering disebut Revolusi Industri. Berdasarkan
pengamaan yang ada, perkembangan teori organisasi tidak lepas dari faktor
lingkungan., yang meliputi aspek teknologi, sistem politik, sistem sosial, sistem
budaya,dn demografi (persebaran penduduk). Terutama yang paling mendasar di
sini adalah teknologi. Ini dapat dibuktikan dari proses lahirnya perspektif klasik.
Perspektif ini berkembang pada periode perubahan teknologi di masa Revolusi
Industri, yaitu di mulai di Inggris pada abad ke-18. Pada masa inilah apa yang
disebut ”organisasi” dalam pengertian modern mulai berkembang. Revolusi
Industri sendiri dapat diartikan sebagai titik pertama dalam sejarah dimana
manusia mulai mengenal mesin, dalam pengertian mesin produksi yang
melakukan yang mampu melakukan pekerjaan repetitif secara otomtis.
Teori-teori organisasi klasik adalah teori yang berkembang di khir abad ke18,
yang pada peroide yang sering disebut Revolusi Industri. Berdasarkan
pengamaan yang ada, perkembangan teori organisasi tidak lepas dari faktor
lingkungan., yang meliputi aspek teknologi, sistem politik, sistem sosial, sistem
budaya,dn demografi (persebaran penduduk). Terutama yang paling mendasar di
sini adalah teknologi. Ini dapat dibuktikan dari proses lahirnya perspektif klasik.
Perspektif ini berkembang pada periode perubahan teknologi di masa Revolusi
Industri, yaitu di mulai di Inggris pada abad ke-18. Pada masa inilah apa yang
disebut ”organisasi” dalam pengertian modern mulai berkembang. Revolusi
Industri sendiri dapat diartikan sebagai titik pertama dalam sejarah dimana
manusia mulai mengenal mesin, dalam pengertian mesin produksi yang
melakukan yang mampu melakukan pekerjaan repetitif secara otomtis.
Berikut ini adalah kontribusi dari masing-masing tokoh tersebut :
a) Max Weber, Ahli Sosiologi, Jerman, untuk pertama kalinya ia mengkaji
organisai pemerintahan secara mendalam. Weber mendasarkan pemikiran
birokrasinya pada konspe otoritas formal yang impersonal, objektif, dan
rasional. Birokrasi semacam ini dijalankan dengan aturanaturan dan
prosedur baku, melalui bentuk-bentuk kontrol legalistik. Pengaruhnya
terhadap teori terutama adalah pada aspek organisai publik, yang oleh
tokoh-tokoh sebelumnya tidak dikemas dalam pemikiran tersendiri.
b) Frederick W. Taylor, Ahli Mnajemen, AS, gagasan terpenting dari taylor
adalah penerapan prinsip-prinsip ”ilmiah” dlam melakukan pekerjaan dan
mengontrol pekerja. Taylor menggunakan metode induktif, yaitu
menciptakan suatu prinsip umum dari pengamatan terhadap kasuskasus
khusus. Pemikiran ini terutama dituangkannya dalam principe of
scientific management
2. Paradigma Modern
Perspektif Klasik, sebagaimana dpat kita cermati dari tokoh-tokohnya, terbagi
menjadi dua pemikiran besar, yaitu pemikiran yang menekankan pencapaian
efisiensi dan efektivitas organisasi yang menekankan kebutuhan sosial dan
psikologis manusia. Teori organisasi disini berhadapan dengan suatu masalaha
klasik, bahwa organisasi modern dapat menolong manusia untuk menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan secar efisien dan efektif, tetapi pada suatu ketika dapat
”memperbudak” manusia yang menciptakannya.
Melalui pesrpektif modern, fokus perdebatan berpindah dari aspek internal
(efisiensi versus humanisme) pada aspek eksternal (hubungan organisasi dan
lingkungan). Organisasi tidak lagi dilihat sebagai unti yang berdiri sendiri,
melainkan terkait dengan apa yang disebut lngkungan. Jadi, di satu sisi, teori
teori organisasi perspektif modern adalah kelanjutan dari pemikiran-pemikiran
era klasik. Namun dilihat dari sisi yang lain, mereka berbeda. Inspirasi utama
mereka adalah keteraturan dan cara kerja alam (nature), khususnya aspek
biologis. Sementara itu, pemikir-pemikir klasik umum terinspirasi oleh aspek
fisika.
Dari sisi ilmu fisika, pemikiran Newton melihat bahwa alam semesta dapat
diasumsikan sebuah mesin, seperti jam raksasa, yang bekerja melalui prinsip
prinsip keteraturan tertentu sehingga tidak terjadi kekacauan atau tabrakan satu
sama lain. Gagasan keteraturan ini dikembangkan oleh pemikir-pemikir klsik
dengan metafora organisasi sebagai ”mesin” yang harus bekerja secara efektif
dan efisien.
