Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN

Ditujukan untuk memenuhi Tugas Makalah Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia

Disusun Oleh : Kelompok 3/KELAS : PAI A

1. Adhmad Fadkhuroji (201210019)


2. Annisa Luthfi Az-zahro (201210055)

Dosen Pengampu:
Arif Shaifudin, M.Pd.I

PROGRUM SYUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PROGRAM SARJANA
IAIN PONOROGO
13 AGUSTUS 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Atas rahmat-Nya makalah yang berjudul
“Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan” dapat kami susun sampai dengan selesai. Makalah ini
kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
pada Semester ini Tahun Akademik 2022/2023.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini dengan memberikan sumbangan pikiran maupun materi. Tidak lupa kepada
Bapak Arif Shaifudin selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
yang telah memberikan bimbingan dalam menyusun makalah.

Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Lebih jauh lagi semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Ponorogo, 13 September 2022


Penyusun

Kelompok 3/PAI.A

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................................... i
Kata Pengantar.............................................................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Makalah................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................. 2
A. Pengertian Pendidikan Islam............................................................................................. 2
B. Metode Pendidikan Islam.................................................................................................. 3
C. Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan............................................................................. 4
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Islam pada dasarnya merupakan upaya pembinaan dan pengembangan potensi
manusia agar tujuan kehadirannya di dunia ini sebagai hamba Allah dan sekaligus Khalifah
Allah tercapai sebaik mungkin. Potensi yang dimaksud meliputi potensi jasmaniah dan
rohaniah seperti akal, perasaan, kehendak dan aspek rohaniah lainnya. Dalam wujudnya,
pendidikan Islam dapat menjadi upaya umat secara bersama, atau upaya lembaga
kemasyarakatan yang memberikan jasa pendidikan bahkan dapat pula menjadi usaha
manusia itu sendiri untuk mendidik dirinya sendiri. Ruang lingkup pendidikan Islam
meliputi keseluruhan ajaran Islam yang terpadu dalam keimanan (akidah) serta ibadah dan
muamalah yang implikasinya mempengaruhi proses berpikir, merasa, berbuat dan
terbentuknya kepribadian yang pada gilirannya terwujud dalam Akhlak al-Karimah sebagai
wujud manusia muslim.
Keberadaan pendidikan Islam di Indonesia tidak lepas dari proses masuknya kerajaan-
kerajaan Islam di nusantara. Masuknya Islam ke Indonesia agak unik bila dibandingkan
dengan masuknya Islam ke daerah-daerah lain. Keunikannya terlihat kepada proses
masuknya Islam ke Indonesia yang relatif berbeda dengan daerah lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan Islam?
2. Bagaimana metode pendidikan Islam?
3. Bagaimana pendidikan Islam pada masa kerajaan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam


Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan
memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan
sebagainya).1
stilah pendidikan ini berasal dari bahasa yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa
Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi orang
dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh
seorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tingi dalam arti
mental.2
Pendidikan Islam; pendidikan berakar dari perkataan didik yang berarti pelihara ajar
dan jaga. Setelah dijadikan analogi pendidikan boleh diuraikan sebagai suatu proses yang
berterusan untuk menjaga dan memelihara pembesaran tubuh badan dan pertumbuhan bakat
manusia dengan rapih supaya dapat melahirkan orang yang berilmu, baik tingkah laku dan
dapat mengekalkan nilainilai budaya dikalangan masyarakat.
Pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu kedalam diri manusia,
pendidikan adalah sesuatu yang secara bertahap ditanamkan kedalam manusia. “suatu proses
penanaman” mengacu pada metode dan sistem untuk menanamkan apa yang disebut sebagai
pendidikan secara bertahap.3
Secara sederhana pendidikan Islam adalah pendidikan yang “berwarna” Islam. Maka
pendidikan Islami adalah pendidikan yang berdasarkan islam. Dengan demikian nilai-nilai
ajaran islam itu sangat mewarnai dan mendasari seluruh proses pendidikan.

