Disusun Oleh:
2022
1. Peran atau fungsi guru dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dalam proses
pembelajaran
Saya memilih fungsi guru adalah sebagai inspirator.
2. Berikan alasan yang didukung oleh teori kenapa memilih fungsi guru tersebut
Karena menurut saya sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi
kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus
dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak
mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar yang baik. Yang penting bukan
teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh anak didik. Guru sebagai
pemberi inspirasi belajar harus mampu memerankan diri dan memberikan inspirasi sesuai
dengan apa yang dipelajari. Membangkitkan ide, pemikiran, gagasan, optimisme dan
keharmonian dalam belajar dibutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung.
Rhenald Kasali pada harian Kompas terbitan tanggal 29 Agustus 2007 dengan judul “GURU
KURIKULUM DAN GURU INSPIRATIF”. Kutipanya yaitu : “Ada dua jenis guru yang kita kenal
yaitu guru kurikulum dan guru Inspiratif. Guru kurikulum sangat patuh pada kurikulum dan
merasa berdosa bila tidak bisa mentransper semua isi buku yang ditugaskan. Ia mengajarkan
sesuatu yang standar (habitual thinking) dan jumlahnya sekitar 99%. Sedangkan guru
inspiratif jumlanya kurang dari 1%. Ia bukan guru yang mengejar kurikulum tetapi mengajak
murid-muridnya berfikir kreatif (maximum thinking). Ia mengajak murid-muridnya melihat
sesuatu dari luar (thinking out of box) mengubahnya di dalam lalu membawa kembali keluar,
ke masyarakat luas. Guru kurikulum melahirkan manajer-manajer handal, guru inspiratif
melahirkan pemimpin-pembaru yang berani menghancurkan aneka kebiasaan lama.”
Selama ini guru lebih menekankan pada pendekatan intelektual/intelgensia atau hanya
mengejar nilai. Sedangkan ketrampilan hidup dan bersosialisasi tidak diajarkan. Seorang
anak dilihat berdasarkan nilai ulangan yang didapat bukan kemampuan diri secara
keseluruhan. Kondisi ini dapat mendorong anak untuk mencontek atau melakukan usaha-
usaha yang tidak baik karena tuntutan angka sehingga nilai-nilai pendidikan terabaikan.