Sebaliknya, para pemikir di era modern mengamati keteraturan lain yang
dianggap lebih dinamis, yaitu keteraturan makhluk hidup atau dunia hayati.
Mereka menamakannya teori keteraturan organik. Ludwig von Bertalanffy,
seorang ahli biofisologi Jerman, mengambil konsep ”organisme” yang
dikembangkan ahli ahli biologi untuk diterapkan pada semua jenis ”sistem”
secara umum. Inilah petak dasar dari pemikirn perspektif modern.
Di sisi lain, hingg pasa taraf tertentu, basis pemikiran modernis ternyata
cenderung menghasilkan pa yang disebut ”rekayasa sosial” (social engineering).
Terutama di negara-negara berkembang, dimana para ahli atau negarawan acap
kali merombak ”sistem” yang sudah ada, dengan asumsi unsur-unsur
pembentuknya tidak terkait dalam suatu interrelasi yang ideal, dan menciptakan
”sistem” baru yang lebih unggul.
3. Paradigma Post-Modern
Kecenderungan pemikir-pemikir post-modern adalah membalikkan asumsi
asumsi dasar dari pemikir-pemikir sebelumnya. Hal yang paling mendasar dalah
”keteraturan”. Baik pendekatan klasik maupun modern mendasarkan gagasan
gagasannya pada konsep keteraturan. Bedanya pemikir klasik mengambl gagasan
keteraturan dari mekanisme alam semesta (fisika), sementara pemikir modern
dari keteraturan organik makhluk hidup (biologi). Namun, inilah yng berbeda,
perspektif post-modern mereka sengaja mengabaikn konsep keteraturan itu,
termasuk dalam teori organisasi. Tujuannya adalah memperlihatkan realitas yang
lebih kompleks, dimana kebenaran yang satu bersanding dengan kebenran yang
lain meskipun keduanya tidak sama.
Pokok-pokok pemikiran dibawah ini adalah ”asumsi-asumi” yang mendasari
pemikiran para ahli organisasi dan administrasi sejak jaman klasik sampai
modern. Asumsi-asumsi inilah yang akan dibongkar oleh pemikir dari post
modern :
a) Kemajuan atau pertumbuhan adalah sesuatu yang tanpa batas. Baik
pendekatan klasik maupun modern pada dasarnya tidak mengasumsikan
adanya batas-batas tertentu bagi perkembangan organisasi.
b) Kebenaran adalah universal, sehingga rancangan yang berlaku pada satu
kasus dapat diterapkan pada kasus lain.
c) Kebutuhan dan hasrat manusia pada dasarnya sama dan dapat di
objektivitasi.
d) Hierarki dan ketidakseimbangan kekuasaan dalam organisasi adalah
alamiah.
Dalam banyak hal apalagi bagi kita yang negara berkembang belum bisa diduga
seperti apa kondisi dan penyesuaian-penyesuaian yng dilakukan organisasi
terhadap kondisi pasca industri tersebut. Hanya saja beberapa ciri yang dapat
diidentifikasi mulai sekarang adalah :
 Penciptaan pengetahuan dan pengguna informasi makin penting. Pekerja
sektor manufaktur berkurang, sementara sektor jasa meningkat.
 Batas-batas organisasi dan lingkungan cenderung makin susah untuk
dipertahankan.
 Batas-batas antara unit-unit atau departemen dalam suatu organisasi juga
cenderung makin kabur.
 Kehidupan organsisasi ditandai oleh ketidakpastian yang makin besar.
Jika dibatasi pada organisasi bisnis, perubahan yang terjadi dalam masyarakat
pasca industri ada alam tiga hal penting berikut.
 Sistem produksi, harus menyesuaikan dengan perubahan-perubahan
selera pasar yang berlangsung cepat.
 Pasar domestik tidak memadai, harus ada internsionalisasi memasuki
pasar-pasar baru diluar negeri.
 Inovasi menjadi sangat penting, dimana riset dan pengembangan tidak
jarang akan sangat menentukan kelangsungan dan perkembangan
perusahaan.
Dengan latar belakang perubahan-perubahan pasca-industri tersebut, dapat
dipahami bahwa proyek pemikiran post-moernisme itu sendiri merupakan
antisipasi terhadap pola pikir masyarakat yang secara radikal telah berubah.
Empat asumsi yang dikemukakan tersebut menjelaskan beberapa hal dari sudut
pandang post modernis.

Anda mungkin juga menyukai