1
Poerwadamanita, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976)
2
Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung: CF Remaja Karya, 1987) 4
3
Muhammad Fathurrohman, Sulistyorini, Meretas Pendidikan Berkualitas dalam Pendidikan Islam
(Yogyakarta: Teras, 2012) 8-9
2
B. Metode Pendidikan Islam
1. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah penerapan atau penuturan secara lian oleh pendidik terhadap
kelas, dengan kata lain dapat pula dimaksudkan, metode ceramah adalah suatu cara
penyajian atau informasi penerapan dan penuturan secara lisan oleh pendidik terhadap
peserta didiknya. Metode ini banyak sekali dipaki karena metode ini mudah
dilaksanakan. Nabi Muhammad saw dalam memberikan pelajaran terhadap umatnya
banyak mempergunakan metode ceramah, disamping metode lain. Begitu pula di dalam
Al-Qur’an itu sendiri banyak terdapat dasar-dasar metode ceramah.4

2. Metode Moral Reasoning


Metode ini dapat disebut juga dengan metode mencari moral. Metode ini merupakan
metode pembelajaran anak didik yang mengajak untuk menentukan suatu perbuatan
yang sebaiknya diperbuat pada suatu kondisi tertentu dengan memberikan alasan-alasan
yang melatar belakanginya. Metode ini juga melatih agar anak didik dapat
mendiskusikan suatu perbuatan untuk menilai baik buruknya suatu perbuatan. Metode
moral reasoning dilaksanakan dengan memberikan suatu kasus atau dilema moral pada
anak didik melalui diskusi studi kasus, menonton film, dan sebagainya untuk selanjutnya
anak didik menyelesaikannya secara individu ataupun secara kelompok.5

3. Metode Tanya Jawab


Metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar seorang pendidik mengajukan
beberapa pertanyaan kepada peserta didik tentang bahan pelajaran yang telah di ajarkan
atau bacakan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara
peserta didik. Pendidik mengharapkan dari peserta didik jawab yang tepat dan
berdasarkan fakta. Dalam tanya jawab, pertanyaan adakalanya dari peserta didik (dalam
hal ini atau peserta didik yang jawab). Apabila peserta didik tidak menjawabnya barulah
pendidik memberikan jawaban.
Metode ini sudah lama dipakai dan dipakai orang semenjak zaman Yunani. Ahli-ahli
pendidikan Islam telah mengenal metode ini, yang diangap oleh pendidikan modern
yang berasal dari seorang Socrates seorang filosof bangsa Yunani. Ia memakai metode
ini ialah untuk mengajarpeserta didiknya supaya sampai ketaraf kebenaran sesudah
bersoal jawab dan bertukar pikiran. Kemudian didalam Islam metode ini juga sudah
4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010) 299
5
Ahmad Munjih dan lilik Nurholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2013) 63
3
dikenal. Nabi Muhammad saw dalam mengajarkan agama pada umatnya, sering
memakai metode tanya jawab.6

C. Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan


1. Pendidikan Islam di Kerajaan Perlak
Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang pertama
Sultan Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin
kerjasama yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan Putri Raja Perlak.
Perlak merupakan daerah yang terletak sangat strategis di Pantai Selat Malaka, dan
bebas dari pengaruh Hindu.7
Kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah Cot Kala. Dayah
disamakan dengan Perguruan Tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid,
tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara,
mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat Aceh Timur sekarang.
Pendirinya adalah ulama Pangeran Teungku Chik M.Amin, pada akhir abad ke-3 H,
abad 10 M. Inilah pusat pendidikan pertama.
Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin yang
memerintah antara tahun 1243-1267 M, terkenal sebagai seorang Sultan yang arif
bijaksana lagi alim. Beliau adalah seorang ulama yang mendirikan Perguruan Tinggi
Islam yaitu suatu Majlis Taklim tinggi dihadiri khusus oleh para murid yang sudah alim.
Lembaga tersebut juga mengajarkan dan membacakan kitab-kitab agama yang berbobot
pengetahuan tinggi, misalnya kitab Al-Umm karangan Imam Syafi’i.8
Dengan demikian pada kerajaan Perlak ini proses pendidikan Islam telah berjalan
cukup baik.

2. Pendidikan Islam di Kerajaan Samudra Pasai


Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan
pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim ibn Mahdum. Yang kedua
bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun
1444 M/ abad ke-15 H).9
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di Kerajaan Pasai pada
zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja yang terkenal alim dalam ilmu agama dan

6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010) 305
7
Hasbullah, 2001: 29.
8
A.Mustofa, Abdullah, 1999: 54.
9
Mustofa Abdullah, 1999: 54.
4
bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian sampai waktu sholat Ashar dan fasih
berbahasa Arab serta mempraktekkan pola hidup yang sederhana.10
Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku
di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut:
a. Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab
Syafi’i.
b. Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh.
c. Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama.
d. Biaya pendidikan bersumber dari negara.11
Pada zaman kerajaan Samudra Pasai mencapai kejayaannya pada abad ke-14 M,
maka pendidikan juga tentu mendapat tempat tersendiri. Mengutip keterangan Tome
Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra Pasai banyak terdapat kota yang sebagian
warganya orang-orang berpendidikan”.12
Menurut Ibnu Batutah juga, Pasai pada abad ke-14 M, sudah merupakan pusat studi
Islam di Asia Tenggara, dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara Islam.
Ibnu Batutah menyatakan bahwa Sultan Malikul Zahir adalah orang yang cinta kepada
para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari jum’at tiba, Sultan shalat di Masjid dengan
berpakaian 'ulama, kemudian berdiskusi dengan para 'alim dalam agama, antara lain:
Amir Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari Ispahan. Bentuk pendidikan dengan cara
diskusi disebut Majlis Ta’lim atau halaqoh. Sistem halaqoh yaitu para murid mengambil
posisi melingkari guru. Guru duduk di tengah-tengah lingkaran murid dengan posisi
seluruh wajah murid menghadap guru.

3. Pendidikan Islam di Kerajaan Aceh Darussalam


Proklamasi kerajaan Aceh Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan Islam Aceh di
belahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur. Putra Sultan Abidin
Syamsu Syah diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat Syah (1507-
1522M).
Bentuk teritorial yang terkecil dari susunan pemerintahan Kerajaan Aceh adalah
Gampong (Kampung), yang dikepalai oleh seorang Keucik dan Waki (wakil). Gampong-
gampong yang letaknya berdekatan dan yang penduduknya melakukan ibadah bersama

10
Zuhairini,et.al, 2000: 135.
11
Zuhairini, et.al., 2000: 136.
12
M.Ibrahim, et.al, 1991: 61.
5
pada hari jum’at di sebuah masjid merupakan suatu kekuasaan wilayah yang disebut
mukim, yang memegang peranan pimpinan mukim disebut Imeum mukim.13
Jenjang pendidikan yang ada di Kerajaan Aceh Darussalam diawali pendidikan
terendah Meunasah (Madrasah). Yang berarti tempat belajar atau sekolah, terdapat di
setiap gampong dan mempunyai multi fungsi antara lain:
a. Sebagai tempat belajar Al-Qur’an.
b. Sebagai Sekolah Dasar, dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca
huruf Arab, Ilmu agama, bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam.
Fungsi lainnya adalah sebagai berikut:
a. Sebagai tempat ibadah sholat 5 waktu untuk kampung itu.
b. Sebagai tempat sholat tarawih dan tempat membaca Al-Qur’an di bulan puasa.
c. Tempat kenduri Maulud pada bulan Mauludan.
d. Tempat menyerahkan zakat fitrah pada hari menjelang Idhul Fitri atau bulan puasa.
e. Tempat mengadakan perdamaian bila terjadi sengketa antara anggota kampung.
f. Tempat bermusyawarah dalam segala urusan.
g. Letak meunasah harus berbeda dengan letak rumah, supaya orang segera dapat
mengetahui mana yang rumah atau meunasah dan mengetahui arah kiblat sholat.14
Selanjutnya sistem pendidikan di Dayah (Pesantren) seperti di Meunasah tetapi
materi yang diajarkan adalah kitab Nahu, yang diartikan kitab yang dalam Bahasa Arab,
meskipun arti Nahu sendiri adalah tata bahasa (Arab). Dayah biasanya dekat masjid,
meskipun ada juga di dekat Teungku yang memiliki dayah itu sendiri, terutama dayah
yang tingkat pelajarannya sudah tinggi. Oleh karena itu orang yang ingin belajar nahu itu
tidak dapat belajar sambilan, untuk itu mereka harus memilih dayah yang agak jauh
sedikit dari kampungnya dan tinggal di dayah tersebut yang disebut Meudagang. Di
dayah telah disediakan pondok-pondok kecil mamuat dua orang tiap rumah. Dalam buku
karangan Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, istilah Rangkang
merupakan madrasah seringkat Tsanawiyah, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab,
ilmu bumi, sejarah, berhitung, dan akhlak. Rangkang juga diselenggarakan disetiap
mukim.15
Bidang pendidikan di kerajaan Aceh Darussalam benar-benar menjadi perhatian.
Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang bertugas dalam bidang pendidikan
dan ilmu pengetahuan yaitu:

13
M. Ibrahim, et.al., 1991: 75.
14
M. Ibrahim, 1991: 76.
15
Hasbullah, 2001: 32.
6
a. Balai Seutia Hukama, merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya
para ulama, ahli pikir dan cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu
pengetahuan.
b. Balai Seutia Ulama, merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus
masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.
c. Balai Jama’ah Himpunan Ulama, merupakan kelompok studi tempat para ulama dan
sarjana berkumpul untuk bertukar fikiran membahas persoalan pendidikan dan ilmu
pendidikannya.
4. Pendidikan Islam di Kerajaan Jawa
Dengan berdirinya kerajaan Islam Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama
di Jawa tersebut, maka penyiaran agama Islam makin meluas, pendidikan dan
pengajaran Islam pun bertambah maju.
Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agama Islam di Demak punya kemiripan
dengan yang dilaksanakan di Aceh, yaitu dengan mendirikan masjid di tempat-tempat
yang menjadi sentral di suatu daerah, di sana diajarkan pendidikan agama di bawah
pimpinan seoran Badal untuk menjadi seorang guru yang menjadi pusat pendidikan dan
pengajaran serta sumber agama Islam. Wali suatu daerah diberi gelaran Resmi, yaitu
gelar Sunan dengan ditambah nama daerahnya, sehingga tersebutlah nama-nama seperti:
Sunan Gunung Jati, Sunan Gresik, Kia Ageng Tarub dan lain-lain.16
Adanya kebijaksanaan wali-wali menyiarkan agama dan memasuki anasiranasair
pendidikan dan pengajaran Islam dalam segala cabang kebudayaan nasional Indonesia,
sangat menggembirakan, sehingga agama Islam dapat tersebar di seluruh kepulauan
Indonesia.17
Salah satu peninggalan bersejarah kerajaan Demak yakni masjid Agung Demak
sebagai lambang kekuasan Islam yang didirikan pada tahun 1388 M. masjid tersebut
telah mempengaruhi alam pikiran orang Jawa selama berabad-abad, menjadi pusat
kegiatan ibadat dan keagamaan, pusat kerajaan Islam pertama di Jawa.18
Sementara di Kerajaan Pajang, ketika pemerintahan Sultan Adiwijaya, kesustraan
dan kesenian kraton yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat laun dikenal di
pedalaman Jawa.19 Setelah pusat kerajaan Islam berpindah dari Pajang ke Mataram
(1586 M), terutama di saat Sultan Agung (1613 M) berkuasa terjadi beberapa macam
perubahan termasuk dalam bidang pendidikan Islam.

16
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Hidayakarya Agung, 1979), h. 219.
17
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
18
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 1, op. cit., h. 299.
19
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 4, h. 70.
7
Dalam bidang pendidikan Islam, perhatian Sultan Agung cukup besar. Pada zaman
itu telah dibagi tingkatan-tingkatan pesantren itu kepada beberapa tingkatan, yaitu:
a. Tingkatan pengajian al-Qur’an, tingkatan ini terdapat pada setiap desa, yang
diajarkan meliputi huruf hijaiyah, membaca al-Qur’an, barazanji, rukun Islam, rukun
iman.
b. Tingkatan pengajian kitab. Para santri yang belajar pada tingkat ini ialah mereka
yang telah khatam al-Qur’an. Tempat belajar biasanya di serambi masjid dan mereka
umumnya mondok. Guru yang mengajar di sini diberi gelar Kiai Anom. Kitab yang
mula-mula dipelajari adalah kitab-kitab 6 Bis, yaitu sebuah kitab yang berisi 6 kitab
dengan 6 Bismillāhirrahmānirrahīm. Kemudian dilanjutkan dengan Matan Taqrīb
dan Bidāyatul Hidāyah karangan Imam al-Ghazāli.
c. Tingkat Pesantren Besar. Tingkat ini didirikan di daerah kabupaten sebagai lanjutan
dari pesantren desa. Kitab-kitab yang diajarkan di sini adalah kitabkitab besar dalam
bahasa Arab, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa daerah. Cabang-cabang ilmu yang
diajarkan adalah fikih, tafsir, hadis, ilmu kalam, tasawuf, dan sebagainya.
d. Pondok pesantren tingkat keahlian (takhassus), ilmu yang dipelajari pada tingkatan
ini adalah satu cabang ilmu dengan secara mendalam. Tingkatan ini adalah tingkatan
spesialis.20
Sementara proses pendidikan Islam di Cirebon sebagai pusat keagamaan di Jawa
Barat juga berlangsung dengan baik. Peranan historis yang di jalankan Sunan Gunung
Jati tidak pernah hilang dalam kenangan masyarakat. Pendidikan keagamaan di Cirebon
terus berkembang. Pada abad ke-17 dan ke-18 di kraton-kraton Cirebon berkembang
kegiatan-kegiatan sastra yang sangat memikat perhatian. Hal ini antara lain terbukti dari
kegiatan karang-mengarang suluk, nyanyian keagamaan Islam yang bercorak mistik. Di
samping itu, pesantren-pesantren yang pada masa awal Islam berkembang di daerah
pesisir Pulau Jawa hanya bertahan di Cirebon, selebihnya mengalami kemunduran atau
npindah ke pedalaman.21
Adapun di Banten, ketika Sultan Maulana Hasanuddin memerintah Banten selama
18 tahun (1552-1570 M). Ia telah memberikan andil terbesarnya dalam meletakkan
fondasi Islam di nusantara sebagai salah seorang pendiri Kesultanan Banten. Hal ini
dibuktikan dengan kehadiran bangunan peribadatan berupa masjid dan sarana
pendidikan Islam, seperti pesantren. Di samping itu, ia juga mengirim muballig ke
berbagai daerah yang telah dikuasainya. Usaha yang telah dirintis oleh Sultan Maulana

20
7Haidar Putra Daulay, h.18-19.
21
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam I, h. 274.
8
Hasanuddin dalam menyebarluaskan Islam dan membangun Kesultanan Banten
kemudian dilanjutkan oleh sultan-sultan berikutnya.22
Dari uraian di atas dapat diketehui bahawa kontribusi kerajaan-kerajaan Islam di
Pulau Jawa sangat besar terhadap proses pendidikanIslam di nusantara, hal tersebut
terlihat dari kesungguhan para raja atau sultan dalam menumbuhkembangkan lembaga-
lembaga pendidikan Islam serta memfasilitasi proses pendidikan Islam pada masa
kepemimpinannya.

5. Pendidikan Islam di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku


Salah satu kerajaan Islam yang memiliki pengaruh terhadap proses pengembangan
pendidikan Islam di Kalimantan adalah kerajaan Islam Banjar. Pada masa pemerintahan
Sultan Tahmidillah (1778-1808 M) hadirlah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjary.
Beliau diangkat sebagai Musytasyar kerajaan (Mufti Besar Negara Kalimantan) untuk
mendampingi Sultan dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari. Untuk mendidik dan
membina masyarakat Islam, ia mendirikan pondok pesantren untuk menampung para
santri yang datang menuntut ilmu dari berbagai pelosok Kalimantan. Dari sini lahirlah
ulama-ulama yang akan melanjutkan syiar dan dakwah Islam di Kalimantan.23
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjary banyak mengarang kitab-kitab agama, di
antaranya yang paling terkenal sampai sekarang adalah kitab Sabīlul Muhtadīn. Di
pondok pesantren Darussalam di Kampung Dalam Pagar beliau memberikan pengajian
kitab dengan sistem halaqah, menerjemahkan kitab-kitab yang dipakai ke dalam bahasa
daerah (Banjar), sedang para santri menyimaknya.24
Di Banjar, terdapat juga ulama besar, yaitu Syekh Muhammad Nafis bin Idris al-
Banjary, yang mengarang sebuah kitab tasawuf “Addurunnāfis”. Bagaimana tingginya
iman dan ketebalan tauhid umat Islam di zaman itu, dapatlah terbaca pada karya Syekh
Muhammad Nafis bin Idris al-Banjary ini, sehingga bagi yang iman tauhidnya belum
mencukupi, niscaya kitab ini akan membahayakan kepada iman dan tauhid seseorang.25
Kerajaan Banjar atau Banjarmasin telah melahirkan banyak tokoh yang memberikan
pengaruh terhadap perkembangan pendidikan Islam, sehingga peraanperan tersebut
berdampak terhadap kemajuan Islam di Kalimantan.
Demikian halnya di Sulawesi khususnya di Sulawesi Selatan teradapat beberapa
kerajaan Islam seperti Gowa, Tallo, Bone dan lain-lain. Peranan raja-raja Islam di

22
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 1, h. 238.
23
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 1, h. 229.
24
Hasbullah, h. 38-39.
25
Hasbullah, h. 38-39.
9
Sulawesi Selatan sangat besar dalam mengembangkan syiar agama dan pendidikan
Islam.
Adapun usaha-usaha dalam bidang pendidikan dan agama, diantaranya:
a. Memperluas dan menyempurnakan Masjid
b. Mendatangkan Ulama dari Madinah (Syekh Madinah)
c. Mengeluarkan perintah kepada raja-raja bawahannya, agar masjid yang ada di
daerahnya dipelihara dan diperbaiki, yang belum memiliki masjid segera
membangun, agar rakyat melaksanakan salat secara berjamaah.26
Demikian juga di Kerajaan Bone, atas bantuan Petta Mangkau Bone, Andi
Mappanyukki, pada tahun 1929 M, didirikan sebuah Madrasah yang diberi nama
“Madrasah Amirah” di Watampone. Para pengasuh Madrasah ini, selain para Ulama dari
Bone yang pernah mukim lama di Mekkah, juga didatangkan ulama-ulama dari luar
seperti Abdul Azis al-Hasyim al-Murabbi dan Abdul Hamid dari Mesir.27
Adapun di Maluku khususnya Kerajaan Ternate perkembangan Islam berjalan
lambat dan mendapat tantangan dari penduduk yang masih terikat pada kepercayaan
lama, sehingga penyembahan patung-patung masih terus berlangsung bercampur dengan
ajaran Islam dan menyebabkan akal pikiran rakyat mengambang dalam keraguan.
Kedatangan dan perkembangan agama Islam di Ternate dan daerah-daerah
taklukannya berkaitan erat dengan sultan. Penyebaran dakwah melalui jalur “atas” ini
melahirkan kelompok-kelompok masyarakat yang lebih bercorak formalitas. Pendidikan
agama berlanngusung secara tradisional, anak-anak mengaji ke seorang kasisi (pegawai
masjid). Oleh sebab itu paham keagamaan tampak sempit dan statis. 28 Walaupun
demikian Kerajaan Ternate telah memberikan pengaruh yang baik terhadap proses
pertumbuhan pendidikan Islam di Maluku.
Setelah memperhatikan uraian-uraian di atas, tentang proses pendidikan Islam di
Kalimantan, Sulawesi dan Maluku, dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan
tentang peranan raja-raja Islam dalam membangung sistem pendidikan di daerahnya
masing-masing.

26
Azhar Arsyad, et al., eds., h. 17.
27
Azhar Arsyad, et al., eds., h. 18.
28

10
BAB III
KESIMPULLAN

1. Pendidikan Islam; pendidikan berakar dari perkataan didik yang berarti pelihara ajar dan
jaga. Setelah dijadikan analogi pendidikan boleh diuraikan sebagai suatu proses yang
berterusan untuk menjaga dan memelihara pembesaran tubuh badan dan pertumbuhan bakat
manusia dengan rapih supaya dapat melahirkan orang yang berilmu, baik tingkah laku dan
dapat mengekalkan nilainilai budaya dikalangan masyarakat.
2. Pendidikan Islam mempunyai 3 metode pengajaran yang dibahas dalam makalah ini yaitu
metode ceramah, metode moral reasoning dan metode tanya jawab.
3. Pendidikan Islam pada masa kerajaan berkembang dengan sangat pesat. Dan yang jelas pada
setiap kerajaan mempunyai cara-cara tersendiri untuk mengembangkan pendidikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

A. Khozim Afandi (Terj, Pengetahuan Modern dalam Al-Qur’an, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995),
Rosdakarya, 1995)
Sajadi Dahrun. Sistem Pendidikan Islam di Indonesia. Vol.4 No.1. 2021
Susmihara. Jurnal Rihlah, Pendidikan Islam Masa Kerajaan Islam di Nunasntara. Vol.06
No.01.2018
Zakiah Derajat, dkk, Pendidikan Islam Keluarga dan Sekolah (Bandung: PT Remaja

12

Anda mungkin juga menyukai